Anda di halaman 1dari 12

TEKNOLOGI TEPAT GUNA

(TTG)
PEMBUATAN PUPUK KOMPOS

A. PENGERTIAN PUPUK KOMPOS


Sampah organik banyak di manfaatkan sebagai kebutuhan untuk pertanian dan sebagai
sumber biogas. Untuk di pertanian sampah organik yang berupa dedaunan, rerumputan
kering, jerami dan sebagainya. Sampah tersebut dijadikan sebagai bahan pembuatan pupuk
kompos. Pupuk ini bisa digunakan sebagai pupuk penyubur untuk tanah di lahan terbuka
yang ada.
Sampah organik merupakan sampah yang banyak di lingkungan rumah tangga,
pertanian, pasar, ataupun industri dan sebagainya. Pemanfaatan sampah organik mempunyai
peluang besar karena sampah bahan baku di lingkungan tersebut. Sampah anorganik
merupakan sampah yang tersusun oleh plastik, botol, logam dan sebagainya. Sampah
anorganik ini sangat sulit untuk terurai.
Kompos adalah hasil pengurain tidak lengkap dari campuran bahan – bahan organik
yang dapat dipercepat secara artivisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi
lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobic atau anaerobik. Proses pembuatan kompos
anaerob yaitu dengan kondisi tidak ada udara/tanpa udara (kedap udara) dan tidak
memerlukan oksigen. Jika oksigen masuk, maka kondisi anaerob akan terhambat dan gagal.
Hal ini terjadi karena pada kondisi anaerob membutuhkan bakteri pembentuk metan yang
terdiri dari bakteri pembentuk gas dan tidak termasuk sebagai pengoksidasi metan.
Sedangkan proses pembuatan pupuk secara aerob ini dilakukan di tempat yang terbuka
dengan sirkulasi udara yang baik.
Pupuk organik yang biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat terdapat beberapa jenis
diantaranya pupuk kandang, pupuk hayati, pupuk organik cair, dan pupuk kompos. Pupuk
kandang merupakan produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk
menambah unsur hara, memperbaiki sifat fisik, dan sifat biologi tanah. Pupuk kandang
dibedakan menjadi dua macam yaitu pupuk kandang padat dan pupuk kandang cair.
Pupuk hayati merupakan pupuk yang mengandung mikroorganisme yang unggul dan
bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah sebagai hasil dari proses biokimia tanah.
Adapun mikroorganisme unggul tersebut antara lain Azotobacter sp dan Azospirillum sp yang
berperan sebagai penambat nitrogen.
Pupuk kandang cair adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan yang
masih segar dan bercampur dengan urine atau kotoran yang dilarutkan dalam air dengan
perbandingan tertentu. Umumnya urine hewan cukup banyak yang telah dimanfaatkan oleh
petani, seperti urine dari hewan sapi, kerbau, kuda, babi, dan kambing. Pupuk kandang cair
dibuat dari kotoran ternak yang masih segar, bisa dari kotoran kambing, domba, sapi, dan
ayam. Para petani pertanian organik di negara Kenya membuat pupuk kandang cair 30-50 kg
kotoran hewan yang masih cair dimasukkan dalam karung goni, ujung karung diikatkan pada
sebuah tongkat sepanjang 1 m untuk menggantung karung pada drum, kemudian karung
tersebut direndam ke dalam drum yang berukuran 200 L yang berisi air. Secara berkala 3 hari
sekali kotoran dalam karung diaduk dengan mengangkat dan menurunkan tongkat beserta
karung. Untuk melarutkan pupuk kandang dibutuhkan waktu lebih kurang 2 minggu. Pupuk
kandang yang sudah terlarut siap digunakan bila air sudah berwarna coklat kegelapan dan
tidak ada bau.
Pupuk kompos merupakan pupuk yang terbentuk secara alami dengan cara dekomposisi
atau fermentasi dari sisa bahan organik yang berasal dari tumbuhan, hewan, dan limbah
organik, dengan melibatkan bantuan mikroorganisme serta makroorganisme.

B. TUJUAN PEMBUATAN PUPUK KOMPOS


Buku panduan ini dibuat sebagai bahan informasi untuk memanfaatkan limbah sampah
organik yang ada di lingkungan sekitar dan sampah organik juga dapat bermanfaat bagi
sekitar serta dengan di buatnya pupuk organik ini dapat mengurangi penggunaan pupuk
anorganik.
Pembuatan pupuk kompos ini berbahan dasar dari kotoran sapi dan dedaunan kering
yang dapat mengatasi masalah sampah organik di sekitar, serta sekaligus mendapatkan pupuk
organik yang bermutu.
Cara pembuatan pupuk kompos ini juga tergolong mudah dan murah sehingga dalam
masa pandemi ini kita dapat memanfaatkan waktu luang untuk membuat pupuk kompos
sebagai salah satu kegitan selama di rumah aja.

C. MANFAAT PUPUK KOMPOS


Banyak manfaat yang yang dapat di peroleh dalam penerapan pemanfaatan limbah
kotoran sapi dan dedaunan kering. Dalam pengolahan kotoran sapi dan dedaunan kering
sebagai pupuk kompos bisa memenuhi unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan juga dapat
memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik untuk
mempertahankan kandungan air. Memanfaatkan kotoran sapi dan dedaunan kering sebagai
pupuk organik dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Penggunaan pupuk kompos ini
aman dan tidak merusak lingukungan.
Pupuk kompos terbuat dari bahan-bahan organik yang telah mengalami proses
pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang ada di
dalamnya. Bahan organik juga dapat membentuk kesuburan tanah. Bahan organik merupakan
penyangga yang berfungsi memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia dan biologis pada tanah.
Pemberi pupuk kompos pada tanah dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti pembentukan
agregat atau granulasi tanah serta meningkatkan permiabilitas dan porositas tanah. Kelebihan
dari pupuk kompos organik yaitu tidak memiliki kandungan zat kimia yang tidak alami,
sehingga lebih aman.
Pupuk kompos dapat meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang
sehat. Tanaman yang di pupuk dengan kompos cenderung lebih baik kualitasnya daripada
tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia karena pupuk kompos terbuat dari bahan-bahan
organik. Samekto (2006) menyatakan bahwa kompos mampu mengurangi kepadatan tanah
sehingga memudahkan perkembangan akar dan kemampuannya dalam penyerapan hara.
Penggunaan bahan organik ke dalam tanah harus memperhatikan perbandingan kadar
unsur C terhadap unsur hara (N,P,K) karena apabila perbandingan sangat besar bisa
menyebabkan terjadinya imobilisasi. Imobilisasi adalah proses pengurangan jumlah kadar
unsur hara di dalam tanah oleh aktivitas mikroba sehingga unsur hara trsebut yang dapat
digunakan tanaman berkurang.
Penggunaan pupuk secara setimbang akan meningkatkan produksi tanaman. Dalam
meningkatkan produksi tanaman juga dapat meningkatkan jumlah sisa-sisa tanaman seperti
daun, akar dan batang yang tertinggal atau dapat dikembalikan ke dalam tanah.
Kesetimbangan unsur hara tentang pengembalian 80% sisa-sisa tanaman dapat memperkaya
cadangan unsur hara, sehingga mengurangi kebutuhan hara yang harus ditambahkan.
Penggunaan pupuk yang setimbang menghindari kekerasan tanah sehingga meningkatkan
pertumbuhan tanaman dan porositas tanah serta kadar air dalam tanah.
IFOAM (Internasional Federation Of Organic Agriculture Movement) mengemukakan
tujuan dari sistem pertanian organik adalah sebagai berikut :
 Menghasilkan pangan dengan kualitas nutrisi tinggi dalam jumlah yang cukup.
 Melaksanakan interaksi efektif dengan sistem dan daur alamiah yang mendukung semua
bentuk kehidupan yang ada.
 Mendorong dan meningkatkan daur ulang dalam sistem usaha tani dengan mengaktifkan
kehidupan jasad renik, flora dan fauna.
 Memelihara serta meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan.
 Membatasi terjadinya pencemaran lingkungan oleh kegiatan pertanian.
 Mempertahankan keanekaragaman hayati termasuk pelestarian habitat tanaman dan
hewan.

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam proses pembuatan pupuk kompos yaitu :
 Karung
 Ember / wadah
 Alat pengaduk
 Gunting
 Sarung tangan

2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk kompos yaitu :
 Kotoran sapi
Kotoran sapi merupakan salah satu bahan yang mempunya potensi untuk dijadikan
kompos. Kotoran sapi mengadung unsur hara antara lain 0,33%, fosfor 0,11%, kalium 0,13%,
kalsium 0,26%. Pupuk kompos merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan
alami daripada bahan pembenah buatan/sintesis. Pupuk kompos menggunakan kotoran sapi
dapat menghasilkan hasil panen yang lebih tahan disimpan, lebih segar dan lebih berat serta
pupuk kompos dari kotoran sapi dapat mengandung hormone dan vitamin bagi tanaman.
 Dedaunan kering
Sampah organik adalah jenis sampah yang sebagian besar tersusun oleh senyawa
organik sampah organik ini dapat mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi
bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut kompos). Kompos merupakan hasil
pelapukan bahan-bahan organik seperti dedaunan kering, jerami, sampah rumput dan bahan
sejenisnya.
Sampah organik dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Sampah organik basah
Sampah organik basah adalah sampah yang memiliki kandungan air yang cukup
tinggi. Contohnya yaitu kulit buah, sisa sayuran dan sisa makanan.
2. Sampah organik kering
Sampah organik kering adalah bahan organik lain yang kandungannya airnya kecil.
Contohnya yaitu kertas, kayu atau ranting pohon dan dedaunan kering.
 EM4
Mikroorganisme yang bisa ditambahkan dalam proses pembuatan pupuk kompos
adalah EM4 (Effective Microorganism 4). EM4 pertama kali ditemukan oleh Prof. Teruo
Higa dari Universitas Ryukyus Jepang. Larutan EM4 ini mengandung mikroorganisme
fermentasi yang jumlahnya sangan banyak (80 genus). Mikroorgnisme dipilih agar dapat
bekerja secara efektif dalam fermenlasi bahan organik. Dari sekian banyak mikroorganisme,
ada lima golongan pokok, yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp, Saccharomyces sp,
Actino-mycetes sp dan jamur fermentasi. Sebelum digunakan EM4 diaktifkan dahulu karena
mikroorganisme di dalam larutan EM4 berada dalam keadaan tidur (donman). Pengaktifan
mikroorganisme di dalam EM4 dilakukan dengan cara memberikan air dan makanan
(molase).
EM4 adalah sejenis bakteri yang dibuat untuk membantu dalam pembusukan pupuk
kandang sehingga dapat di manfaatkan dalam proses pengkomposan. Kompos dengan
menggunakan EM4 ini ramah lingkungan berbeda dengan kompos anorganik yang berasal
dari zat-zat kimia. Dengan bantuan bakteri ini maka daun dan pupuk kandang dapat
menyisikan zat hara yang baik untuk tanaman. Keadaan anaerob saat pembusukan sangatlah
penting, karena bakteri akan mati jika tercampur dengan gas atau udara dan tidak bisa
dibiakan.
 Gula pasir
Gula Pasir berfungsi untuk memeperoleh energi bagi perkembangbiakan jumlah EM4
yang diaktifkan selama proses pembuatan kompos (proses fermentasi 3-4 hari).
E. CARA PEMBUATAN
Cara pembuatan Pupuk Kompos dan Kotoran ternak sapi
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

Gambar Alat dan bahan


2. Sediakan wadah tempat pengolahan kompos dengan menggunakan potongan balok kayu
sebagai media pembuatan kompos.

Gambar Tahap awal pengolahan kompos


3. Siapkan kotoran ternak sapi dan sampah organik berupa daun kering yang akan diolah
menjadi kompos, jika sampah organik yang akan diproses menjadi kompos dalam
kondisi bentuk yang besar, maka lakukan pencacahan agar mendapat ukuran yang kecil
untuk mempercepat proses pemgomposan.

Gambar Pencampuran kotoran ternak dan daun kering


4. Menyediakan bahan untuk membuat larutan EM4 yaitu : 2,5 kg gula pasir dan 40 L air.

Gambar Larutan EM4


5. Masukkan urutan bahan-bahan pembuatan kompos secara berurutan.

Gambar Pencampuran semua bahan


6. Masukan kotoran kandang sapi kemudian siram dengan larutan EM4.

Gambar Penyimaran dengan larutan EM4


7. Kemudian masukkan sampah organik daun kering dan siram menggunakan larutan EM4.
Lakukan tahap ini berulang sampai bahan pembuatan kompos habis.
Gambar Pencampuran sampah organik daun kering
8. Tutup semua bahan menggunakan terpal dengan rapat.

Gambar Penutupan dengan terpal


9. Biarkan selama 4 minggu dalam keadaan tertutup. Lamanya fermentasi tergantung dari
bentuk kotoran sapi dan dan sampah organik yang diolah.

Gambar Tahap fermentasi


10. Berhasilnya pembuatan kompos ditandai dengan bau tape dan bentuk yang telah halus.
PEMBUATAN FILTRASI AIR DI SMP 6 KOTA DUMAI

A. TINJAUAN PUSTAKA
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang menjadi sumber kehidupan bagi
seluruh makhluk hidup yang ada di bumi ini. Hal ini karena sekitar tiga per empat bagian dari
tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4 – 5 hari
tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan
membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan
industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain (Chandra,
2007).
Tidak semua daerah di wilayah Indonesia menghasilkan air bersih yang langsung dapat
dikonsumsi dikarenakan kurangnya kebersihan akan sumber daya air dan rendahnya derajat
keasaman pada air tersebut atau yang lebih dikenal dengan istilah pH. Air yang mempunyai
pH antara 6,7 sampai 8,6 mengandung populasi ikan. Dalam jangkauan pH itu pertumbuhan
dan pembiakan air tidak terganggu. Air yang masih segar dari pegunungan biasanya
mempunyai pH yang lebih tinggi. Keasaman yang tinggi belum tentu mempunyai pH yang
rendah (Sastrawijaya, 2006). Untuk itu harus diolah lebih dahulu baik pengolahan secara
sederhana melalui penjernihan air sampai dengan menggunakan alat yang canggih agar
diperoleh air yang layak dikonsumsi manusia.
Di sebagian daerah Kota Dumai, kualitas air umumnya keruh dan berbau. Air tersebut
mengandung besi tinggi dengan ciri - ciri yaitu airnya jernih sesaat ketika ditampung tetapi
akan berubah warna kuning setelah beberapa saat, berbau (biasanya bau besi atau bau tanah),
dan airnya sedikit licin. Apabila dilihat secara geografis, ada sebagian daerah di Dumai yang
jenis tanahnya terdiri dari rawa bergambut dan kondisi air tanah yang berasal dari tanah
dangkal atau sumur gali dengan kedalaman rata-rata 1-2 meter. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Dumai Tahun 2015, hanya 18% penduduk yang
memiliki akses air minum berkualitas, sedangkan air sumur digunakan 47% sebagai sumber
air bagi masyarakat. Sehingga hal tersebut belum memenuhi target sasaran pada 2015 yaitu
70%. Kondisi air yang keruh dan berbau ini juga terjadi di lingkungan SMP 6 Kota Dumai.
Kebutuhan air bersih di Kota Dumai sangat tinggi sehingga harus dilakukan pengendalian
daya rusak air salah satunya melakukan penyaringan atau filtrasi air sederhana.
Di lingkungan SMP 6 Dumai banyak ditumbuhi pohon ketapang. Ketapang atau
katapang (Terminalia catappa) adalah nama sejenis pohon tepi pantai yang rindang.
Ketapang digunakan sebagai pohon peneduh di taman-taman dan tepi jalan, sehingga
buahnya/biji ketapang banyak berserakan di taman-taman/tempat parkiran yang belum
dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat. Penulis memperhatikan buah ketapang yang
berserakan di anggap sebagai limbah dan hanya dikumpulkan lalu dibakar oleh petugas
sekolah. Dari literatur yang penulis baca, banyak filtrasi yang menggunakan media arang.
Untuk itu, penulis ingin mengetahui apakah arang ketapang dapat dijadikan sebagai media
filtrasi air sederhana yang hasil saringannya dapat digunakan masyarakat sekolah untuk
memenuhi air bersih dan sekaligus bisa memanfaatkan buah ketapang menjadi barang
bernilai.

B. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam pembuatan media filtrasi air adalah ember cat, pipa,
gergaji, lem pipa, gunting, bor, gergaji, dan kran air. Untuk bahan yang dipakai antara lain :
pasir putih, batu kerikil, arang buah ketapang, dan spons.

C. CARA KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

Gambar Alat dan bahan


2. Mencuci bahan-bahan yang akan digunakan sebagai komponen dalam pembuatan filtrasi
air sederhana.

Gambar Persiapan mencuci bahan


3. Mengisi ember dengan bahan-bahan yang sudah dicuci secara berurutan yaitu memasukan
spons, pasir putih, lalu batu kerikil dan arang ketapang dan ditutup dengan spons.

Gambar Mengisi ember dengan bahan-bahan


4. Menguji coba filtrasi air sederhana dengan menuangkan air sumur yang berada di SMP 6
Dumai.

Gambar Menguji coba filtrasi air


5. Menampung hasil saringan dan mengamati air yang keluar dari filtrasi air sederhana
tersebut.

Gambar Menampung hasil saringan


DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Eman Darmawan. 2016. Pemanfaatan Biji Ketapang (Terminalia Catappa) Sebagai Sumber
Protein Dan Serat Pada Produk Makanan Stik. Agrotech, Vol 1, No. 1.

Peraturan Dep.Kes.RI NO 492 Tahun 2010. Tentang syarat–syarat dan pengawasan kualitas
air.

Peraturan menteri kesehatan RI No 492/MENKES/Per/IV/2010

Sari, Yelfira, Arief Yandra Putra, dan Anasthasia Oca Muham. 2019. “Penentuan Kualitas
Fisika (Warna, Suhu dan TDS) Dari sampel Air Sumur Warga di Kecamatan Dumai
Timur”. Journal of Research and Education Chemistry (JREC). 1 (2): 10-14

Anda mungkin juga menyukai