Anda di halaman 1dari 19

PEMBERIAN LIMBAH KULIT KOPI TERHADAP PERTUMBUHAN

DAN PERKEMBANGAN KEDELAI HITAM

PAPER

OLEH :
JEREMY LAMHOT PARSAULIAN NABABAN
150301124
AGROEKOTEKNOLOGI 3A

P R A K T I K U M
D A S A R
A G R O N O M I
P R O G R A M S T U D I A G R O E K O T E K N O LO G I
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016

PEMBERIAN LIMBAH KULIT KOPI TERHADAP PERTUMBUHAN


DAN PERKEMBANGAN KEDELAI HITAM

PAPER

OLEH :
JEREMY LAMHOT PARSAULIAN NABABAN
150301124
AGROEKOTEKNOLOGI 3A
Paper sebagai salah satu syarat untuk melengkapi komponen penilaian pada
Praktikum Dasar Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Diketahui Oleh
Asisten Koordinator

(Christofel P. H. Pasaribu, SP )

Diperiksa Oleh
Asisten Korektor I

Diperiksa Oleh
Asisten Korektor II

(Hendri Tamba)
110301189

(Aulia Abdul Rahman)


120301015

P R A K T I K U M
D A S A R
A G R O N O M I
P R O G R A M S T U D I A G R O E K O T E K N O LO G I
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan paper ini.
Adapun judul dari paper ini adalah Pemberian Limbah Kulit Kopi
Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Kedelai Hitam yang merupakan
salah satu syarat untuk melengkapi komponen penilaian pada Praktikum Dasar
Agronomi Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen
pengajar mata kuliah Dasar Agronomi, yaitu Ir. Revandy I.N Damanik, M.Sc ;
Ferry Ezra T. Sitepu, M.Sc ; Ir. Meiriani, M.P ; Ir Asil Barus, M.S ; dan

Ir.

Rosita Sipayung, M.P , serta kepada para asisten yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan paper ini.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan paper ini. Akhir
kata, penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Mei 2016

Penulis

DAFTAR ISI

I.
II.
III.

KATA PENGANTAR......................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang...............................................................................1
Tujuan Penulisan............................................................................2
Kegunaan Penulisan.......................................................................2

IV.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman.............................................................................3
Syarat Tumbuh
Iklim...................................................................................5
Tanah..................................................................................5

V.

PEMBERIAN LIMBAH KOPI TERHADAP PERTUMBUHAN


DAN PERKEMBANGAN KEDELAI HITAM
Limbah Kulit Kopi.........................................................................7
Pertumbuhan Dan Perkembangan..................................................8
Pengaruh Pemberian Limbah Kopi pada Kedelai Hitam...............9
Kelebihan dan Kekurangan Limbah Kopi....................................10
Teknik Pengaplikasian Limbah Kopi pada Kedelai Hitam..........11

VI.
VII.

KESIMPULAN................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................14

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan


oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan
antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19. Kedelai mulai dikenal di
Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai
yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau
pulau lainnya (Irwan, 2006).
Kedelai hitam (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman asli Asia
yang sangat baik ditanam di wilayah tropis seperti Indonesia. Kedelai hitam juga
sudah lama menjadi bagian dari kuliner Indonesia. Kecap manis yang ada di setiap
masakan berbahan baku kedelai hitam. Penggunaan kedelai hitam dalam pangan
masih sangat sedikit dibandingkan kedelai kuning yang banyak digunakan sebagai
bahan baku pangan seperti tahu, tempe, susu kedelai, dll. Kedelai hitam juga dapat
mencegah proses oksidasi dini dan penyakit degenaratif karena mangandung
antioksidan berupa antosianin (Damardjati et al., 2005).
Pada dasarnya kecambah/tauge dapat dibuat dari berbagai biji-bijian,
demikian juga kedelai hitam yang merupakan salah satu varietas kedelai dan
memiliki banyak kelebihan, baik dari segi kesehatan maupun ekonomis
(Nurhidajah, Syaiful dan Nurrahman, 2012).
Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring
dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Oleh karena
itu, diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus diimpor karena produksi
dalam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan budidaya
kedelaipun diperluas dan produktivitasnya ditingkatkan (Anggoro, 2013).

Penggunaan pupuk anorganik (pupuk kimia) dalam jangka panjang


menyebabkan kadar bahan organik tanah menurun, struktur tanah rusak, dan
pencemaran lingkungan. Hal ini jika terus berlanjut akan menurunkan kualitas
tanah dan kesehatan lingkungan. Untuk menjaga dan meningkatkan produktivitas
tanak diperlukan kombinasi pupuk anorganik dengan pupuk organik yang tepat
(Isnaini, 2006).
Limbah kopi merupakan salah satu contoh pupuk organik. Limbah kulit
buah kopi memiliki kadar bahan organik dan unsur hara yang memungkinkan
untuk memperbaiki sifat tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Corganik kulit buah kopi adalah 4,53 %, kadar nitrogen 2,98 %, fosfor 0,18 % dan
kalium 2,26 %. Selain itu kulit buah kopi juga mengandung unsur Ca, Mg, Mn,
Fe, Cu dan Zn. Dalam 1 ha areal pertanaman kopi akan memproduksi limbah
segar sekitar 1,8 ton setara dengan produksi limbah kering 630 kg
(Dirjen Perkebunan, 2006).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari paper ini untuk mengetahui manfaat dari
pemberian limbah kulit kopi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kedelai
hitam.
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan dari paper ini sebagai salah satu syarat untuk
melengkapi komponen penilaian pada praktikum Dasar Agronomi Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan
sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman
Menurut Adisarwanto (2008), klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut :
Kingdom : Plantae ; Divisio : Spermatophyta ; Subdivisio: Angiospermae ;
Kelas : Dicotyledonae ; Famili : Leguminosae ; Genus : Glycine ;
Species : Glycine max (L.) Merril
Struktur akar tanaman kedelai terdiri atas akar lembaga (radikula), akar
tunggang (radix primaria), dan akar cabang (radix lateralis) berupa akar rambut.
Akar kedelai memiliki bintil akar yang bentuknya bulat atau tidak beraturan yang
merupakan koloni dari bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri ini bersimbiosis
dengan nitrogen bebas dari udara (Hanum, 2008).
Pada tanaman kedelai dikenal dua tipe pertumbuhan batang, yaitu
determinit dan indeterminit. Jumlah buku pada batang akan bertambah sesuai
pertumbuhan umur tanaman, tetapi pada kondisi normal jumlah buku berkisar
antara 15 20 buku dengan jarak antarbuku berkisar antara 2 9 cm. Batang pada
tanaman kedelai ada yang bercabang dan ada pula yang tidak bercabang,
tergantung dari karakter varietas kedelai, tetapi umumnya cabang pada tanaman
kedelai berjumlah antara 1 5 cabang (Adisarwanto, 2008).
Kedelai mempunyai empat tipe daun yaitu kotiledon atau daun biji, dua
helai daun primer sederhana, daun bertiga, dan daun profila. Daun primer
berbentuk oval dengan tangkai daun sepanjang 12 cm, terletak berseberangan
pada buku pertama diatas kotiledon. Tipe daun yang lain terbentuk pada batang
utama dan cabang lateral terdapat daun trifoliat yang secara bergantian dalam

susunan yang berbeda. Anak daun bertiga mempunyai bentuk yang bermacam
macam, mulai bulat hingga lancip (Sumarno et al., 2007).
Bunga kedelai termasuk sempurna karena pada setiap bunga memiliki alat
reproduksi jantan dan betina. Penyerbukan bunga terjadi pada saat bunga masih
tertutup sehingga kemungkinan penyerbukan silang sangat kecil, yaitu hanya
0,1%, warna bunga kedelai ada yang ungu dan putih. Potensi jumlah bunga yang
terbentuk bervariasi, tergantung dari varietas kedelai, tetapi umumnya berkisar
antara 40 200 bunga pertanaman. Hanya saja, umumnya di tengah masa
pertumbuhannya, tanaman kedelai kerap kali mengalami kerontokan bunga hal ini
masi di kategorikan wajar bila kerontokan yang terjadi berada pada kisaran 20
40 %. (Adisarwanto, 2008).
Buah atau polong kedelai berbentuk pipih dan lebar yang panjangnya 5
cm, warnah polong kedelai bervariasi, bergantung pada varietasnya. Ada yang
berwarnah cokelat muda, cokelat, cokelat kehitaman, putih dan kuning
kecokelatan (warna jerami). Disamping itu permukaan polong mempunyai
struktur bulu yang beragam, warna bulu polong juga bervariasi, bergantung pada
varietasnya. Ada yang berwarna cokelat, abu abu, cokelat tua, cokelat kuning,
dan putih. Polong kedelai bersusun bersegmen segmen yang berisi biji. Jumlah
biji dalam polong bervariasi antara 1 4 buah, bergantung pada panjang polong.
Pada polong yang berukuran panjang, jumlah bijinya lebih banyak jika
dibandingkan dengan polong yang pendek (Cahyono, 2007).
Bentuk biji kedelai tidak sama tergantung kultivar, ada yang berbentuk
bulat, agak gepeng, atau bulat telur. Namun sebagian, besar biji kedelai berbentuk
bulat telur. Ukuran dan warna biji kedelai juga tidak sama, tetapi sebagian besar

berwarna kuning dengan ukuran biji kedelai yang dapat digolongkan dalam tiga
kelompok, yaitu biji kecil (< 10 g/100 biji), berbiji sedang ( 10 12 gram/100 biji,
dan berbiji besar (13 18 gram/100 biji) (Adisarwanto, 2008).
IV.1.2. Syarat Tumbuh
Iklim
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang kedelai antara 800-1.300
mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan rontok dan bunga tidak
terserbuki oleh lebah. Selain itu, hujan yang terus-menerus akan meningkatkan
kelembaban di sekitar pertanaman kacang kedelai (Irwan, 2006).
Suhu udara bagi tanaman kacang kedelai tidak terlalu sulit, karena suhu
udara minimal bagi tumbuhnya kacang kedelai sekitar 28-320 0C. Bila suhunya di
bawah 100 0C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, bahkan jadi
kerdil dikarenakan pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Kelembaban udara
untuk tanaman kacang kedelai berkisar antara 65-75%. Adanya curah hujan
yang tinggi akan meningkatkan kelembaban terlalu tinggi di sekitar pertanaman
(Sutrisno, 2012).
Tanah
Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman kacang kedelai adalah jenis tanah
yang gembur dan bertekstur ringan dan subur. Ketinggian tempat yang baik dan
ideal untuk tanaman kacng kedelai adalah pada ketinggian antara 500 mdpl. Jenis
kacang kedelai tertentu dapat ditanam pada ketinggian tertentu untuk dapat
tumbuh optimal (Irwan, 2006).
Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya tanaman kacang
kedelai adalah antara 6,0-6,5. Kekurangan air akan mengakibatkan tanaman kurus,

kerdil, layu dan akhirnya mati. Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air
atau sumber air yang ada di sekitar pertanaman. Tanah yang berdrainase dan
beraerasi baik atau lahan yang tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering, baik
bagi pertumbuhan kacang kedelai (Sutrisno, 2012).

PEMBERIAN LIMBAH KULIT KOPI TERHADAP PERTUMBUHAN


DAN PERKEMBANGAN KEDELAI HITAM

Limbah Kopi
Kopi merupakan salah satu penghasil sumber devisa Indonesia, dan
memegang peranan penting dalam pengembangan industri perkebunan. Dalam
kurun waktu 20 tahun luas areal dan produksi perkebunan kopi di Indonesia,
khususnya perkebunan kopi rakyat mengalami perkembangan yang sangat
signifikan. Pada tahun 1980, luas areal dan produksi perkebunan kopi rakyat
masing-masing sebesar 663 ribu hektar dan 276 ribu ton, dan pada tahun 2009
terjadi peningkatan luas areal dan produksi yang masing-masing sebesar 1.241
juta hektar dan 676 ribu ton (Ditjenbun, 2010).
Kopi termasuk tanaman yang menghasilkan limbah hasil sampingan
pengolahan yang cukup besar yang berkisar antara 50-60 persen dari hasil panen
berupa kulit kopi. Limbah kulit kopi dapat dijadikan sebagai bahan dasar
pembuatan pupuk kompos. Kandungan organik pada setiap bahan organik
cenderung berbeda tergantung pada susunan bahan pembentuknya. Pemanfaatan
pupuk kompos dari limbah kulit kopi dapat mengurangi ketergantungan pupuk
kimia dan menjaga kontinuitas penggunaan lahan serta kelestarian lingkungan
(Afrizon, 2010).
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat
berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah. Selain harganya murah, pupuk organik mengandung banyak
unsur hara. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk
kandang, limbah ternak, limbah kota (sampah), dan sisa panen salah satunya yaitu
limbah kulit kopi (Ayub, 2010).

Ditjenbun (2006) melaporkan bahwa dalam 1 ha areal pertanaman kopi


akan memproduksi limbah segar sekitar 1,8 ton setara dengan produksi tepung
limbah 630 kg. Oleh karena itu, limbah padat dan cair yang dihasilkan dari
tahapan pengolahan kopi basah sangat tinggi. Upaya pemanfaatan limbah
pengolahan kopi baik dalam bentuk padat maupun cair menjadi produk yang
memiliki nilai ekonomi lebih tinggi perlu dilakukan sekaligus untuk menekan
dampak negatif limbah terhadap pencemaran lingkungan.
Ketersediaan limbah kulit kopi cukup besar, pada pengolahan kopi akan
menghasilkan 65% biji kopi dan 35% limbah kulit kopi. Sedangkan produksi kopi
Indonesia pada tahun 2009 mencapai total 689 ribu ton (Melyani, 2009).
Limbah kulit kopi termasuk limbah padat. Limbah padat adalah bahan sisa
usaha yang tidak terpakai berbentuk padatan atau semi padatan. Unsur yang
terkandung pada limbah kuli kopi antara lain Nitrogen, Phospor, dan Kalium
(Afrizon, 2010).
Limbah kulit buah kopi mengandung bahan organik dan unsur hara yang
potensial untuk digunakan sebagai media tanam. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kadar C-organik kulit buah kopi adalah 45,3%, kadar nitrogen 2,98%,
fosfor 0,18% dan kalium 2,26% (Ditjenbun, 2006).
Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan kedelai terbagi atas tiga fase utama yaitu fase pertumbuhan
vegetatif, generatif, dan pemasakan. Fase pertumbuhan vegetatif terdiri atas tiga
fase yaitu fase perkecambahan, perkembangan kotiledon, dan munculnya daun.

Sedangkan fase pertumbuhan generatif terdiri dari empat fase yaitu fase
pembungaan, fiksasi nitrogen, pembentukan polong, serta pembentukan biji. Fase
pertumbuhan akhir tanaman kedelai ialah fase pemasakan (Pedersen, 2007).
Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman mulai muncul ke
permukaan tanah sampai saat mulai berbunga. Stadia perkecambahan dicirikan
dengan adanya kotiledon, sedangkan penandaan stadia pertumbuhan vegetatif
dihitung dari jumlah buku yang terbentuk pada batang utama. Stadia vegetatif
umumnya dimulai pada buku ketiga. Fase pertumbuhan vegetatif diawali dengan
fase perkecambahan. Fase perkecambahan terjadi saat umur 3-7 HST. Faktor yang
mempengaruhi fase ini antara lain: kelembaban tanah, temperatur tanah, serta
kedalaman lubang tanam. Kotiledon telah terangkat di atas permukaan tanah. Fase
perkembangan kotiledon terjadi saat umur 7-15 HST. Kotiledon telah berkembang
sempurna. Daun mulai terbentuk dan masih menggulung. Fase munculnya daun
ialah fase akhir dari pertumbuhan vegetatif. Fase ini terjadi bersamaan dengan
berkembangnya kotiledon secara sempurna. Fase ini terdiri dari beberapa tahap
yaitu munculnya trifolial pertama hingga trifolial keenam. Umur maksimal
tanaman saat fase ini berlangsung ialah antara 22-30 HST (Pedersen, 2007).
Fase

reproduktif

terjadi

pada

pembentukan

dan

perkembangan

kuncupkuncup bunga, buah dan biji atau pada pembesaran dan pendewasaan
strutur penyimpanan makanan, akar-akar dan batang (Suketi, 2010).
Pengaruh Pemberian Limbah Kulit Kopi pada Kedelai Hitam
Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas
mikroorganisme. Bahan organik merupakan sumber energi dan bahan makanan
bagi mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Bahan organik segar yang

ditambahkan ke dalam tanah akan dicerna oleh berbagai jasad renik salah satunya
fungi yang ada dalam tanah dan selanjutnya didekomposisi jika faktor lingkungan
mendukung terjadinya proses tersebut. Makin banyak bahan organik semakin
banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008).
Oleh karena itu banyak tanah-tanah yang tingkat kesuburannya sangat
rendah, sehingga perlu dilakukan penambahan bahan organik. Penambahan bahan
organik diantaranya dapat dilakukan dengan pemberian kompos, baik yang
berasal dari kotoran hewan maupun sisa-sisa limbah produksi pertanian misalnya
limbah kulit kopi. Pada umumnya limbah kulit kopi hanya dijadikan pakan ternak
atau dibuang begitu saja tanpa dilakukan pengolahan misalnya pengomposan
untuk dikembalikan ke tanah (Etika, 2007).
Kelebihan dan Kekurangan Limbah Kopi
Wibowo (2010) telah melakukan penelitian pemanfaatan limbah padat
kopi sebagai media tanam Anthurium plowmanii Scoat, dan hasil penelitian
menunjukkan bahwa komposisi media tanam kompos kulit buah kopi dan kulit
buah kopi kering dengan perbandingan 1 : 1 dapat digunakan sebagai media
tanam alternatif dan memberikan pertumbuhan yang baik.
Pujiyanto (2007) melaporkan bahwa amelioran tanah dapat dibuat dari
kulit buah kopi segar (90% b/b) yang telah dicampur dengan 10% (b/b) bubuk
bahan mineral berupa 50% zeolit dan 50% fosfat alam, diproses dengan cara
penghalusan sampai membentuk pasta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
limbah kulit buah kopi dapat dimanfaatkan sebagai amelioran tanah alami untuk
meningkatkan daya dukung tanah bagi pertumbuhan dan produksi tanaman.
Komposisi amelioran 90% pasta kulit buah kopi dengan 10% mineral memiliki

karakter fisik dan kimia yang baik, yaitu memiliki kapasitas retensi air, kapasitas
tukar kation, kadar C-organik, dan kadar P yang tinggi sehingga dapat digunakan
untuk memperbaiki tanah. Amelioran kulit buah kopi dengan pupuk buatan
bekerja secara sinergis dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman. Aplikasi
amelioran kulit buah kopi meningkatkan keefektifan aplikasi pupuk anorganik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan 200 g limbah kulit kopi
kering dalam susunan pakan tidak berpengaruh negatif terhadap pertambahan
bobot hidup ternak domba. Hal tersebut menunjukkan bahwa limbah kulit kopi
kering dapat digunakan untuk membantu mengatasi kesulitan pakan ternak
domba. Untuk dapat menghasilkan tingkat pertumbuhan ternak domba yang lebih
baik, maka diperlukan proses pengolahan lebih lanjut terhadap kulit kopi sebelum
diberikan kepada ternak (64 g/hari kulit kopi tanpa proses dan 101 g/hari kulit
kopi yang difermentasi) (Prawirodigdo et al., 2007).
Kulit kopi memiliki kelemahan berupa kandungan serat kasar yang tinggi
(18,20%-21,40%) dan zat anti nutrisi berupa kafein dan tannin sebesar 2,8% dari
bahan kering (Murni, 2008).
Teknik Pengaplikasian Limbah Kopi pada Kedelai Hitam
Pengolahan limbah pertanian secara kimiawi dapat dilakukan dengan
menggunakan bahan-bahan kimia untuk menghilangkan senyawa yang tidak
diinginkan dalam bahan baku. Hal ini dapat memberikan hasil yang signifikan
terhadap bahan baku tanpa mengurangi kandungan nutrisi yang penting dalam
bahan tersebut. Hal yang dapat menghambat dalam pengolahan menggunakan
proses ini adalah mahalnya bahan-bahan kimia yang diperlukan dalam proses ini
dan adanya kemungkinan terjadi residu senyawa berbahaya akibat penggunaan

bahan kimia. Prinsip yang digunakan untuk mengolah limbah cair secara kimia
adalah menambahkan bahan kimia (koagulan) yang dapat mengikat bahan
pencemar yang dikandung air limbah, kemudian memisahkannya (mengendapkan
atau mengapungkan). Kekeruhan dalam air limbah dapat dihilangkan melalui
penambahan/pembubuhan sejenis bahan kimia yang disebut flokulan. Pada
umumnya bahan seperti aluminium sulfat (tawas), fero sulfat, poli amonium
khlorida atau poli elektrolit organik dapat digunakan sebagai flokulan. Untuk
menentukan dosis yang optimal, flokulan yang sesuai dan pH yang akan
digunakan dalam proses pengolahan air limbah, secara sederhana dapat dilakukan
dalam laboratorium dengan menggunakan tes yang merupakan model sederhana
dari proses koagulasi. Dalam pengolahan limbah cara ini, hal yang penting harus
diketahui adalah jenis dan jumlah polutan yang dihasilkan dari proses produksi.
Umumnya zat pencemar industri kain sasirangan terdiri dari tiga jenis yaitu
padatan terlarut, padatan koloidal, dan padatan tersuspensi (Anonim, 2010)

KESIMPULAN
1.

Limbah kulit buah kopi mengandung bahan organik dan unsur hara yang
potensial untuk digunakan sebagai media tanam.

2.

Pertumbuhan kedelai terbagi atas tiga fase utama yaitu fase pertumbuhan
vegetatif, generatif, dan pemasakan.

3.

Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas


mikroorganisme. Bahan organik merupakan sumber energi dan bahan
makanan bagi mikroorganisme yang hidup di dalam tanah.

4.

Kelebihan dari limbah kulit buah kopi yaitu dapat dimanfaatkan sebagai
amelioran tanah alami untuk meningkatkan daya dukung tanah bagi
pertumbuhan dan produksi tanaman sedangkan kelemahannya berupa
kandungan serat kasar yang tinggi (18,20%-21,40%) dan zat anti nutrisi
berupa kafein dan tannin sebesar 2,8% dari bahan kering.

5.

Prinsip yang digunakan untuk mengolah limbah secara kimia adalah


menambahkan bahan kimia (koagulan) yang dapat mengikat bahan
pencemar

yang

dikandung

air

limbah,

kemudian

memisahkannya

(mengendapkan atau mengapungkan).

DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya. Jakarta.
Afrizon. 2010.
Anggoro, Udhoro Kasih. 2013. Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kedelai.
Jakarta.
Anonim3. 2010. Teknologi pengolahan limbah di Rubiyah Sasirangan.
http://rubiyah.com. Diakses pada tanggal 6 Mei 2016
Ayub, Parnata. 2010. Meningkatkan Hasil Panen Dengan Pupuk Organik.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Cahyono. B. 2007. Kedelai. CV. Aneka Ilmu. Semarang.
Damardjati, D. S., Marwoto, D. K. S. Swastika D. M. Arsyad, dan Y. Hilman.
2005. Prospek dan Arah pengembangan Agribisnis Kedelai. Badan
Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta.

Dirjen Perkebunan.2006. Pemanfaatan Limbah Perkebunan. Dikutip dari


http://ditjenbun.deptan.go.id/perbenpro/images/stories/Pdf/pedomanlimb
hbuku-nop.pdf. Diakses pada tanggal 16 Mei 2016.
Ditjenbun. 2010. Pedoman pemanfaatan limbah dari pembukaan lahan. Direktorat
Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian.
Etika, YV. 2007. Pengaruh Pemberian Kompos Kulit Kopi, Kotoran Ayam Dan
Kombinasinya Terhadap Ketersediaan Unsur N, P Dan K Pada Inceptisol.
Universitas Brawijaya. Malang
Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman. DPSMK. Depdiknas
Irwan A.W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill).
Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Jatinangor. Hal : 19-26.
Isnaini,M. .2006.PertanianOrganik.PenerbitKreasi wacana.Yogyakarta.

Lubis, A.U., 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Di Indonesia, Edisi 2.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan, Sumatera utara.
Melyani, V. 2009. Petani Kopi Indonesia Sulit Kalahkan Brazil.
URL:http://www.Tempointeraktif.com/hg/bisnis/2009/07/02/brk,2009070
2-184943,id.html. Diakses 16 Mei 2016.
Murni, R. Suparjo. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah Untuk
Pakan. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Jambi. Jambi.
Nurhidajah, Anwar dan Nurrahman. 2012. Daya Terima dan Kualitas Protein
INVITRO Tempe Kedelai Hitam (Glycine Soja) yang diolah pada Suhu
Tinggi. Semarang.
Pedersen, P., 2007. Soybean Physiology: Yield, Maturity Groups, and Growth
Stages. Department of Agronomy. Iowa State University. Lowa
Prawirodigdo, S.; T. Herawati; B. Utomo; Muryanto; J. Purmianto & Sudarto.
2007. Teknologi pembuatan formula pakan ternak domba dari limbah
kopi. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor. p. 316-322.
Pujiyanto (2007). Pemanfaatan kulit buah kopi dan bahan mineral sebagai
amelioran tanah alami. Pelita Perkebunan, 23, 104-117.
Suketi. K. 2010. Perimbangan dan Pengendalian Fase Pertumbuhan(Vegetatif Reproduktif. Fak. Pertanian IPB. Hal 1 3.

Sumarno dan A.G. Manshuri. 2007. Persyaratan Tumbuh dan Wilayah Produksi
Kedelai di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. Bogor.
Sutrisno, A. 2012. Uji Kandungan Senyawa Isoflavon Dan Morfologi Kalus
Kedelai (Glycine Max (L) Merr) Dengan Penambahan Zpt 2,4 D Pada
Media Ms. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Wibowo R. (2010). Pemanfaatan limbah kulit buah kopi sebagai media tanam
alternatif untuk pertumbuhan tanaman anthurium (Anthurium plowmanii
Scoat). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas
Pertanian,
Universitas Brawijaya. Malang.

Anda mungkin juga menyukai