Anda di halaman 1dari 32

PENGUJIAN BEBERAPA JENIS PUPUK DAN WAKTU

APLIKASI TERHADAP BEBERAPA VARITAS


TANAMAN PADI (Oryza sativa)

PROPOSAL

OLEH

SANDI IRAWAN
71180713004

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
PENGUJIAN BEBERAPA JENIS PUPUK DAN WAKTU
APLIKASI TERHADAP BEBERAPA VARITAS
TANAMAN PADI (Oryza sativa)

PROPOSAL

SANDI IRAWAN
71180713004

UsulanPenelitianIniDiajukanPada Program StudiAgroteknologiFakultasPertanian


Universitas Islam Sumatera Utara Medan Sebagai Salah SatuSyaratUntuk
MelaksanakanPenelitian

Komisi Pembimbing

Ir. Indra Gunawan, MP Rahmi Dwi Handayani Rambe, SP. MP


Ketua Anggota

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, yang dengan Rahmadnya, ‘Insyat dan KaruniaNya Sehingga penulis dapat

menyelesaikan Usulan Penelitian ini yang berjudul: “PENGUJIAN BEBERAPA

JENIS PUPUK DAN WAKTU APLIKASI TERHADAP BEBERAPA

VARITAS TANAMAN PADI (Oryza sativa)”.

Usulan Penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat bagi setiap

mahasiswa untuk menempuh ujian sarjana di Fakultas PertanianUniversitas Islam

Sumatera Utara Medan.

Penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu dan memberikan bimbingan. Dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa

hormat, penulis ucapkan terimakasih kepada Ayahanda Bambang sriwoko dan Ibunda

Istawati selaku orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan moril dan material

kepada penulis, yang selalu ada setiap saat dan selalu mendoakan keberhasilan penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan susulan penelitian ini.

Dengan segenap ketulusan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Bapak Ir. Indra Gunawan, Mp. selaku Ketua Komisi Pembimbing.

2. Bapak Rahmi Dwi Handayani Rambe, SP. MP selaku Anggota Komisi Pembimbing.

3. Bapak Dr. Ir. Murni Sari Rahayu, selaku DekanFakultas Pertanian Universitas Islam

Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Yayuk Purwaningrum, SP, MP. Selaku Ketua Program Studi Agroteknologi

5. Ibu Ir. Chairani, MP selaku Sekretaris Program Studi Agroteknologi.

6. Staf dan karyawan yang telah membantu dalam penyusunan Usulan penelitian ini.

7. Abangda, adinda dan teman-teman seperjuangan di Fakultas Pertanian Universitas

Islam Sumatera Utara, khususunya Agroteknologi 2018 yang telah membantu dan

memberikan dorongan semangat.

Penulis menyadari bahwa dalam usulan penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan sebuah tulisan, sehingga penulis mengaharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun guna kesempurnaan skripsi ini nantinya. Semoga usulan penelitian

ini bermanfaat bagi kita semua. Amiinn.

Medan, 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................iii

I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian............................................................................................4
1.3 Hipotesis Penelitian .......................................................................................4
1.4 Kegunaan Penelituian ...................................................................................5

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................6


2.1 Klasifikasi Tanaman Padi (Oryza Sativa) .....................................................6
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Padi .......................................................7

III. BAHANDAN METODE PENELITIAN ....................................................11


3.1 Tempatdan Waktu Penelitian ......................................................................11
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................11
3.3 Metode Penelitian ....................................................................................11
3.4 Analisis Penelitian ……………………………………...........................12
3.5 Pelaksanaan Penelitian ……………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
LAMPIRAN …………………………………………………………………….18
I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan pangan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah

penduduk. Bertambahnya jumlah penduduk dan semakin membaiknya taraf hidup

masyarakat mengakibatkan kebutuhan karbohidrat dan protein terus meningkat

sehingga perlu adanya keseimbangan komoditi padi dan jenis pangan lain. Kebutuhan

pangan dalam negeri sampai saat ini masih dicukupkan dengan mengimpor padi 13,5 %

dari produksi beras dunia, sedangkan impor kedelai mencapai 1,2 juta ton per tahun

(Antara, 2006).

Salah satu penyebab belum terpenuhinya kebutuhan pangan nasional adalah

produktivitas yang masih rendah dan lahan pertanian yang semakin terbatas. Menurut

Andrianto dan Indarto (2004), faktor penyebab produksi kedelai Indonesia rendah

adalah cara bercocok tanam dan areal lahan yang sempit. Untuk itu diperlukan upaya

intensifikasi lahan pertanian yang produktif dan ekstensifikasi (Subiksa, 2002).

Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan berkurangnya

jumlah lahan produktif membuat kebutuhan pangan semakin meningkat. Oleh karena

itu, diperlukan usaha untuk meningkatkan produktivitas padi dan kedelai. Salah satu

upaya untuk meningkatkan produksi pangan tidak terlepas dari teknologi di bidang

pemupukan. Pemupukan merupakan cara untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara

tanah yang hilang akibat erosi, pencucian dan pengangkutan hasil panen. Sistem

tumpangsari bertujuan untuk mengoptimalkan produktifitas lahan, sehingga

membutuhkan jumlah hara yang lebih banyak (Darman, 2007).

Pada dasarnya teknologi yang diterapkan oleh model PTT dan Sistem Rice

of Intensifi cation (SRI) sama, hanya strateginya berbeda. Strategi SRI lebih
dipusatkan pada penggunaan bahan organik. Penggunaan bahan organik yang

diintegrasikan dengan teknik pengairan berkala akan mampu menyediakan hara

untuk kebutuhan tanaman padi. Namun bahan organik yang dibutuhkan cukup

banyak yaitu sekitar 10 ton kompos/ha/musim, yang pada prakteknya sulit

dipenuhi dalam skala usaha padi yang luas dan akan menambah biaya tenaga kerja

untuk aplikasinya ( Widowati, 2004) .

Tujuan SRI dan PTT pada prinsipnya juga sama yaitu untuk meningkatkan

produksi dengan target segmen petani yang berbeda dan pengelola yang berbeda.

Perbedaan antara PTT dan SRI adalah sebagai berikut: (1) pendekatan SRI

berbentuk paket teknologi yang diyakini dapat diterapkan pada semua kondisi, (2)

komponen teknologi SRI mudah diadopsi petani, (3) pendekatan pengembangan

SRI adalah sistem belajar orang dewasa sehingga petani merasa diberi posisi yang

tepat sebagai subyek perubahan. Perbedaan lebih lanjut dari PTT dan SRI adalah

sebagai berikut: (1) PTT bertujuan meningkatkan produktivitas dan efi siensi

input seperti benih, pupuk, dan pestisida, (2) PTT diterapkan berdasarkan spesifi k

lokasi, (3) PTT berorientasi pada proses produksi rasional dan ramah lingkungan,

(4) PTT menggunakan pendekatan keproyekan, dan (5) P (Angga, 2008).

1.2.TujuanPenelitian

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan beberapa jenis pupuk yang di

berikan ke 3 varitas tanaman padi agar dapat di ketahui pertumbuhan dan

produksi tanaman padi yang lebih baik.

1.3.Hipotesis Penelitian

1. Diperoleh jenis padi sawah yang memiliki produktifitas yang tinggi dari

penggunaan beberapa jenis pupuk.


2. Mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pupuk anorganik.

1.4.KegunaanPenelitian

1. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi pengembangan beberapa

varietas tanaman padi dengan pengujian beberapa jenis pupuk.

2. Sebagai salah satu syarat untuk menyusun skripsi di Fakultas Pertanian

Universitas Islam Sumatera Utara.


II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Tanaman Padi (Oryza sativa)

Tanaman padi termasuk golongan tanaman Gramineae atau

rerumputan,yang ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas.

Klasifikasi tanaman padi Sikumpayadalah :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermaatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa

a. Akar

Akar padi digolongkan kedalam akar serabut.Akar primer (radikula) yang

tumbuh sewaktu berkecambah bersama akar seminal yang jumlahnya antara 1-7.

Akar-akar seminal selanjutnya akan digantikan oleh akar sekunder yang tumbuh

dari buku terbawah batang (Siregar, 2013).

b. Batang

Batang tanaman padi secara fisik berfungsi untuk menopang tanaman

secara kesulurahan yang diperkuat oleh pelepah daun sedangkan secara fungsional

batang berfungsi untuk mengalirkan unsur hara dan air ke seluruh bagaian
tanaman. Batang padi bentuknya bulat, berongga, dan beruas-ruas. Antar ruas

dipisahkan oleh buku. Pada awal pertumbuhan, ruas-ruas sangat pendek dan

bertumpuk rapat. Setelah memasuki stadium reproduktif, ruas-ruas memanjang

berongga (Firmanto, 2011). Panjang ruas tidak sama, pada ruas batang paling

bawah adalah pendek dan semakin ke atas semakin ruas batang semakin panjang.

Ruas batang ini diakhiri oleh bunga yang berupa malai. Pada buku paling bawah

tumbuh tunas yang akan menjadi batang sekunder. Selanjutnya batang sekunder

akan menghasilkan batang tersier (Departemen Pertanian, 1983).

c. Daun

Menurut Aak (1992) padi termasuk tanaman jenis rumput-rumputan

mempunyai daun yang berbeda-beda, baik bentuk, susunan, atau bagian

bagiannya.Ciri khas daun padi adalah adanya sisik dan telinga daun. Hal inilah

yang menyebabkan daun padi dapat dibedakan dari jenis rumput yang lain.

Adapun bagian-bagian daun padi adalah :

a.       Helaian daun ; terletak pada batang padi dan selalu ada. Bentuknya

memanjang seperti pita.Panjang dan lebar helaian daun tergantung varietas padi

yang bersangkutan.

b.      Pelepah daun (upih) ;merupakan bagian daun yang menyelubungi batang,

pelepah daun ini berfungsi memberi dukungan pada bagian ruas yang jaringannya

lunak, dan hal ini selalu terjadi.

c.       Lidah daun ; lidah daun terletak pada perbatasan antara helai daun dan upih.

Panjang lidah daun berbeda-beda, tergantung pada varietas padi.Lidah daun

duduknya melekat pada batang.Fungsi lidah daun adalah mencegah masuknya air
hujan diantara batang dan pelepah daun (upih).Disamping itu lidah daun juga

mencegah infeksi penyakit, sebab media air memudahkan penyebaran penyakit.

            Daun yang muncul pada saat terjadi perkecambahan dinamakan coleoptile.

Koleopti keluar dari benih yang disebar dan akan memanjang terus sampai

permukaan air. koleoptil baru membuka, kemudian diikuti keluarnya daun

pertama, daun kedua dan seterusnya hingga mencapai puncak yang disebut daun

bendera, sedangkan daun terpanjang biasanya pada daun ketiga. Daun bendera

merupakan daun yang lebih pendek daripada daun-daun di bawahnya, namun

lebih lebar dari pada daun sebelumnya.Daun bendera ini terletak di

bawah malai padi. Daun padi mula-mula berupa tunas yang kemudian

berkembang menjadi daun. Daun pertama pada batang keluar bersamaan dengan

timbulnya tunas (calon daun) berikutnya. Pertumbuhan daun yang satu dengan

daun berikutnya (daun baru) mempunyai selang waktu 7 hari,dan 7 hari

berikutnya akan muncul daun baru lainnya.

d. Bunga

Sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas

dinamakan malai.Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua,

sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada

batang.Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dancara

bercocok tanam.Dari sumbu utama pada ruas buku 148 yang terakhir inilah

biasanya panjang malai (rangkaian bunga) diukur.Panjang malai dapat dibedakan

menjadi 3 ukuran yaitu malai pendek (kurang dari 20 cm), malai sedang (antara

20-30 cm), dan malai panjang (lebih dari 30cm). Jumlah cabang pada setiap malai
berkisar antara 15-20 buah, yang paling rendah 7 buah cabang, dan yang

terbanyak dapat mencapai 30 buah cabang. Jumlah cabang ini akan

mempengaruhi besarnya rendemen tanaman padi varietas baru, setiap malai bisa

mencapai100-120 bunga (Aak, 1992).

            Bunga padi adalah bunga telanjang artinya mempunyai perhiasan

bunga.Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang diatas.Jumlah benang sari

ada 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai

dua kandung serbuk.Putik mempunyai dua tangkai putik, dengan dua buah kepala

putik yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu

(DepartemenPertanian, 1983).

e. Buah ( Gabah )

Buah padi ( Gabah ) terdiri dari bagian luar yang disebut sekam dan

bagian dalam yang disebut karyopsis. Sekam terdiri atas lemma dan palea. Biji

yang sering disebut beras pecah kulit adalah karyopsis yang terdiri dari lembaga

( embrio ) dan endosperm. Dinding bakal buah terdiri dari tiga bagian yaitu :

epicarpium,mesocarpium dan endokarpium ( Firmanto, 2011 ).

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Padi

a. Iklim

Tanaman Padi dapat tumbuh pada daerah mulai dari daratan rendah sampai

daratan tinggi.Tumbuh di daerahtropis/subtropis pada 450 LU sampai 450 LS

dengan cuaca panas dan kelembabantinggi dengan musim hujan4 bulan. Rata-rata

curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan selama 3 bulan berturut-turut atau

1500-2000mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan.Pada


musim kemarau produksi meningkatasalkan air irigasi selalu tersedia.Di musim

hujan, walaupun air melimpah produksi dapat menurun karenapenyerbukankurang

intensif.Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 mdpl dengan

temperature22-27̊C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan

temperatur 19-23̊C. (Adisarwanto, 2008).

b. Suhu

Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman padi yaitu 20-35 ̊C.

Temperatur yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan

akan mengganggu proses pembuahan dan pembentukan biji. Padi gogo dapat

tumbuh pada berbagai jenis tanah, sehingga jenis tanah tidak begitu berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan hasil padi .

c. Tanah

Padi harusditanam di lahan yang berhumus, struktur remah dan cukup

mengandung air dan udara, tanah yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat,

berdebu halus, berlempeng halus sampai tanah kasar dan air yang tersedia

diperlukan cukup banyak dan sebaiknya tanah tidak berbatu (Adisarwanto, 2008).

2.3. Pupuk NPK

Pemupukan adalah penambahan unsur hara yang dibutuhkan tanaman

sesuai dengan dosis yang dianjurkan (Cahyono, 2007). Menurut Kartono (2005),

bahwa pertumbuhan terjadi karena adanya proses-proses pembelahan sel dan

perpanjangan sel, dimana proses-proses tersebut memerlukan banyak unsur hara.

Selain itu untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil yang optimal, pupuk

yang diberikan harus dengan konsentrasi atau dosis yang tepat. Pemupukan
dengan dosis yang tepat akan memberikan hasil yang optimal pada tanaman,

apabila pengaruh faktor-faktor lain seperti suhu, cahaya dan lain-lain juga berada

dalam kondisi optimal. Pendapat ini di dukung oleh Dartius (1990), menyatakan

bahwa apanila unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman berada dalam keadaan

cukup, maka hasil metabolismenya akan membentuk protein, enzim, hormon dan

kerbohidrat, sehingga proses pembelahan, pembesaran dan perpanjangan sel akan

berlangsung cepat, dan tanaman akan tumbuh dan berproduksi optimal.

Pemberian pupuk NPK akan merangsang pembentukananakan produktif

lebih optimal (Vergara, 1990). Menurut Rauf (2000) ketiga senyawa tersebut

sangat penting dalam proses fotosintesis, karena mempengaruhi laju fotosintesis.

Proses fotosintesis yang lancar berpengaruh terhadap karbohidrat yang dihasilkan.

Karbohidrat yang cukup akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.

Semakin banyak jumlah anakan maka fotosintesis yang dihasilkan semakin tinggi

sehingga mendukung pembentukan anakan produktif. Anakan produktif

merupakan anakan yang menghasilkan malai. Banyaknya jumlah malai dalam

setiap rumpun akan mempengaruhi hasil gabahnya. Faktor lingkungan juga

mempengaruhi jumlah anakan, salah satunya ketersediaan hara dan air. Menurut

Basyir (1995) pertumbuhan dan perkembangan jumlah anakan padi gogo sangat

dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara khususnya N dalam tanah.

Harsono dan Suryantini (1991) menyatakan bahwa unsur hara N, P dan K

sangat menunjang proses pembentukan nodul akar, pemupukan K dapat

meningkatkan jumlah nodul, bobot nodul akar dan hasil polong kedelai.

Selanjutnya dikatakan unsur hara P antara lain berperan dalam merangsang

pertumbuhan perakaran, merangsang serapan Mo dan pembentukan nodul akar.


Pemberian unsur hara N, P dan K yang cukup akan meningkatkan pertumbuhan

dan hasil tanaman padi.

Nitrogen (N) merupakan bagian pokok tanaman hidup yang berperan

untuk menyediakan protein, asam nukleik, klorofil dan juga berperan dalam

proses fotosintesis yang berguna dalam pembentukan klorofil. Pemupukan N pada

akhir fase perkembangan tanaman dapat meningkatkan hasil benih kedelai melalui

peningkatan jumlah polong per cabang.

Fosfor (P) merupakan unsur hara esensial bagi tanaman yang berfungsi

sebagai pemindah energi yang tidak dapat digantikan dengan unsur hara lain.

Kekurangan unsur hara P dapat menjadikan tanaman tidak tumbuh secara

maksimal. Menurut Novizan (2003), penggunaan P terbesar dimulai pada masa

pembentukan polong yang berfungsi untuk mempercepat masak panen dan

menambah kandungan nutrisi benih kedelai (Hasibuan, 2006).

Kalium (K) termasuk unsur hara esensial primer bagi tanaman yang

diserap oleh tanaman dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan unsur-

unsur hara lainnya bagi seluruh makhluk hidup. Pada jaringan tanaman, kalium

menyusun 1,7–2,7% bahan kering daun normal. Kalium terlibat dalam berbagai

proses fisiologi tanaman yaitu dalam berbagai reaksi biokimia (Novizan, 2007).

2.4. Urea (CO(NH2)2)

Pupuk urea mengandung 46% nitrogen (N). Karena kandungan N yang

tinggi menyebabkan pupuk ini sangat higroskopis. Urea sangat mudah larut dalam

air dan bereaksi cepat, juga menguap dalam bentuk amonia. Berdasarkan bentuk
fisiknya maka urea dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu urea prill dan urea

nonprill.

1.Urea Prill

Urea Prill merupakan jenis urea yang telah dikenal selama ini. Butirannya

kecil hingga halus dan berwarna putih. Sifat – sifat kimianya seperti ulasan di

atas.

Adapun keuntungan atau kemudahan dalam penggunaan urea prill ini antara

lain sebagai berikut :

1) Urea prill sudah dikenal luas dikalangan petani dengan tingkat

kepercayaan tinggi sehinggga dijadikan prioritas utama dalam

pemupukan.

2) Urea prill mudah diperoleh diberbagai tempat seperti KUD,

pengencer pupuk, atau kios kelompok tani.

3) Harganya cukup murah sehingga terjangkau oleh daya beli petani.

4) Urea prill dapat dibeli dalam berbagai ukuran sesuai kemasan

kebutuhan.

5) Penggunaannya mudah, bisa disebar langsung atau dilarutkan

terlebih dahulu.

6) Kandungan hara nitrogennya cukup tinggi, yaitu 46%.

7) Urea prill dapat dimanfaatkan untuk penggunaan selain pemupukan

tanaman, yaitu pemupukan tambak, campuran ransum ternak,

campuran pembuatan lem pada industri kayu, serta campuran bahan

pengolahan kain pada industri sandang. Disamping kelebihan atau


kemudahan yang disandang oleh urea prill, terdapat juga

kekurangan atau kelemahannya. Kelemahan ini umumnya belum

banyak diketahui atau disadari oleh petani.

Akibatnya, mereka pun tidak tahu kalau sebenarnya mereka sudah mengalami

kerugian secara ekonomis. Adapun kelemahan dari urea prill sebagai berikut :

1) Oleh karena sifatnya mudah menyerap air dari udara (higrokopis)

maka pupuk ini mudah basah atau hancur.

2) Bila sudah berubah menjadi basah (mencair) yang berarti kandungan

nitrogennya sudah terlepas maka pupuk dapat dikatakan sudah rusak.

3) Urea prill memiliki butiran yang cukup kecil yang berarti

mempunyai bidang permukaan luas, akan lebih cepat mengalami

pelarutan, penguapan, dan pencucian unsur N dibanding jenis lain.

4) Urea prill mudah menguap, larut, dan tercuci sehingga hanya 30 –

50% saja yang termanfaatkan oleh tanaman.

2. Urea nonprill

Urea nonprill terdiri dari berbagai jenis, diantaranya ialah urea ball

fertilizer, urea super granule, urea briket, dan urea tablet. (

a. Urea ball fertilizer

Merupakan pupuk urea yang berbentuk bola – bola kecil dengan respons

tinggi. Unsur N-nya terlepas secara lambat dan dapat diikat kuat oleh partikel

tanah yang pada saatnya nanti akan diserap akar tanaman. Meskipun memiliki

respon cukup bagus, tetapi pupuk urea ini belum dapat diaplikasiakan secara luas

di lapangan karena alasan teknis dan komersial. Biasanya pupuk ini digunakan
hanya sebagai pupuk susulan untuk mengimbangi kehilangan nitrogen dari urea

prill yang dipupukkan.

b. Urea Super Granule (USG)

Merupakan pupuk yang mirip urea prill, hanya saja ukuran butirannya

lebih besar. Urea jenis ini belum bisa dipasarkan dalam jumlah banyak karena

proses pembuatannya masih terlalu mahal atau tidak komersial. Padahal USG ini

mampu meningkatkan produksi padi rata – rata 3,4 – 20,4% gabah kering giling

dibandingkan penggunaan urea prill.

c. Urea Briket

meupakan proses lanjut dari urea prill yang dipadatkan dan merupakan

penyempurnaan dari pupuk uSG. Bentuknya pipih cakram, rapuh dan mudah

pecah serta mudah lengket. Sifat kimia pupuk ini pun sama dengan urea prill

maupun USG.

d. Urea Tablet

merupakan urea prill yang sudah melalui proses pengempaan bertekanan

tinggi sehingga menjadi bentuk tablet.

2.5. SP-36

SP-36 mulai populer akhir – akhir ini karena keberadaab TSP di pasaran

mulai berkurang. Masalahnya kandungan bahan impor dari TSP sulit diperoleh.

Kadar P2O5 pupuk SP-36 hanya 36%.Namun, fisik, warna dan sifatnya tidak

berbeda dengan TSP.


Spesifikasi Pupuk SP36

1. Kadar P2O5 total minimal 36%

2. Kadar P2O5 laryt Asam Sitrat minimal 34%

3. Kadar P2O5 larut dalam air minimal 30%

4. Kadar air maksimal 5%

5. Kadar Asam Bebas sebagai H3PO4 maksimal 6%

6. Berbentuk granul (butiran)

7. Warna abu-abu

Sifat Pupuk SP36

1. Tidak higroskopis / tidak mudah menghisap air.

2. Mudah larut dalam air

2.5. Pupuk KCL 

Pupuk kcl atau kalium klorida merupakan pupuk buatan yang memiliki

kandungan unsur hara kalium tinggi, yakni 60 persen. Dengan kandungan kalium

60 persen, pupuk KCL memberikan ragam manfaat bagi beberapa tanaman.

Kandungan pupuk kcl:

 Kalium (K2O) : 60%

 Uncoated KCl : 95-99.5%

 NaCl : 0.5-5%

 pH 7-10 (larut dalam air 10%)


 Bentuk : Kristal Padat

 Warna   : Putih Kemerahan

2.6. Eco Farming

Eco Farming adalah pupuk atau nutrisi berbahan organik super aktif yang

sudah mengandung unsur hara lengkap sesuai kebutuhan tanaman juga dilengkapi

dengan bakteri positif yang akan menjadi biokatalisator dalam proses

memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia dalam rangka mengembalikan

kesuburan tanah. Eco Farming dapat menekan kebutuhan pupuk lainnya sampai

25%, bahkan 0% sehingga bisa menjadi alternatif pengembangan produksi

pertanian sehat ramah lingkungan menjadi lebih praktis, efektif, efisien dan

ekonomis (menghemat biaya pemupukan).

Eco Farming Memiliki 2 Sasaran Utama Yaitu:

1. Meningkatkan Kesuburan Tanah

Memperbaiki Struktur Dan Tekstur (Fisik Tanah), Biologi Dan Kimia Tanah

Sehingga Lahan Menjadi Sehat Dan Subur Sebagai Media Tumbuh Bagi

Tanaman.

2. Sebagai Nutrisi Tanaman

Menyediakan nutrisi atau unsur hara tanaman lengkap sehingga tanaman akan

tumbuh normal dan sehat serta akan menghasilkan produksi panen optimal bahkan

maksimal.
3 MANFAAT ECO FARMING YANG LANGSUNG DI RASAKAN:

TANAH

 Meningkatkan unsur hara tanah

 Mengurai bahan organik dalam tanah

 Meningkatkan pH menjadi normal (pH 7)

 Mengembalikan kesuburan lahan (restorasi)

TANAMAN

 Memaksimalkan potensi hasil produksi.

 Menjadikan imunitas tanaman lebih kuat (tahan serangan OPT).

 Menjadikan tanaman sehat dan produktif.

 Mempercepat masa waktu panen dan meningkatkan kualitas hasil panen.

PETANI

 Meringankan biaya produksi khususnya pupuk dan pestisida kimia.

 Menjadikan alternatif pemupukan berimbang (ALL IN ONE).

 Menekan pemakaian hingga 25% pupuk kimia dari normalnya


II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

2.1.Tempatdan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilak sanakan di jl. P. Naga, Denai Lama , Pantai Labu

,Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara. Peneitianini di Laksanakan bulan.

2.2. Bahan dan Alat

Benih padi Varietas Sikumpay, Ciherang, impari 42, pupuk

Ecofarming, dan pupuk Anorganik.

Alat yang digunakan adalah cangkul, patok bambu, benang nilon,

meteran, tali plastik, timbangan, ember, karung, gunting serta alat-alat lain yang

mendukung penelitian.

2.3.Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan model Rancangan Petak Terpisah (RPT)

Faktorial dengan tiga factor. Faktor pertama yakitu tanpa pemupukan, Faktor

kedua menggunakan Pupuk NPK ( Urea, SP-36, dan KCL), dan Faktor ketiga

menggunakan pupuk Eco Farming.

1. PetakUtamaArtifisialterdiridari 2 taraf :

p0 = Tanpa Dipupuk

p1= Pupuk NPK ( Urea, SP-36, dan KCL)

P2= Pupuk Eco Farming

2. Faktor Waktu Aplikasi Pupuk (A) terdiri dari:

A1= 7 HST

A2= 21 HST

A3= 35 HST
Dosis Anjuran

100kg/ha Urea, 50 kg/ha SP36, 100 kg/ha KCL

4 tube/ha Eco Farming

Jumlah Kombinasi Perlakuan 3x3 = 9 Kombinasi Perlakuan.

P0A1 P1A1 P2A1

P0A2 P1A2 P2A2

P0A3 P1A3 P2A3

Jarak Antar Tanaman = 40 cm

Jenis Kolom = Legowo 4:1

Jumlah Ulangan = 3 ulangan

Jarak Antar Plot = 50 cm

Jarak Antar Ulangan = 100 cm

Jumlah Plot = 27 plot

Jumlah Tanaman Perplot = 4 tanaman

2.4 Analisi Penelitian

Menurut (Gomez dan Gomez, 2007) model linier analisis untuk

Rancangan Petak Terpisah (RPT) adalah :

Ŷijk= μ + Bi + Hj + eij + Vk + (HV) jk + Eijk

Dimana :
Ŷijk= Hasil pengamatan dari factor H pada taraf ke -j dan faktor v pada taraf ke –k

oada blok ke -i

μ = Efek nilai tengah

Bi = Efek ulangan pada taraf ke-i

Hj = Efek factor H pada taraf ke-j

eij = Pengaruh sisa (eror) untuk petak utama

Vk = Efek factor v taraf ke-k

(HV) jk= Efek dari interaksi dari H pada taraf ke –j dan factor V pada taraf ke -k

Eijk = Pengaruh sisa (eror) untuk anak petak.


2.5 Pelaksanaan Penelitian

a. Perlakuan Benih

Benih yang digunakan adalah benih padi varietas Sikumpay, Impari 42,

dan Ciherang. Untuk penelitian ini perendaman benih dilakukan terlebih dahulu

untuk menyeleksi biji yang bernas, biji yang mengambang atau mengapung

dibuang karena tidak dibenarkan untuk bibit.

b. Persiapan Lahan Penelitian

Areal lahan penelitian di bersihkan dan kemudian di bajak. Namun di

zaman modern ini pembajakan tidak lagi dilakukan dengan mencangkul tetapi

dengan menggunakan sapi ataupun traktor. Setelah melalui pembajakan,

kembali genangi media tanam dengan air. Air diberikan dalam jumlah banyak

untuk menutupi seluruh lahan dengan ketinggian hingga 10 cm. Biarkan air pada

media tanam terus menggenang. Air yang menggenang selama dua minggu

akan menyebabkan media tanam menjadi berlumbur dan racun pun dapat hilang

karena ternetralisir.

c. Pembuatan Plot Penelitian

Setelah tanah siap diolah maka dibuat plot dengan ukuran 200 cm x 200cm

dengan tinggi plot adalah 30cm. Jumlah plot perulangan adalah 9 plot sedangkan

jumlah ulangan 3 maka jumlah plot seluruhnya adalah 27 plot.

d. Pembuatan Jarak Tanam

Pembuatan atau pengaturan jarak tanam sangant mempengaruhi

pertumbuhan dan produksi tanaman baik secara monokultur atau dengan sistem

tumpang sari. Pengaturan jarak tanam juga dimaksudkan agar tanaman dapat
memperoleh kebutuhan hidupnya secara merata, khususnya dalam hal

kebutuhannya akan air, unsur hara, dan cahaya matahari. Untuk pertanaman padi

Sikumpay, Impari42, dan Ciherang dengan sistem jajar legowo 4:1 menggunakan

beberapa jarak tanam yaitu 40cm x 40cm.

e. Persemaian

Persemaian dilakukan setelah menentukan bibit yang unggul. Bibit unggul

tersebut kemudian akan disemai di wadah persemaian. Wadah persemaian terlebih

dahulu harus disiapkan. Kebutuhan wadah semai diberikan dalam perbandingan

sebesar 1 : 20. Misalkan akan menggunakan lahan sawah sebesar 1 hektar maka

wadah persemaiannya sekitar 500 m2. Lahan pada wadah persemaian haruslah

juga berair dan berlumpur. Berikan pupuk urea dan pupuk TSP pada lahan

persemaian dengan dosis masing-masing 10 gr per 1 m 2. Jika lahan persemaian

sudah siap, sebarkan benih yang telah berkecambah dengan merata.

f. Penanaman

Proses penanaman dilakukan setelah benih pada proses persemaian telah

tumbuh daun sempurna sebanyak tiga hingga empat helai. Jangka waktu dari

persemaian ke bibit siap tanam umumnya sekitar 12 hingga 14 hari saja. Jika

sudah siap tanam, pindahkan bibit dari lahan semai ke lahan tanam. Pemidahan

dilakukan dengan hati-hati dan tidak merusak tanaman. Penanaman dilakukan

pada lubang-lubang tanam yang telah disiapkan. Khusus untuk tanaman padi

dalam satu lubang dapat ditanam dua bibit sekaligus. Penanaman dilakukan

dengan memasukkan bagian akar membentuk huruf L agar akar dapat tumbuh

dengan sempurna. Kedalaman bibit ditanam pun ditentukan berkisar pada rentang
1 cm hingga 15 cm. Masa penanaman padi lebih baik dilakukan dua kali dalam

setahun berdasarkan masa penanamannya yang ideal.

g. Pemeliharaan

1.Pengairan

Cara pengairan berselang: 1) Tanam bibit dalam kondisi sawah macakmacak;

2) Secara berangsur tanah diairi 2-5 cm sampai tanaman berumur 10 hari; 3)

Biarkan sawah mengering sendiri, tanpa diairi (biasanya 5-6 hari); 4) Setelah

permukaan tanah retak selama 1 hari, sawah kembali diairi setinggi 5 cm; 5)

Biarkan sawah mengering sendiri, tanpa diairi (5-6 hari) lalu diairi setinggi 5

cm.Pengairan berselang memerlukan pengaturan kapan lahan digenangi dan

dikeringkan.  Ulangi hal di atas sampai tanaman masuk stadia pembungaan.  Sejak

fase keluar bunga sampai 10 hari sebelum panen, lahan terus diairi setinggi 5 cm,

kemudian lahan dikeringkan.  Sepuluh hari sebelum panen lahan dikeringkan.

2.Penyisipan

Penyisipan dilakukan apabila ada tanaman yang mati.Tanaman yang mati

secepatnya diganti dengan tanaman sisipan yang telah disediakan.Penyisipan padi

sawah dilakukan pada umur 1 – 3 minggu setelah tanam

3.Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual dengan membersihkan gulma

menggunakan cangkul atau dicabut dengan menggunakan tangan dengan interval

waktu seminggu sekali atau disesuaikan dengan keadaan gulma dilapangan.

Penyiangan bertujuan untuk menghindari persaingan pada tanaman.


3.Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan apabila ditemukan gejala

serangan mencapai ±10 tanaman yang terserang hama dang penyakit. Kemudian

dilakukan pengaplikasian pestisida terhadap tanaman yang terserang dan yang

tidak terserang hama dan penyakit.

4. Pemupukan

Pemberian pupuk majemuk sesuai perlakuan yaitu 7 hari setelah tanam, 21

hari setelah tanam dan 42 hari setelah tanam, Pupuk yang digunakan adalah Urea

0,03 kg (30 gram), SP-36 0,04 (40 gram) dan KCL 0,02 kg (20 gram). -

sedangkan untuk pupuk Eco Farming menggunakan pupuk sebanyak 60 mililiter.

f. Panen

Pemanenan dilakukan pada saat 95% bulir sudah menguning atau 33-36

hari setelah pembungaan dengan asumsi bawah malai masih terdapat sedikit

gabah. Panen kacang kedelai dilakukan setelah adanya tanda-tanda kriteria panen

yaitu batang mulai mengeras, daun menguning, sebagian mulai berguguran.

2.6 Parameter Pengamatan Tanaman Padi

a.Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman mulai di ukur dari umur dua minggu setelah tanam dengan

interval selanjutnya dengan satu minggu sekali. Metode pengukuran dilakukan

dari pangkal bawah hingga ujung daun bendera. Sedangkan untuk tanaman

kedelai pengukuran tinggi tanaman dimulai dari pangkal batang sampai titik

tumbuh.
b.Jumlah Malai Produktif

Pada tanaman Padi jumlah malai produktif dihitung pada saat tanaman

mengeluarkan malai. Perhitungan jumlah malai produktif pada saat padi sudah

mengeluarkan malai berkisar 75 % pada tiap plot nya dan di masukkan ke dalam

amplop/plastik yang sudah di beri nomor sampel/nomor kode.

c. Bobot Gabah per Seribu Butir (gr) / Berat 100 biji (gr)

Dilakukan dengan mengambil secara acak 100 butir benih dengan 8 ulangan

dan setiap ulangan ditimbang beratnya Perhitungan berat 100 biji diukur dengan

penimbangan biji yang diambil secara acak sebanyak 100 biji dari setiap plot

perlakuan lalu ditimbang.

d.Berat Gabah per plot (kg)

Perhitungan berat gabah per plot dilakukan dengan penimbangan bobot

biji dari seluruh tanaman perplotnya yang diambil pada setiap perlakuan.

e. Jumlah Anakan Produktif

Jumlah anakan produktif dihitung pada saat tanaman mengeluarkan malai

secara sempurna, dihitung anakan yang mengeluarkan malai

f. Berat Gabah Kering Per plot

Berat gabah kering panen dihitung dengan menimbang gabah setiap

sample setelah panen. Sebelum penimbangan dilakukan, kadar air gabah harus

sesuai standarisasi yaitu 12-14 %.


DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1992.Pertumbuhan dan Morfologi Tanaman Padi.http://zs.shuidao.cn/IRRI


regional sites/Indonesia.pdf
Antara,2006. Padi Sawah. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Malang.
Alisjahbana, 2011. Peranan Pupuk NPK pada Tanaman Padi. Jurnal. Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi.
Adisarwanto, T., 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya, Jakarta

[BBSDLP] Balai Besar Sumber Daya Lahan dan Pengembangan Pertanian. 2011.
Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Bogor:
Kementerian Pertanian
Departemen Pertanian. 1983. Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija, dan
Sayursayuran. Departemen Pertanian. Satuan Pengendali Bimas. Jakarta.
Firmanto, B.H.,2011. Sukses Bertanam Padi Secara Organik. Bandung :
Angkasa Bandung

Mulyani, A. 2011. Panduan Metode Pengukuran Karbon Tersimpan di Lahan

Gambut. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan

Litbang Pertanian. Kementrian Pertanian dan World Agroforestry Center,

SEA. Bogor. 58 hal.

Triyogi. 2018. Kedelai, Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif.Penebar


Swadaya.
Jakarta
Lampiran 1. Bagan Penelitian

Ulangan I Ulangan II Ulangan III

200 cm 100 cm

P0A1 P1A1 P2A1


200 cm

50 cm
P0A2 P1A2 P2A2

U P0A3 P1A3 P2A3

P0A1 P1A1 P2A1

50 cm
P0A2 P1A2 P2A2

P0A3 P1A3 P2A3

P0A1 P1A1 P2A1

50 cm
P0A2 P1A2 P2A2

P0A3 P1A3 P2A3

Keterangan :

a. Ukuran plot 200 x 200 cm


b. Jarak antar Ulangan 100 cm

c. Jarak antar Plot 50 cm

Anda mungkin juga menyukai