net/publication/335569202
CITATIONS READS
0 6,222
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Validitas Buku Ajar Ekologi Berbasis Kearifan Lokal untuk Mengembangkan Sikap Ilmiah Mahasiswa View project
All content following this page was uploaded by Hunaepi Hunaepi on 03 September 2019.
Hunaepi
Iwan Dodi Dharmawibawa
Muhammad Asy’ari
ISBN : 978-602-50418-8-4
DAFTAR ISI
GLOSARIUM
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Petani melupakan salah satu sumber Penggunaan pupuk
daya yang dapat mempertahankan anorganik yang
berlebihan pada
kesuburan dan bahan organik tanah, yaitu lahan pertanian
limbah sisa panen hasil pertanian seperti menyebabkan
kualitas tanah
jerami, batang jagung, batang kedelai, kacag
menjadi buruk, selain
tanah dan sisa limbah pertanian lainnya. itu dampak yang
sangat nyata adalah
Pemanfaatan limbah sisa penen seperti
hilangnya populasi
jerami padi sebagai pupuk oganik padat kunang-kunang.
secara bertahap dapat mengembalikan
kesuburan tanah dan meningkatkan produktvitas padi dan
tanaman palawija lainnya. Novizan, 2007 menyatakan bahwa
pupuk organik mempunyai fungsi yang penting dibandingkan
pupuk anorganik yaitu dapat menggemburkan lapisan permukaan
tanah (topsoil), meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi
daya serap dan daya simpan air yang secara keseluruhan dapat
meningkatkan kesuburan tanah.
Diperkirakan kandungan bahan organik di lahan pertanian
diwilayah Indonesia saat ini kurang dar 2% padahal kandungan
bahan organik yang ideal adalah sekitar 5%. Kondisi miskin bahan
organik ini menimbulkan banyak masalah antara lain: efisiensi
pupuk yang rendah, aktivitas mikroba tanah yang rendah, dan
struktur tanah yang kurang baik. Akibatnya produksi hasil
pertanian cendrung turun dan kebutuhan pupuk terus meningkat.
Kondisi ini tentunya jika dibiarkan dapat berdampak pada
2
kesejahteraan masyarakat, sehingga membutuhkan solusi yang
tepat dan efektif. Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah
dengan menambahkan bahan-bahan organik atau pupuk orgnik
padat ke lahan-lahan pertanian. Pupuk organik dapat terus
digunakan atau ditambah dalam jumlah yang cukup hingga
kandungan bahan organik kembali ideal seperti semula.
Kendala yang dihadapi dalam pembiasaan menggunakan
pupuk organik di masyarakat petani adalah masih kurangnya
ketersediaan pupuk organik dan masih rendahnya pemahaman
petani tetang cara kerja pupuk organik. Hal ini dikarenakan petani
sudah terbiasa mengguankan pupuk kimia/anorganik yang cepat
memperlihatkan hasil. Sehingga para petani cendrung lebih
senang menggunakan pupuk kimia karena dianggap lebih parktis
dan menguntungkan. Padahal dari aspek lain, khusunya aspek
perbaikan terhadap hara tanah. Selain keterbatasan dalam
memahami prinsip kerja dan karakteristik pupuk organik, petani
juga masih kurang memahami cara membuat pupuk organik.
Padahal dengan memiliki kemampuan ini dapat memberikan
nuasa baru bagi para petani dalam proses budidaya pertanian,
yaitu terciptanya petani murah dan ramah lingkungan.
Salah satu bahan potensial yang dapat dibuat menjadi pupuk
orgnik yang dapat dimanfaatkan dalam pertanian adalah limbah
baglog media jamur tiram. Limbah baglog jamur tiram merupakan
media tanam jamur tiram yang telah habis masa penen, limbah
3
yang dihasilkan berupa baglong tua (Gambar 1.1) dan baglog
kontaminan (Gambar 1.2). Limbah baglog yang dihasilkan
memiliki kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman, dan
untuk perbaikan unsur hara tanah, konposisi limbah tersebut
memiliki kandungan nutrisi seperti P 0,7%, K),02%, N total 0,6%
dan C-organik 49,00% sehingga bermanfaat untuk meningkatkan
kesuburan tanah (Sulaiman 2011), Adanya komposisi kandungan
tersebut, limbah media jamur memiliki
potensi untuk diolah kembali menjadi
pupuk kompos organik. Farhana, 2013
menyatakan memanfaatkan limbah
media jamur tersebut yaitu dengan
mengomposkannya dan dijadikan
sebagai pupuk kompos organik yang
Gambar 1.1. A. Limbah
dapat bermanfaat bagi tanah dan baglog jamur tua atau
tanaman. Selain itu Peniwiratri dalam habis masa pakai
5
BAB 2
6
mati dan lapuk atau dikayu yang telah ditebang karena jamur tiram
adalah jenis jamur kayu.
A B
Gambar 2.1.
A. Koloni Jamur Tiram yang tumbuh Liar di hutan. Sumber:
http://eol.org/pages/1028614/hierarchy_entries/51036874/det
ails. B. Jamur tiram yang dibudidaya dengan menda serbuk
gergaji (Sumber: doc. Pengabdian)
Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur kayu. Untuk itu,
untuk membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus
memperhatikan habitat alaminya. Dalam budidaya jamur tiram
dapat digunakan substrat, seperti kompos serbuk gergaji kayu,
ampas tebu atau sekam. Hal yang perlu diperhatikan dalam budi
daya jamur tiram adalah faktor ketinggian dan persyarataan
lingkungan, sumber bahan baku untuk substrat tanam dan sumber
bibit. Miselium dan tubuh buahnya tumbuh dan berkembang baik
pada suhu 26-30 °C. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) biasanya
dipeliharan dengan media tanam serbuk gergaji steril yang
7
dikemas dalam kantung plastik yang dikenal dengan istilah
baglog. Adapun gambar beglog seperti pada Gambar 2.2 dibawah
ini
8
Digunakannya serbuk gergaji karena memiliki kandungan
ignin, selulosa, dan serat lebih tinggi, sedangkan sebagai
tambahan yakni bekatul (dedak halus) memiliki kandungan kaya
karbohidrat, karbon, dan vitamin B komplek yang bisa
mempercepat pertumbuhan dan mendorong perkembangan tubuh
buah jamur, kalsium karbonat atau kapur menetralkan media
sehingga dapat ditumbuhi oleh jamur (pH 6,8–7,0). Selain itu,
kapur juga mengandung kalsium sebagai penguat batang/akar
jamur agar tidak mudah
rontok. 0.5% gips dapat
memperkukuh struktus suatu
bahan campuran, dan
terakhir 0.25% pupuk TS
sebagai nutrisi (Wikipedia,
2017).
Gambar 2.3. Limbah baglog Jamur
Baglog jamur memiliki (Sumber Doc. Pengabdian)
masa pakai rata-rata 3-4 (tiga) bulan bahkan ada yang mencapai
8 bulan dari masa penanaman bibit jamur sampai masa panen
jamur. Masa pakai umumnya tergantung dari jenis srbu kayu yang
dipakai, berdasarkan berdasarkan informasi dan pengalaman
Pak. Sanapi (pembudidaya jamur tram Lombok) menyatakan
bahwa lama masa pakai baglog tergantung dari jenis dan
kekuatan serbuk kayu misalnya serbuk kayu sengon biasanya 3
bulan sedangkan serbuk kayu jati bisa mencapai 5-6 bulan.
9
Setelah masa pakai habis baglog media jamur tadi menjadi limbah
yang umumnya menjadi salah satu masalah dikalangan
pembudidaya jamur tiram.
Limbah budidaya jamur tiram (baglog) (gambar 2.3) selain
berdampak lingkungan, berdampak pula bagi budidaya jamur itu
sendiri. Jamur liar yang seringkali tumbuh di tumpukan limbah
baglog sebagai sumber kontaminan yang menyebabkan
kegagalan budidaya jamur tiram. Kontaminan menghasilkan
milyaran spora, jika terbawa angin atau melalui pakaian dan
anggota tubuh pekerja, siap menyeber keseluruh penjuru ruang
termasuk kedalam ruang inokulasi jamur. Limbah baglog dapat
diolah menjadi pupuk organik jamur, khususnya pupuk organik
padat. Hal ini disebabkan limbah tersebut masih mengandung
nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman seperti, selulosa,
hemiselulosa, lignin, protein, lemak, vitamin, mineral, mikroba
atau biota, dan zat-zat yang lain.
Limbah baglog jamur tiram yang menjadi salah satu masalah
pencemaran lingkungan yang belum dapat diatasi oleh sebagain
besar pembudidaya jamur tiram pada dasarnya memiliki dua jeniis
limbah baglog yaitu;
1. Limbah baglog organik
Limbah organik adalah limbah yang berasal dari mahluk
hidup yang menackup bahan baku media tanam jamur tiram,
seperti serbuk kayu, dedak, biji-bijian dll. Limbah baglog ada
10
dua macam yakni yakni baglog yang gagal inkubasi
(terkotaminan) dan beglog habis masa panen. Beglog gagal
inkubasi walau bersatus gagal di dalamanya masih
mengandung nutrisi yang utuh. Baglog inilah yang nanti diolah
menjadi pupuk kompos. Sedangkan sisa beglog habis masa
panen walapun nutrisi telah habis. Tetapi masih kaya sisa-sisa
miselium jamur yang kanya selulosa, hemiselulosa, lignin dan
petoan.
2. Limbah baglog anorganik
Limbah yang dimaud adalah abahan yang terbentuk dari
bahan kimia sinetsis terdiri atas palstik, kapas, karet, cincin
paralon, dll merupakan sampah yang tidak mengalami
pembususkan dengan cara alami.
Limbah baglog jamur tiram berbahan dasar serbuk kayu
memiliki kandungan dengan komposisi nutrisi seperti P 0,7%,
K 0,02%, N total 0,6% dan C-organik 49,00%, sehingga
bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah (Sulaiman,
2011 dalam Ramham, 2014). Adanya kandungan nutrisi yang
dimiliki oleh limbah baglog jamur tram tersebut
memungkinkan untuk dijadikan atau didaur ulang lagi menjadi
pupuk organik dengan cara pengomposan. Pupuk organik
yang dihasilkan jika dikomersilkan maka akan dapat
memberikan keuntungan bari para petani.
11
BAB 3
KOMPOS
14
Pengomposan secara aerobik paling banyak di gunakan,
karena amudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak
membutuhkan konrol proses yang terlalau sulit. Dekomposisi
bahan dilakukan oleh mikroorgnisme di dlaam bahan itu sendiri
dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara
anaerobik memanfaatkan mikroorgnisme yang tidak membthkan
udara dalam mendegradasi bahan organik. Hasil akhir dari
pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan
untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di NTB. Sebagai upaya
nntuk memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga
produksi tanaman menjadi lebih tinggi.
Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat
digunakan untuk mengutkan struktur lahan kritis, menggemburkan
kembali tanah pertanian, mengemburkan kembali tanah
pertamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA, eklamasi
pantai pasca penambangan dan sebgai media tanaman, serta
mengurangi penggunaan pupuk kimia. Selain itu Aminah, 2005
menyatakan bahwa kompos memiliki keunggulan- keunggulan
lain yang tidak dapat digantikan oleh pupuk kimiawi, yaitu kompos
mampu:
1) Mengurangi kepadatan tanah, sehingga memudahkan
perkembangan akar dan kemampuannya dalam penyerapan
hara.
15
2) Meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air,
sehingga tanah dapat menyimpan air lebih lama dan
mencegah terjadinya kekeringan pada tanah
3) Menahan erosi tanah, sehingga mengurangi pencucian hara.
4) Menciptakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan jasad
penghuni tanah seperti cacing dan mikrob tanah yang sangat
berguna bagi kesuburan tanah
Bahan baku pengomposan adalah semua material organik
mengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan,
sampah hijau, smaapah kota, lumpur cair dan industri pertaian.
Pemilihan residu limbah pertanian atau limbah hijauan
untuk bahan baku pupuk organik harus memperhatikan tingkat
C/N rasionya. Dikatakan oleh Johnson (2003) bahwa pada residu
bahan organik limbah pertanian dengan C/N rasio yang tinggi
cenderung terjadi proses pengekangan nitrogen dalam tanah saat
proses dekomposisi. Sementara pada C/N rasio yang rendah
cenderung terjadi mineralisasi pada saat proses dekomposisi.
Tabel 4.1 Berikut disajikan bahan-bahan yang umum dijadikan
bahan baku pengomposan.
No Asal Bahan
1 Pertanian
Limbah dan Jerami dan sekam padi, gulma,
residu tanaman batang dan tongkol jagung, semua
16
No Asal Bahan
bagian vegetatif tanaman, batang
pisang dan sabut kelapa.
Limbah dan Kotoran padat, limbah ternak cair,
residu ternak limbah pakan ternak, cairan biogas
Tanaman air Azola, ganggang biru, enceng
gondok, gulma air
2 Industri
Limbah padat Serbuk gergaji kayu, blotong, kertas,
ampas tahu, limbah kelapa sawit,
limbah pengalengan makanan dan
pemotongan hewan
Limbah cair Alkohol, limbah pengolahan kertas,
limbah pengolahan minyak kelapa
sawit
3 Limbah rumah
Tangga
Sampah Tinja, urin, sampah ruma tangga dan
sampah kota.
17
menambah kandungan dari pupuk kompos ataupun untuk
mempercepat pengomposan. Umunya dari bahan dasar tadi
ditambahkan kotoran teranak seperti kotoran sapi, kambing, kuda
ataupun ayam. Selain itu ada penambahan aktivator seperti
molase dan EM4.
18
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa
aspek anatara lain, Aspek ekonomi, Aspek lingkungan, dan aspek
bagi tanah atau tanaman:
1. Aspek Ekonomi
a. Menghemat biaya untuk trasportasi dan penimbunan
limbah
b. Mengurangi volume/ukuran limbah
c. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
2. Aspek Lingkungan
a. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan
pelepasan gas metana dari sampah organik yang
membusuk akibat bakteri metanogen ditempat
pembuangan sampah
b. Mengurangi keutuhan lahan untuk penimbunan
3. Manfaat Kompos Bagi Tanaman
Kompos sangat bermanfaat bagi proses pertumbuhan
tanaman. Kompos tidak hanya mensuplai unsur hara bagi
tanaman, selain itu kompos juga memperbaiki struktur tanah
kering dan ladang serta menjaga fungsi tanah, sehingga suatu
tanaman dapat tumbuh dengan baik.
4. Manfaat kompos menyediakan unsur hara bagi tanaman
Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dibagi menjadi
tiga golongan. Unsur hara makro primer yaitu unsur hara yang
dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti Nitrogen (N), Pospo
19
(P) dan Kalium (K). Unsur hara makro sekunder yaitu unsur
hara yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, seperti belerang (S),
kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Unsur hara mikro yaitu
unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, seperti besi
(Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), klor (Cl), boron (B), mangan
(Mn) dan molibdenum (Mo). Kompos yang sudah jadi dapat
digunakan untuk memupuk tanaman, dimana mengandung
sebagian besar unsur hara makro primer, makro sekunder dan
unsur hara mikro yang sangat dibutuhkan tanaman.
5. Manfaat kompos memperbaiki struktur tanah
Tanah yang baik adalah tanah yang remah atau granuler
yang mempunyai tata ruang udara yang baik sehingga aliran
udara dan air dapat masuk dengan baik. Tanah yang buruk
ialah apabila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain
(tanah pasir) atau saling melekat (tanah liat).
Kompos merupakan perekat pada butir-butir tanah dan
mampu menjadi penyeimbang tingkat kerekatan pada tanah.
Kehadiran kompos pada tanah juga menjadi daya tarik bagi
mikroorganisme untuk melakukan aktivitas pada tanah.
Dengan demikian tanah yang pada mulanya keras dan sulit
ditembus air maupun udara, kini dapat menjadi gembur
kembali akibat aktivitas mikroorganisme.
20
6. Manfaat kompos dapat meningkatkan Kapasitas Tukar Kation
Kapasitas tukar kation (KTK) adalah sifat kimia yang
berkaitan erat dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK
tinggi jauh lebih mampu menyediakan unsur hara daripada
tanah KTK rendah. Pupuk kompos dapat menyediakan KTK
dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk
organik.
7. Manfaat kompos meningkatkan kemampuan tanah untuk
menahan air
Tanah yang bercampur dengan bahan organik seperti
kompos mempunyai pori-pori dengan daya rekat yang lebih
baik, sehingga kompos mampu mengikat serta menahan
ketersediaan air di dalam tanah. Erosi air secara langsung
dapat ditahan dengan adanya kompos pada tanah.
8. Manfaat kompos meningkatkan aktivitas biologi tanah
Pada kompos terdapat mikroorganisme yang
menguntungkan tanaman. Dalam tanah, Kompos membantu
kehidupan mikroorganisme. Selain berisi bakteri dan jamur
pengurai, keberadaan kompos membuat tanah menjadi sejuk
tidak terlalu lembab dan tidak terlalu kering. Keadaan seperti
itu sangat disenangi oleh mikroorganisme. Dalam hal ini
misalnya, cacing tanah lebih senang tinggal di tanah dengan
kadar organik tinggi dari pada tanah yang keras atau berpasir.
21
Cacing tanah dapat menyediakan pupuk alami berupa kascing
yang bermanfaat bagi tanaman.
9. Manfaat kompos meningkatkan pH pada tanah asam
Unsur hara dalam tanah lebih mudah diserap oleh tanaman
pada kondisi pH tanah yang netral, yaitu 7. Pada nilai pH ini,
unsur hara menjadi mudah larut di dalam air. Semakin asam
kondisi tanah (semakin rendah pH) maka jumlah ion Al
(alumunium) dan Mn (Mangan) dalam tanah semakin
meningkat. Jumlah Al dan Mn yang terlalu banyak dapat
bersifat racun bagi tanaman. Kondisi tanah yang asam dapat
dinetralkan kembali dengan pengapuran. Pemberian kompos
ternyata membantu peningkatan pH tanah.
10. Manfaat kompos menyediakan unsur mikro bagi tanaman
Tidak hanya unsur makro saja yang disediakan oleh
kompos untuk tanaman, tetapi juga unsur mikro. Unsur-unsur
itu antara lain Zn, Mn, Cu, Fe dan Mo. Sekian pembahasan
mengenai pengertian kompos dan manfaat kompos, semoga
tulisan saya menganai pengertian kompos dan mafaat kompos
dapat bermanfaat.
D. Dasar-dasar pengomposan
Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat
dikomposkan, misalnya: limbah organim rumah tangga, samapah-
sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran /limbah perternakan,
limbah-limbah pertanian, linbah-limbah agroindustri, dll. Bahan
22
orgnaik yang sulit untuk dikomposkan antara lain; tulang, tandunk,
dan rambut.
1. Proses pengomposan
Proses pengomposan akn segera berlangsung setelah
bahan-bahan mentah tercampur. Proses pengomposan
secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap
aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses,
oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegrdasi
segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan
kompos meningkat dengan cepat. Demikian pula diikuti
dengan peningkatan pH kompos. Suhu menigkat hingga di
atas 500–700 C. Suhu tetap tinggi selama waktu tertentu.
Mikroba yang akatif pada kondisi ini adalah mikroba termofilik,
yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi
dekomposisi/ penguraian bahan organik yang sangat aktif.
Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan
oksigen menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan
panas. Setelah sebagian besar bahan dasar telah terurai,
maka suhu berasur-ansur mengalami penurunan. Pada saat
ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu
pembentukan komplek liat humus. Selama proses
pengomposan terjadi proses penyusustan volume atupun
biomassa bahan. Pengurangan inin dapat menacapai 30-40%
dari volume bobot awal bahan.
23
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik
(penggunaan oksigen) atau anerobik (tidak ada oksigen).
Proses yang dijelaskaan sebelumnya adalah proses aerobik,
diamana miroba menggunakan oksigen dalam proses
dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga
terjadi tanpa mengunakan oksigen yang disebut proses
anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan karena selama
proses pengomposan dihasilkan bau yang tidak sedap.
Proses anaerobik menghasilkan senyawa-senyawa yang
berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam
asetat, asam batirat, asam velerat, puttrecine), amonia, dan
H2S.
24
Proses pengomposan tergantung pada: karakteristik
bahan yang dugunakan, aktivator pengomposan yang
digunakan dan metode pengomposan yang dilakukan.
25
rasio C/N yang tinggi, terutama jika bahan utamanya
adalah bahan yang mengandung kadar kayu tinggi (sisa
gergajian kayu, ranting, ampas tebu, dsb). Untuk
menurunkan rasio C/N diperlukan perlakuan khusus,
misalnya menambahkan mikroorganisme selulotik
(Toharisman, 1991) atau dengan menambahkan kotoran
hewan karena kotoran hewan mengandung banyak
senyawa nitrogen.
b) Ukuran Partikel Aktivitas mikroba berada di antara
permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih
luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan
bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat.
Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar
bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan
dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel
bahan tersebut.
c) Aerasi Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam
kondisi yang cukup oksigen (aerob). Aerasi secara alami
akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang
menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih
dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi
ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan
(kelembapan). Apabila aerasi terhambat, maka akan
terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang
26
tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan
pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan
kompos.
d) Porositas Porositas adalah ruang di antara partikel di
dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan
mengukur volume rongga dibagi dengan volume total.
Rongga-rongga ini diisi oleh air dan udara. Udara akan
mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila
rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan
berkurang dan proses pengomposan juga akan
terganggu.
e) Kelembapan (Moisture content) Kelembapan memegang
peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme
mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada
suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan
bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di
dalam air. Kelembapan 40 - 60 % adalah kisaran optimum
untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembapan di
bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami
penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembapan
15%. Apabila kelembapan lebih besar dari 60%, hara
akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas
mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi
anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
27
f) Temperatur/suhu Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba.
Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan
konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan
semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin
cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat
terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur
yang berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas
pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari
60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya
mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup.
Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba
patogen tanaman dan benih-benih gulma.
g) pH Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH
yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan
berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak
umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses
pengomposan sendiri menyebabkan perubahan pada
bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh,
proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal,
menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan
produksi amonia dari senyawa-senyawa yang
mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-
fase awal pengomposan, pH kompos yang sudah matang
biasanya mendekati netral.
28
h) Kandungan Hara Kandungan P dan K juga penting dalam
proses pengomposan dan bisanya terdapat di dalam
kompos-kompos dari peternakan. Hara ini dimanfaatkan
oleh mikroba selama proses pengomposan.
i) Kandungan Bahan Berbahaya Beberapa bahan organik
mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi
kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu,
Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk
kategori ini. Logam-logam berat mengalami imobilisasi
selama proses pengomposan.
j) Lama pengomposan. Lama waktu pengomposan
tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan,
metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan
atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara
alami pengomposan berlangsung dalam waktu beberapa
minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar
matang.
29
Kondisi Kondisi yang bisa Ideal
diterima
Konsentrasi > 5% > 10%
oksigen tersedia
Ukuran partikel 1 inchi bervariasi
Bulk Density 1000 lbs/cu yd 1000 lbs/cu
yd
pH 5.5 – 9.0 6.5 – 8.0
Suhu 43 – 660C 54 -60oC
33
permasalahan limbah organik, seperti untuk mengatasi masalah
sampah di kota-kota besar, limbah organik industri, serta limbah
pertanian dan perkebunan (Wikipedia, 2018).
Teknologi pengomposan sangat beragam, baik secara aerob
amaupun anaerob. Untuk memahami tentang pengomposan
aerob dan anaerob dijabar sebagai berikt
34
dan nitrogen (N) kecil (dibawah 30:1), kadar air 40-50% dan pH
sekitar 6-8. Contohnya adalah hijauan leguminosa, jerami,
gedebog pisang dan kotoran unggas.
Apabila kekurangan bahan yang megandung karbon, bisa
ditambahkan arang sekam padi ke dalam adonan pupuk. Cara
membuat kompos aerob memakan waktu 40-50 hari. Perlu
ketelatenan lebih untuk membuat kompos dengan metode ini. Kita
harus mengontrol dengan seksama suhu dan kelembaban
kompos saat proses pengomposan berlangsung. Secara berkala,
tumpukan kompos harus dibalik untuk menyetabilkan suhu dan
kelembabannya.
1. Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam pengomposan secara
aerobik terdiri dari peralatan untuk penanganan bahan dan
peralatan perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi
pekerja. Berikut disajikan peralatan yang digunakan.
a. Terowongan udara (Saluran Udara)
Digunakan sebagai dasar tumpukan dan saluran udara
Terbuat dari bambu dan rangka penguat dari kayu
Dimensi : panjang 2m, lebar ¼ - ½ m, tinggi ½ m
Sudut : 45o
Dapat dipakai menahan bahan 2–3 ton
b. Sekop
Alat bantu dalam pengayakan dan tugas-tugas lainnya
35
c. Garpu/cangkrang
Digunakan untuk membantu proses pembalikan
tumpukan bahan dan pemilahan sampah
d. Saringan/ayakan
Digunakan untuk mengayak kompos yang sudah
matang agar diperoleh ukuran yang sesuai
Ukuran lubang saringan disesuaikan dengan ukuran
kompos yang diinginkan
Saringan bisa berbentuk papan saring yang dimiringkan
atau saringan putar
e. Termometer
Digunakan untuk mengukur suhu tumpukan
Pada bagian ujungnya dipasang tali untuk mengulur
termometer ke bagian dalam tumpukan dan menariknya
kembali dengan cepat
Sebaiknya digunakan termometer alkohol (bukan air
raksa) agar tidak mencemari kompos jika termometer
pecah
f. Timbangan
Digunakan untuk mengukur kompos yang akan
dikemas sesuai berat yang diinginkan
Jenis timbangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan
penimbangan dan pengemasan
g. Sepatu boot
36
Digunakan oleh pekerja untuk melindungi kaki selama
bekerja agar terhindar dari bahan-bahan berbahaya
h. Sarung tangan
Digunakan oleh pekerja untuk melindungi tangan
selama melakukan pemilahan bahan dan untuk
kegiatan lain yang memerlukan perlindungan tangan
i. Masker
Digunakan oleh pekerja untuk melindungi pernapasan
dari debu dan gas bahan terbang lainnya
2. Tahapan pengomposan
Tahapan-tahanpan pembuatan kompos dimulai dari;
Pemilahan Sampah, Pengecil Ukuran, Penyusunan
Tumpukan, Pembalikan, Penyiraman, Pematangan,
Penyaringan, Pengemasan dan Penyimpanan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar ilustrasi di bawah ini
37
B. Pengomposan secara anaerob
Cara membuat kompos dengan metode anaerob biasanya
memerlukan inokulan mikroorganisme (starter) untuk
mempercepat proses pengomposannya. Inokulan terdiri dari
mikroorganisme pilihan yang bisa menguraikan bahan organik
dengan cepat, seperti efektif mikroorganime (EM4). Di pasaran
terdapat juga jenis inokulan dari berbagai merek seperti superbio,
probio, dll. Apabila tidak tersedia dana yang cukup, kita juga bisa
membuat sendiri inokulan efektif mikroorganisme
1. Metode membuat pupuk dengan metode anaero
Bahan baku yang digunakan sebaiknya material organik
yang mempunyai perbandingan C dan N tinggi (lebih dari
30:1). Beberapa diantaranya adalah serbuk gergaji, sekam
padi dan kotoran kambing. Waktu yang diperlukan untuk
membuat kompos dengan metode anaerob bisa 10-80 hari,
tergantung pada efektifitas dekomposer dan bahan baku yang
digunakan. Suhu optimal selama proses pengomposan
berkisar 35-45oC dengan tingkat kelembaban 30-40%.
Berikut tahapan cara membuat kompos dengan proses
anaerob.
1. Siapkan bahan organik yang akan dikomposkan.
Sebaiknya pilih bahan yang lunak terdiri dari limbah
tanaman atau hewan. Bahan yang bisa digunakan antara
38
lain, hijauan tanaman, ampas tahu, limbah organik rumah
tangga, kotoran ayam, kotoran kambing, dll. Rajang bahan
tersebut hingga halus, semakin halus semakin baik.
2. Siapkan dekomposer (EM4) sebagai starter. Caranya,
campurkan 1 cc EM4 dengan 1 liter air dan 1 gram gula.
Kemudian diamkan selama 24 jam.
3. Ambil terpal plastik sebagai alas, simpan bahan organik
yang sudah dirajang halus di atas terpal. Campurkan
serbuk gergaji pada bahan tersebut untuk menambah nilai
perbandingan C dan N. Kemudian semprotkan larutan EM4
yang telah diencerkan tadi. Aduk sampai merata, jaga
kelembaban pada kisaran 30-40%, apabila kurang lembab
bisa disemprotkan air.
4. Siapkan tong plastik yang kedap udara. Masukan bahan
organik yang sudah dicampur tadi. Kemudian tutup rapat-
rapat dan diamkan hingga 3-4 hari untuk menjalani proses
fermentasi. Suhu pengomposan pada saat fermentasi akan
berkisar 35-45oC.
5. Setelah empat hari cek kematangan kompos. Pupuk
kompos yang matang dicirikan dengan baunya yang harum
seperti bau tape.
39
C. Mutu Kompos
1. Kompos yang bermutu adalah kompos yang telah
terdekomposisi dengan sempurna serta tidak menimbulkan
efek-efek merugikan bagi pertumbuhan tanaman.
2. Penggunaan kompos yang belum matang akan menyebabkan
terjadinya persaingan bahan nutrien antara tanaman dengan
mikroorganisme tanah yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan tanaman
3. Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut :
a. Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna
tanah,
b. Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat
membentuk suspensi,
c. Nisbah C/N sebesar 10 – 20, tergantung dari bahan baku
dan derajat humifikasinya,
d. Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah,
e. Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan
f. Tidak berbau.
40
BAB 5
41
pembatan MOL dapat memanfaatkan bagian tanaman yang
mudah ditemukan di lingkungan sekitar seperti bonggol pisang,
rebung bambu, dan sabut kelapa.
Pada prinsipnya, bahan utama dalam membuat mikro
organisem lokal (MOL) terdiri dari tiga jenis komponen antara lain;
1. Karbohidrat seperti; air cucian beras, nasi bekas, singkok,
gandum
2. Glukosa; caira gua merah, cairan gula pasir, air kelapa atau air
nira, tuak manis
3. Sumber bakteri; keong mas, kulit buah-buahan, kotoran
hewan, atau apapun yang mengandung sumber bakteri (BPTP
kalimantan Tengah, 2011)
A. Alat dan bahan yang diperlukan
Alat-alat yang dibutuhkan dalam pembuatan MOL berbahan
dasar serbuk gergaji kayu dan jerami antara lain;
Tabel 4.1. Alat-alat yang dibutuhkan dalam pembuatan MOL
No Nama Alat Kegunaan
1 Karung Digunakan sebaga wadah menaruh
bahan dasar pembuatan MOL bahan
dasar tersebut adalah serbuk gergaji
dan jerami yang telah dihancurkan.
2 Bak Tempat permentasi
42
No Nama Alat Kegunaan
3 Selang air Mengalirkan air dari sumber air ke bak
permentasi
4 Ember plastik Tempat pelarutan biodekomposer
EM4
5 Gayung Digunakan untuk mengambil MOL
yang telah jadi
6 Saringan Untuk memisahkan MOL dari sampah
atau bahan dasar pembuatan MOL
43
kinerja dekomposer bisa ditambahkan dengan larutan gula aren
atau molase serta air kelapa.
Selain komposisi bahan-bahan di atas beberapa bahan
organik yang dapat dijadikan bahan-bahan pembuatan MOL
seperti bonggol pisang, air cucian beras, sabut kelapa, dan
dengan sisa atau limbah buah-buahan.
B. Cara Pembuatan MOL
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Hancurkan jerami padi yang sudah kering hingga menjadi
potongan-potongan kecil dengan menggunkan parang atau
jika memiliki mesin penghancur maka akan mempermudah
pengerjaan
3. Siapkan bak pertama, masukkan jerami yang sudah
dipotong-potong tersebut ke dalam bak pertama (kira-kira
setengah bak) sambil ditekan-tekan, kemudian isi bak
denan air sampai penuh. Air yang digunakan usahan air
sumur
4. Siapkan bak kedua, masukkan serbuk gergaji (kira-kira
setengah bak) sambil ditekan, kemudia isi bak dengan air
sampai penuh
5. Tambahkan biodekomoser EM4 ke dalam bak pertama dan
kedua masing-masing sebanyak 300 ml kemudian diaduk
sapai merata.
44
6. Jika ingin menambahkan molase atau larutan gula are,
maka setelah memasukkan EM4 baru dimasukkan molase
atau larutan gula dengan volume 1 liter (terbuat dari 1 kg
gua aren)
7. Tutup kedua bak dengan rapat-rapat agar tidak mengalami
kebocoran dan bahan terkontaminasi maka pada bagian
tutup bak di berikan lakban
8. Kedua bak yang sudah tertutup rapat, ditempatkan pada
tempat yang teduh dan dibiarkan selama 2 hari (2 kali 24
jam)
9. Setelah 2 hari ekstrak MOL sudah jadi dan siap di gunakan
sebagai dekomposer pembuatan kompos
C. Aplikasi MOL pada pengomosan limbah organik
Mikro Organisem Lokal (MOL) yang telah jadi dapat di
implemtasikan dengan cara; melarutkan 1 liter MOL serbuk gergaji
+ 1 liter MOL jerami + 300 ml biodekomposer (EM4), kemudian
larutkan dalam air sebanyak 10 liter, kemudian disiram pada
bahan kompos yang telah tercampur, untuk mempermudah
penyiraman maka sebaiknya menggunakan gembor.
45
BAB 6
46
Tabel 5.1 Alat-alat yang dibutuhkan dalam peroses pengomposan
No Nama Alat Kegunaan
1 Pengayak Digunakan untuk
menyeragamkan ukuran ukuran
pupuk organik yang telah selesai
masa pengomposan, ayakan
dapat menggunakan ayakan
manual dan mekanik
2 Cangkul Digunakan untuk mencapur
bahan-bahan pengomposan
sehingga tercampur dengan
baik, selain itu digunakan pada
saat pembalikan seaktu kontrol.
3 Skop Digunakan untuk mencapur
bahan-bahan pengomposan
sehingga tercampur dengan
baik, selain itu digunakan pada
saat pembalikan seaktu kontrol.
4 Gareng Untuk mencampur bahan
sehingga rata
47
No Nama Alat Kegunaan
5 Gembor Digunakan untuk menyiram EM4
dan air pada saat pengomosan
6 Ember Digunakan untuk menampung
air
7 Timbangan Untuk menimbang bahan yang
akan dikomposkan dan
menimbang pupuk yang telah
matang untuk di pak.
8 Selang Digunakan untuk mengalirkan air
9 Terpal Sebagai penutup pada saat
pengomposan sehingga proses
pengomposan dapat maksimal
10 Termometer Untuk mengukur suhu dari
kompos.
49
A. Cara Membuat Kompos dari Limbah Baglog Jamur
Pada dasarnya pembuatan pupuk kompos tidaklah rumit dan
tidak membutuhkan biaya yang mahal, pengerjaan mudah dan
murah, apalagi jika di lokasi pembuatan bahan-bahan limbah
organik tersedia, sepeti limbah baglog jamur, pupuk kandang,
atau limbah organik lainnya. Dalam buku ini disajika tentang
pembuatan pupuk kompos organik dengan memanfaatkan limbah
baglog jamur tiram. Adaun langkah kerja sebagai berikut;
1. Pemilihan bahan baku
Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah anorganik
dari limbah baglong jamur tiram, sampah anorganik tersebut
antara lain plastik cicin baglog, karet, dan plastik baglog
(gambar 5.2). Pemilahan harus dilakukan dengan teliti dan
cermat karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu
kompos yang dihasilkan.
Selain pemilahan dari bahan-bahan sampah anorganik
bahan baku juga disortir dengan menggunakan pengayak, ini
bertujuan untuk memisahkan bahan-bahan organik yang
masih kasar atau besar.
50
Gambar 6.2. Pemisahan limbah baglog jamur dengan limbah
plastik (sumber: Doc. Pengabdian)
2. Pengecilan ukuran
Pada dasarnya ukuran dari limbah baglog jamur sudah
sangat kecil, tetapi beberapa limbah baglog ada yang
mengalami pengerasan sehingga perlu dilakukan
penghancuran untuk memperkecil ukuan. Proses pengecilan
ukuran ini dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah
kinerja dekomposer dalam proses pengomposan. Pengecilan
ukuran ini dilakukan secara manual dengan menggunakan
cangkul.
3. Penimbangan
Penimbangan bahan-bahan dilakukan untuk mengetahui
perbandingan antara bahan dasar dan bahan tambahan yang
digunakan. jika tersedia 1000 kg limbah baglog jamur maka
dibutuhkan 40 kg bekatul, 400 kg kotoran sapi, gula aren ¼ kg
51
(dilarutkan ke dalam 1 ltr air). Ekstrak Mikro Organisme Lokal
(MOL) 2 liter, EM4 350 ml, dan air secukupnya
a b
52
c d
53
Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain
memanjang dengan dimensi panjang x lebar x tinggi = 2m
x 12m x 1,75m.
6. Fermentasi
Permentasi atau proses pengomposan dilakuakn dengan
menutup seluruh tumpukan kompos yang belum jadi,
penutupan ini bertujuan untuk mempercepat atau
memaksimalkan kinerja bakteri pengurai pada saat permentasi
atau pengomposan. Proses ini berlangsung selama 1 bulan.
Adapun proses fermentasi tersebut seperti yang terlihat pada
gambar beriku ini;
54
Gambar 6.7 Proses permentasi atau pengomposan (doc.
Pengabdian)
55
Jika terjadi peningkatan suhu maka perlu dilakkan
pembalikkan. Pembalikan (gambar 5.8) dilakuan untuk
membuang panas yang berlebihan, memasukkan udara segar
ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di
setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta
membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.
a b
8. Penyiraman
a. Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan
yang terlalu kering (kelembapan kurang dari 50%).
b. Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan
dengan memeras segenggam bahan dari bagian dalam
tumpukan.
56
c. Apabila pada saat digenggam (Gambar: 5.9) kemudian
diperas tidak keluar air, maka tumpukan kompos harus
ditambahkan air. Sedangkan jika sebelum diperas sudah
keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu
perlu dilakukan pembalikan.
57
10. Penyaringan
Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel
kompos sesuai dengan kebutuhan serta untuk
memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat dikomposkan
yang lolos dari proses pemilahan di awal proses.
Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam
tumpukan yang baru, sedangkan bahan yang tidak
terkomposkan dibuang sebagai residu.
11. Pengemasan dan penyimpanan
Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai
dengan kebutuhan pemasaran.
Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang
aman dan terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur
dan tercemari oleh bibit jamur dan benih gulma dan benih
lain yang tidak diinginkan yang mungkin terbawa oleh
angin.
58
DAFTAR PUSTAKA
https://fjb.m.kaskus.co.id/product/56cae9da1a99758b308b456f/ju
al-baglog-jamur-kuping---tiram)
http://mahesaagri.com/blog/cara-membuat-kompos-metode-
aerob-anaerob/
http://balepetani.blogspot.com/2015/04/tutorial-membuat-mol-
mikroorganisme .html?m=1
https://id.wikipedia.org/wiki/Kompos
59
GLOSARIUM
60
Baglog Media tanam yang dimasukkan ke dalam
plastik dan dibentuk menyerupai potongan
kayu gelondongan. Baglog jamur terdiri dari
komposisi serbuk gergaji 68,5%, dedak
halus 13,5 %, gypsum (CaSO4) 0,5%,
kapur (CaCO) 3,5 %, TSP 0,5 %, pupuk
kandang 13,5 %, dan air. Baglog jamur
mengandung unsur N dalam bentuk
Amonium atau nitrat, N-organik, atau N-
atmosfer.
Limbah Bungan yang dihasilkan dari suatu proses
produksi baik industri maupun domestik.
Limbah orgnik Limbah yang dapat diuraikan secara
sempurna oleh proses biologi baik dengan
cara aerob maupun anaerob. Limbah
orgnaik mudah membusuk seperti sisa
makanan, sayuran, daun-daunan kering,
potongan kayu dan sebagainya.
Limbah anorgnik Sisa limbah atau sampah yang sudah tidak
dapat diuraikan kembali oleh bakteri
(dekomposer). Akan tetapi tidak semua
jenis limbah anorgnik dapat didaur ulang.
61
Pestisida Bahan atau zat kimia yang digunakan untuk
membunuh hama, baik yang berupa
tumbuhan, serangga, maupun hewan lain
dilingkungan.
EM4 Suatu cairan berwarna kecoklatan dan
beraroma manis asam (segar) yang
didalmnya berisi campuran berbagai
mikroorganisme hidup yang
menguntungkan bagi proses
penyerapan/penyediaan unsur hara dlam
tanah.
MOL Mikro orgnisme lokal merupakan induk
untuk membuat pupuk organik. MOL
merupakan salah satu cara untuk
memanfaatkan bahn-bahan lokal untuk
dimanfaatkan menjadi pupuk sehingga
tidak merusak linkungan.
Suhu Besaran fisika yang menyatakan derajat
panas suatu zat.
Dekomposer Dekomposer atau pengurai merupakan
orgnanisme yang memakan organisme mati
dan priduk-produk limbah dari organisme
62
lain. Pengurai membantu siklus nutrisi
kembali ke ekosistem
Mikroorgnisme Mikrooganisme atau mikroba adalah
organisme yang berukuran sangat kecil
sehingga untuk mengamatinya diperlukan
alat bantuan.
63