Anda di halaman 1dari 18

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

JAGUNG MANIS (Zea mays L. Saccharata) PADA APLIKASI


BERBAGAI PUPUK ORGANIK

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas Praktikum Komputer

Oleh:

FARID FAZAR SEPTIA HERMAWAN


F1B230003

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS AGROBISNIS DAN REKAYASA PERTANIAN
UNIVERSITAS SUBANG
2024

i
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah
makalah yang berjudul “ TANGGAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
JAGUNG MANIS (Zea mays L) PADA APLIKASI BERBAGAI PUPUK
ORGANIK”.
Adapun maksud dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
praktikum komputer pada semester 1 ini . Makalah ini disusun sebagai bentuk proses
belajar mengembangkan kemampuan mahasiswa. Kami menyadari dalam pembuatan
makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kami
mengharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar bisa menjadi
bekal dalam pembuatan makalah kami di kemudian hari dengan lebih baik lagi.
Kami berharap semoga dengan selesainya makalah ini, dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman, khususnya dalam memperluas wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang “Karya Tulis Ilmiah”.
Atas segala perhatiannya, kami ucapkan terimakasih.

Subang, 22 Januari 2024

Farid Fazar

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Jagung merupakan makananpokok kedua setelah padi di Indonesia. Jagung
secara spesifik merupakan tanaman pangan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan
manusiaataupun hewan. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung
menduduki urutan ketiga setelah gandum dan padi. Tanaman jagung hingga kini
dimanfaatkan oleh masyarakat dalam berbagai bentuk penyajian, seperti : tepung
jagung (maizena), minyak jagung, bahan pangan, serta sebagai pakan ternak dan lain-
lainnya. Khusus jagung manis (sweet corn), sangat disukai dalam bentuk jagung
rebus atau bakar (Derna, 2007). Jagung manis (sweet corn) mempunyai rasa manis
karena kadar gulanya 5–6 % yang lebih dari rasa jagung biasa dengan kadar gula 2–3
% (Sirajuddin, 2010). Rasa manis ini lebih disukai masyarakat yang dapat dikonsumsi
secara segar atau dikalengkan. Namun oleh masyarakat Sulawesi Tengah lebih
banyak dikonsumsi sebagai jagung rebus dan dibakar.
Jagung Manis (Zea Mays L. Saccharata) merupakan jenis jagung yang belum
lama dikenal di Indonesia. Jagung manis semakin popular dan banyak dikonsumsi
karena memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan jagung biasa. dan umur
produksinya lebih singkat (genjah), sehingga sangat baik untuk dibudidayakan
(Rahmi dan Jumiati, 2007).
Propinsi Sulawesi Tengah adalah salah satu sentra produksi jagung di
Indonesia. Perkembangan jagung 5tahun terakhir menunjukan peningkatan produksi
dengan rata - rata laju pertumbuhan 0,35%. Pada tahun 2010 tingkat produksi hanya
171.180 ton meningkat menjadi 197.488 ton pada tahun 2011. Peningkatan produksi
tersebut disebabkan oleh peningkatan penggunaan varietas unggul dan luas areal
tanam (BPTP Sulawesi Tengah, 2011).
Selama ini penggunaan pupuk anorganik pada tanaman jagung
sudah banyak dilakukan, tetapi penggunaan secara terus menerus dan tidak terkontrol
dapat berdampak negatif terhadap kesuburan tanah, pertumbuhan tanaman,
lingkungan dan kesimbangan mikroorganisme tanah (Rinsema, 1983).
Tanaman jagung tidak akan memberikan hasil maksimal manakala unsur hara
yang diperlukan tidak cukup tersedia. Pemupukan dapat meningkatkan hasil panen
secara kuantitatif maupun kualitatif. Lingga dan Marsono (2007) menyatakan bahwa,
pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur
untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman.
Menurut Suliasih, et al., (2011), Bahwa belakangan ini sistem pertanian
berkelanjutan marak dikembangkan. Salah satu pendekatan yang dilakukan yaitu
dengan pemberian bahan organik untuk memperbaiki struktur tanah yang semakin
lama menurun karena pemberian pupuk kimia yang berlebihan Bahan organik
memiliki kandungan unsur hara lengkap yang dibutuhkan oleh tanaman, berdasarkan

1
bentuknya bahan organik dikelompokkan menjadi bahan organik padat dan bahan
organik cair, serta dapat memperbaiki struktur tanah (Isroi, 2008).
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluhnya terdiri atas
bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses dari
rekayasa yang digunakan untuk mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat
fisik, biologi dan kimia tanah (Simanungkalit dan Suriadikarta, 2006).
Sumbangan bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman merupakan
pengaruhnya terhadap sifat- sifat fisik, kimia, dan biologis tanah. Bahan organik
memiliki peranan didalam menyediakan N, P dan S untuk tanaman, peranan biologis
dalam mempengaruhi aktivitas organisme mokroflora dan mikrofauna, serta peranan
fisik didalam mempengaruhi struktur tanah dan lainnya (Stevenson, 1994).
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian tentang tanggap
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis pada apliakasi berbagai pupuk organik
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produksi tanaman jagung untuk
pendayagunaan pupuk organik dalam membudidayakan tanaman.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui tanggap pertumbuhan dan hasil
tanaman jagung manis pada aplikasi berbagai pupuk organik.
Manfaat penelitian adalah sebagai bahan masukan tentang jenis dan manfaat
pupuk organik terhadap pertumbuhan yang baik dan peningkatan produksi tanaman
jagung serta menambah referensi ilmu pengetahuan tentang bahan organik yang baik
dalam menunjangmeningkatnya budidaya tanaman jagung manis.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dan hasil


tanaman jagung manis (Zea mays L. Saccharata) pada aplikasi berbagai pupuk
organik

1.3 Hipotesis Penelitian

1. Diduga ada pengaruh dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays L.
Saccharata) pada aplikasi berbagai pupuk organik
2. Diduga ada interaksi dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays L.
Saccharata) pada aplikasi berbagai pupuk organik

1.4 Kegunaan Penelitian

2
1. Untuk memperoleh hasil dari pengaruh pupuk dari berbagai jenis pupuk

organic Sebagai bahan informasi tambahan bagi pihak yang

membudidayakan tanaman jagung manis ( Zea mays saccharata L.).

2. Sebagai bahan penyusun makalah untuk memenuhi persyaratan tugas

praktikum komputer

3. Sebagai bahan informasi tambahan bagi pihak yang membudidayakan

tanaman jagung manis ( Zea mays saccharata L.).

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan Di Green house Fakultas Pertanian


Universitas Tadulako Palu. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Mei
2014 sampai Juli 2014.

1.6 Sistematika Penelitian

Penelitian ini menggunakan Metode Rancangan Acak Lengkap


dengan 5 Perlakuan yaitu A: tanpa pupuk (kontrol), B: Pupuk kandang
(20ton/ha), C: Kompos (20ton/ha), D: Pupuk Hayati (33,3ton /ha), danE: Pupuk
Anorganik (NPK 350kg/ha). Masing - masing perlakuan di ulang sebanyak 4 kali
sehingga terdapat 20 unit percobaan. Perlakuan yang berpengaruh nyata di uji lanjut
dengan uji beda nyata jujur (BNJ) taraf 5%.
Prosedur penelitian dimulai dari proses pembuatan pupuk bokasi dan hayati,
dilanjutkan dengan pengambilan dan penyiapan sampel tanah, pelaksanaan
percobaan, pemeliharaan dan penanaman, setelah itu panen.
Variabel pengamatan dalam penelitian meliputi tinggi tanaman, jumlah daun,
diameter batang, waktu berbunga, berat tongkol (dengan kelobot dan tanpa kelobot)
serta panjang tongkol (dengan kelobot dan tanpa kelobot).

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata


L.)
Menurut Budiman (2013) sistematika dari tanaman jagung manis sebagai
berikut :

Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Sub-divisi: Angiospermae, Kelas:


Monocotyledonae, Ordo: Poales, Famili: Poaceae, Genus: Zea, Spesies: Zea mays
saccharata L.
Jagung manis mempunyai tinggi berkisar antara 0,6-3 m, helai daun
berbentuk pita yang terdapat pada buku-buku batang yang terdiri dari kelopak daun,
lidah daun, memiliki akar serabut yang menyebar ke samping dan ke bawah
sepanjang ± 25 cm, batang berwarna hijau sampai keunguan, berbentuk bulat dengan
penampang melintang 2-2,5 cm (Suprapto, 1997). Umur rata-rata jagung manis 60-
70 hari namun pada daerah dataran tinggi yaitu 400 (m dpl), umurnya dapat
mencapai 80 hari (Adisarwanto dan Yustina, 2002).
Jagung manis mempunyai perbedaan dengan jagung biasa, pada jagung
manis bunga jatan berwarna putih, sedangkan jagung biasa bunga jantan berwarna
kuning kecoklatan. Jagung manis banyak mengandung gula dalam endospermanya
dibanding jagung biasa dan proses pematangan kadar gula yang tinggi menyebabkan
biji jagung manis keriput (Subekti, 2008). Jagung disebut juga tanaman berumah
satu (monoceuos) karena bunga jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman.
Bunga betina muncul dari axxilary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang
dari titik tumbuh apikal diujung tanaman. Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan
dari saluran stylar ovary yang matang pada tongkol.
Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,5 cm atau lebih sehingga
keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung bergantung pada panjang tongkol
dan kelobot (Subekti , 2008). Tanaman jagung mempunyai 1 atau 2 tongkol, yang
bergantung pada varietasnya. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol
jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih
besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri dari 10 - 16
baris biji yang jumlahnya selalu genap. Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovary
atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah (Subekti
, 2008).

4
2.2. Syarat Tumbuh Jagung Manis
2.2.1. Iklim

Syarat tumbuh bagi tanaman jagung manis yakni cahaya matahari cukup
atau tidak ternaungi, suhu optimum 24 – 30˚C, curah hujan merata sepanjang umur
tanaman antara 100 – 200 mm perbulan, ketinggian tempat optimal hingga 300 mdpl
(Emedinta, 2004). Jagung merupakan tanaman C4 yang memiliki daya adaptasi pada
faktor-faktor pembatas pertumbuhan seperti intensitas radiasi surya tinggi, suhu
siang dan malam yang tinggi, curah hujan rendah serta kesuburan tanah yang rendah.
Perkembangan dan pembungaan tanaman jagung manis dipengaruhi oleh
panjang hari dan suhu, pada hari pendek tanaman lebih cepat berbunga. Banyak
kultivar tropika jagung tidak akan berbunga diwilayah iklim sedang sampai panjang
hari berkurang hingga kurang dari 13 atau 12 jam. Pada hari panjang, tipe tropika ini
tetap vegetatif dan kadang-kadang dapat mencapai ketinggian tumbuh 1 -3 m
sebelum tumbuh bunga jantan. Namun pada hari yang sangat pendek (8 jam) dan
suhu kurang dari 20º C juga menunda pembungaan (Sutedjo, 2002).
2.2.2. Keadaan Tanah
Jagung manis tumbuh baik pada tanah dengan pH antara 6,5 sampai 7,0,
tetapi masih cukup toleran pada tanah dengan tingkat kemasaman yang relatif tinggi,
dan dapat beradaptasi pada keracunan Al (Hasibuan, 2006). Tanah yang sesuai
adalah tanah dengan struktur remah, karena tanah tersebut bersifat porous sehingga
memudahkan perakaran pada tanaman jagung. Jagung dapat tumbuh pada berbagai
jenis macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah tanah yang paling baik bagi
pertumbuhanya. Tipe tanah liat masih dapat ditanami jagung manis, tetapi dengan
pengerjaan tanah lebih sering selama pertumbuhannya, sehingga aerase dalam tanah
berlangsung dengan baik (Susanto, 2002).
Jagung manis umumnya ditanam di dataran rendah, di lahan sawah tadah
hujan maupun sawah irigasi. Tetapi terdapat juga di daerah tinggi pada ketinggian
1000 – 1800 (m dpl). Tanah dengan kemiringan sampai 8% masih dapat ditanami
jagung manis dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah, dengan
maksud untuk mencegah erosi yang terjadi pada waktu turun hujan besar (Rukmana,
1997).

2.3 Pupuk Kandang Sapi


Pupuk kandang sapi adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran sapi
yang jumlahnya paling banyak tersedia dibandingkan dengan pupuk kandang
lainnya. Pupuk kandang sapi mengandung 0,4 % N; 0,2 % P 2O5; 0,1 % K2O dan 85
% air (Sutedjo, 2008). Kandungan unsur hara pada pupuk kandang sapi lebih sedikit
(rendah) bila dibanding dengan pupuk kandang lainnya, tetapi sangat berperan dalam
meningkatkan kandungan humus tanah, memperbaiki struktur tanah dan mendorong
kehidupan jasad renik tanah (Musnawar, 2009).

5
Pupuk kandang sapi memiliki kandungan serat atau selulosa yang tinggi.
Selulosa merupakan senyawa rantai kimia karbon yang akan mengalami proses
dekomposisi lebih lanjut. Pada saat berlangsungnya proses dekomposisi senyawa
rantai kimia karbon (selusosa) tersebut maka N yang terkandung didalam kotoran
sapi masih dimanfaatkan terlebih dahulu oleh mikroorganisme pengurai atau belum
tersedia bagi tanaman. Hal inilah yang mendasari bahwa pupuk kandang sapi tidak
dianjurkan pengaplikasiannya dalam bentuk segar yaitu kotoran sapi yang baru saja
dikelurkan oleh ternak tersebut akan tetapi harus terlebih dahulu dikomposkan.
Dampak yang terjadi, apabila pupuk kandang diaplikasikan dalam kondisi segar
adalah terjadi perebutan unsur N (nitogen) antara tanaman dengan mikroorganisme
pengurai pada proses pengomposan. Pada sisi lain kotoran sapi juga memiliki kadar
air yang sangat tinggi, sehingga ketika proses dekomposisi sedang berlangsung maka
tidak dihasilkan panas. Kotoran sapi di kalangan petani sering disebut sebagai
pupuk dingin (Ramadhani, 2010).
Kualitas pupuk kandang sapi ditentukan oleh kandungan unsur hara, tingkat
pelapukannya, macam makanan dan sistem pemeliharaan, kandungan bahan lain
(misalnya alas kandang dan sisa makanan yang belum tercerna), kesehatan dan
umur, serta metoda pengolahan (misalnya penyimpanan sebelum dipakai). Kotoran
sapi menyediakan unsur hara tersedia bagi tanaman berlangsung perlahan-lahan, tapi
keuntungannya unsur-unsur hara tidak cepat hilang (Lingga dan Marsono, 2010).
Pupuk kandang sapi disamping berfungsi sebagai penahan ketersediaan unsur hara di
dalam tanah juga ikut memperbaiki struktur tanah tersebut agar menjadi lebih remah
dan lebih gembur. Oleh karena itu, pupuk kandang sapi sebaiknya diberikan sebelum
tanam, untuk memberi kesempatan kepada pupuk kandang agar tercampur dengan
tanah dan bereaksi memperbaiki kondisi tanah tersebut, pertimbangan lain adalah
untuk menghindari pemberian pupuk kandang sapi yang belum matang. Ciri-ciri
pupuk kandang sapi yang sudah matang adalah tidak berbau tajam (bau amoniak),
berwarna cokelat tua, tampak kering, tidak terasa panas bila dipegang, dan gembur
bila diremas.
Menurut Handoko (2000), pupuk kandang mempunyai peranan penting
dalam pertumbuhan tanaman, selain menambah unsur hara makro dan mikro tanah
dapat juga memperbaiki struktur tanah. Hasil penelitian Lumbanraja dan Harahap
(2015), bahwa aplikasi pupuk Kandang Sapi setara 20 ton/ha setelah inkubasi selama
30 hari pada tanah berpasir dapat meningkatkan kapasitas pegang air tanah 72 jam
setelah penjenuhan, sedangkan pemberian baik dibawah maupun diatasnya hingga
setara dengan 50 ton/ha dan waktu inkubasi 15 hari maupun
30 hari tidak berpengaruh nyata terhadap perbaikan kapasitas tukar kation
tanah.

2.4 Pupuk Fosfor


Fungsi pupuk adalah sebagai salah satu sumber zat hara buatan yang
diperlukan untuk mengatasi kekurangan nutrisi terutama unsur-unsur Nitrogen ,

6
fosfor dan kalium . Sedangkan unsur besi , tembaga , seng dan boron merupakan
unsur-unsur yang yang dibutuhkan dalam
jumlah sedikit ( Susetyo, 2010 ). Pupuk fosfor (P) diserap tanaman dalam
bentuk H2PO4-, HPO42- dan PO43-tergantung dari pH tanah. P berperan sebagai
pembentuk asam nukleat (DNA dan RNA) serta merangsang pembelahan sel dan
pembantu proses asimilasi dan respirasi pada pertumbuhan awal bibit tanaman.
Kadar P yang dibutuhkan untuk proses tersebut adalah sebesar P 2O5 15 % (Novizan,
2007). Ketersediaan fosfor di dalam tanah ditentukan oleh banyak faktor, tetapi
yang paling penting adalah pH tanah. Pada tanah ber-pH rendah (asam), fosfor akan
bereaksi dengan ion besi dan aluminium.
Al + H2PO4+ 2H2O< = = = = = > 2H++ Al (OH)2 H2PO4
(larut) (tidak larut)
Ion ini membentuk besi fosfor atau aluminium fosfor yang sukar larut dalam
air sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman.
Pada tanah ber-pH tinggi (basa), fosfor akan bereaksi dengan ion
kalsium. Misalnya :

Super fosfat konsentrasi tinggi ditambahkan pada tanah.

Ca (H2PO4)2+ 2Ca2+< = = = = = = = > Ca3(PO4)2 + 4H+

(larut) diabsorbsi (tidak larut)

Ca (H2PO4)2+ CaCO < = = = = = = > Ca3 (PO4)2 + 2CO2 +2H2O

(larut) (tidak larut)


Reaksi ini membentuk kalsium fosfor yang sifatnya sukar larut dan tidak
dapat digunakan oleh tanaman. Dengan demikian, tanpa memperhatikan pH tanah,
pemupukan fosfor tidak akan bermanfaat bagi pertumbuhan dan produksi tanaman
sehingga pH yang baik untuk penyerapan P adalah 6,5 - 7 (Novizan, 2007).
Suprapto (1992) menyatakan bahwa, fosfor sangat diperlukan untuk
pertumbuhan generatif, terutama untuk pertumbuhan bunga dan bagian-bagian
sehingga pembentukan biji lebih baik. Tanaman yang cukup mengabsorsi hara
fosfor dapat memperbanyak jumlah polong dan biji, juga dapat mempercepat dan
menyeragamkan kemasakan. Pupuk SP-36 (Super Fosfor) adalah sumber P yang
merupakan unsur hara penting bagi tanaman disamping unsur N dan K. Penggunaan
pupuk fosfat yang berlebihan dapat menyebabkan efek negatif bagi tanaman seperti
terhambatnya pertumbuhan vegetatif dan mempercepat fase generatif tanaman
sehingga hasil akan berkurang, Sebaliknya penggunaan pupuk fosfat yang kurang

7
tidak akanefektif untuk mendorong pertumbuhan akar, batang dan daun. Untuk itu
diperlukan dosis pupuk fosfat yang optimum pada setiap tanaman (Suprapto,1992)

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil uji BNJ 5% menunjukan bahwa umur 15 HST, perlakuan yang


memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi adalah perlakuan E (Pupuk Anorganik)
sama dengan perlakuan lainnya kecuali dengan perlakuan A (Tanpa Pupuk).
Disamping itu diketahui bahwa perlakuan dengan tinggi tanaman lebih rendah adalah
perlakuan A (Tanpa Pupuk) tidak berbeda dengan perlakuan lainnya kecuali dengan
perlakuan E (Pupuk Anorganik). Pada umur 30 HST, perlakuan yang memiliki tinggi
tanaman yang lebih tinggi adalah perlakuan

(Pupuk Hayati). Perlakuan dengan pertumbuhan tinggi tanaman


terendah adalah perlakuan A (Tanpa Pupuk) tidak sama dengan perlakuan lainnya.
Jumlah Daun. Hasil pengamatan jumlah daun tanaman jagung manis menunjukan
bahwa perlakuan yang diberikan pada umur 15 HST dan 30 HST tidak berpengaruh
nyata terhadap jumlah daun tanaman. Sedangkan pada umur 45 HST berpengaruh
sangat nyata terhadap jumlah daun tanaman. Adapun rata-rata jumlah daun selama
pertumbuhan jagung manis pada aplikasi berbagai pupuk organic.

8
(Pupuk Hayati) sama dengan perlakuan lainnya kecuali perlakuan A (Tanpa Pupuk).
Disamping itu perlakuan dengan jumlah daun lebih rendah adalah perlakuan A
(Tanpa Pupuk) sama dengan perlakuan B (Pupuk Kandang) dan perlakuan C (Pupuk
Bokasi) kecuali perlakuan lainnya.
Diameter Batang. Hasil pengamatan diameter batang jagung manis menunjukan
bahwa perlakuan yang diberikan pada umur 15, 30, dan 45 HST tidak berpengaruh
nyata terhadap diameter batang tanaman. Ratarata diameter batang tanaman disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata - rata Diameter Batang Tanaman Jagung manis (cm) pada Aplikasi
Berbagai Pupuk Organik
Waktu
Perlakuan 15 30 45
HST HST HST
0,9 1,1 1,7 A
B 0,9 1,3 1,9
C 0,9 1,3 1,8
D 1,0 1,3 2,1
E 1,0 1,5 2,1

Waktu Berbunga. Hasil pengamatan waktu berbunga tanaman jagung manis


menunjukan bahwa perlakuan yang diberikan sangat berpengaruh nyata pada waktu
berbunga tanaman jagung manis. Adapun rata - rata waktu berbunga selama
pertumbuhan jagung manis pada aplikasi berbagai pupuk organik disajikan pada
Gambar 3.

Waktu Berbunga (hari)

55
50,5b
49,0b 48,3b
50
44,5a
45 42,8a

40

35

Gambar 3. Rata - rata Waktu Berbunga


Tanaman Jagung Manis (hari) pada Aplikasi Berbagai Pupuk Organik

9
Berdasarkan rata-rata kecepatan berbunga pada Gambar 3 menunjukan bahwa
perlakuan yang memiliki waktu berbunga lebih cepat adalah perlakuanD (Pupuk
Hayati) dan perlakuan yang memiliki waktu berbunga lebih lambat adalah
perlakuanA (Tanpa Pupuk).
Hasil taraf uji BNJ 5% bahwa perlakuan yang memiliki waktu berbunga lebih
cepat adalah perlakuan D (Pupuk Hayati) sama dengan perlakuan E (Pupuk
Anorganik) kecuali dengan perlakuan lainnya. Disamping itu perlakuan dengan waktu
berbunga lebih lambat adalah perlakuan A (Tanpa Pupuk) sama dengan perlakuan
lainnya kecuali dengan perlakuan D (Pupuk Hayati) danE (Pupuk Anorganik).
Komponen Hasil
Berat Tongkol (dengan Kelobot dan Tanpa Kelobot). Hasil pengamatan berat
tongkol dengan kelobot dan tanpa kelobot jagung manismenunjukan bahwa perlakuan
yang diberikan pada hasil tanaman jagung manis berpengaruh sangat nyata terhadap
berat
tongkol dengan kelobot dan tanpa kelobot. Rata-rata berat tongkol dengan kelobot
dan tanpa kelobot pada komponen hasil tanaman jagung manis pada aplikasi berbagai
pupuk organik disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Rata - rata Berat Tongkol dengan Kelobot dan Tanpa Kelobot Jagung
Manis (g) pada Aplikasi Berbagai Pupuk Organik
Berdasarkan rata - rata berat jagung dengan kelobot dan tanpa kelobot pada
Gambar 4 menunjukan bahwa hasil berat jagung dengan kelobot dan tanpa kelobot
dengan berat lebih tinggi adalah hasil perlakuan E (Pupuk Anorganik) sedangkan
hasil jagung dengan kelobot dan tanpa kelobot dengan berat lebih rendah adalah hasil
perlakuan A (Tanpa Pupuk).
Hasil taraf uji BNJ 5% menunjukan bahwa berat jagung dengan kelobot pada
setiapperlakuan memilikiberat jagung yang berbeda, namun perlakuan dengan berat
jagung lebih tinggi adalah perlakuan E (Pupuk Anorganik) dan berat jagung lebih
rendah adalah Perlakuan A (Tanpa Pupuk) berbeda dengan perlakuan lainnya.
Disamping itu berat jagung tanpa kelobot yang memiliki berat jagung lebih tinggi
adalah perlakuan E (Pupuk Anorganik) berbeda dengan perlakuan lainnya kecuali

10
dengan perlakuan D (Pupuk Hayati). Sedangkan perlakuan dengan berat jagung tanpa
kelobot yang memiliki berat lebih rendah adalah perlakuan A (Tanpa Pupuk) berbeda
dengan perlakuan lainnya.
Panjang Tongkol (dengan kelobot dan tanpa kelobot). Hasil pengamatan panjang
tongkol dengan kelobot dan tanpa kelobot jagung manis menunjukan bahwa
perlakuan yang diberikan pada hasil tanaman jagung manis berpengaruh nyata
terhadap panjang tongkol dengan kelobot dan berpengaruh sangat nyata terhadap
panjang tongkol tanpa kelobot. Rata - rata panjang tongkol dengan kelobot dan
panjang tongkol tanpa kelobot jagung manis pada aplikasi berbagai pupuk organik
disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Rata-rata Panjang Tongkol dengan Kelobot dan tanpa Kelobot


JagungManis (cm) pada Aplikasi Berbagai Pupuk Organik
Berdasarkan rata - rata panjang tongkol jagung dengan kelobot dan tanpa
kelobot pada Gambar 5 menunjukan bahwa perlakuan yang memilki panjang jagung
manis dengan kelobot dan tanpa kelobot tertinggi adalah perlakuan E (pupuk
anorganik) sedangkan panjang jagung dengan kelobot dan tanpa kelobot terendah
adalah perlakuan A (Tanpa Pupuk).
Hasil taraf uji BNJ 5% menunjukan bahwa panjang tongkol jagung dengan
kelobot, perlakuan yang memberikan panjang tongkol yang lebih tinggi adalah
perlakuan E (Pupuk Anorganik) sama dengan lainnya, kecuali dengan perlakuan A
(Tanpa Pupuk). Perlakuan dengan hasil panjang tongkol lebih rendah adalah
perlakuan A (Tanpa Pupuk) sama dengan perlakuan lainnya kecuali perlakuan E
(Pupuk Anorganik). Sedangkan panjang tongkol tanpa kelobot, perlakuan yang
memberikan panjang tongkol lebih tinggi adalah perlakuan E (Pupuk Anorganik)
sama dengan perlakuan D (Pupuk Hayati) kecuali dengan perlakuan lainnya. Namun
perlakuan B(Pupuk Kandang) sama dengan perlakuan C (pupuk bokasi) berbeda
dengan perlakuan lainnya. Disamping itu perlakuan dengan panjang tongkol lebih
rendah adalah perlakuan A (Tanpa Pupuk) berbeda dengan perlakuan lainnya kecuali
dengan perlakuan B (pupuk kandang).
Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis.

11
Tersedianya unsur hara yang merupakan elemen esensial yang dibutuhkan
tanaman, karena apabila salah satu unsur tidak ada maka proses metabolisme dan
pertumbuhan tanaman terganggu bahkan mengakibatkan kematian. Kandungan hara
yang cukup didalam tanah akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif tanaman
jagung menjadi baik (Retno dan Darminanti, 2009). Berkaitan dengan hal ini Poulton
et al, (1989), menyatakan bahwa tanaman dalam proses metabolismenya sangat
ditentukan oleh ketersediaan unsur hara terutama unsur hara makro primer yaitu N, P,
dan K dalam jumlah yang cukup dan seimbang, baik pada fase pertumbuhan
vegetatif, maupun fase generatif.
Nitrogen yang cukup tersedia bagi tanaman karena merupakan hara utama
pada umumnya sangat diperlukan tanaman karena mampu mendorong
untuk pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan
akar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lakitan (1996), bahwa nitrogen merupakan
penyusun dari banyak senyawa seperti asam amino yang diperlukan dalam
pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif seperti batang, daun, dan
akar. Jadi dengan cukup tersedianya nitrogen pada tanaman jagung, semua aktifitas
sel berjalan normal seperti pemanjangan batang oleh aktivitas sinyal dari hormon
giberelin. Selain itu, yang lebih penting lagi hormon auksin yakni hormon
pertumbuhan tanaman tersusun dari nitrogen (Wijaya, 2008). Tersedianya nitrogen
dalam jumlah yang tergolong tinggi mempengaruhi penyerapan fosfor yang berperan
dalam proses pembentukan bunga (Handiyono dan
Zulkarnain, 1992).
Dari uraian diatas menunjukan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah
daun dan kecepatan berbunga pada aplikasi berbagai pupuk organik memiliki
pertumbuhan yang baik, karena tersedianya unsur hara yang cukup dan seimbang
bagi tanaman.
Komponen Hasil Tanaman Jagung
Manis.Tanaman jagung memberikan hasil yang maksimum manakala tersedianya
unsur hara yang cukup dan tersedia bagi tanaman, karena pada fase generatif juga
membutuhkan unsur hara tidak berbeda dengan fase generatif. Hasil tanaman akan
dapat optimal apabila syaratnya terpenuhi seperti tersedianya unsur hara yang cukup
dan faktor lingkungan yang sesuai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rismunandar
(1992), bahwa dengan cukupnya kebutuhan hara tanaman baik unsur makro maupun
mikro, maka pertumbuhan dan produktifitas Tanaman jagung membutuhkan
nitrogen sepanjang hidupnya dan sangat efektif dalam penggunaan amonium
meskipun sebagian besar diambil dalam bentuk nitrat (Sudjana dkk., 1991).Novriani
(2010), menambahkan bahwa P pada masa generatif dialokasikan pada proses
pembentukan biji atau buah tanaman. Lebih lanjut Mapegau (2010), menyatakan
bahwa P berfungsi sebagai sumber energi dalam berbagai reaksi metabolisme
tanaman berperan penting dalam peningkatan hasil serta memberikan banyak
fotosintat yang didistribusikan ke dalam biji sehingga hasil biji tanaman jagung
meningkat. karena di antara fungsi fosfor yang dikemukakan Isnaini (2006) bahwa
mempercepat pembentukan buah dan biji serta meningkatkan produksi. Ukuran buah

12
dan kualitas buah pada vase generatif akan dipengaruhi oleh ketersediaan unsur K,
sedangkan P berperan dalam pembentukan buah dan bunga (Novizan, 2002).
Dari uraian diatas menunjukan bahwa hasil tanaman jagung pada aplikasi
berbagai pupuk organik dapat memberikan hasil yang maksimum karena apabila
kebutuhan unsur hara dapat terpenuhi, baik unsur hara makro maupun unsur hara
mikro.
Tanggap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung
Manis Dengan

tanaman akan berjalan lancar. Pairunan Sutoro (2003), bahwa Bahan organik et al.
(1997) menambahkan bahwa jika berperan dalam meningkatkan kesuburan kekurangan
atau kelebihan salah satu unsur tanah, dan akan menentukan produktivitas hara dapat
mengurangi efisiensi unsur hara tanah, penyediaan hara bagi tanaman, dan lainnya.
memperbaiki sifat fisik, biologi dan sifat
Aplikasi Berbagai Pupuk Organik dalam Penelitian. Dalam penelitian ini bahwa
pemberian pupuk organik dapat memberikan pertumbuhan dan hasil yang baik tidak
berbeda dengan pemberian pupuk anorganik karena pupuk organik juga kaya akan
unsur hara yang dapat menyuburkan tanah dan tanaman. Pupuk organik umumnya
berasal dari tumbuhan dan hewan dan secara spesifik sebagai sumber hara (Sutanto,
2002). Hal ini sesuai dengan pernyataan kimia tanah lainnya seperti terhadap pH
tanah, kapasiatas pertukaran kation dan anion tanah, daya sangga tanah dan netralisasi
unsur meracun seperti Fe, Al, Mn dan logam berat lainnya termasuk netralisasi
terhadap insektisida. Pupuk organik juga mengandung sejumlah zat tumbuh dan
vitamin yang dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan tanaman dan mikro
organisme (Arifin., dkk, 2008). Oleh karena itu penggunaan pupuk organik yang tepat
dapat menggantikan atau mengurangi penggunaan pupuk kimia serta memberikan
hasil dan produksi yang optimun
(Wididana, 1993).
Adanya perbedaan pertumbuhan dan hasil tanaman pada perlakuan dengan
pemberian berbagai pupuk organik diduga karena pemberian dosis pupuk yang
diberikan berbeda. Seperti halnya dikemukakan oleh Subandi, dkk (1988), dosis, cara
dan waktu pemberian yang tepat dan disertai dengan pengolahan tanah yang baik
dapat membantu meningkatkan ketersediaan unsur hara yang diperlukan tanaman.
jika suatu tanaman kekurangan kandungan unsur hara pupuk, laju pertumbuhan
tanaman tersebut akan lambat dan tidak optimal dalam produksi suatu tanaman
(Dwidjosaputro, 1997).
Pemberian pupuk organik dapat menggantikan atau mengurangi penggunaan
pupuk anorganik secara terus menerus karena dapat merusak sifat fisik, kimia dan
bahwa tanpa dipupuk tanaman tidak mampu memberikan hasil seperti yang
diharapkan (Raihan, 2000). Pertumbuhan, produksi dan mutu hasil jagung manis
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan seperti
kesuburan tanah (Hayati, 2006).

13
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitain yang dicobakan dan uraian-uraian yang ada maka
dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis pada aplikasi
berbagai pupuk organik dapat memberikan pertumbuhan dan hasil yang optimum
yang ditunjukan oleh tinggi tanaman, jumlah daun, berat tongkol (dengan kelobot dan
tanpa kelobot) serta panjang tongkol (dengan kelobot dan tanpa kelobot). Sementara
aplikasi pupuk hayati (mikroba rumpu bambu) memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung.

Saran
Berdasarkan hasil diatas perlu dilakukan penggunaan pupuk organik sesuai
dosis yang dicobakan dalam penelitian inipada sistem teknik budidaya pertanian
karena dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis lebih
tinggi. Hal tersebut dapat mengurangi bahkan menggantikan penggunaan pupuk
anorganik secara terus menerus

14
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z,. dan Krismawati, A. 2008. Pertanian Organik, Menuju pertanian Berkelanjutan.
Bayumedia Publishng. Malang.

BPTP, 2011. Produksi jagung. Balai pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi tengah.

Derna, H. 2007. Jagung manis. http:// www. scribd.


Jambi. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. Hal 33 – 36.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif.


Agromedia Pustaka. Jakarta. 130 hal.

Novriani, 2010. Alternatif Pengelolaan Unsur Hara P (Fosfor) Pada Budidaya Jagung. Jurnal
agronobis, vol. 2. Hal 42 – 49.

Pairunan, J. L. Nanere, S. S. R. Samosir, R.


Tangkaisari, J. R. Lalopua, B. Ibrahim, dan H. Asmadi. 1997. Dasar - Dasar Ilmu Tanah.
Cetakan IV. Badan Kerjasama antar Perguruan Tinggi se Indonesia Timur.

15

Anda mungkin juga menyukai