Anda di halaman 1dari 12

CALUSUM (CANGKANG TELUR SARGASSUM):

EKSTRAKSI Sargassum sp. DAN CANGKANG TELUR


SEBAGAI PUPUK ORGANIK

Ashram Tianshigangga Prabawa

2210531020

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................i

PENDAHULUAN..................................................................1

ANALISIS..............................................................................3

1. Menilik Lebih Jauh Potensi Sargassum sp. dan Cangkang


Telur sebagai Bahan Baku Pupuk Organik..........................3

2. Analisis SWOT Pemanfaatan dan Realisasi Pupuk


CALUSUM..........................................................................5

KESIMPULAN.......................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...........................................................10

i
PENDAHULUAN

“International Rice Research memberikan penghargaan kepada Indonesia


sebagai pengakuan atas sistem pertanian-pangan yang tangguh dan swasembada
beras tahun 2019-2021 melalui penggunaan teknologi inovasi padi.” –
Kementerian Ekonomi (2022)

Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki produksi terhadap sektor


pertanian dan perkebunan yang melimpah. Berbagai jenis tanaman khususnya
yang diperuntukkan sebagai bahan pangan, tumbuh di tanah Indonesia dengan
berbagai manfaat yang diberikan bagi keberlangsungan makhluk hidup.
Pertumbuhan dan perkembangan dari tanaman-tanaman tersebut tentu disebabkan
oleh beberapa faktor misalnya seperti kondisi suhu, iklim, dan lingkungan. Selain
faktor tersebut, nutrisi yang diterima oleh tanaman juga menjadi salah satu hal
mendasar yang mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Faktanya,
tanaman memerlukan zat hara makro dan mikro yang mengandung nutrisi penting
yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Zat hara itu
biasanya diperoleh dari media tanah yang mengandung unsur zat hara makro
seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), magnesium (Mg), dan kalsium (Ca),
serta unsur zat hara mikro seperti boron (B), tembaga (Cu), besi (Fe), mangan
(Mn), dan klor (Cl) (Mukhlis, 2017). Guna menyuplai nutrisi tersebut, para pelaku
di sektor pertanian dan perkebunan telah memanfaatkan peranan pupuk sebagai
pemicu pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi lebih optimal dan
berkualitas.

Pupuk merupakan suatu bahan atau material yang berasal dari campuran
unsur hara makro dan mikro dan berfungsi dalam mengubah fisik, sifat kimia,
atau biologi tanah guna menyediakan unsur hara sehingga pertumbuhan tanaman
menjadi lebih optimal (Riadi, 2018). Sementara itu, menurut Menteri Pertanian
Nomor 505 Tahun 2006, pupuk merupakan bahan kimia atau organisme yang
berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung
maupun tidak langsung. Berdasarkan bahan penyusunnya, pupuk dibedakan
menjadi dua yakni pupuk organik dan pupuk kimia. Dilansir dari laman
nganjukkab.go.id (11/10/2022), dewasa ini pemanfaatan terhadap pupuk kimia

1
masih menunjukkan angka peningkatan yang signifikan mengingat
penggunaannya dapat menciptakan produksi bahan pangan yang melebihi jumlah
dari hasil produksi bahan pangan yang hanya memanfaatkan pupuk organik. Oleh
karena keuntungan tersebut, banyak petani yang memiliki kecenderungan
pemakaian terhadap pupuk kimia, padahal penggunaan pupuk kimia yang berlebih
pun tidak luput dari dampak negatif yang ditimbulkannya.

Berdasarkan problematika tersebut, seorang Dosen Fakultas Pertanian


Universitas Sriwijaya (Unsri), Mirza Antoni, bahkan angkat suara dan
menyampaikan aspirasinya untuk memprioritaskan penggunaan pupuk organik
(kompas.com, 2022). Pupuk organik yang hanya mempergunakan bahan-bahan
organik sebagai bahan bakunya dinilai lebih ramah lingkungan dalam penggunaan
jangka panjang, selain daripada manfaatnya dalam mengoptimalkan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Inilah mengapa menjadi suatu urgensi bagi
pemerintah serta para pelaku untuk menggalakkan penggunaan pupuk organik
pada tanaman. Ada berbagai bahan baku yang dapat digunakan untuk membuat
pupuk organik seperti misalnya dedaunan kering, sampah rumah tangga (sisa
sayur dan buah-buahan), kotoran hewan, dan sebagainya.

Sejalan dengan pemaparan diatas, problematika tersebutlah yang


melatarbelakangi penulis dalam menyusun karya ini, dimana penulis berupaya
menciptakan sebuah artikel mengenai inovasi pupuk organik dengan
memanfaatkan limbah rumput laut Sargassum sp. dan cangkang telur ayam
sebagai bahan bakunya. Pemilihan bahan baku tersebut dilakukan dengan
pertimbangan dan analisis fitokimia pada Sargassum sp. serta kandungan spesifik
dari cangkang telur ayam yang dianggap mampu memiliki peranan dalam
mengoptimalkan partumbuhan dan perkembangan pada tanaman. Selain alasan
tersebut, status Sargassum sp. dan cangkang telur sebagai limbah membuatnya
tidak akan bersaing dengan bahan pangan, sehingga jenis pupuk organik ini
diharapkan mampu mengeskalasi produksi bahan pangan tidak hanya kuantitas
tapi juga kualitas

2
ANALISIS

1. Menilik Lebih Jauh Potensi Sargassum sp. dan Cangkang Telur sebagai
Bahan Baku Pupuk Organik

Rumput laut atau seaweed merupakan jenis tumbuhan laut yang termasuk
dalam makroalga bentik yang hidup melekat di dasar perairan dan tergolong
dalam divisi thallophyta, karena strukturnya yang tidak bisa dibedakan antara
batang, bunga, dan daun, sehingga termasuk tumbuhan tingkat rendah (Susanto &
Mucktianty, 2002). Berdasarkan kandungan pigmennya, rumput laut terdiri dari 4
kelas, yaitu rumput laut hijau (Chlorophyta), rumput laut merah (Rhodophyta),
rumput laut coklat (Phaeophyta) dan rumput laut pirang (Chrysophyta).
Phaeophyta dikenal sebagai alga cokelat karena pigmen dari fikosantin yang lebih
dominan. Kasim (2016) mengemukakan bahwa alga cokelat mudah ditemukan di
dasar perairan dangkal hingga kedalaman tertentu di daerah epipelagik yang
masih terjangkau oleh seluruh spektrum cahaya. Alga ini dapat bersifat
multiselular maupun monoselular. Beberapa spesies dari alga cokelat memiliki
karakteristik morfologi yang menyerupai seperti tumbuhan vaskuler, karena
mempunyai bentuk tubuh yang mirip dengan batang, pangkal batang, daun, akar,
bunga, bahkan semacam buah di antara daun-daunnya. Morfologi Phaeophyta
merupakan salah satu kelompok makroalga yang lebih sempurna dibandingkan
dengan kelompok makroalga lainnya namun, memiliki bentuk yang sederhana
yaitu berbentuk filamen heterotrikus. Beberapa contoh spesies anggota
Phaeophyta, diantaranya Laminaria sp., Fucus sp., Turbinaria sp., Sargassum sp.,
Ectocarpus sp., Makrocytstis sp., dan Padina sp.

Rachmat (1999) menyebutkan bahwa salah satu jenis Phaeophyta atau


alga coklat yaitu Sargassum memiliki kurang lebih 400 jenis spesies di dunia.
Jenis-jenis Sargassum yang dikenal di Indonesia terdapat sekitar 12 spesies,
yaitu : Sargassum duplicatum, Sargassum histrix, Sargassum echinocarpum,
Sargassum gracilimun, Sargassum obtusifolium, Sargassum binderi, Sargassum
policystum, Sargassum crassifolium, Sargassum microphylum, Sargassum
aquofilum, Sargassum vulgare, dan Sargassum polyceratium.

3
Rumput laut coklat seperti Sargassum sp. merupakan salah satu bahan
baku pupuk organik yang berguna untuk meningkatkan kualitas tanah dan
pertumbuhan pada tanaman. Sargassum sp. berasal dari family Sargassaceae
dalam kelas Phaeophyceae yang memiliki kandungan zat hara makro yang hampir
sama ditemukan pada tanah seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K),
magnesium (Mg), dan kalsium (Ca), serta unsur zat hara mikro seperti boron (B),
tembaga (Cu), besi (Fe), mangan (Mn), dan klor (Cl). Sargassum sp. juga
memiliki hormon pemacu pertumbuhan seperti auksin, giberellin, sitokinin-
kinetin, dan sitokonin-zeatin (Widianto, 2013). Hal ini telah dibuktikan dengan
hasil uji fitokimia oleh seseorang ilmuwan yakni Basmal, Kusumawati, dan
Utomo pada tahun 2015, dimana pada Sargassum sp. ketiganya menemukan
kandungan zat pemacu pertumbuhan tanaman yaitu auksin sebesar 127,48 ppm,
giberellin 131,11 ppm, sitokinin-kinetin 68,77 ppm, dan sitokinin-zeatin 82,41
ppm dan unsur hara makro yaitu kalium (K) sebesar 345,29 mg/100 g, nitrogen
(N) sebesar 0,78%, dan fosfor (P) 55,39 mg/100 ml. Menurut Grusak, Broadley,
dan White (2001), pupuk harus berisi nutrisi yang mengandung semua unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman. Tanaman memerlukan unsur hara seperti nitrogen
yang berfungsi untuk pembentukan daun, cabang dan batang, kemudian fosfor
yang berfungsi untuk pertumbuhan akar, batang dan pemasakan biji serta buah,
kalium yang berfungsi untuk membantu dalam menyerap hasil fotosintesis dan
kalsium yang berfungsi mempercepat pertumbuhan akar dan batang, serta
mempermudah penyerapan kalium, dan magnesium yang ikut berperan dalam
pembentukan klorofil.

Sargassum sp. sangat cocok sebagai pupuk organik karena memiliki


kandungan unsur hara makro (N, P, K, Mg, Ca) maupun mikro (B, Cu, Fe, Mn,
CI) serta hormon pemacu pertumbuhan pada tanaman yang dapat meningkatkan
kemampuan akar tanaman untuk pertumbuhan dan penyerapan hara, serta
meningkatkan ketebalan batang dan memperkuat pertumbuhan vegetatif. Saat ini
Sargassum sp. masih diambil secara bebas di perairan laut dan belum
dibudidayakan secara khusus.

Beralih pada cangkang telur, jenis limbah rumah tangga yang satu ini
sangat mudah diperoleh dan juga berasal dari buangan sampah peternakan unggas.

4
Selama ini limbah cangkang telur hanya dibuang begitu saja tanpa dilakukan
pengolahan tahap lanjut. Berdasarkan data penelitian, hampir 170.000 ton limbah
cangkang telur yang dihasilkan pertahun di Indonesia (Novalius, 2019). Hal ini
menjadi wajar mengingat jumlah industri pengolahan pangan yang berbahan baku
telur sangat menjamur di Indonesia. Apabila menggali lebih dalam potensinya,
cangkang telur dapat diproses menjadi pupuk untuk tanaman. Cangkang telur
mengandung nutrien yang sangat tinggi. Suhastyo & Raditya (2021) menyebutkan
bahwa ada sebanyak 97% kalsium yang terkandung di dalam cangkang telur.
Tingginya kandungan kalsium ini diketahui sebagai senyawa kalsium karbonat
yang sangat baik untuk bahan baku pembuatan pupuk serta dapat meningkatkan
pH media tanah dan air. Rahmadina & Tambunan (2017) menambahkan bahwa
pupuk yang menggunakan bahan baku cangkang telur memiliki unsur hara yaitu
dengan kadar Nitrogen (N) 0,18 %, kadar Fosfor (P) 7 %, dan kadar Kalium (K)
8%, zat organik 5,2 %. Selanjutnya Gani (2021) mengatakan bahwa unsur kalsium
dapat meningkatkan pertumbuhan akar dan tunas. Apabila kebutuhan kalsium
pada tanaman tidak dapat terpenuhi dengan baik maka dapat menyebabkan
kekerdilan dan gugurnya bunga pada tanaman akibat terhalangnya pertumbuhan
puncak.

Limbah cangkang telur sangat cocok sebagai pupuk organik karena


kalsium pada pupuk merupakan unsur makro selain nitrogen, fosfor, dan kalium,
yang berfungsi untuk mendorong pembentukan dan pertumbuhan akar lebih dini,
memperbaiki ketegaran tanaman, dan meningkatkan pH media tanah (Nurjanah,
2017). Kalsium (Ca) pada tanaman berperan untuk merangsang pertumbuhan
akar, pembentukan batang tanaman, dan pertumbuhan biji. Limbah cangkang telur
sebagai pupuk organik diharapkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
mengingat kandungan dan potensinya terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.

2. Analisis SWOT Pemanfaatan dan Realisasi Pupuk CALUSUM

Analisis SWOT merupakan suatu tahapan yang dilakukan dalam


perencanaan gagasan baru, dimana si pencetus akan menganalisis strength
(kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang), dan threats (ancaman)

5
terhadap gagasan atau inovasi yang dibuatnya. Tahapan ini menjadi bagian
terpenting mengingat tujuan dari analisis ini yakni memberikan analisis terpadu
dan komprehensif untuk selanjutnya dapat mengambil keputusan tegas terhadap
keberlangsungan inovasi serta menentukan future work terhadap inovasi yang
telah dicetuskan. Terhadap Pupuk CALUSUM ini, penulis telah melakukan
analisis SWOT untuk mengetahui seberapa jauh nantinya Pupuk CALUSUM ini
akan memberikan manfaat bagi masyarakat luas, khususnya para pelaku di sektor
pertanian dan perkebunan dalam membantu mengoptimalkan produksi bahan
pangan.

Masuk pada poin pertama dari analisis SWOT yakni strength (kekuatan).
Berbicara mengenai poin ini, penulis menyadari bahwa kandungan Sargassum sp.
serta cangkang telur memiliki potensi yang besar terhadap realisasinya menjadi
pupuk organik. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya,
bahwa Sargassum sp. memiliki kandungan zat hara makro dan mikro yang sama
dengan yang ditemukan pada tanah, bahkan mencakup unsur hara yang lebih
lengkap dengan persentase kandungan yang lebih tinggi. Selain itu Sargassum sp.
juga diketahui memiliki sejumlah hormon pertumbuhan seperti auksin, giberellin,
sitokinin-kinetin, dan sitokinin-zeatin. Dengan kandungan tersebut, merupakan
suatu keunggulan yang dimiliki oleh Sargassum sp. sebagai bahan baku pupuk
organik. Tidak hanya itu, cangkang telur ayam sebagai bahan baku lainnya juga
diketahui mengandung sejumlah zat yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh
dan berkembang. Misalnya seperti kandungan kalsium yang tinggi. Kalsium pada
tanaman digunakan untuk memperkokoh pertumbuhan. Dengan kombinasi
kandungan dari Sargassum sp. dan cangkang telur, penulis percaya bahwa Pupuk
CALUSUM ini akan menjadi terobosan yang gemilang, khususnya pada
kemajuan sektor pertanian. Selain dari segi kualitas bahan baku, kemudahan
dalam memperoleh bahan baku, serta proses produksi yang tidak rumit menjadi
salah satu keunggulan lain yang dimiliki produk ini, sehingga dengan berbagai
keunggulan tersebut, penulis berharap masyarakat khususnya pelaku sektor
pertanian akan turut serta mengembangkan Pupuk CALUSUM ini.

Beralih pada poin kedua dari analisis ini yakni weakness (kelemahan)..
Pada Pupuk CALUSUM, memilliki beberapa kelemahan yang penulis dapat

6
paparkan adalah pemanfaatan dari rumput laut sebagai pupuk organik sangat
jarang dibudidayakan oleh masyarakat karena kurangnya pengetahuan akan
kandungan rumput laut yang berpotensi sangat besar dalam realisasinya menjadi
pupuk organik, begitu pula dengan limbah cangkang telur. Kemudian fasilitas
untuk melakukan penelitian dan pengujian pada pupuk CALUSUM ini tidak
dapat dilakukan tanpa adanya alat dan bahan penelitian yang lengkap. Hal ini
menjadi penting mengingat alat dan bahan yang akan kami gunakan berdampak
kepada penggunaan laboratorium dan biaya produksi yang cukup signifikan agar
penelitian dapat terealisasikan dengan baik.

Disamping kelemahan-kelemahan tersebut, adapun analisis ketiga yang


penulis lakukan yakni opportunity (peluang). Berdasarkan studi literatur yang
penulis lakukan, sejauh ini masih sedikit bahkan belum ada pihak atau oknum
tertentu yang mengembangkan kombinasi Sargassum sp. dan cangkang telur
sebagai pupuk organik. Dari minimnya penelitian itulah yang mendorong penulis
dalam membuat kombinasi kedua bahan baku tersebut sebagai pupuk organik
yang berperan dalam mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Selain daripada itu, urgensi dalam menggalakkan kembali penggunaan pupuk
organik oleh pemerintah menjadi peluang besar bagi Pupuk CALUSUM untuk
berkembang kedepannya dan tidak menutup kemungkinan jika jenis pupuk ini
akan tembus di pasaran usai melewati serangkaian proses pengujian di
laboratorium dan penyerahan proposal kepada pihak bewenang.

Kendati demikian, ada beberapa hal yang diyakini sebagai threat


(ancaman) dari eksistensi Pupuk CALUSUM ini yakni munculnya inovasi pupuk
organik lain yang diklaim memiliki manfaat lebih mujarab daripada Pupuk
CALUSUM ini. Namun, meski demikian, penulis sebagai penggagas dari inovasi
ini tidak akan berhenti dalam melakukan pengujian dan pengembangan terhadap
produk sehingga di masa depan nanti akan dapat bersaing dengan produk-produk
pupuk organik lainnya, bahkan dengan pupuk-pupuk kimia sekalipun. Ancaman
lain yang membahayakan eksistensi Pupuk CALUSUM ini adalah beralihnya
pemanfaatan Sargassum sp. dan cangkang telur sebagai jenis atau bentuk produk
yang lain. Dibalik potensinya yang besar sebagai pupuk, kandungan dari
Sargassum sp. dan cangkang telur ayam ternyata diklaim mampu sebagai

7
antikanker, antikolesterol, antitumor, biofuel, biofertilizer, antibakteri, antitumor,
antifouling, antivirus, krim kosmetik dan menyembuhkan infeksi kulit, mengatasi
nyeri sendi serta menurunkan resiko osteoporosis. Oleh karena manfaat lain
tersebut, dikhawatirkan pemanfaatan Sargassum sp. dan cangkang telur sebagai
pupuk akan bersaing dengan produk-produk berbahan baku sama yang ranahnya
pada bidang kesehatan.

8
KESIMPULAN

Pupuk CALUSUM sebagai Inovasi Gemilang dalam Memajukan Sektor


Pertanian Indonesia

Sektor pertanian menjadi hal yang sangat krusial untuk dibicarakan. Bagi
masa depan yang cerah, setiap insan yang menduduki tanah Indonesia sudah
sepantasnya memperoleh kualitas pangan yang baik. Hal tersebut dapat terwujud
dengan memajukan teknik pengelolaan di sektor pertanian. Pemberian pupuk
terhadap tanaman merupakan salah satu contoh dari teknik pengelolaan itu.
Namun, melihat bagaimana para pelaku di dalamnya memarakkan metode
pengunaan pupuk kimia lebih daripada pupuk organik, ternyata memiliki
implikasi yang signifikan bagi beberapa komponen di dalamnya apabila
diberlakukan dalam jangka panjang. Melihat realita seperti itu, penulis hadir
dengan inovasi pupuk organik yang diharapkan mampu mengganti peranan pupuk
kimia yang dimanfaatkan yakni Pupuk CALUSUM. Dengan bahan baku
Sargassum sp. dan cangkang telur yang telah diuji kandungannya, penulis percaya
bukan suatu hal yang mustahil nantinya produk ini dapat terealisasi dan digunakan
dalam menyongsong sektor pertanian Indonesia agar memperoleh hasil tanaman
yang melimpah namun dengan kualitas yang baik. Sehingga demikian skenario
terbaik yang dapat terjadi bagi Indonesia adalah pengurangan kegiatan impor
bahan pangan karena terjadi peningkatan hasil produksi sektor pertanian baik
kuantitas maupun kualitas di Indonesia.

9
DAFTAR PUSTAKA
Riadi. 2018. Pengertian, Manfaat, Jenis, dan Pemilihan Pupuk. URL:
https://www.kajianpustaka.com/2018/12/pengertian-manfaat-jenis-dan-
pemilihan-pupuk.html. Diakses tanggal 15 Oktober 2022.
Anisa. 2022. Kembali ke Alam! Dinas Pertanian Nganjuk Gandeng Poktan Nugroho
I Tanjunganom Ciptakan Pupuk Organik. URL:
https://www.nganjukkab.go.id/home/detail-kabar/kembali-ke-alam-dinas-
pertanian-nganjuk. Diakses tanggal 15 Oktober 2022.
Shofihara. 2022. Permenten 10/22 Atur Pupuk Subsidi untuk 9 Komoditas, Dosen
Usri: Saatnya Pupuk Organik Jadi Prioritas. URL:
https://kilaskementerian.kompas.com/kementan/read/2022/08/11/12391072
6/permentan-10-2022-atur-pupuk-subsidi. Diakses tanggal 15 Oktober 2022.
Sedayu, Erawan, Assadad. 2014. Pupuk Cair dari Rumpul Laut Eucheuma cottonii,
Sargassum sp. dan Gracilaria sp. Menggunakan Proses Pengomposan. JPB
Perikanan. 9 (1):62-63.
Pakidi, Suwono. 2017. Potensi dan Pemanfaatan Bahan Aktif Alga cokelat
Sargassum sp. Jurnal Ilmu Perikanan. 6 (1):551-554.
Kumalasair, Sulistiyowati, Setyati. 2018. Komposisi Jenis Alga Makrobentik Divisi
Phaeophyta di Zona Intertidal Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo.
Berkala Sainstek. 6 (1):28-29.
Ndahawali, Tarigan, Tega, Henggu, Meiyasa. 2021. Analisis Kandungan Fitokimia
Beberapa Jenis Makroalga Dari Perairan Pantai Iondalima Kabupaten
Sumba Timur. Jambura Fish Processing Journal. 3 (2):47-48.
Aulia, Kurnia, Mulyana. 2021. Identifikasi Morfologi Beberapa Jenis Anggota
Phaeophyta di Pantai Palem Cibeureum, Anyer, Banten. Journal of
Biological Science. 1 (1):21-23.
Muahiddah, Sulystyaningsih. 2021. Analisis Hasil Ekstraksi Sargassum sp. Dari
Teluk Ekas, Pemicu Peningkatan Produksi Rumput Laut, Lombok Timur
Nusa Tenggara Barat. Jurnal Aqroqua. 19 (1):131-133.
Hasibuan, Nugraha, Kevin , Rumbata, Syahkila, Dhewanty, Fadillah, Kurniati,
Trilanda, Afifah, Shafira. 2021. Pemanfaatan Limbah Cangkang Telur
sebagai Pupuk Organik Cair di Kecamatan Rumbai Bukit. Journal of
Community Empowering and Services. 5 (2):155-156.
Yonata, Aminah, Hersoelistyorini. 2017. Kadar Kalsium dan Karakteristik Fisik
Tepung Cangkang Telur Unggas dengan Perendaman Berbagai Pelarut.
Jurnal Pangan dan Gizi. 7 (2):82-84.

10

Anda mungkin juga menyukai