Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Limbah adalah zat yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Limbah dapat berupa sampah, air kakus , dan air buangan dari
berbagai aktivitas domestik lainnya .Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang sering
kali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara
kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan
konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap
lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap
limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan
karakteristik limbah.. Salah satunya adalah limbah dari perkebunan pisang. Tanaman pisang
telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia, biasanya tanaman pisang hanya diambil buahnya
saja untuk dikonsumsi langsung, sedangkan batang pisang hanya menjadi limbah perkebunan,
padahal produksi pisang di Indonesia cukup besar, bahkan Indonesia menjadi salah satu
penghasil pisang terbesar di dunia. Produksi pisang di Indonesia cenderung meningkat setiap
tahunnya. Pada tahun 2015, produksi pisang di Indonesia mencapai jumlah 7.299.266 ton,
padahal pada tahun 2014 hanya sebesar 6.862.558 ton saja (Kementan, 2017).
Batang pisang merupakan bagian pisang yang mempunyai nilai ekonomis rendah.
Masyarakat kebanyakan tidak memanfaatkan batang pisang, padahal menurut Hariyono
(2016),batang pisang memiliki senyawa penting seperti antrakuinon, saponin, dan flavanoid
yang mana senyawa tersebut pada tanaman bisa menyuburkan pertumbuhan bulu-bulu akar yang
berguna membantu tanaman menyerap unsur-unsur hara selain itu batang pisang juga memiliki
kandungan NPK sebanyak 7,74% dengan minimal kandungan NPK standar kompos 4%,
sehingga apabila batang pisang dijadikan bahan kompos dapat memenuhi standar SNI kompos
(Anna, 2015).Selama ini pohon pisang masih terbatas buahnya saja yang dikonsumsi dan
dimanfaatkan, padahal sejatinya masih banyak lagi bagian darinya yang sangat berguna. Sebagai
contoh umbi batang pisang sangat jarang dimanfaatkan oleh masyarakat padahal sebenarnya
sangat bermanfaat seperti dijadikan bahan utama pembuatan pupuk kompos. Terkadang kita
tidak menyadari terdapat sampah organik di sekeliling kita dan memiliki nilai yang rendah,
padahal bahan organik lebih bermanfaat apabila dijadikan seperti kompos dan pupuk dari pada
dibakar yang hanya menghasilkan polutan bagi udara. Dengan mengolah menjadi kompos akan
membuat tanah menjadi subur karena kandungan unsur hara bertambah. Pengolahan sampah
organik untuk keperluan pembuatan kompos dapat dilakukan secara sederhana (Ibrahim, 2012).
Tetapi pengomposan batang pisang tidak tergolong mudah, karena batang pisang memiliki
kadar air berkisar 80% (Hariyono, 2016) kadar air yang tinggi akan menghambat
mikroorganisme aerob untuk membantu proses pengomposan sehingga perlu perlakuan untuk
menurunkan kadar air untuk pengomposan batang pisang dengan mencampurkan bahan
campuran yang memiliki kadar air yang rendah.
Kompos merupakan bahan organik, seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput-
rumputan, dedak padi, batang jagung, serta kotoran hewan yang telah mengalami proses
dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki
sifat-sifat tanah. Kompos juga mengandung hara- hara mineral yang esensial bagi tanaman.
Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis,
khususnya oleh mikroba – mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Kebanyakan petani di Sumatera Barat lebih cenderung menanam padi dari pada tanaman
lain. Petani hanya memanen tanaman padi tanpa adanya pengolahan akan limbah dari tanaman
padi tersebut seperti batang padi (jerami). Selama ini limbah tanaman padi berupa jerami hanya
dibuang dan dibakar dilahan pertanian setempat dan abunya dipakai untuk pupuk. Pembakaran
ini dapat menghilangkan kandungan bahan organik dalam padi, jadi penggunaan untuk
pembuatan kompos lebih efektif dari pada menggunakan abu jerami.
Proses dekomposisi (penguraian) alami dari jerami padi menjadi kompos tidak dapat
berlangsung dengan cepat karena (1) mengandung silika dan lignin yang relatif tinggi sehingga
sulit untuk didekomposisikan, (2) luas permukaan efektif dari bahan utuh relatif kecil akan
menyulitkan mikroorganisme untuk melakukan penetrasi dan perombakan bahan menjadi
kompos, (3) jumlah mikroorganisme alami yang ada di dalam tanah dan jenisnya sangat
spesifik. Pada pengembangan produksi pupuk organik skala kelompok tani, alat pengolah pupuk
organik yang paling dibutuhkan adalah mesin pencacah. Mesin pencacah digunakan untuk
mengecilkan ukuran bahan organik. Proses pengomposan berjalan lebih cepat pada bahan yang
mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan tanpa dicacah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan kompos ?
2. Apa saja karakteristik kompos ?
3. Apa manfaat kompos organik ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan kompos
2. Umtuk mengetahui karakteristik kompos
3. Untuk mengetahui manfaat kompos organik

D. Ruang Lingkup
Pada praktek ini kami mencari dan membuat kompos di kampus kesehatan lingkungan berada di
Jln. Prof DR GA Siwabessy No.42, Buluran Kenali, Kec. Telanaipura Jambi City. Dan proses
penjemuran dan mengemasan dilakukan di RT.25 Lorong Galaxy, Kebun Kopi ,Kota Baru , Kota Jambi ,
Jambi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kompos merupakan pupuk organik buatan manusia yang dihasilkan dari pelapukan
(dekomposisi) sisa bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang- alang, rumput-rumputan,
dedak padi, batang jagung, carang-carang serta kotoran hewan yang telah mengalami proses
dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai. Pembuatan kompos ini dikontrol, sengaja dibuat
dan diatur seperti pemberian air pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator menjadi bagian-
bagian terhumuskan. Proses pembuatan kompos dapat berjalan secara aerob dan anaerob yang
saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Kompos mengalami proses dekomposisi
oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat
tanah. Kompos mengandung hara-hara mineral yang esensial bagi tanaman.Di lingkungan alam
terbuka, proses pengomposan bisa terjadi dengan sendirinya. Lewat proses alami, rumput, daun-
daunan dan kotoran hewan serta sampah lainnya lama kelamaan membusuk karena adanya kerja
sama antara mikroorganisme dengan cuaca. Proses tersebut bisa dipercepat oleh perlakuan
manusia, yaitu dengan menambahkan mikroorganisme pengurai sehingga dalam waktu singkat
akan diperoleh kompos yang berkualitas baik (Yowono, 2005; Setyorini dkk., 2006).
Menurut Murbandono (2004), penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena
kompos dapat menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah,
memperbaiki tekstur tanah, meningkatkan porositas, aerasi dan komposisi mikroorganisme
tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, dan memudahkan pertumbuhan akar tanaman.
Menurut Yuniwati dkk. (2012) manfaat kompos yaitu menyediakan unsur hara mikro bagi
tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, meningkatkan
porositas, aerasi, dan komposisi mikroorganisme tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap
air, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, menyimpan air tanah lebih lama, meningkatkan
efisiensi pemakaian pupuk kimia, dan bersifat multi lahan karena dapat digunakan di lahan
pertanian, perkebunan, reklamasi lahan kritis maupun pada golf.
Kompos memiliki keunggulan dibandingkan pupuk kimia, karena memiliki sifat-sifat
seperti mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap, walaupun dalam jumlah yang
sedikit, memperbaiki struktur tanah dengan cara meningkatkan daya serap tanah terhadap air
dan zat hara, memperbaiki kehidupan mikroorganisme di dalam tanah dengan cara menyediakan
bahan makanan bagi mikroorganisme tersebut, memperbesar daya ikat tanah berpasir, sehingga
tidak mudah berpencar, memperbaiki drainase dan tata udara di dalam tanah, membantu proses
pelapukan bahan mineral, melindungi tanah terhadap kerusakan yang disebabkan erosi, dan
meningkatkan kapasitas tukar kation (Yuniwati dkk., 2012). Sumekto (2006) menambahkan
bahwa sifat- sifat kompos yaitu kompos dapat menurunkan aktivitas mikroorganisme tanah yang
merugikan.
Kompos yang baik adalah kompos yang mengalami pelapukan dengan ciri-ciri warna
yang berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah, dan
mempunyai suhu ruang. Proses dekomposisi pupuk organik yang berlangsung lambat maka
pupuk kompos yang diaplikasikan pada pertanaman pertama masih dapat dimanfaatkan untuk
tanaman berikutnya (Yuniwati dkk., 2012). Hasil penelitian Amanullah dkk. (2008) menunjukan
bahwa pupuk organik dapat meningkatkan produksi tanaman hingga dua musim tanam. Hasil
penelitian yang dikemukakan oleh Sundari (2012) bahwa pemberian kompos pelepah daun
kelapa sawit dengan berbagai dekomposer pada tanaman pakchoy memberikan hasil yang
berbeda tidak nyata, namun dari hasil penelitian dapat dilihat pada perlakuan dekomposer EM-4
dengan dosis 75 g/tanaman memberikan hasil yang lebih baik pada seluruh parameter
pengamatan.
Menurut Nelvia (2012), bahwa pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit
meningkatkan pertumbuhan kedelai varietas willis pada lahan gambut, dimana pada pemberian
10-15 ton kompos TKKS/ha meningkatkan jumlah bintil akar efektif sekitar 65 -212% dan 50-
160%, meningkatkan jumlah dan persentase polong bernas pertanaman serta bobot biji per plot
berturut-turut sekitar 72-79% dan 1,95-1,1% serta 151-115% dibandingkan tanpa kompos.
BAB III
METODE PRATIKUM

A. PELAKSANAAN KEGIATAN
 Pengambilan
 Hari \ Tanggal : Minggu \ 26 februari 2023
 Lokasi : Jln. Prof DR GA Siwabessy No.42, Buluran
Kenali,Kec. Telanaipura Jambi City.
 Jam : 10 : 30 WIB
 Penjemuran
 Hari \ Tanggal : Jum’at \ 07 April 2023
 Lokasi : RT.25 Lorong Galaxy, Kebun Kopi ,Kota Baru , Kota
Jambi , Jambi.
 Jam : 09 : 25 WIB
B. ALAT DAN BAHAN
 Parang \ pisau
 Ember
 Plastik kemasan
 EM4
 Batang dan dan daun pisang
 Gula merah ( yang sudah di cairkan )
 Tanah ( bekas pembakaran )
 Label

C. PROSEDUR PEMBUATAN
1. Siapkan alat dan baha.
2. Ambil batang dan dayn pisang, ember dan parang.
3. Kemudian cacah kecil-kecil batang pisang dan daun menggunakan parang.
4. Masukan cacahan batang dan daun kedalam ember.
5. Kemudian lapisi dengan menggunakan tanah, lakukan hinggan membentuk
empat lapisan (setiap lapisan diberi larutan EM4 yang sudah dicampur dengan
larutan gula merah ).
6. Slanjutnya tutup atas ember menggunakan plastik dan ditutup lagi dengan
penutup ember.
7. Simpan kedalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari dan hujan selama
2-6 minggu untuk proses permentasi.
8. Setelah proses prementasi selesai cacahan batang pisang akan mengalami
perubahan warna dan bentuk.
9. Selanjutnya jemur kompos selama 3 hari dibawah sinar matahari.
10. Jika sudah 3 hari ayak kompos menggunakan saringan.
11. Kemas kompos kedalam plastik dan diberi label.
12. Kompos siap digunakan.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kompor
Kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik yang sudah ada sejak lama.
Pengertian kompos adalah bahan-bahan organik yang sudah mengalami proses
pelapukan karena terjadi interaksi antara mikroorganisme atau bakteri pembusuk
yang bekerja di dalam bahan organik tersebut.
Bahan organik yang dimaksud pada pengertian kompos adalah rumput, jerami,
daun-daunnan sisa ranting dan dahan, kotoran hewan, bunga yang rontok, air kencing
hewan ternak, serta bahan organik lainnya. Semua bahan organik tersebut akan
mengalami pelapukan yang diakibatkan oleh mikroorganisme yang tumbuh subur
pada lingkungan lembap dan basah.
Pada dasarnya, proses pelapukan ini merupakan proses alamiah yang biasa terjadi
di alam. Namun, proses pelapukan secara alami ini berlangsung dalam jangka waktu
yang sangat lama, bahkan bisa mencapai puluhan tahun. Untuk mempersingkat proses
pelapukan, diperlukan adanya bantuan dari manusia. Jika proses pengomposan
dilakukan dengan benar, proses hanya berlangsung selama 1—3 bulan saja, tidak
sampai bertahun-tahun.
Kompos juga berguna untuk meningkatkan daya ikat tanah terhadap air sehingga
dapat menyimpan air tanah lebih lama. Ketersediaan air di dalam tanah dapat
mencegah lapisan kering pada tanah. Penggunaan kompos bermanfaat untuk menjaga
kesehatan akar serta membuat akar tanaman mudah tumbuh.
Kandungan hara pada kompos memang terbilang lebih sedikit dibandingkan
pupuk anorganik. Oleh karena itu, penggunaannya harus dilakukan dengan volume
yang sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Namun, dilihat dari
keuntungan yang bisa diberikan kompos untuk tanah dan tanaman, rasanya tidak rugi
harus menggunakannya meskipun harus dalam volume yang besar.
Keuntungan yang diberikan kompos tidak hanya untuk saat ini, tetapi untuk
jangka panjang hingga berpuluh-puluh tahun kemudian. Saat ini sudah banyak
masyarakat yang mulai beralih untuk menggunakan pupuk organik, salah satunya
adalah kompos. Karena menggunakan bahan organik yang sudah dianggap sampah,
harga pupuk kompos pun relatif murah.

B. Karakteristik Kompos

Anda mungkin juga menyukai