Anda di halaman 1dari 24

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG HIJAU (Vigna radiata L.

)
DENGAN PEMBERIAN PUPUK NPK DAN BAHAN ORGANIK

LAPORAN

OLEH :

MUTIA MAHARANI
210301004
AGRONOMI-1

LABORATORIUM TANAMAN PANGAN II


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)
DENGAN PEMBERIAN PUPUK NPK DAN BAHAN ORGANIK

LAPORAN

OLEH :

MUTIA MAHARANI
210301004
AGRONOMI-1

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian
Di Laboratorium Tanaman Pangan II Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

LABORATORIUM TANAMAN PANGAN II


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
Judul : Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Hijau (Vigna Radiata L.) Dengan
Pemberian Pupuk Npk Dan Bahan Organik
Nama : Mutia Maharani
NIM : 210301004
Kelas : Agronomi 1

Diketahui Oleh :
Dosen Penanggung Jawab

()
NIP.

Diperiksa Oleh : Diperikasa Oleh :


Asisten Korektor I Asisten Korektor II

(M. Rafiqul Firdaus Siregar) (Effendi Cordias Domini Gulo)


NIM. 200301152 NIM. 200301023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada

waktunya.

Adapun judul dari laporan ini adalah “ pertumbuhan dan produksi

Kacang Hijau dengan pemberian pupuk NPk dan Bahan Organik” yang

merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di

Laboratorium Budidaya Tanaman pangan II (Sorgum, Legum, dan Ubi Umbian)

Program Studi Agrotekhnologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga berterima kasih kepada bapak Dr. Ir. Jonathan Gintinng M.S.,

Prof. Dr. Ir. Yaya Hasanah M.Si., Dr. Nini Rahmawati Sp., M.Si., selaku dosen

mata kuliah Tanaman Pangan II ( Sorgum, Legum dan Umbi Umbian) Serta

Abang asisten praktikum yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan

akhir ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh

karena itu dibutuhkan kritik dan saran yang membangun agar terjadinya perbaikan

di masa yang mendatang, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, November 2023

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan tanaman dari famili kacang-

kacangan (Fabaceae) yang memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari

sebagai sumber pangan nabati yang kaya protein. Kacang hijau di Indonesia

menempati urutan ketiga diantara kacang-kacangan, setelah kedelai dan kacang

tanah.. Kacang hijau memiliki kandungan gizi per 100 g bahan yakni, energi 323

kkal, protein 23 g, lemak 1,5 g, karbohidrat 56,8 g, serat 7,5 g, karoten (vitamin

A) 223 mcg, thiamin (vitamin B1) 0,5 mg, riboflafin (vitamin B2) 0,15 mg, niasin

(vitamin B3) 1,5 mg, vitamin C 10 mg, kalsium 223 mg, fosfor 319 mg, besi 7,5

mg, kalium 816 mg, zinc 2,9 mg (Lusmaniar, et al., 2020).

Produksi kacang hijau di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 241.334 ton

dan mengalami penurunan pada tahun 2018 sebesar 234.718 ton. Hal ini

disebabkan karena luas panen pada tahun 2018 mengalami penurunan sebesar

197.508 ha dibandingkan tahun 2017 sebesar 206.469 ha. Produktivitas pada

tahun 2017 sebesar 11,69 ku/ha dan mengalami peningkatan pada tahun 2018

sebesar 11,88 ku/ha. Untuk Provinsi Sulawesi Selatan sendiri, produksi kacang

hijau pada tahun 2017 sebesar 20.476 ton dan mengalami peningkatan pada tahun

2018 sebesar 22.000 ton. Luas panen pada tahun 2017 sebesar 14.088 ha dan

mengalami peningkatan tahun 2018 sebesar 15.456 ha. Sedangkan produktivitas

tahun 2017 14,53 ku/ha dan mengalami penurunan tahun 2018 sebesar 14,23

ku/ha (Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2019).

Berbagai faktor menyebabkan penurunan produktivitas antara lain

kesuburan tanah rendah, alih fungsi lahan, faktor iklim tidak mendukung dan
teknik budidaya yang tidak tepat.. Untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil

tanaman kacang hijau dapat dilakukan dengan berbagai usaha, salah satu

diantaranya dengan melakukan intensifikasi yaitu peningkatan produksi tanaman

per satuan luas lahan salah satunya dengan pemberian pupuk yang bertujuan untuk

meningkatkan ketersediaan unsur hara dan tanah (Muthalib dan Noor, 2018).

Karakteristik media tanam (tanah) akan sangat menentukan kualitas

dan kuantitas produksi tanaman. Tanah menyuplai air dan unsur hara dalam

ruang pori serta jasad penghuni tanah (termasuk akar) yang akan

bersimbiosis, berinteraksi, mengubah dan memperbaiki sifat fisik maupun

kimia tanah yang berguna untuk keberlangsungan tanaman. Upaya penyuburan

tanah secara alami diperlukan apabila tanah tersebut sudah banyak terkontaminasi

pestisida. Perbaikan dan penyuburan tanah akan sama halnya dengan

memperbaiki ekosistem kehidupan secara menyeluruh yang akhirnya berdampak

positif dalam lingkungan pertanian. Oleh karena itu persiapan tanah pratanam

penting dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan penurunan hasil produksi

panen maupun masalah kerusakan tanaman akibat hama, cekaman maupun faktor

lingkungan lainnya. Karena kandungan media akan memengaruhi pertumbuhan

suatu tanaman (Octavia et al., 2020).

Pemupukan merupakan usaha intensifikasi dalam budidaya tanaman dan

bertujuan memberi hara secara optimum untuk mendukung pertumbuhan dan

produksi tanaman. Namun demikian, pemberian pupuk harus dilakukan secara

efesien dan efektif sesuai kebutuhan tanaman (jenis dan takaran), baik pupuk

organik maupun anorganik (Safei et al., 2015).


Ada berbagai jenis pupuk yang beredar di pasaran, akan tetapi pemilihan

jenis pupuk yang tepat baik jenisnya, dosisnya dan waktu aplikasinya sangat

mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Berdasarkan sumber bahan

yang terkandung dalam pupuk, pupuk dibagi menjadi dua bagian yaitu pupuk

organik dan pupuk anorganik (Pratama, 2020).

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri

dari bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui

proses rekayasa, dapat dibentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai

bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Sedangkan

pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik dan

biologis dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk. Peningkatan

produktivitas kacang hijau diperkirakan dapat diperoleh melalui pemupukan

organik dan anorganik (Kuntyastuti dan Lestari, 2016).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh

pemberian pupuk NPK dan Bahan Organik terhadap pertumbuhan dan produksi

kacang hijau.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu

syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Tanaman

Pangan II Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara serta sebagai sebaran informasi bagi yang membutuhkan.


TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiate L.)

Kacang hijau merupakan tanaman berbentuk semak yang tumbuh tegak.

Tanaman kacang hijau diduga berasal dari India, kemudian menyebar ke berbagai

Negara Asia tropis, termasuk ke Indonesia di awal abad ke-17. Di Indonesia,

kacang hijau juga dikenal sebagai tanaman sayuran semusim. Kacang hijau

termasuk jenis tanaman yang termasuk relatif mudah untuk ditanam kacang hijau

berumur pendek (kurang dari 60 hari) berbentuk polong. Adapun klasifikasi

botani tanaman kacang hijau sebagai berikut Divisi : Spermatophyta, Sub-divisi :

Angiospermae, Kelas : Dicotyledoneae, Ordo : Leguminales, Famili :

Leguminosae, Genus : Vigna, Spesies : Vigna radiata (Nuraeni, 2022).

Tanaman kacang hijau berakar tunggang. Sistem perakarannya dibagi

menjadi dua, yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak

cabang akar pada permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar.

Sementara xerophytes memiliki akar cabang lebih sedikit dan memanjang ke arah

bawah. Perakaran tanaman kacang hijau bercabang banyak dan membentuk

bintil-bintil akar (Rohmanah, 2016).

Batang tanaman kacang hijau berukuran kecil berbentuk tegak mencapai

30 cm - 110 cm dengan cabang menyamping pada batang utama, berbentuk bulat

dan berbulu. Setiap buku batang menghasilkan satu tangkai daun, kecuali pada

daun pertama berupa sepasang daun yang berhadapan dan masing-masing daun

berupa daun tunggal. Warna batang dan cabangnya ada yang hijau dan ada juga

ungu. Daun kacang hijau tumbuh majemuk dengan tiga helai anak per tangkai.
Helai daun berbentuk oval dengan ujung lancip dan berwarna

hijau (Purwono dan Hartono, 2015).

Daunnya tumbuh majemuk dan terdiri dari tiga helai anak daun tiap

tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip dan berwarna

hijau muda hingga hijau tua serta letak daunnya berseling. Tangkai daun lebih

panjang dari pada daunnya sendiri. Daun tanaman kacang hijau terdiri dari 3 helai

(trifoliate) dan letaknya bersilang. Tangkai daunnya cukup Panjang dari daun.

Daunnya berwarna hijau sampai hijau tua (Refwallu & Sahertian, 2020).

Bunga kacang hijau termasuk bunga sempurna (hermaphrodite), dapat

menyerbuk sendiri, berbentuk kupu – kupu, dan berwarna kuning. Polongnya

berbentuk silindris dengan panjang antara 6 – 15 cm. polong muda berwarna hijau

dan setelah tua berwarna hitam atau cokelat. Dalam satu polong terdapat 5 – 16

butir biji. Biji umumnya berwarna hijau kusam atau hijau mengkilap, namun

adapula yang berwarna kuning, cokelat, dan hitam. Bunga muncul diujung

percabangan pada umur 30 hari. Munculnya bunga dan pemasakan polong pada

tanaman kacang hijau tidak serentak sehingga panen dilakukan beberapa

kali (Darto & Wisnubroto, 2022).

Bunga kacang hijau termasuk bunga sempurna (Hermaprodite), dapat

menyerbuk sendiri berbentuk seperti kupu-kupu dan berwarna kuning pucat atau

kehijauan tersusun dalam tandan. Bunganya termasuk jenis hemaprodit atau

berkelamin sempurna. Biasanya berbunga 30 – 70 hari dan polongnya menjadi tua

60 – 120 hari setelah tanam. Perontokan bunga banyak terjadi, mencapai 90%.

Persilangan masih juga terjadi sampai 5%. Proses penyerbukan terjadi pada
malam hari sehingga pada pagi harinya bunga akan mekar dan pada sore harinya

sudah layu (Rukmini, 2017).

Biji kacang hijau berbentuk bulat kecil dengan bobot dengan bobot berat

tiap butir 0,5 sampai 0,8 atau per 1000 butir antara 36 sampai 78 g, berwarna hijau

sampai hijau mengkilap. Biji kacang hijau tersusun atas tiga bagian yaitu kulit

biji, kotiledon dan embrio. Biji kacang hijau berbentuk bulat. Tipe perkecambahan

biji kacang hijau hijau adalah epigeal dan termasuk biji dikotil yaitu berkeping

dua. Kurangnya tersedianya air pada lingkungan biji akan menyebabkan jumlah

air yang diambil untuk berkecambah menjadi semakin rendah atau bahkan tidak

mencukupi. Biji serealia seperti kacang hijau mengalami imbibisi. Imbibisi

merupakan awal perkecambahan biji. Biji yang hidup dan mati, keduanya

melakukan imbibisi air dan membengkak banyak air imbibisi tergantung pada

komposisi kimia biji, getah dan pectin lebih bersifat keloid dan banyak mengalami

imbibisi air dari pada zat tepung. Kandungan air yang kurang dari batas optimum

biasanya menghasilkan imbibisi Sebagian dan memperlambat atau menhan

perkecambahan (Nuraeni, 2022).

Polong menyebar dan menggantung berbentuk silindris dengan panjang

antara 6-15 cm dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna

hijau dan dan setelah tua berwarna hitam atau coklat. Setiap polong berisi 10-15

biji. Polong menjadi tua sampai 60-80 hari setelah tanam.Perontokan bunga

banyak terjadi dan mencapai angka 90% (Fitriani, 2015).

Fase – Fase Pertumbuhan Kacang Hijau (Vigna radiata L.)

Pertumbuhan berarti pertambahan ukuran. Karena Organisme multisel

tumbuh dari zigot, pertambahan itu bukan hanya dalam volume, tetapi juga dalam
bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma dan tingkat kerumitan. Tahapan dalam

pertumbuhan dan perkembangan sel : Berbagai ragam bentuk yang mengagumkan

dihasilkan dari proses pertumbuhan dan perkembangan (terdapat hampir 285.000

spesies tumbuhan berbunga), namun itu semua merupakan hasil dari tiga peristiwa

yang sederhana pada tingkat sel. Yang pertama adalah Pembelahan Sel: satu sel

dewasa membelah menjadi dua sel yang terpisah , yang tidak selalu serupa satu

sama lain. Yang kedua adalah Pembesaran Sel : salah satu atau kedua sel anak

tersebut membesar volumenya. Peristiwa yang ketiga adalah Diferensiasi Sel: sel

yang berangkai sudah mencapai volume akhirnya, menjadi terspesialisasi dengan

cara tertentu. Berbagai macam cara sel membelah, membesar, dan terspesialisasi

telah menghasilkan berbagai jenis jaringan dan organ tumbuhan, dan banyak jenis

tumbuhan (Felania, 2017).

Pertumbuhan vegetatif dan generatif adalah proses penting dalam siklus

hidup setiap jenis tumbuhan. Pertumbuhan vegetatif adalah pertambahan volume,

jumlah, bentuk dan ukuran organ-organ vegetatif seperti daun, batang dan akar

yang dimulai dari terbentuknya daun pada proses perkecambahan hingga awal

terbentuknya organ generatif. Sedangkan pertumbuhan generatif adalah

pertumbuhan organ generatif yang dimulai dengan terbentuknya primordia bunga

hingga buah masak. Kedua proses dan fase pertumbuhan ini ditentukan oleh

faktor genetik dan lingkungan, tempat tumbuh tanaman sehingga terdapat

perbedaan masa dan fase antar jenis, varietas dan lingkungan yang

berbeda (Solikin, 2018).

Pada tanaman semusim, fase vegetatif dan generatif hanya berlangsung

selama setahun atau semusim sedangkan pada tanaman tahunan fase ini
dapat berlangsung sepanjang tahun atau bergantian secara periodik selama

tahunan. Dengan demikian studi kedua fase ini penting dalam

konservasi,penelitian dan pengembangan jenis tumbuhan, termasuk tumbuhan

obat. Dari sini akan dapat ditentukan masa tanam, pemeliharaan, pola tanam,

karapatan populasi, pengendalian jasad pengganggu dan masa panen secara

optimal (Naomi et al., (2018).

Pertumbuhan dan perkembangan kacang tanah dibagi menjadi dua fase

yaitu fase vegetatif dan generatif Fase vegetatif terdiri dari : VE (kecambah),

ditandai dengan kotiledon baru muncul di atas tanah biasanya terjadi pada umur 0

– 6 hst; VK(Kotiledon terbuka) ditandai dengan kotiledon terbuka biasanya terjadi

pada umur 6 – 7 hst; V1(buku kesatu) ditandai dengan munculnya daun

bertangkai empat pada buku pertama dan telah berkembang penuh; V2 (buku

kedua) ditandai dengan daun bertangkai empat telah berkembang penuh pada

buku kedua; V3 (buku ketiga) ditandai dengan daun bertangkai empat telah

berkembang penuh pada buku ketiga; Vn (buku ke-n) ditandai dengan daun

bertangkai empat telah berkembang penuh pada buku ke-n.Fase V1-Vn biasanya

terjadi pada umur 7-27 hst (Muzaiyanah, 2023).

Adapun fase generatif terdiri dari: R1 (Mulai berbunga) ditandai dengan

adanya satu bunga mekar pada ketiak daun,biasanya terjadi pada umur 27 – 32

hst; R2(Pembentukan ginofor) ditandai dengan Mulai terlihatnya ginofor yang

biasanya terjadi pada umur 32 – 49 hst; R3 (Pembentukan polong) ditandai

dengan kondisi ujung ginofor yang mulai membengkak, biasanya terjadi pada

umur 40 – 45 hst; R4 (polong penuh) ditandai dengan kondisi polong yang

mencapai ukuran maksimum untuk pengisian biji, biasanya terbentuk pada umur
45 – 52 hst; R5(Pembentukan biji) ditandai dengan kondisi polong berkembang

penuh dan bila disayat melintang akan terlihat pertumbuhan kotiledon biji,

biasanya terjadi pada umur 52 – 57 hst; R6 (Biji penuh) ditandai dengan kondisi

polong telah terisi biji dan dalam keadaan segar biasanya terjadi pada umur 57 –

68 hst; R7 (Biji mulai masak) ditandai dengan adanya satu polong yang telah

memperlihatkan bintik-bintik hitam di bagian dalam kulit polong, biasanya terjadi

pada umur 68 – 75 hst; R8 (masak panen) ditandai dengan beberapa polong telah

memperlihatkan bintik-bintik hitam dibagian dalam kulit polong, biasanya terjadi

pada umur 85 – 100 hst dan R9 (Lewat masak) ditandai dengan polong mulai

membusuk, yang biasanya terjadi pada umur ≥ 100 hst. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui apakah terjadi perubahan lama pertumbuhan vegetatif

setelah disimpan selama 4 bulan serta untuk mengetahui kestabilan laju perubahan

fase yang diharapkan akan menjadi info dasar untuk pengembangan di bidang

budi daya kacang tanah kedepan (Muzaiyanah, 2023).

Syarat Tumbuh
Iklim

Kacang hijau merupakan jenis tanaman yang tumbuh pada iklim sub-tropis

dengan kecenderungan dapat tumbuh pada suhu berkisar antara 25 – 27 °C dengan

RH 50 - 89 %. Tanaman yang tergolong dalam tanaman C3 ini memiliki panjang

hari berkisar antara 9 - 10 jam. Hal tersebut menyebabkan tanaman ini

dikategorikan dalam tanaman hari pendek (Panjaitan, 2019).

Tanah
Tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman kacang hijau adalah tanah

yang gembur dengan struktur tanah lempung berdebu. tanah disebut memiliki
drainase yang baik dalam mengikat air dengan demikian akan memudahkan

perkecambahan benih dan memudahkan pertumbuhannya baik secara perakaran

maupun pertumbuhan keseluruhan. Hal itu didasari pada tanaman kacang hijau

yang masih bisa dan dapat tumbuh pada kondisi tanah bertekstur lempung dan

berdebu. (Kacang hijau dapat tumbuh pada ketinggian < 2000 mdpl, dan tumbuh

subur pada tanah liat atau berpasir yang cukup kering, dengan pH 5,5 sampai

7,0 (Giarto, 2018).

Cuaca
Tanaman kacang hijau dapat tumbuh dengan baik serta produksinya tinggi

dengan curah hujan berkisar antara 600 - 2.400 mm per tahun atau setara dengan

50 - 200 mm per bulan. Apabila curah hujan kurang dapat mempengaruhi

produksi kacang hijau. Tanaman kacang hijau cocok pada lahan kering dan

ditanam pada kondisi curah hujan rendah pada musim kemarau (Riono, 2020).

Kebutuhan Air
Kacang hijau memerlukan air sebanyak 100 sampai 150 mm pada

bulan pertama setelah tanam (masa vegetatif). Kebutuhan air yang kritis untuk

tanaman kacang hijau terjadi pada awal pertumbuhan fase berbunga sekitar

satu bulan masa setelah tanam kebutuhan air pada masa kritis ini setara curah

hujan 100 mm/bulan (Layuk, 2022).

Intensitas Cahaya
kacang hijau (Vigna radiata L.) adalah hasil pertanian yang dapat

berkembang dengan baik di Indonesia sebab permintaannya semakin bertambah

tiap tahunnya, baik digunakan untuk konsumsi maupun industri. Kelebihan

tanaman kacang hijau adalah memiliki umur yang pendek, dapat bertahan saat
kekeringan, cara menanam dan merawatnya sangat mudah, dan harganya stabil.

kacang hijau merupakan tanaman C3 yang memerlukan penyinaran cahaya

matahari kurang dari 12 jam. kacang hijau adalah tipe tanaman C3, yaitu tanaman

yang dapat menerima intensitas cahaya yang rendah (Suparwata, 2018)

Pupuk NPK
Pupuk NPK (Nitrogen phosphate kalium) mengandung tiga unsur hara

primer yang utama (N, P dan K), sehingga tidak perlu digabungkan lagi dengan

pupuk lainnya karena haranya sudah tersedia. penggunaan pupuk NPK, bila

dibandingkan dengan dengan pemupukan NP, NK, atau PK akan tetapi, perlu

adanya penggabungan antara penggunaan pupuk anorganik (NPK Phonska)

dengan pupuk organik kotoran sapi, karena pupuk organik kotoran sapi

merupakan bahan dasar potensial pembuatan pupuk

organik (Kuntyastuti dan Lestari., 2015).

Pupuk NPK berkualitas prima memiliki besar butiran yang seragam dan

tidak terlalu higroskopis sehingga tahan disimpan dan tidak mudah

menggumpalNPK adalah pupuk dengan komposisi unsur hara yang seimbang dan

dapat larut secara perlahan sampai akhir pertumbuhan (Putri, 2016).

Dalam pemberian pupuk NPK harus memperhatikan dosis yang

diaplikasikan terhadap tanaman. Karena pemberian dosis yang berlebihan akan

mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada tanaman. Oleh karena itu,

pemberian dosis yang tepat perlu diketahui oleh para peneliti maupun petani

dan hal ini dapat diperoleh melalui pengujian - pengujian

di lapangan (Novizan, 2017).


Unsur hara yang terkandung di dalam pupuk, seperti nitrogen (N)

merupakan penyusun protein, klorofil dan enzim-enzim. Pertumbuhan vegetatif

tanaman, seperti akar, batang dan daun sangat didukung oleh N yang merupakan

salah satu unsur hara makro. Selain itu N juga berfungsi sebagai pendorong utama

pertumbuhan vegetatif dan generatif seta pembentukan enzim dan hormon

pertumbuhan. Fosfor (P) berfungsi dalam pembelahan sel, perkembangan akar,

mempercepat laju pertumbuhan, mempercepat keluarnya bunga, mendorong

pembuahan dan pemasakkan buah. Kalium (K) sangat penting dalam proses

metabolisme karbohidrat, sintesis asam amino dan protein, sehingga unsur-unsur

hara tersebut merupakan unsur utama bagi tanaman dan apabila ketersediaannya

cukup di dalam tanah maka pertumbuhan tanaman akan meningkat. K juga

berfungsi mengaktifkan enzim-enzim yang berperan dalam metabolisme dan

biosintesis (Sarianti et al., 2017).

Pemberian nitrogen yang cukup pada tanaman disamping menjamin

pertumbuhan yang baik juga meningkatkan hasil panen. Pupuk lengkap berbentuk

pelet diyakini dapat meningkatkan efektifitas penggunaan pupuk karena dapat

menekan kehilangan unsur hara akibat hujan ataupun penguapan. NPK mutiara

adalah salah satu contoh pupuk lengkap berbentuk pelet tersebut. Pupuk NPK

merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara utama lebih dari dua

jenis. Masing-masing unsur hara yang terkandung dalam pupuk NPK adalah 16

%N,16%P2O5,16%K2Odan0,5%Mg,B,Cu,Zn. PupukNPKyang diberikan dalam

keadaan cukup maka dapat menunjang pertumbuhan tanaman lebih cepat dan

produksinya meningkat (Lisyah, 2017).


Pupuk Kompos

Faktor yang dapat menyebabkan penurunan produksi kacang hijau, antara

lain kesuburan tanah rendah, alih fungsi lahan, faktor iklim tidak mendukung dan

praktik budidaya tidak tepat. Peningkatan produksi dan kualitas kacang hijau tidak

terlepas dari teknis budidaya yang dilakukan dengan baik salah satunya adalah

memperbaiki kondisi lingkungan tumbuh tanaman dan penyediaan unsur hara

dalam tanah dengan menggunakan pupuk organik dan mulsa

organik (Widawati et al., 2016).

Kondisi ini mendorong petani untuk menggunakan pupuk organik, pupuk

organik memiliki keunggulan yaitu mengandung unsur hara yang lebih lengkap

dibandingkan dengan pupuk anorganik meskipun dalam jumlah yang relatif

sedikit. Secara umum pupuk organik dapat berperan sebagai penyedia hara

tanaman serta dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi

tanah (Hastuti et al., 2018).

Penggunaan pupuk kimia sintetis yang tidak terkendali menjadi salah satu

penyebap penurunan kualitas biologis, fisik dan kimia tanah. Padahal harga pupuk

semakin mahal dari tahun ketahun sehingga mengurangi keuntungan petani.

Pengunaan pupuk yang berlebihan, selain akan memperbesar biaya produksi juga

akan merusak lingkungan akibat adanya emisi gas N2O pada proses amonifikasi,

nitrifikasi, dan denitrifikasi. (Yuda et al., 2015).

Pengunaan pupuk an-organik (N, P, K) secara terus menerus dan

berlebihan, dan tidak diimbangi dengan penggunaan pupuk organik menyebabkan

tanah menjadi keras dan produktifitasnya menurun (Umarie dan Holil 2016).
Penggunaan bahan organik dapat menjadi alternatif solusi untuk

mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pupuk kimia dalam

meningkatkan produktivitas tanaman. Penambahan bahan organik dalam tanah

akan dapat memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan stabilitas agregat tanah

yang nantinya dapat memelihara aerasi tanah dengan baik dan dapat menunjang

peningkatan efisiensi penggunaan pupuk. Salah satu jenis pupuk organik adalah

pupuk kandang. Pupuk kandang memiliki sifat yang tidak merusak tanah,

menyediakan unsur hara makro dan mikro. Selain itu pupuk kandang berfungsi

untuk meningkatkan daya menahan air, aktivitas mikrobiologi tanah, nilai

kapasitas tukar kation dan memperbaiki struktur tanah (Anjarwati et al., 2017).

Pupuk kompos kotoran sapi banyak digunakan sebagai pupuk kandang

karena ketersediaannya lebih banyak dibandingkan kotoran hewan lainnya. Pupuk

kandang selain mengandung unsur-unsur zat hara serta mineral juga bisa

memperbaiki struktur tanah seperti halnya pupuk

kompos (Firmansyah et al., 2021).


DAFTAR PUSTAKA

Anjarwati, H., Sriyanto, W., dan Setyastuti. (2017), Pengaruh Macam Media dan
Takaran Pupuk Kandang Kambing Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Sawi Hijau ( Brassica Rapa L). Jurnal Vegetalika. 6(1): 35-45.
Darto, F. E., Siswanto, B., & Wisnubroto, E. I. (2022). Pengaruh Kombinasi
Pupuk NPK dan Pupuk Organik Granular Kotoran Sapi Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Hijau (Vigna Radiata
L.) Pada Entisol (Doctoral dissertation, Fakultas Pertanian Universitas
Tribhuwana Tunggadewi).
Felania, C. (2017). Pengaruh ketersediaan air terhadap pertumbuhan kacang hijau
(Phaceolus radiatus). In Seminar Nasional Pendidikan Biologi (pp.
131-138).
Firmansyah A, Zulfita D, dan Safwan M. (2021). Pengaruh pupuk organik cair
terhadap pertumbuhan dan hasil kale pada tanah gambut. J. Sains
Pertanian Equator. 10 (1): 1-8.
Fitriani,Ade. (2015). Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Limbah Organik Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L).Program
studi Pendidikan bilologi jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Fak Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Bengkulu.
Giarto. (2018). Usaha Tani Kacang Hijau (Vigna Radiata L.) Dengan Perlakuan
Sistem Jarak Tanam Double Row Dan Inokulasi Rhizobium Sp.
Polinela. Bandar Lampung. 56 Halaman. Laporan Proyek Mandiri.
Hastuti, D. P., Supriyono, & Hartati. (2018). Pertumbuhan dan Hasil Kacang
Hijau (Vigna radiata, L.) pada Beberapa Dosis Pupuk Organik dan
Kerapatan Tanam . Journal Of Sustainable Agriculture, 89-95.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. (2019). Data Lima Tahun Terakhir.
Tersediapada:https://www.pertanian.go.id/home/?sho
w=page&act=view& id=61. Diakses 14 Maret 2022.
Kuntyastuti, H. dan S.A.D. Lestari. (2015). Pengaruh interaksi antara dosis pupuk
dan populasi tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau
pada lahan kering beriklim kering. Jurnal Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan 35(3): 239-249. DOI: 10.21082/jpptp.v35n3.
2016.p%25p.
Layuk, E. K. B. (2022). Uji Perbandingan Pertumbuhan Dan Produksi Kacang
Hijau Varietas Vima 1 Dan Vima 3 Dengan Turunannya.
Lisyah, L., Hapsoh dan Zuhry, E. 2017. Aplikasi Kompos Jerami Padi dan Pupuk
NPK terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau (Arachis
hypogaea L.). Fakultas Pertanian Universitas Riau. Jom Faperta Vol 4.
No 1.
Lusmaniar, Oksila, dan S. Dewi. (2020). Pengaruh pemberian pupuk hayati
agobost terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau (Vigna
radiata L.). J. Ilmu Pertanian Agonitas. 2 (1): 34-42.
Muthalib A, dan Noor J. (2018). Pengaruh pupuk NPK mutiara dan pupuk organik
cair nasa terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman buncis varietas
lebat-3. J. Agifor. 17 (2): 215- 222.
Muzaiyanah, S., & Purwaningrahayu, R. D. (2023). Pertumbuhan Vegetatif
Kacang Tanah Setelah Disimpan Empat Bulan. National Multidisciplinary
Sciences, 2(3), 292-298.
Naomi, A., Pertiwi, J., Permatasari, P. A., Dini, S. N., & Saefullah, A. (2018).
Keefektifan spektrum cahaya terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau
(Vigna Radiata). Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran
Fisika, 4(2).
Novizan R.A. (2017). Pengaruh Dosis Pupuk Majemuk NPK dan Pupuk
Pelengkap Plant Catalyst terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai
(Glycine max L. Merill.). [Skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Nuraeni, F. (2022). Pengaruh Pemberian Antioksidan Ekstrak Kulit Buah Nanas
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kacang Hijau (Vigna Radiata L) Pada
Cekaman Kekeringan (Doctoral Dissertation, Universitas Siliwangi).
Octavia, D., & Wahidah, B. F. (2020, September). Modifikasi pupuk organik cair
dari air cucian beras sebagai biofertilizer tanah pratanam pada kacang
hijau (Vigna radiata L.). In Prosiding Seminar Nasional Biologi (Vol. 6,
No. 1, pp. 304-310).
Panjaitan DC. 2019. Pengaruh Dosis Pupuk Hijau Paitan (Tithonia diversifolia)
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau. Skripsi. Fakultas
Agroindustri, Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Yogyakarta.
Pratama, J.T. (2020). Membuat Pupuk Organik Cair dengan Mudah. Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Purwono dan R. Hartono. 2015. Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta. 60 pp.
Putri, S. L. (2016). Pengaruh Pemberian Dosis Pupuk NPK dan Pupuk Hayati
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sedap Malam (Polianthes
tuberosa L.). [Skripsi].Purwono dan R. Hartono. 2015. Kacang Hijau.
Penebar Swadaya. Jakarta. 60 pp.
Refwallu, M. L., & Sahertian, D. E. (2020). Identifikasi Tanaman Kacang-
Kacangan (Papilionaceae) yang Ditanam Di Pulau Larat Kabupaten
Kepulauan Tanimbar. Biofaal Journal, 1(2), 66-73.
Riono, Y., & Apriyanto, M. 2020. Pemanfaatan Abu Sekam Padi dalam Inovasi
Pemupukan Kacang Hijau (Vigna radiate L) di Lahan Gambut. Selodang
Mayang: Jurnal Ilmiah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Indragiri Hilir.
Rohmanah, S, 2016. Pengaruh Variasi Dosis dan Frekuensi Pupuk Hayati
(Biofertilizer) terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Kacang
Hijau (Vigna radiata L.). Program Studi S-1 Biologi Departemen Biologi.
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga.
Rukmi. (2019). Pengaruh pemupukan kalium dan fosfat terhadap pertumbuhan
dan hasil kedelai. J. Agiculture Science. 3 (2): 1-13.
Safei, M., Rahmi, A., Jannah, N., Pertanian, F. dan Samarinda, U.A. (2015).
Pertumbuhan dan hasil tanaman terung (Solanum melongena L.) varietas
mustang F-1. Agrifor: Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan. 8 (4): 59-66.
Solikin, S. (2018). Pertumbuhan vegetatif dan generatif Stachytarpeta jamaicensis
(L.) Vahl. In Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science,
Enviromental, and Learning (Vol. 10, No. 1).
Suparwata, D. O. 2018. Respon pertumbuhan dan produksi kacang hijau (Vigna
radiata L.) terhadap perlakuan perbedaan naungan. Jurnal Ilmiah UGM.
7(1): 10-21.
Umarie, I., dan M. Holil. 2016. Potensi Hasil Dan Kontribusi Sifat Agronomi
Terhadap Hasil Tanaman Kedelai (Glycine Max L. Merril) Pada Sistem
Tumpansari Tebu-Kedelai. Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. Hal. 1-
11.
Widawati, L., Armaini, & Silvina, F. 2016. Pengaruh Pemberian Mulsa Alang-
Alang (Imperata cylindrica) dan Pupuk Urea, TSP, KCL pada
Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.). Jom
Faperta 3 (2), 1-13.
Yuda, Pramudya Arya, Iskandar Umarie, dan Wiwit Widiarti. 2015. Pendugaan
Parameter Genetik Tanaman Kedelai Pada Sistem Pertanaman
Tumpangsari TebuKedelai (Bulai). Agritrop. 13 (2) : 137– 145.

Anda mungkin juga menyukai