Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum

Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura

PUPUK ORGANIK CAIR

Nama : Annur Khainun Akfindarwan


NIM : G111 16 005
Kelas :F
Kelompok : 18
Asisten : 1. Aziz Yasril
2. Wahyu Purnama

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pupuk adalah zat hara yang ditambahkan pada tumbuhan agar berkembang
dengan baik sesuai genetis dan potensi produksinya. Pupuk dapat dibuat dari
bahan organik ataupun non-organik (sintetis). Pupuk organik bisa dibuat dalam
bermacam-macam bentuk meliputi cair, curah, tablet, pelet, briket, atau granul.
Pemilihan bentuk ini tergantung pada penggunaan, biaya, dan aspek-aspek
pemasaran lainnya.
Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal
tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman.
Penggunaan pupuk organik tidak meninggalkan residu yang membahayakan bagi
kehidupan. Pengaplikasiannya mampu memperkaya sekaligus mengembalikan
ketersediaan unsur hara bagi tanah dan tumbuhan dengan aman.
Pada zaman sekarang, penggunaan pupuk organik makin meningkat sejalan
dengan berkembangnya pertanian organik. Untuk menyediakan pupuk organik
dalam jumlah besar diperlukan tenaga yang banyak sehingga akan meningkatkan
biaya tenaga kerja, meskipun pupuk organik dapat diproduksi sendiri oleh petani.
Agar aplikasi pupuk organik lebih hemat dan penggunaan tenaga kerja lebih
murah, salah satu alternatifnya adalah dengan meningkatkan kandungan haranya,
terutama hara makro seperti nitrogen, kalium, dan fosfor. Pada kotoran ternak,
baik feses maupun urine, kadar nitrogen dapat ditingkatkan melalui pengkayaan
dengan menggunakan mikroba pengikat nitrogen, dan untuk hara kalium dengan
menggunakan mikroba fermenter.
Ribuan hektar lahan yang subur berkurang akibat penggunaan pupuk kimia
setiap tahunnya. Sungguh ironis, menggunakan racun untuk meningkatkan
produksi pangan bagi kehidupan. Tidak heran bila kesehatan dan daya tahan tubuh
manusia terus merosot. Penggunaan pupuk organik tidak meninggalkan residu
yang membahayakan bagi kehidupan. Pengaplikasiannya mampu memperkaya
sekaligus mengembalikan ketersediaan unsur hara bagi tanah dan tumbuhan
dengan aman.
Nilai tambah dari penggunaan pupuk organik diketahui bersama
seperti produk pertanian dengan menggunakan pupuk organik yang mempunyai
nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertanian yang menggunakan
pupuk anorganik (pupuk buatan pabrik), apalagi dipadukan dengan penggunana
pestisida organik dimana produknya dikenal sebagai beras organik non
peptisida, mempunyai harga jual hampir dua kali lipat dari produk pertanian
anorganik. Meskipun segmen pasarnya masih tertentu, misalnya jaringan
perhotelan, supermarket dengan pelanggan orang asing, dan restoran-restoran.
Berdasarkan hal tersebut maka dipandang perlu untuk melakukan
praktikum pembuatan pupuk organik cair sehingga kita dapat memahami cara
pembuatan pupuk dan memanfaatkan limbah.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
1.2.1 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Pupuk Organik Cair adalah agar mahasiswa dapat
mengetahui cara membuat pupuk cair organik dengan menggunakan bahan yang
ada di sekitar kita.
1.2.2 Kegunaan Praktikum
Kegunaan dari praktikum ini adalah untuk menambah pengetahuan kita
dalam mengembangkan pupuk organik cair.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pupuk Organik Cair

Pupuk organik merupakan hasil dekomposisi bahan-bahan organik yang


diurai atau dihancurkan oleh suatu mikroba, yang hasil akhirnya dapat
menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pupuk organik sangat penting artinya sebagai penyangga
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga dapat meningkatkan efisiensi dari
pupuk dan produktivitas lahan (Supartha, 2012).
Pupuk organik cair merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam
upaya memperbaiki kesuburan tanah secara aman, dalam arti produk pertanian
yang dihasilkan terbebas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan
manusia sehingga aman dikonsumsi (Purwendro, 2007).
Pupuk organik cair adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan organik
yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan
unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik ini adalah dapat
secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak masalah dalam pencucian hara, dan
mampu menyediakan hara secara cepat. Dibandingkan dengan pupuk cair
anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman
walaupun digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan
pengikat, sehingga larutan pupuk yamg diberikan ke permukaan tanah bisa
langsung digunakan oleh tanaman (Purwendro, 2007).
Menurut Hadisuwito (2007), pupuk organik cair adalah larutan dari
pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan,
dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Jenis sampah
organik yang bisa diolah menjadi pupuk organik cair adalah:
a. Sampah sayur baru
b. Sisa sayuran basi, tetapi harus di cuci dulu, peras lalu buang airnya
c. Sisa nasi
d. Sisa ikan, ayam, kulit telur
e. Sampah buah (anggur, kulit jeruk, apel dan dan lainlain), tidak termasuk kulit
buah yang keras seperti kulit buah salak
Untuk memudahkan unsur hara dapat diserap tanah dan tanaman, bahan
organik dapat dibuat menjadi pupuk cair terlebih dahulu. Pupuk organik cair
tersebut dpaat diproduksi salah satunya dengan proses fermentasi (Fitria, 2008).
Mikroorganisme Lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan
sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan
utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan
sumber mikroorganisme. Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat
berasal dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga.
Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh dari
limbah organik seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan
daun gamal. Sumber glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir, dan air
kelapa, serta sumber mikroorganisme berasal dari kulit buah yang sudah busuk,
terasi, keong, nasi basi, dan urin sapi (Hadinata, 2008).
Semua mikroorganisme yang tumbuh pada bahan-bahan tertentu
membutuhkan bahan organik untuk pertumbuhan dan proses metabolisme.
Mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang pada suatu bahan dapat
menyebabkan berbagai perubahan pada fisik maupun komposisi kimia, seperti
adanya perubahan warna, pembentukan endapan, kekeruhan, pembentukan gas,
dan bau asam (Fardiaz, 2007)
Mikroorganisme Lokal atau kumpulan mikro organisme yang dapat
digunakan sebagai pupuk mikroba bagi tanaman. Selain itu MOL juga dapat
digunakan untuk dekomposter dalam pembuatan kompos. Kegunaan MOL
sebagai pupuk tergantung dari bahan MOL itu sendiri. Misalnya pupuk dengan
kandungan N tinggi untuk masa pertumbuhan tanaman bahan dasarnya dari akar
tanaman kacang-kacangan atau daun-daunan terutama dari jenis leguminacea
(gamal dan lamtoro). Untuk pupuk dengan kandungan P tinggi untuk masa
pembentukan buah, bahan dasarnya batang pisang. Pupuk dengan kandungan K
tinggi bahan dasarnya sabut kelapa. Tetapi selain ketiga jenis tersebut diatas
sebetulnya semua bahan organic baik dari unsur tumbuhan maupun binatang bisa
dijadikan bahan MOL dan bisa diaplikasikan untuk pupuk cair (Hadinata, 2008).
Pisang merupakan tanaman yang semua bagian pisang dapat dimanfaatkan.
Selain dalam pemanfaatan buahnya, salah satu bagian dari pisang yang dapat
dimanfaatkan yaitu bonggolnya yang dapat di jadikan mikroorganisme lokal. Hal
ini disebabkan karena pisang mengandung zat pengatur tumbuh giberellin dan
Sitokinin. Selain itu dalam mol bonggol pisang tersebut juga mengandung tujuh
mikroorganisme yang sangat berguna bagi tanaman yaitu Azospirillium,
Azotobacter, Bacillus, Aeromonas, Aspergillus, mikroba pelarut phospat dan
mikroba selulotik. MOL bonggol pisang tetap bisa digunakan untuk dekomposer
atau mempercepat proses pengomposan (Lukitaningsih, 2010).
2.2 Macam-Macam Pupuk Organik Cair
Menurut Agro (2016), ada 2 macam jenis pupuk organik cair yang melalui
proses pengomposan, yaitu :
1. Pupuk organik air yang melaui proses pelarutan bahan-bahan organik yang
telah jadi atau setengah jadi ke dalam air. Jenis pupuk yang dilarutkan dapat
berupa pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk kompos, atau campuran semuanya.
Pupuk organic semacam ini mempunyai karakteristik yang tidak jauh beda
dengan pupuk organic padat, hanya saja wujudnya yang berbeda yaitu berupa
cairan. Ibarat yang lebih mudah seperti kita membuat teh, jika teh tubruk, kita
tinggal memasukkan airnya, tapi jika teh celup kita tinggal mencelupkan teh
dalam air, dan air dari tehh tadi dapat dijadikan pupuk. Pupuk cair dengan tipe
seperti ini suspense larutannya kurang stabil dan mudah mengendap. Kita tidak
bisa menyimpan pupuk jenis ini dalam waktu yang terlalu lama. Setelah pupuk
organic cair jadi harus langsung digunakan. Caranya : dengan menyiramkan
pupuk organic cair ini langsung kepermukaan tanah disekitar tanaman, tidak
disemprotkan ke daun. Tentunya dengan menambahkan beberapa liter air untuk
aplikasinya.
2. Pupuk organik cair yang dibuat dari bahan-bahan organik yang
difermentasikan anaerob dengan bantuan organisme hidup. Bahan bakunya
berupa material organic yang belum terkomposkan. Unsure hara yang
terkandung dalam larutan ini benar-benar berbentuk cair. Jadi larutannya lebih
stabil. Bila dibirkan tidak mengendap. Oleh sebab itu sifat dan
karakteristiknyapun berbeda dengan pupuk organic cair yang terbuat dari
bahan padat.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan POC


Menurut Yuliarti (2009), bahwa dalam pembuatan pupuk cair ada beberapa
hal yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan dan tingkat kegagalannya,
yang nantinya dapat mempercepat proses fermentasi. Beberapa hal yang dapat
mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam pembuatan pupuk organik cair
diantaranya sebagai berikut:
1. Suhu
Suhu merupakan faktor yang penting bagi kehidupan bakteri, bakteri hidup
dalam kondisi suhu yang sangat beragam. Bakteri yang menguntungkan
umumnya hidup pada suhu optimum bagi pertumbuhan mahluk hidup lainnya
yakni berkisar 180C - 400C. Suhu lingkungan yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan denaturasi atau kerusakan protein dan komponen sel lainnya
pada bakteri dekomposer sehingga dapat mengakibatkan kematian. Sedangkan
suhu yang terlalu rendah dapat mengakibatkan mobilitas bakteri terhambat, dan
jika terjadi kenaikan suhu secara ekstrim bakteri akan mati. Bakteri
dekomposer populasinya sedikit atau berkurang dapat menghambat proses
dekomposisi bahan, suhu yang terlalu tinggi juga berdampak negatif terhadap
perkembangbiakan bakteri dekomposer. Pada suhu ekstrim bakteri yang dapat
berkembang cenderung bakteri yang bersifat patogenik, jadi jika suhu terlalu
tinggi besar kemungkinannya bahan terkontaminasi oleh bakteri patogenik.
2. Kelembaban
Bakteri dapat berkembangbiak pada kondisi kelembaban yang relatif tinggi
yakni RH mencapai ± 60%, kelembaban tinggi berarti lingkungan cenderung
berair, bakteri sangat menyukai pada kondisi lingkungan yang relatif berair.
3. Intensitas Cahaya
Cahaya matahari merupakan sumber kehidupan bagi mahluk hidup termasuk
bakteri yang notabene merpakan mahluk tingkat rendah. Akan tetapi untuk
dapat berkembangbiak dengan optimal media yang berisi fementasi bahan
untuk pupuk cair sebaiknya diletakkan pada tempat yang tidak terkena sinar
matahari secara langsung. Sinar matahari secara langsung dapat meningkatkan
suhu pada media secara signifikan yang dapat merusak protein dan komponen
sel lainnya.
4. Ukuran bahan
Sumber makanan bakteri dekomposer adalah bahan organik, termasuk buah
dan sayuran. Dekomposisi yang berhasil dicirikan dengan bahan yang
difermentasikan hancur yang menunjukan aktivitas bakteri yang tinggi.
5. Komposisi media
Komposisi media yang digunakan harus seimbang dengan larutan yang
digunakan. Dalam pembuatan pupuk cair digunakan larutan EM4 dan dedak
serta molase dan air secukupnya. Komposisi larutan EM4 harus sesuai dengan
jumlah bahan yang akan digunakan. Apabila larutan EM4 kurang atau lebih
sedikit, maka kemungkinan besar pupuk cair akan gagal dan bahan akan cepat
membusuk.
6. Waktu pembuatan
Pembuatan pupuk cair organik sebaiknya dilakukan pada waktu sore hari atau
pagi hari dimana intensitas cahaya matahari relatif rendah dan kelembaban
tidak terlalu tinggi. Misalnya dilakukan pada siang hari diusahakan tempat
pembautan pupuk dilakukan pada tempat yang terhalang intensitas cahaya
matahari secara langsung.
2.4 Kandungan Pupuk Organik Cair
Menurut Mulyono (2018), ada beberapa kandungan yang terdapat pada
bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan POC diantaranya yaitu:
1. Sisa Sayuran, bahan ini Mengandung mikroorganisme pengurai dan
penyubur tanaman. Mengandung Sitokinin, karbohidrat, Pseudomonas,
Aspergilus dan Lactobacillus
2. Gula merah cair, bahan ini mengandung asam-asam organik sebagai
sumber C bagi pertumbuhan mikroorganisme dan mengandung sukrosa
yang cukup tinggi (45-55%).
3. Air cucian beras, bahan ini mengandung karbohidrat, vitamin, dan gizi
yang diperlukan dalam metabolism sel mikrobia. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa air cucian beras yang disimpan 2 minggu pada
beberapa jenis tanaman dapat menggantikan pupuk kimia/organik.
4. Air terasi, bahan ini dapat berperan sebagai bioaktivator pengomposan dan
berfungsi sebagai perangsang pembuahan. Terasi merupakan salah satu
sumber mikroorganisme yang menguntungkan.
Menurut Santi (2008), pupuk cair mengandung unsur – unsur hara yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, kesehatan tanaman, unsur unsur
hara itu terdiri dari :
1. Nitrogen (N)
2. Fosfor (P)
3. Kalium (K)
Nitrogen merupakan salah satu unsur yang diperlukan tanaman untuk
pertumbuhan vegetatif dan pembentukan protein, jika tanaman kekurangan
nitrogen akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, pertumbuhan akar terbatas,
serta daun menjadi kuning dan gugur. Fosfor dalam tanaman digunakan untuk
pertumbuhan bagi tanaman serta diubah menjadi humus oleh tanaman dan
membuat tanah menjadi subur. Penggunaan bioaktivator EM4 pupuk yang
dihasilkan memenuhi standar untuk digunakan pada tanaman (Sundari, 2012).
Unsur kalium berperan penting dalam setiap proses metabolisme suatu
tanaman, yaitu dalam sintesis asam amino dan protein dari ion-ion ammonium
serta berperan dalam memelihara tekanan turgor dengan baik sehingga
memungkinkan lancarnya proses-proses metabolisme dan menjamin
kesinambungan pemanjangan sel (Parman, 2007).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan pada hari Jumat
tanggal 16 Februari 2018 pukul 16.10 – 17.30 di Exfarm Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan pupuk organik cair ini
yaitu pisau, ember, kantong plastik, dan plester bening, botol berukuran 1,5L,
selang, kantong plastik besar, karung besar, gunting.
Bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan pupuk organik cair ini
yaitu sisa sayuran sebanyak 5kg, gula merah cair sebanyak 3L, air terasi sebanyak
3L, air cucian beras sebanyak 3L, air biasa (disesuaikan), sabun colek.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Proses Pembuatan POC
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Membuat lubang sebesar mulut selang pada penutup ember
3. Melubangi botol yang telah diisi dengan air lalu sambungkan dengan selang
dan lubang pada penutup ember
4. Memotong kecil – kecil sisa sayuran lalu masukkan ke dalam kantong plastik
5. Memasukkan plastik yang berisi sayuran ke dalam karung lalu letakkan
didalam ember
6. Memasukkan gula merah cair, air bekas cucian beras, air terasi ke dalam
ember yang telah berisi sisa sayuran
7. Menutup ember dengan terlebih dahulu mengolesi pinggiran ember dengan
sabun colek
8. Merekatkan penutup ember dengan menggunakan plester
3.3.2 Pengadukan POC
1. Membuka plester pada penutup ember
2. Mengaduk POC dengan menggunakan kayu yang panjang
3. Menutup kembali POC dan rekatkan menggunakan plester
3.3.3 Pemanenan POC
1. Membuka plester pada penutup ember
2. Mencium aroma POC apabila berbau busuk dan menyengat maka POC gagal
apabila berbau seperti bau fermentasi maka POC berhasil
3. Memeras karung yang berisis sisa – sisa sayuran
4. Mengambil POC menggunakan gayung dan masukkan ke dalam wadah baru
yang terlebih dahulu POC harus disaring
4.3.4 Pengaplikasian POC
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

a. Pengadukan Hari Kedua c. Pengadukan Hari Keenam

b. Pengadukan Hari Keempat d. Pengadukan Hari Kedelapan

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pembuatan POC yang telah dibuat dinyatakan bahwa POC
yang dibuat dikatakan gagl karena masih terdapat bau yang menyengat pada saat
POC tersebut dipanen, POC tersebut juga berwarna merah bata. Ketidakberhasilan
POC ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu ukuran bahan yang
digunakan terlalu besar sehingga bahan tersebut masih susah untuk terurai dan
akhirnya susah untuk berfermentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuliarti
(2009) yang menyatakan bahwa dekomposisi yang berhasil dicirikan dengan
bahan yang difermentasikan hancur yang menunjukan aktivitas bakteri yang
tinggi. Hal lainnya yang menyebabkan kegagalan pada pembuatan POC yaitu
kelembaban yang rendah, kelembaban yang rendah terjadi ketika pada saat setelah
dilakukannya pengadukan ember sebagai wadah tidak tertutup rapat sehingga
udara masuk kedalam dan membuat lingkungan tempat bakteri akan
berkembangbiak malah terganggu. Sebab bakteri yang berperan pada proses
feremntasi menyukai lingkungan dengan kelembaban yang tinggi sesuai dengan
pendapat Yuliarti (2009) yang menyatakan bahwa bakteri dapat berkembangbiak
pada kondisi kelembaban yang relatif tinggi yakni RH mencapai ± 60%,
kelembaban tinggi berarti lingkungan cenderung berair, bakteri sangat menyukai
pada kondisi lingkungan yang relatif berair.
POC yang dikatakan berhasil jika ditunjang dengan pemberian molases. Pada
praktikum ini molasses yang digunakan yaitu cairan gula merah sebnayak 3 liter.
Molases tersebut berfungsi sebagai makanan awal bagi mikroba yang akan
bekerja menguraikan bahan-bahan yang akan dibuat pupuk organik cair. Hal yang
lainnya yang dapat menunjang keberhasilan pembuatan POC yaitu nutrisi-nutrisi
yang berbeda yang dihasilkan oleh bahan-bahan tertentu, diantaranya protein,
glukosa, helulosa, vitamin dan lain-lain. Pupuk Organik Cair juga mengandung
unsur-unsur hara yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman diantaranya
nitrogen, Kalsium, dan fosfor. Hal ini didukung dengan pernyataan Santi (2008)
yang menyatakan bahwa pupuk cair mengandung unsur – unsur hara yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, kesehatan tanaman, unsur unsur
hara itu terdiri dari : Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Kalium (K).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat diperoleh


kesimpulan sebagai berikut:
1. Pupuk organik cair adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan organik yang
berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur
haranya lebih dari satu unsur.
2. Faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam pembuatan pupuk cair
diantaranya adalah, suhu, kelembapan, intensitas cahaya, komposisi media,
waktu pembuatan, serta ukuran bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk
organik cair.
3. Indikator keberhasilan pupuk cair adalah pupuk cair berwarna coklat
kekuningan dan tidak memiliki bau yang menyengat disertai adanya jamur
putih yang ada di permukaan larutan molase.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) ini arahan
dari asisten diperjelas sehingga tidak ada lagi kebingungan yang terjadi dalam
pembuatan laporan.
DAFTAR PUSTAKA

Fardiaz, S. 2007. Mikrobiologi Pangan. Bogor : Depdikbud Dirjen Dikti. IPB.

Fitria, Yulya. 2008. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Cair Industri
Perikanan Menggunakan Asam Asetat EM4. Institut Pertanian Bogor.
Bogor

Hadinata, I. 2008. Membuat Mikroorganisme Lokal. Jakarta : Rajawali press.

Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. PT Agromedia Pustaka.


Jakarta

Lukitaningsih, D. 2010. Bioteknologi Mikroba untuk Pertanian Organik. Jakarta :


Grafindo Persada

Parman, Sarjana. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap


Pertumbuhan dan Produksi Kentang. Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol.
15 No. 2

Pertanian, Agro. 2016. Macam-Macam Pupuk Organik Cair. Diakses di


https://web.facebook.com/permalink.php?story_fbid=1659972317653874
&id=1652822105035562&_rdc=1&_rdr pada hari Selasa, 20 Maret 2018,
pukul 06.33WITA.

Purwendro, D. dan Nurhidayat T. 2007. Pembuatan Pupuk Cair. PT Gramedia


Pustaka Utama. Jakarta.

Santi, Soraya. 2008. Kajian Pemanfaatan Limbahn Nilam Untuk Pupuk Cair
Organik Dengan Proses Fermentasi. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 2 No.2

Sundari, Elmi dkk. 2012. Pembuatan Pupuk Organik Cair Menggunakan


Bioaktivator Biosca dan EM 4. Prosiding SNTK TOPI ISSN. 1907-0500

Supartha, Yogi I N dkk. 2012. ‘Aplikasi Jenis Pupuk Organik pada Tanaman Padi
Sistem Pertanian Organik’. Jurnal Agroteknologi Tropika Vol. 1 No. 2
Yuliarti, N. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Lyli Publisher.
Yogyakarta
LAMPIRAN

Gambar 1. Proses pemotongan limbah sayuran

Gambar 2. Memasukkan air cucian beras ke dalam ember


Gambar 3. Memasukkan air gula sebanyak 3 liter

Gambar 4. Memasukkan air sebanyak 3 liter


Gambar 5. Mengaduk air gula merah dan air cucian beras

Gambar 6. Mamasukkan karung yang berisi limbah sayuran kedalam ember


hingga karung tersebut tenggelam

Anda mungkin juga menyukai