Anda di halaman 1dari 11

UJIAN TENGAH SEMESTER

Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan NPK terhadap Perkembangan Kacang


Tanah (Arachis hypogaea)

Nama : Sigit Budianto Said


NIM : 2242400018
Prodi : Ekonomi 2A
Dosen : Zakiyah BZ, M. Pd.I

FAKULTAS SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS NURUL JADID

PAITON-PROBOLINGGO

2022/2023
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian pupuk organik dan pupuk
NPK terhadap perkembangan kacang tanah. Penelitian ini menggunakan pendekatan
eksperimen dengan mengatur kelompok perlakuan yang menerima pupuk organik, pupuk
NPK, serta kelompok kontrol tanpa pemberian pupuk. Data yang dikumpulkan mencakup
parameter pertumbuhan tanaman seperti tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang. ata
yang dikumpulkan mencakup jumlah produksi kacang tanah, konsumsi, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan mengumpulkan data sekunder dari sumber yang relevan. Diharapkan hasil
dari penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pengaruh
pemberian pupuk organik dan NPK terhadap perkembangan kacang tanah. Temuan penelitian
ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk rekomendasi penggunaan pupuk yang optimal
dalam budidaya kacang tanah secara organik atau konvensional. Selain itu, penelitian ini juga
dapat memberikan kontribusi pada pengembangan pertanian berkelanjutan dan pengelolaan
sumber daya alam.

Kata kunci: kacang tanah, pupuk organik, NPK, pertumbuhan tanaman, eksperimen
kuantitatif
Daftar Isi

Abstrak:......................................................................................................................................ii
Daftar Isi...................................................................................................................................iii
BAB 1.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN......................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................2
1.2 Rumusan masalah.............................................................................................................3
BAB 2.........................................................................................................................................4
METODE PENELITIAN...........................................................................................................4
1. Pendekatan penelitian......................................................................................................4
2. Jenis Penelitian................................................................................................................4
3. Variabel Penelitian..........................................................................................................4
BAB 3.........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
1. Kacang Tanah..................................................................................................................5
2. Pupuk organik.................................................................................................................6
3. Pupuk NPK......................................................................................................................8
Daftar pustaka............................................................................................................................9
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman kacang tanah (Arachis hipogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan
nasional sebagai sumber protein dan minyak nabati. Konsumsi kacang tanah sebagai sumber
pangan nasional terus meningkat (Arief, 2007). Kebutuhan pangan dalam hal ini kacang
tanah jauh lebih besar dibandingkan dengan laju peningkatan produksi. Produksi kacang
tanah tahun 2014 diperkirakan sebanyak 655,17 ribu ton biji kering, mengalami penurunan
sebanyak 46,51 ribu ton (6,63 persen) dari tahun 2013. Penurunan produksi kacang tanah
tersebut diperkirakan terjadi di pulau Jawa sebanyak 36,57 ribu ton dan di luar pulau Jawa
sebanyak 9,94 ribu ton. Penurunan produksi diperkirakan terjadi karena penurunan luas
panen sebesar 12,76 ribu ha (2,46 persen) dan penurunan produktivitas sebesar 0,58 kw ha -1
(4,29 persen) (Badan Pusat Statistik, 2014).
Menurut Gaybita (1996), penurunan produksi kacang tanah pada umumnya
disebabkan oleh penurunan luas panen dan teknik budidaya, sehingga upaya peningkatan
produktivitas lahan pertanian dengan menggunakan pupuk seharusnya dilaksanakan secara
bijaksana. Timbulnya kesadaran sebagian kecil petani pada dampak negatif penggunaan
pupuk kimia dan sarana pertanian modern lainnya terhadap lingkungan, telah membuat
mereka beralih menggunakan pupuk organik (Simanungkalit et. al., 2006).
Dalam upaya meningkatkan produktivitas komoditas pertanian dapat menggunakan
pupuk organik yang bermanfaat untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, serta
meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah. Pupuk organik merupakan semua
jenis bahan organik berasal dari tanaman dan hewan yang telah melalui proses rekayasa,
dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Simanungkalit et. al., 2006).
Pupuk bokashi merupakan pupuk organik (dari bahan jerami, pupuk kandang, sampah
organik, dan lainnya) hasil fermentasi dengan teknologi EM4 yang dapat digunakan untuk
menyuburkan tanah dan menekan pertumbuhan patogen dalam tanah, sehingga efeknya dapat
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman (Muis et. al., 2008). Pupuk bokashi
diberikan sebelum tanam karena jenis pupuk ini digunakan sebagai pupuk dasar. Kandungan
unsur hara dalam pupuk ini dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah melalui proses
dekomposisi. Dengan memberikan pupuk bokashi dapat menyebabkan tanah menjadi gembur
disebabkan oleh mikroorganisme di dalamnya (Marsono dan sigit, 2001).
Menurut Lingga dan Marsono (2002), tanaman legum baik digunakan sebagai bahan
organik karena memiliki nisbah C/N yang rendah. Tanaman kacang tunggak termasuk dalam
famili Leguminosae yang dapat dijadikan bokashi dan mempunyai kemampuan menghasilkan
bahan organik tinggi dan dapat membantu meningkatkan kesuburan tanah (Mansyur et. al.,
2005).
Menurut hasil penelitian Suwardjono (2001), pemberian pupuk kandang dapat
meningkatkan jumlah polong isi penuh pada kacang tanah. Tanah yang diberikan pupuk
kotoran ayam akan menjadi remah, mudah diolah, akar tanaman lebih banyak dan penyerapan
hara dari tanah lebih banyak, sehingga pertumbuhan tanaman lebih baik dan hasil
lebih tinggi (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 2002).
Menurut hasil penelitian Leomo et. al., (2012), perlakuan kombinasi pupuk organik
dan anorganik dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum dengan perlakuan
kombinasi pupuk organik biogreen 5 ton ha-1 dan pupuk an organik 50% (Urea 100 kg ha-1,
SP36 50 kg ha-1 dan KCl 20 kg ha-1).
Pupuk tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang memiliki kandungan unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. TKKS ini mencapai 23% dari jumlah pemanfaatan
limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk organik juga akan memberikan manfaat
lain dari sisi ekonomi (Fauzi et. al., 2006). Menurut Eleni (2013), komposisi yang tepat dari
kompos tandan kosong kelapa sawit adalah perlakuan pada takaran 10 ton ha-1 dengan
produksi kacang tanah tertinggi 2,3 ton ha-1.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman memerlukan unsur hara N, P, dan K. Pada
umumnya unsur-unsur tersebut diperoleh dari penambahan pupuk anorganik. Hasil penelitian
Hulopi (2007) menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK berpengaruh pada pertumbuhan
tanaman kacang tanah ditunjukkan oleh jumlah daun dan jumlah batang. Menurut hasil
penelitian Fitriana (2013), perlakuan pupuk N, P, dan K 50% yang ditambahkan dengan
perlakuan bahan organik meningkatkan hasil tanaman jagung untuk semua parameter
terutama bobot tongkol ha-1.
Pemberian pupuk organik dapat ditambahkan dengan pupuk NPK ke dalam tanah
untuk mencapai status semua hara esensial seimbang dan optimum, efisiensi pemupukan,
kesuburan tanah serta menghindari pencemaran lingkungan. Konsep pemupukan berimbang
asalkan dosis pupuk disesuaikan dengan status hara tanah dan kebutuhan hara tanaman. Oleh
karena itu jenis dan dosis pupuk yang ditambahkan harus sesuai dengan tingkat kesuburan
tanah dan kebutuhan tanaman (Diah et. al., 2013).
Penggunaan pupuk organik dan pupuk NPK diharapkan dapat memperbaiki
pertumbuhan dan hasil kacang tanah (Arachis hypogaea L.). berdasarkan uraian di atas maka
akan dilakukan penelitian tentang penggunaan beberapa pupuk organik dan pupuk NPK
terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah.

1.2 Rumusan masalah


Apa pengaruh pupuk organik dan NPK terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah
(Arachis hypogaea L.).

1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik dan NPK terhadap
pertumbuhan dan hasil kacang tanah (Arachis hypogaea L.).
BAB 2

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian
kuantitatif untuk menjawab rumusan masalah

1. Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan pada tahap pertama menggunakan pola penelitian
kuantitatif yang mana penelitian ini menggunakan data yang berupa data statistik atau angka
untuk menunjukkan keterangan-keterangan yang berhubungan dengan penelitian. Penelitian
kuantitatif tersusun secara sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas dari awal
penelitian hingga akhir penelitian baik dari pembuatan desain penelitian, tujuan penelitian,
subjek penelitian, objek penelitian, sampel data, sumber data maupun metodeloginya

2. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan merupakan jenis penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen
merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi terkendalikan yaitu variabel dapat dipilih dan dikontrol
secara ketat pada variabel lain yang mempengaruhi proses eksperimen2 . Metode eksperimen
bersifat menguji atau validation, yaitu menguji satu atau lebih variabel. Variabel yang
memberikan pengaruh dikelompokkan sebagai varibel bebas (independent variabel) dan
variabel yang dipengaruhi dikelompokkan sebagai variabel terikat (dependent variabel).

3. Variabel Penelitian
a) Variabel bebas

Variabel bebas (X) merupakan variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dari variabel
terikat dan memiliki hubungan negatif dan positif . Variabel bebas atau variabel independent
pada penelitian ini adalah dosis pupuk dan waktu pemberian pupuk.

b) Variabel terikat dan kontrol

Variabel terikat (Y) atau biasa disebut dengan variabel dependent merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat. Variabel terikat dalam penelitian ini meliputi tinggi
tanaman, jumlah daun, dan berat basah total tanaman. Variabel yang dikendalikan atau dibuat
konstan sehingga variabel bebas dan variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang
tidak diteliti disebut dengan variabel kontrol. Variabel kontrol digunakan peneliti untuk
membandingkan. Variabel kontrol pada penelitian ini adalah intensitas cahaya, tempat
menanam, pemberian tanah dan pemberian air.
BAB 3

PEMBAHASAN
1. Kacang Tanah
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dalam suku Papiolionaceae dan genus Arachis
yang berasal dari benua Amerika (Brazilia). Kacang tanah mempunyai banyak nama
daerah seperti kacang una, kacang jebrol, kacang bandung, kacang koli, kacang tuban,
dan kacang bangkala (Poespodarsono, 1988).
Menurut Pitojo (2005) klasifikasi tanaman kacang tanah secara taksonomi adalah
seperti di bawah ini:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogaea L.
Kacang tanah memiliki akar tunggang dan akar-akar lateral yang berkembang baik,
sistem perakarannya terpusat pada kedalaman 5 cm sampai 25 cm dengan radius 12 cm
sampai 14 cm, tergantung tipe varietasnya. Akar lateral panjangnya sekitar 15 cm sampai 20
cm dan terletak tegak lurus pada akar tunggangnya. Daun kacang tanah pada bagian atas
biasanya lebih besar dibanding bagian bawah. Serta memiliki daun penumpu (stipula) yang
panjangnya 2,5 cm sampai 3,5 cm dan tangkai daun (petiol) yang panjangnya 3 cm sampai 7
cm (Trustinah, 2000).
Kacang tanah dapat tumbuh optimal pada lahan dengan ketinggian 0-500 m dpl dan
curah hujan ideal untuk budidaya tanaman kacang tanah sekitar 100-200 mm bulan-1 dan suhu
udara antara 25-30 ºC dengan penyinaran penuh. Pada tempat yang teduh batang tumbuh
memanjang, pucat dan tidak membentuk polong. Jadi penyinaran sinar matahari sangat
membantu dalam pertumbuhan kacang tanah (Ashari, 1995).
Menurut Yufdi, et. al., (2006), kelembaban udara untuk tanaman kacang tanah
berkisar antara 65-75%. Adanya curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban
terlalu tinggi di sekitar pertanaman. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman kacang tanah
adalah jenis tanah yang gembur atau bertekstur ringan dan subur. Kacang tanah dapat tumbuh
optimal pada pH sekitar 6,5-7,0. Pada kondisi pH mendekati netral tersebut, semua unsur
esensial berada dalam keadaan siap untuk diserap oleh akar tanaman.
Kacang tanah memberikan hasil terbaik jika ditanam pada tanah yang remah dan
berdrainase baik, terutama tanah berpasir. Tanah bertekstur ringan memudahkan penembusan
dan perkembangan polong, yang biasanya terjadi di bawah permukaan tanah. Ketersediaan
kalium tanah sangat diperlukan agar biji dapat tumbuh dengan baik (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1998)
2. Pupuk organik

Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa
-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang
digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik
mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya.Sumber bahan organik dapat
berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol
jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan
bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).

KELEBIHAN PUPUK ORGANIK

 Meningkatnya produktivitas dari lahan pertanian. Karena dengan meningkatnya kadar


kandungan bahan organik dan unsur hara yang ada dalam tanah, maka dengan
sendirinya akan memperbaiki sifat, kimia dan biologi tadi tanah atau lahan pertanian.
 Semakin mudahnya melakukan pengolahan lahan karena tanah semakin baik.
 Harga pupuk organik lebih murah,, dapat dibuat sendiri dan bahannya sangat mudah
didapat dari alam.
 Pupuk organik mengandung unsur mikro yang lebih lengkap dibandingkan dengan
pupuk kimia
 Pupuk organik akan memberikan kehidupan bagi mikroorganisme tanah sehingga
kesuburan tanah meningkat
 Mempunyai kemampuan dalam memobilisasi atau menjembatani hara yang ada di
tanah sehingga akan membentuk partikel ion yang mudah diserap oleh tanaman.
 Mempunyai kemampuan dalam melepas hara tanah dengan sangat perlahan dan terus
menerus, sehingga akan membantu mencegah terjadinya kelebihan suplai hara yang
membuat tanaman keracunan.
 Mampu menjaga kelembaban dari tanah, sehingga akan mengurangi tekanan atau
tegangan struktur tanah pada tanaman.
 Mampu membantu mencegah erosi lapisan atas tanah
 Mampu menjaga dan merawat tingkat kesuburan tanah
 Memberi manfaat untuk kesehatan manusia, karena banyak kandungan nutrisi dan
lebih lengkap dan lebih banyak
 Pemberian pupuk organik pada tanah berpasir mengakibatkan daya ikat tanah
meningkat.
 Beberapa ahli menyebutkan bahwa pemberian pupuk organik akan meningkatkan
populasi musuh alami patogen sehingga akan menekan aktivitas saprofitik pathogen
(organisme pengganggu tanaman).

KEKURANGAN PUPUK ORGANIK

 Pupuk organik, terutama pupuk kandang, masih sering mengandung biji-bijian


tanaman pengganggu. Biji-bijian yang termakan ternak tidak akan tercerna sehingga
dapat tumbuh mengganggu tanaman.
 Pupuk organik sering menjadi faktor pembawa hama penyakit karena mengandung
larva atau telur serangga sehingga tanaman dapat diserang.
 Kandungan unsur hara dalam pupuk organik sulit diprediksi
 Respon tanaman terhadap pupuk organik lebih lambat, karena pupuk organik bersifat
slow release.
 Penerapan hasil bioteknologi, seperti pupuk mikroba, masih jarang digunakan.
Sehingga penambahan jumlah mikroorganisme dalam tanah kurang optimal.
 Jika pupuk organik (kompos) yang diberikan masih mentah maka bahan organik akan
diserang oleh mikroba sehingga unsur hara tanaman menjadi berkurang karena
“dimakan” oleh mikroba-mikroba dari kompos mentah.

JENIS-JENIS PUPUK ORGANIK

 PUPUK KANDANG. Pupuk kandang adalah salah satu jenis pupuk organik yang
sering digunakan karena mudah didapatkan dan murah. Sumber pupuk ini berasal dari
kotoran hewan ternak maupun unggas seperti sapi, kerbau, kambing, domba, kuda,
kelinci dan ayam. Jenis pupuk ini efektif untuk menyuburkan tanah dan tumbuhan
karena mengandung banyak unsur hara atau nutrisi makro seperti fosfor, nitrogen, dan
kalium, serta unsur mikro seperti magnesium, sulfur, kalsium, besi, natrium,
molibdenum, dan tembaga.
 PUPUK HIJAU. Pupuk hijau adalah jenis pupuk organik yang berbahan dasar dari
tanaman atau tumbuhan hijau. Tanaman yang dimanfaatkan sebagai pupuk hijau bisa
berasal dari tanaman hasil sisa panen atau tanaman biasa yang dimanfaatkan sebagai
pupuk. Jenis tanaman apapun sebenarnya bisa dijadikan sumber pupuk hijau. Namun,
jenis kacangan-kacangan lebih sering digunakan karena tanaman ini memiliki
kandungan nitrogen yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan jenis tanaman
lainnya. Selain itu, kacang-kacangan juga mudah terurai sehingga penyediaan hara
menjadi lebih cepat. Pupuk jenis ini juga dipakai karena efektif untuk membantu
meningkatkan kualitas dan produktivitas tanah sebagai media tanam tumbuhan.
 PUPUK KOMPOS. Pupuk kompos terbentuk dari sisa bahan organik yang berasal
dari tumbuhan, hewan, dan limbah organik secara alami dengan cara dekomposisi
atau fermentasi. Materi yang diuraikan melalui proses biologis ini melibatkan bantuan
mikroorganisme (jamur, bakteri, atau kapang) dan makroorganisme (cacing
tanah). Seperti Bokashi, kompos jerami dan trico kompos.
 PUPUK HAYATI. Pupuk hayati atau pupuk mikrobiologis (biofertilizer) adalah
pupuk yang bekerja dengan memanfaatkan organisme hidup. Pupuk ini bukanlah
pupuk biasa yang secara langsung meningkatkan kesuburan tanah dengan
menambahkan nutrisi ke dalam tanah. Meskipun berdasarkan elemen pembentuknya
tidak termasuk golongan organik, karena melalui proses rekayasa atau buatan, banyak
orang menganggap pupuk ini sebagai pupuk organik. Fungsi dari pupuk ini antara lain
untuk membantu memperbaiki struktur tanah dan memproduksi nutrisi bagi tanah dan
tanaman, serta memangkas pertumbuhan parasit bagi tanaman.
 HUMUS. Humus adalah unsur organik yang berasal dari proses dekomposisi atau
pelapukan dari daun-daunan dan ranting tanaman yang membusuk. Selain dedaunan
dan ranting pohon yang berjatuhan, untuk membuat humus diperlukan bahan baku
seperti limbah dari pertanian dan peternakan, makanan, kayu, atau sampah rumah
tangga. Humus dapat membantu meningkatkan kadar air tanah, mencegah erosi, serta
mempercepat proses penghancuran senyawa beracun dalam tanah.
 PUPUK SERASAH. Pupuk serasah adalah jenis pupuk alami yang memiliki senyawa
berbasis karbon yang terbuat dari limbah organik nabati atau komponen tanaman yang
sudah tidak lagi terpakai dan berubah warna dan bentuk, seperti jerami, sabut kelapa,
dan rumput. Pupuk ini juga disebut sebagai pupuk penutup tanah karena dapat
diletakkan di atas permukaan tanah. Selain dapat membantu menyuburkan tanah,
pupuk serasah juga bermanfaat untuk menjaga kelembapan dan tekstur tanah agar
tetap baik dan mencegah penyakit pada tanaman akibat air hujan.
 PUPUK ORGANIK CAIR. Pupuk ini bisa terbuat dari urine ternak atau hasil dari
proses fermentasi bahan-bahan organik seperti buah-buahan busuk dan bahan pupuk
organik lainnya. Pupuk organik cair biasanya digunakan sebagai pelengkap dengan
cara disemprotkan ke daun atau disiramkan pada permukaan tanah dekat tanaman.
Pada umumnya, bahan baku pembuatan pupuk ini sama dengan pupuk organik
lainnya yang berbentuk padat. Namun, pupuk jenis ini ditambahkan air dengan proses
perendaman serta beberapa proses lainnya, sehingga menghasilkan pupuk cair. Jenis
pupuk ini digemari karena praktis dan mudah digunakan.
 PUPUK GUANO. Pupuk guano adalah jenis pupuk organik yang dihasilkan dari
kotoran kelelawar atau guano. Kotoran tersebut mengendap lama di dalam gua dan
bercampur dengan tanah serta bakteri pengurai di sarang kelelawar.

3. Pupuk NPK
Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk dan anorganik yang dapat digunakan sangat
efisien dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara makro (N, P, dan K), menggantikan
pupuk tunggal seperti Urea, SP-36, dan KCl yang kadang-kadang susah diperoleh di pasaran.
Keuntungan menggunakan pupuk majemuk (NPK) adalah 1) Dapat dipergunakan
dengan memperhitungkan kandungan zat hara sama dengan pupuk tunggal, 2) apabila tidak
ada pupuk tunggal dapat diatasi dengan pupuk majemuk, 3) penggunaan pupuk majemuk
sangat sederhana, dan 4) pengangkutan dan penyimpanan pupuk ini menghemat waktu,
ruangan, dan biaya (Pirngadi dan Abdulrachman, 2005).
Pupuk NPK Phonska (15:15:15) merupakan salah satu produk pupuk NPK yang telah
beredar di pasaran dengan kandungan nitrogen (N) 15%, Fosfor (P 2O5) 15%, Kalium (K2O)
15%, Sulfur (S) 10%, dan kadar air maksimal 2%. Pupuk majemuk ini hampir seluruhnya
larut dalam air, sehingga unsur hara yang dikandungnya dapat segera diserap dan digunakan
oleh tanaman dengan efektif. Dosis anjuran NPK Phonska untuk tanaman kacang tanah yaitu
250 kg ha-1. Pupuk NPK diberikan pada kacang tanah sebelum tanam secara larikan sekitar
10 cm disamping lubang tanaman (Petrokimia, 2011).
Daftar pustaka

https://katadata.co.id/sitinuraeni/berita/618d13da847e3/pupuk-npk-penyedia-unsur-hara-
makro-yang-penting-bagi-tanaman

http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/98675/Pupuk-Organik/

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifika/article/download/3957/3666

https://repository.pertanian.go.id/server/api/core/bitstreams/cf7d6c27-5dc2-4de1-aab9-
43f600ffc937/content

https://id.wikipedia.org/wiki/Kacang_tanah

https://journal.trunojoyo.ac.id/agrovigor/article/view/240

Anda mungkin juga menyukai