Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

VARIETAS HIBRIDA DAN HERITABILITAS

Disusun oleh :
1. Hana Tsalisa Ramadhani (134200219)
2. Elsa Nuraini (134200229)
3. Pramesthi Mahanani (134200230)

Kelompok : 7
Pemuliaan Tanaman PA H

Dosen Pengampu :
Ami Suryawati, Ir. Hj. MP.

Program Studi Agroteknologi


Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul “Varietas Hibrida dan Heritabilitas” ini dapat tersusun sampai dengan
selesai. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pemuliaan Tanaman.
Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan mengenai varietas hibrida dan
heritabilitas pada pemuliaan tanaman kepada mahasiswa.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian penyusunan makalah ini, khususnya kepada :
1. Ibu Ami Suryawati, Ir. Hj. MP. selaku dosen pengampu pada mata kuliah Pemuliaan
Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” yogyakarta.
2. Bapak dan Ibu yang selalu mendoakan, memberikan semangat dan motivasi
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Penulis juga menyadari bahwa sebagai penyusun merasa bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman penulis. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 9 Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i


KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................2
C. Tujuan ..................................................................................................................2
D. Manfaat ................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................4
A. Varietas Hibrida ...................................................................................................4
B. Macam-Macam Pembentukan Varietas Hibrida ..................................................4
C. Langkah-Langkah Pembentukan Varietas Hibrida .............................................6
D. Kelebihan dan Kekurangan Varietas Hibrida ......................................................7
E. Contoh Pembuatan Benih Hibrida pada Jagung ..................................................8
F. Heritabilitas ..........................................................................................................9
G. Nilai Heritabilitas .................................................................................................9
H. Faktor Yang Mempengaruhi Heritabilitas ...........................................................10
I. Penggunaan Heritabilitas pada Pemuliaan Tanaman ...........................................10
BAB III PENUTUP ..................................................................................................11
A. Kesimpulan ..........................................................................................................11
B. Saran ....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan akan bahan pangan dalam negeri meningkat setiap tahunnya seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan
ternak unggas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dan dalam upaya mencapai
swasembada varietas hibrida maka produktivitas harus ditingkatkan dan biaya produksi harus
ditekan seefisien mungkin. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas dengan biaya
rendah yakni penggunaan varietas hibrida (Kementan, 2017). Varietas hibrida merupakan
generasi pertama hasil persilangan antara tetua berupa galur inbrida. Varietas hibrida dapat
dibentuk pada tanaman menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang. Upaya peningkatan
produktivitas sangat dipengaruhi oleh keberhasilan dalam memperbaiki potensi genetik
varietas tanaman sehingga menghasilkan varietas tanaman yang lebih unggul. Menurut
Keputusan Menteri Pertanian dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 menjelaskan
varietas unggul adalah varietas yang telah dilepas oleh pemerintah yang mempunyai
kelebihan dalam potensi hasil dan sifat-sifat lainya. Varietas hibrida adalah generasi F1 yang
diperoleh dari hasil persilangan galur-galur silang dalam (inbreed) yang mampu
meningkatkan produksi (Hayati et al., 2016).
Keragaman genetik plasma nuftah berperan penting dalam program pemuliaan.
Paliwal (2000) menyatakan bahwa faktor terpenting dalam pembentukan hibrida adalah
pemilihan plasma nutfah pembentuk populasi dasar yang akan menentukan tersedianya tetua
unggul. Tetua yang berasal dari plasma nutfah superior dengan karakter agronomi ideal akan
menghasilkan galur yang memiliki daya gabung umum dan daya gabung khusus yang tinggi.
Dalam proses perakitan hibrida dibutuhkan sedikitnya dua populasi yang memiliki latar
belakang plasma nutfah dengan keragaman genetik yang luas, penampilan persilangan
menonjol, dan menunjukkan tingkat heterosis tinggi. Populasi yang digunakan juga harus
memiliki toleransi terhadap cekaman silang dalam (inbreeding stress) dan mampu
menghasilkan galur inbrida berdaya hasil tinggi. Adanya perbedaan frekuensi gen-gen yang
berbeda dari masing-masing inbrida sebagai tetua, berperan penting dalam memperoleh
heterosis yang tinggi. Dalam pembentukan hibrida diutamakan persilangan-persilangan
antara bahan genetik atau populasi yang kontras atau berbeda sumber plasma nutfahnya.
Keragaman tanaman dalam suatu spesies merupakan faktor pendukung utama dalam
keberhasilan program pemuliaan tanaman. Keragaman tanaman dalam suatu populasi
dibedakan menjadi keragaman yang disebabkan faktor genetik dan faktor lingkungan.
Keragaman yang disebabkan oleh faktor genetik dapat diketahui apabila tanaman tersebut
mempunyai penampakan (fenotipe) yang berbeda pada lingkungan yang sama, hal ini
disebabkan interaksi antara faktor genetik dengan faktor lingkungan.

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan varietas hibrida dan apa saja kelebihan dan kekurangannya?
2. Apa saja macam-macam dan langkah-langkah pembentukan varietas hibrida?
3. Apa yang dimaksud dengan heritabilitas dan nilai heritabilitas?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi heritabilitas?
5. Bagaimana penggunaan heritabilitas pada pemuliaan tanaman?

C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari pembentukan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan varietas hibrida serta kelebihan dan
kekurangan dari varietas hibrida.
2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam dan langkah-langkah pembentukan varietas
hibrida.
3. Untuk mengetahui heritabilitas dan nilai heritabilitas.
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi heritabilitas.
5. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan heritabilitas pada pemuliaan tanaman

D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam pembuatan makalah ini yaitu:
1. Menambah wawasan mengenai varietas hibrida serta kelebihan dan kekurangan dari
varietas hibrida.

2
2. Mengetahui macam-macam dan langkah-langkah pembentukan varietas hibrida.
3. Memahami heritabilitas dan nilai heritabilitas.
4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi heritabilitas.
5. Mengetahui bagaimana penggunaan heritabilitas pada pemuliaan tanaman.

3
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Varietas Hibrida
Dalam pertanian, varietas hibrida adalah kultivar yang merupakan keturunan
langsung (generasi F1) dari persilangan selang dua atau lebih populasi suatu spesies yang
berbeda latar balik genetiknya (disebut populasi pemuliaan atau populasi tangkaran).
Varietas hibrida merupakan adalah generasi F1 lebih baik dari suatu persilangan sepasang
tetua atau lebih yang mempunyai sifat unggul. Varietas hibrida adalah F1 yang mempunyai
heterosis. Heterosis atau biasa disebut hybrid vigor dapat diartikan sebagai peningkatan
penampilan fenotipe yang unggul dari suatu hibrida yang melebihi rerata kedua tetuanya
Varietas hibrida dapat terbentuk pada tanaman yang menyerbuk silang maupun menyerbuk
sendiri. Benih varietas hibrida merupakan benih yang dihasilkan secara hati-hati dalam
sekeliling yang terkait yang terkendali. Berbeda dengan benih biasa yang dihasilkan secara
penyerbukan membuka oleh angin maupun serangga sehingga sumber abuk sarinya bisa
datang dari mana saja, termasuk dari luar daerah pertanian. Jika benih hibrida yang
ditumbuhkan petani bersifat fertil dan bisa memproduksi benih, benih yang dihasilkan
tersebut tidak dikategorikan untuk benih hibrida sebab mungkin sudah mengalami apa yang
dikata dengan pencemaran genetika sebab penyerbukan tidak diterapkan pada sekeliling yang
terkait yang terkendali.
Syarat pokok membentuk varietas hibrida yaitu persilangan dapat dilakukan secara
besarbesaran, benih dapat diproduksi dengan biaya yang masih memberi keuntungan, dan
lebih unggul dari varietas tipe lain Syarat populasi pemuliaan untuk dapat digunakan untuk
tetua dalam varietas hibrida adalah homogen dalam penampilan (fenotipe) namun tidak perlu
homozigot. Persilangan untuk penciptaan varietas hibrida dapat terjadi pada pemuliaan
tanaman.

B. Macam-Macam Pembentukan Varietas Hibrida


Macam-macam pembentukan hibrida yang sudah digunakan secara komersial yaitu
hibrida silang tunggal “single cross hybrid”, hibrid silang ganda “double cross hybrid” dan
hibrida silang tiga “three-way cross hybrid”.
1. Hibrida Silang Tunggal “Single Cross Hybrid”
Hibrida silang tunggal ialah hibrida dari persilangan antara dua galur murni yang
tidak berhubungan satu sama lain. Single cross merupakan persilangan antara dua galur
inbred (inbred A X inbred B). Generasi F1 mengandung gen2 unggul dari kedua tetuanya
dalam jumlah paling besar dan sering menghasilkan vigor hibrid. Single cross yang
digunakan dalam menghasilkan kultivar hibrida seperti jagung, sorghum, mentimun,
tomat, dan bawang. Silang tunggal yang superior mendapatkan kembali vigor dan
produktivitas yang hilang saat penyerbukan sendiri serta akan lebih vigor dan produktif
dibandingkan dengan tetuanya. Disamping memiliki hasil yang tinggi, hibrida silang
tunggal lebih seragam dan produksi benihnya relatif lebih mudah dibandingkan dengan
hibrida silang tiga galur dan silang ganda
2. Hibrida Silang Ganda “Double Cross Hybrid”
Hibrida silang ganda ialah progeni hibrida dari persilangan antara dua silang
tunggal. Hibrida silang ganda merpakan persilangan yang melibatkan empat galur inbred
(inbred A X inbred B) X (inbred C X inbred D) Silang ganda melibatkan empat murni
yang tidak berhubungan satu sama lain. Pasangan galur murni disilangkan sehingga
membentuk dua silang tunggal kemudian disilangkan untuk menghasilkan silang ganda.
Hibrida silang ganda yang dihasilkan dari galur murni A, B, C dan D dapat ditulis
sebagai “A X B” X “C x D “.
3. Hibrida Silang Tiga “Three-Way Cross Hybrid”
Hibrida silang tiga ialah hibrida dari persilangan antara silang tunggal dengan satu
galur murni, yang ketiga galur tidak berhubungan sehingga dengan satu galur murni.
Hibrida silang tiga merupakan persilangan yang melibatkan tiga galur inbred (inbred A X
inbred B) X inbred C. Yang ketiga galur murni tidak berhubungan yang sehingga lebih
berbeda secara genetik dan penampilannya lebih beragam. Hibrida silang tiga dilakukan
bila tidak mungkin menemukan dua tetua yang mengandung semua karakter yang
diinginkan, maka diambil tetua ketiga yang mengandung karakter penting. Hibrida silang
tiga yang dihasilkan dari galur murni A, B dan C dapat ditulis sebagai “A X B” X C.

5
C. Langkah-Langkah Pembentukan Varietas Hibrida
Varietas hibrida merupakan generasi pertama “F1” hasil persilangan antara tetua yang
berupa galur inbrida atau varietas bersari bebas yang berbeda genotipe. Hal yang perlu
dilakukan dalam pemuliaan varietas hibrida ialah pembuatan galur inbrida. Yakni galur tetua
yang homozigot yang dalam hal ini melalui silang dalam “inbreeding” pada tanaman
menyerbuk silang. Dalam pembuatan varietas hibrida dua galur yang homozigot disilangkan
dan diperoleh generasi F1 yang heterozigot, yang kemudian ditanam sebagai varietas hibrida.
Terdapat tiga langkah dalam pembentukan varietas hibrida di antaranya yaitu :
1. Membentuk galur inbrida
Secara normal dengan melakukan beberapa generasi silang dalam (inbreeding) pada
species tanaman menyerbuk silang. Inbrida sebagai tetua hibrida memiliki tingkat
homozigositas yang tinggi. Inbrida jagung diperoleh melalui penyerbukan sendiri
(selfing) atau melalui persilangan antarsaudara. Inbrida dapat dibentuk menggunakan
bahan dasar varietas bersari bebas atau hibrida dan inbrida lain. Pembentukan inbrida dari
varietas bersari bebas atau hibrida pada dasarnya melalui seleksi tanaman dan tongkol
selama silang diri. Seleksi dilakukan berdasarkan bentuk tanaman yang baik dan
ketahanan terhadap hama dan penyakit utama
2. Menilai galur inbreed berdasarkan uji daya gabung umum dan daya gabung khusus untuk
menentukan kombinasi-kombinasi varietas hibrida
3. Menyilangkan pasangan galur murni yang tidak berkerabat untuk membentuk varietas
hibrida F1.

D. Kelebihan dan Kekurangan Varietas Hibrida


Keunggulan varietas hibrida disebabkan peristiwa heterosis. Varietas ini merupakan
tanaman F1, sehingga untuk menghasilkan biji selalu harus melalui persilangan. Kelebihan
dari varietas hibrida yaitu sifat heterosis (lebih unggul dibanding kedua tetuanya), sehingga
produknya akan lebih baik dibanding dengan varietas bersari bebas. Varietas hibrida
memiliki kualitas visual seragam, terjamin mutunya, dan umumnya mengandung zat gizi
esensial yang lebih baik dibanding varietas bersari bebas. Varietas hibrida memiliki potensi
hasil yang lebih tinggi. Untuk beberapa jenis benih memiliki umur genjah/lebih cepat panen.
Varietas hibrida juga memiliki produktivitas yang lebih tinggi, sifat-sifat yang lebih unggul,

6
tanaman/buah/tongkol seragam, lebih terjamin kualitasnya, dan lebih tahan lama terhadap
hama dan penyakit.
Secara garis besar peningkatan produktivitas tanaman seperti program varietas unggul
hibrida ini, umumnya merupakan tujuan peningkatan produktivitas berpotensi
menguntungkan secara ekonomi. Bagi petani, peningkatan produktivitas ini diharapkan dapat
menkonpensasi biaya produksi yang telah dikeluarkan. Peningkatan produktivitas (daya hasil
per satuan) diharapkan akan dapat meningkatkan produksi secara nasional.
Program varietas hibrida ini, umumnya dipilih karena telah teruji kualitasnya dan
memiliki daya tumbuh berstandar internasional. Benih hibrida memiliki vigor lebih baik dan
dapat menghasilkan tanaman dengan pertumbuhan dalam waktu panen yang lebih seragam.
Benih hibrida memiliki kemampuan untuk adaptasi luas baik itu dalam hal iklim maupun
kondisi tanah tertentu. Benih yang di proses masih diberikan perlakuan pestisida sehingga
sangat jelas bahwa benih tersebut terlindungi dari hama dan tahan penyakit. Produktivitas
benih hibrida bisa lebih tinggi dibanding benih lokal produktivitas rendah bahkan mencapai
dua kali lipat.
Kekurangan dari varietas hibrida yakni penanaman benih varietas hibrida pada
generasi berikutnya (generasi F2 dan selanjutnya) akan menghasilkan tanaman yang rata-
ratanya tidak unggul lagi, akibat adanya segregasi tanaman F2. Dengan demikian, petani
harus membeli benih baru setiap akan tanam. Harga benih hibrida jauh lebih mahal daripada
benih bersari bebas (open pollinated). Induk betina merupakan galur silang dalam yang
produksinya rendah sehingga harga benih menjadi mahal. Penangkar benih perlu lahan luas
(produksi benih besar), karena sebagian tanah digunakan untuk tanaman jantan ⅓ – ½ area.
Varietas hibruda juga memiliki prosedur yang sulit, biaya yang cukup mahal, harga benih
mahal, waktu produksi benih lama, kebutuhan pupuk tinggi, dan penurunan produktivitas
benih turunan hibrida sangat drastis.

E. Contoh Pembuatan Benih Hibrida pada Jagung


Tanaman jagung mempunyai komposisi genetik yang sangat dinamis karena cara
penyerbukan bunganya menyilang. Shull (1908) yang pertama kali menemukan bahwa
silangan sendiri tanaman jagung mengakibatkan terjadinya depresi inbreeding dan silangan
dua tetua yang homozigot menghasilkan F1 yang sangat vigor. Jones (1918) melanjutkan

7
penelitian tentang adanya gejala lebih vigor tanaman F1 jagung tersebut yang selanjutnya
memanfaatkannya pada bentuk varietas hibrida tanaman jagung. Pemanfaatan varietas jagung
hibrida di Amerika Serikat dimulai pada tahun 1930an, dan sejak awal tahun 1960an seluruh
areal pertanaman jagung di Amerika Serikat telah menggunakan benih hibrida.
Pemulia jagung memulai perakitan jagung hibrida melalui persilangan galur atau
plasmanutfah. Plasmanutfah sendiri memegang peranan yang sangat vital karena berperan
dalam menentukan ketersediaan tetua unggul. Tetua yang berasal dari plasma nutfah superior
dengan karakter agronomi ideal akan menghasilkan galur yang memiliki daya gabung yang
baik (Suwarno, B.W).
Langkah-langkah pembentukan galur unggul pada dasarnya terdiri dari empat tahap,
yaitu :
1. Pembentukan galur-galur murni yang stabil, vigor tinggi.
2. Pengujian daya gabung dan penampilan galur-galur murni tersebut.
3. Penggunaan galur-galur murni terpilih dalam pembentukan hibrida yang lebih produktif.
4. Perbaikan daya hasil serta ketahanan terhadap hama dan penyakit.
Adapun tahapan pembuatan benih jagung hibrida sebagai berikut.
1. Pilih 2 jenis jagung yang masing-masing memiliki sifat unggul. Misal jagung A memiliki
sifat bertongkol 2, kecil, berumur panjang. Jagung B memiliki sifat bertongkol 1, besar,
berumur pendek.
2. Tanam kedua jenis jagung tersebut dengan cara "1 baris jagung B dan 3/ 4/5 baris jagung
A, kemudian 1 baris lagi jagung B dan di ikuti oleh 3/4/5 baris lagi jagung A begitu terus
sampai habis larikan di sawah dan diakhiri oleh baris jagung B. Berikut adalah contoh
perbandingan 1 : 3 ( B A A A B A A A B A A A B ).
3. Jika jagung mulai berbunga, cabutlah bunga atas jagung A sebelum bunga itu mekar
secara keseluruhan, jangan ada sisa dan biarkan bunga atas jagung B.
4. Jika jagung sudah tua dan siap panen, maka panenlah terlebih dahulu jagung B dan beri
wadah khusus, tujuannya agar tidak tercampur. Kemudian jagung A dipanen seperti
biasanya.
5. Rawat dengan baik jagung A dan rontokkan bijinya, benih jagung yang siap ditanam lagi
adalah jagung A yang memiliki sifat bertongkol 2, besar, dan berumur pendek.

8
F. Heritabilitas (Daya Waris)
Heritabilitas adalah adalah rasio keragaman genotip terhadap keragaman fenotip atau
proporsi keragaman teramati yang disebabkan oleh sifat menurun. Heritabilitas adalah
parameter genetik yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu genotipe pada
populasi tanaman dalam mewariskan karakter yang dimilikinya atau merupakan suatu
pendugaan yang mengukur sejauh mana keragaman penampilan suatu genotipe dalam
populasi terutama yang disebabkan oleh peranan faktor genetik. Heritabilitas juga
menentukan kemajuan seleksi. Makin besar nilai heritabilitas, makin besar kemajuan seleksi
yang diraihnya dan makin cepat varietas unggul dilepas. Sebaliknya, makin rendah nilai
heritabilitas arti sempit, makin kecil kemajuan seleksi diperoleh dan semakin lama varietas
unggul baru diperoleh (Effendy et al., 2018).

G. Nilai Heritabilitas
Nilai duga heritabilitas memiliki fungsi diantaranya untuk menentukan keberhasilan
seleksi, karena dapat memberikan petunjuk suatu sifat lebih dipengaruhi oleh faktor genetik
atau faktor lingkungan. Salah satu cara menghitung heritabilitas adalah dengan menggunakan
analisis ragam (anova). Nilai heritabilitas yang diperoleh dengan cara ini merupakan nilai
heritabilitas dalam arti luas. Dalam analisis ragam, kuadrat tengah perlakuan genotipe
merupakan nilai taksiran untuk σ 2𝐺 + σ 2E, sedangkan nilai kuadrat acak adalah taksiran
untuk nilai σ 2 E. Dengan demikian σ 2G dapat diperhitungkan dan nilai heritabilitasnya
dapat ditentukan. Nilai heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa keragaman yang muncul
untuk karakter-karakter tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor genetik dibandingkan dengan
faktor lingkungan. Nilai heritabilitas berkisar antara 0 sampai 1. Nilai heritabilitas semakin
mendekati 1 dinyatakan heritabilitasnya semakin tinggi dan dipengaruhi oleh faktor genetik,
sebaliknya nilai heritabilitas semakin mendekti 0 heritabilitasnya semakin rendah yang
artinya penampilan karakter dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Effendy et al., 2018).
Nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan faktor genetik lebih berperan dalam
mengendalikan suatu sifat dibandingkan dengan faktor lingkungan. Nilai heritabilitas yang
tinggi menunjukkan seleksi dapat dimulai pada generasi awal karena mudah diwariskan.
Seleksi terhadap populasi yang memiliki heritabilitas tinggi lebih efektif dibandingkan
dengan heritabilitas rendah (Kristamtini et al., 2016). Sedangkan nilai heritabilitas yang

9
sedang menunjukan bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan sama berperan atau sama
besar pengaruhnya. Tidak ada yang mendominasi dari masing-masing faktor (Sugianto,
2015).

H. Faktor Yang Mempengaruhi Heritabilitas


Faktor yang mempengaruhi heritabilitas yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.
Nilai heritabilitas suatu karakter nilainya tidak tetap. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang
dapat mempengaruhi nilai heritabilitas, yaitu populasi yang digunakan, metode estimasi,
pautan gen, pelaksanaan percobaan, generasi populasi yang diuji, dan kondisi lingkungan
(Effendy et al., 2018).

I. Penggunaan Heritabilitas pada Pemuliaan Tanaman


1. Untuk mengetahui apakah pada suatu populasi terdapat keragaman genetik atau tidak
2. Populasi dengan h2 tinggi memungkinkan dilakukan seleksi, sebaliknya h2 rendah masih
harus dinilai rendahnya, jika mendekati 0 artinya tidak banyak berarti pekerjaan seleksi
tersebut
3. Sifat kualitatif (h2 tinggi), sifat kuantitatif (h2 rendah).
4. h2 berkaitan dengan keragaman genetik populasi, sehingga analisis ini lebih berarti pada
tanaman menyerbuk silang yang hampir selalu berbeda genotipnya diantara tanaman

10
11

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Varietas hibrida merupakan adalah generasi F1 lebih baik dari suatu persilangan
sepasang tetua atau lebih yang mempunyai sifat unggul. Kelebihan dari varietas hibrida yaitu
sifat heterosis (lebih unggul dibanding kedua tetuanya), sehingga produknya akan lebih baik
dibanding dengan varietas bersari bebas. Kekurangan dari varietas hibrida yakni penanaman
benih varietas hibrida pada generasi berikutnya (generasi F2 dan selanjutnya) akan
menghasilkan tanaman yang rata-ratanya tidak unggul lagi, akibat adanya segregasi tanaman
F2. Macam-macam pembentukan hibrida yang umum digunakan yaitu hibrida silang tunggal
“single cross hybrid”, hibrid silang ganda “double cross hybrid” dan hibrida silang tiga
“three-way cross hybrid”.
Heritabilitas adalah parameter genetik yang digunakan untuk mengukur kemampuan
suatu genotipe pada populasi tanaman dalam mewariskan karakter yang dimilikinya atau
merupakan suatu pendugaan yang mengukur sejauh mana keragaman penampilan suatu
genotipe dalam populasi terutama yang disebabkan oleh peranan faktor genetik. Nilai duga
heritabilitas memiliki fungsi diantaranya untuk menentukan keberhasilan seleksi, karena
dapat memberikan petunjuk suatu sifat lebih dipengaruhi oleh faktor genetik atau faktor
lingkungan. Faktor yang mempengaruhi heritabilitas yaitu faktor genetik dan faktor
lingkungan. Penggunaan heritabilitas pada pemuliaan tanaman yaitu untuk mengetahui
apakah pada suatu populasi terdapat keragaman genetik atau tidak. Populasi dengan h2 tinggi
memungkinkan dilakukan seleksi, sebaliknya h2 rendah masih harus dinilai rendahnya, jika
mendekati 0 artinya tidak banyak berarti pekerjaan seleksi tersebut.

B. Saran
Adapun beberapa saran yang dapat bermanfaat sebagi acuan. Saran dari penulis yaitu
memanfaatkan varietas hibrida dalam meningkatkan produktivitas. Dalam upaya mencapai
swasembada varietas hibrida maka produktivitas harus ditingkatkan dan biaya produksi harus
ditekan seefisien mungkin. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas dengan biaya
rendah yakni penggunaan varietas hibrida.
DAFTAR PUSTAKA

Dewanti,D.2014. Penggunaan Mandul Jantan (Male Sterility) dalam Perakitan Padi Hibrida.
Makalah Seminar Umum. Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Firohmatillah A.R., Rita,N. 2012. Pengembangan Padi Varietas Unggul Hibrida. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. 13(1) :29-45.

Hayati P.K., Sutoyo, T. G. Prasetyo. 2016. Penampilan Jagung Hibrida Hasil Silang Tunggal
Dari Berbagai Kombinasi Persilangan Galur Inbrida. Prosiding Seminar Nasional
Masyarakat Biodiversitas Indonesia. 2(2): 165-166.

Kristamtini, Sutarno, Wiranti, E.W., Widyayanti, S. 2016. Kemajuan Genetik dan Heritabilitas
Karakter Agronomi Padi Beras Hitam pada Populasi F2. Jurnal Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan. 35(2): 119-124.

M,A.T.,Sri, S.,Made,J.M. Pembentukan Varietas Jagung Hibrida. Balai Penelitian Tanaman


Serealia. Maros.

Sugianto, Nurbaiti, Deviona. 2015. Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Karakter Agronomis
Beberapa Genotipe Sorgum Manis (Sorghum bicolor L. Moench) Koleksi Batan. Jurnal
Jom Faperta. 2(1).

Suwardi.2009.Teknologi Produksi dan Pasca Panen Benih Unggul Jagung Hibrida. Posiding
Seminar Nasional Seralia.Vol.7(2):307-312.

Suwarno,B.W. Perakitan Varietas Jagung Hibrida.Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Syaiful, S.A., Nadira, S.S., Maryam,Y.2012. Pertumbuhan dan Produksi Padi Hibrida pada
Pemberian Pupuk Hayati dan Jumlah Bibit Perlubang Tanam. Jurnal Agrivigor.
Vol.11(2):202-213

Tanty, H. 2011. Evaluasi Daya Gabung Persilangan Jagung dengan Metode Diallel. Jurnal
ComTech. 2(2): 1099-1106.

Anda mungkin juga menyukai