Pupuk adalah zat hara yang ditambahkan pada tumbuhan agar berkembang
dengan baik sesuai genetis dan potensi produksinya. Pupuk dapat dibuat dari
bahan organik ataupun non-organik (sintetis). Pupuk organik bisa dibuat dalam
bermacam-macam bentuk meliputi cair, curah, tablet, pelet, briket, atau granul.
Pemilihan bentuk ini tergantung pada penggunaan, biaya, dan aspek-aspek
pemasaran lainnya.
Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal
tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman.
Penggunaan pupuk organik tidak meninggalkan residu yang membahayakan bagi
kehidupan. Pengaplikasiannya mampu memperkaya sekaligus mengembalikan
ketersediaan unsur hara bagi tanah dan tumbuhan dengan aman.
Pada zaman sekarang, penggunaan pupuk organik makin meningkat sejalan
dengan berkembangnya pertanian organik. Untuk menyediakan pupuk organik
dalam jumlah besar diperlukan tenaga yang banyak sehingga akan meningkatkan
biaya tenaga kerja, meskipun pupuk organik dapat diproduksi sendiri oleh petani.
Agar aplikasi pupuk organik lebih hemat dan penggunaan tenaga kerja lebih
murah, salah satu alternatifnya adalah dengan meningkatkan kandungan haranya,
terutama hara makro seperti nitrogen, kalium, dan fosfor. Pada kotoran ternak,
baik feses maupun urine, kadar nitrogen dapat ditingkatkan melalui pengkayaan
dengan menggunakan mikroba pengikat nitrogen, dan untuk hara kalium dengan
menggunakan mikroba fermenter.
Ribuan hektar lahan yang subur berkurang akibat penggunaan pupuk kimia
setiap tahunnya. Sungguh ironis, menggunakan racun untuk meningkatkan
produksi pangan bagi kehidupan. Tidak heran bila kesehatan dan daya tahan tubuh
manusia terus merosot. Penggunaan pupuk organik tidak meninggalkan residu
yang membahayakan bagi kehidupan. Pengaplikasiannya mampu memperkaya
sekaligus mengembalikan ketersediaan unsur hara bagi tanah dan tumbuhan
dengan aman.
Nilai tambah dari penggunaan pupuk organik diketahui bersama
seperti produk pertanian dengan menggunakan pupuk organik yang mempunyai
nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertanian yang menggunakan
pupuk anorganik (pupuk buatan pabrik), apalagi dipadukan dengan penggunana
pestisida organik dimana produknya dikenal sebagai beras organik non
peptisida, mempunyai harga jual hampir dua kali lipat dari produk pertanian
anorganik. Meskipun segmen pasarnya masih tertentu, misalnya jaringan
perhotelan, supermarket dengan pelanggan orang asing, dan restoran-restoran.
Berdasarkan hal tersebut maka dipandang perlu untuk melakukan
praktikum pembuatan pupuk organik cair sehingga kita dapat memahami cara
pembuatan pupuk dan memanfaatkan limbah.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
1.2.1 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Pupuk Organik Cair adalah agar mahasiswa dapat
mengetahui cara membuat pupuk cair organik dengan menggunakan bahan yang
ada di sekitar kita.
1.2.2 Kegunaan Praktikum
Kegunaan dari praktikum ini adalah untuk menambah pengetahuan kita
dalam mengembangkan pupuk organik cair.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Praktikum pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan pada hari Jumat
tanggal 16 Februari 2018 pukul 16.10 – 17.30 di Exfarm Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan pupuk organik cair ini
yaitu pisau, ember, kantong plastik, dan plester bening, botol berukuran 1,5L,
selang, kantong plastik besar, karung besar, gunting.
Bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan pupuk organik cair ini
yaitu sisa sayuran sebanyak 5kg, gula merah cair sebanyak 3L, air terasi sebanyak
3L, air cucian beras sebanyak 3L, air biasa (disesuaikan), sabun colek.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Proses Pembuatan POC
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Membuat lubang sebesar mulut selang pada penutup ember
3. Melubangi botol yang telah diisi dengan air lalu sambungkan dengan selang
dan lubang pada penutup ember
4. Memotong kecil – kecil sisa sayuran lalu masukkan ke dalam kantong plastik
5. Memasukkan plastik yang berisi sayuran ke dalam karung lalu letakkan
didalam ember
6. Memasukkan gula merah cair, air bekas cucian beras, air terasi ke dalam
ember yang telah berisi sisa sayuran
7. Menutup ember dengan terlebih dahulu mengolesi pinggiran ember dengan
sabun colek
8. Merekatkan penutup ember dengan menggunakan plester
3.3.2 Pengadukan POC
1. Membuka plester pada penutup ember
2. Mengaduk POC dengan menggunakan kayu yang panjang
3. Menutup kembali POC dan rekatkan menggunakan plester
3.3.3 Pemanenan POC
1. Membuka plester pada penutup ember
2. Mencium aroma POC apabila berbau busuk dan menyengat maka POC gagal
apabila berbau seperti bau fermentasi maka POC berhasil
3. Memeras karung yang berisis sisa – sisa sayuran
4. Mengambil POC menggunakan gayung dan masukkan ke dalam wadah baru
yang terlebih dahulu POC harus disaring
4.3.4 Pengaplikasian POC
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pembuatan POC yang telah dibuat dinyatakan bahwa POC
yang dibuat dikatakan gagl karena masih terdapat bau yang menyengat pada saat
POC tersebut dipanen, POC tersebut juga berwarna merah bata. Ketidakberhasilan
POC ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu ukuran bahan yang
digunakan terlalu besar sehingga bahan tersebut masih susah untuk terurai dan
akhirnya susah untuk berfermentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuliarti
(2009) yang menyatakan bahwa dekomposisi yang berhasil dicirikan dengan
bahan yang difermentasikan hancur yang menunjukan aktivitas bakteri yang
tinggi. Hal lainnya yang menyebabkan kegagalan pada pembuatan POC yaitu
kelembaban yang rendah, kelembaban yang rendah terjadi ketika pada saat setelah
dilakukannya pengadukan ember sebagai wadah tidak tertutup rapat sehingga
udara masuk kedalam dan membuat lingkungan tempat bakteri akan
berkembangbiak malah terganggu. Sebab bakteri yang berperan pada proses
feremntasi menyukai lingkungan dengan kelembaban yang tinggi sesuai dengan
pendapat Yuliarti (2009) yang menyatakan bahwa bakteri dapat berkembangbiak
pada kondisi kelembaban yang relatif tinggi yakni RH mencapai ± 60%,
kelembaban tinggi berarti lingkungan cenderung berair, bakteri sangat menyukai
pada kondisi lingkungan yang relatif berair.
POC yang dikatakan berhasil jika ditunjang dengan pemberian molases. Pada
praktikum ini molasses yang digunakan yaitu cairan gula merah sebnayak 3 liter.
Molases tersebut berfungsi sebagai makanan awal bagi mikroba yang akan
bekerja menguraikan bahan-bahan yang akan dibuat pupuk organik cair. Hal yang
lainnya yang dapat menunjang keberhasilan pembuatan POC yaitu nutrisi-nutrisi
yang berbeda yang dihasilkan oleh bahan-bahan tertentu, diantaranya protein,
glukosa, helulosa, vitamin dan lain-lain. Pupuk Organik Cair juga mengandung
unsur-unsur hara yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman diantaranya
nitrogen, Kalsium, dan fosfor. Hal ini didukung dengan pernyataan Santi (2008)
yang menyatakan bahwa pupuk cair mengandung unsur – unsur hara yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, kesehatan tanaman, unsur unsur
hara itu terdiri dari : Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Kalium (K).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Fitria, Yulya. 2008. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Cair Industri
Perikanan Menggunakan Asam Asetat EM4. Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Santi, Soraya. 2008. Kajian Pemanfaatan Limbahn Nilam Untuk Pupuk Cair
Organik Dengan Proses Fermentasi. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 2 No.2
Supartha, Yogi I N dkk. 2012. ‘Aplikasi Jenis Pupuk Organik pada Tanaman Padi
Sistem Pertanian Organik’. Jurnal Agroteknologi Tropika Vol. 1 No. 2
Yuliarti, N. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Lyli Publisher.
Yogyakarta
LAMPIRAN