Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria)

Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Yanisworo W. R., M.Si

Disusun oleh :
1. Imam Sugiri Agung Saputra 134200109
2. Amanda Kurniawati Cahyaningtyas 134200114

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul PGPR (Plant
Growth Promoting Rhizobacteria) dengan tepat waktu. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing kita ke jalan yang lurus dan kita nanti-nantikan syafaatnya kelak.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ibu Dr. Ir. Yanisworo W. R., M.Si
pada mata kuliah Bioteknologi Pertanian di Fakultas Pertanian UPN “Veteran”
Yogyakarta. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Yanisworo W.
R., M.Si selaku dosen pengampu. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
D. Manfaat ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
A. Pengertian PGPR ......................................................................................... 3
B. Macam-Macam PGPR ................................................................................. 4
C. Mekanisme PGPR ........................................................................................ 6
D. Peran PGPR Pada Tanaman ........................................................................ 9
E. Manfaat PGPR ............................................................................................. 11
F. Pembuatan PGPR ......................................................................................... 11
G. Pengaplikasian PGPR .................................................................................. 12
H. Kelebihan dan Kekurangan PGPR ............................................................... 14
BAB III KESIMPULAN ................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan kegiatan agroindustri selain meningkatkan produksi pertanian
juga menghasilkan limbah dari kegiatan tersebut. Konsep penggunaan pestisida
yang telah diterapkan pada pertanian modern, telah menimbulkan berbagai efek
samping seperti pencemaran lingkungan di pabrik-pabrik penghasil pestisida
maupun di lahan-lahan pertanian yang menggunakan pestisida tersebut. Apabila
masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat
menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, dan
CAIDS (Chemically Acquired Deficiency Syndrom) (Sa’id, 1994).
Adanya dampak negatif dari pestisida maka dibutuhkan teknologi alternatif
untuk meningkatkan produksi pertanian yang lebih aman. Teknologi yang
memungkinkan untuk dikembangkan dan relatif aman adalah pemanfaatan
Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). Berbagai penemuan akan
manfaat Plant Growth Promoting Rhizibacteria (PGPR) untuk pertanian telah
dilaporkan oleh banyak peneliti di dunia. Antusiasme untuk mengkomersialkan
rhizobacteria sebagai teknologi alternatif yang menjanjikan terutama dipicu
untuk mengembangkan pertanian ramah lingkungan dengan mengurangi
penggunaan input sintetik agrokimia (pupuk dan pestisida). Hasil ini
menyarankan bahwa penerapan PGPR bisa merangsang pertumbuhan tanaman
dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap jamur patogen.
PGPR dapat menjadi salah satu solusi ketergantungan terhadap produk
pupuk kimia sintetis, sehingga dapat menjaga pertumbuhan pertanian secara
berkesinambungan dan mendukung visi secara global mengenai pembangunan,
perlindungan dan pelestarian lingkungan yang sudah terlanjur rusak oleh
aplikasi pupuk kimia sintetis. Riset ilmiah yang melibatkan berbagai disiplin
ilmu terus menerus dilakukan untuk lebih memahami penerapan PGPR, efek
terhadap fisiologi dan pertumbuhan tanaman, mekanisme PGPR dalam
menginduksi dan membantu sistem ketahanan tanaman terhadap penyakit,

1
2

fungsi PGPR sebagai biokontrol terhadap pathogen yang merugikan tanaman,


sebagai pupuk organik, dan menjadi alternatif alami untuk peningkatan
produksi, pembentukan koloni rizosfera pada akar tanaman dan masih banyak
lagi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan PGPR?
2. Apa saja macam-macam dari PGPR?
3. Bagaimana mekanisme PGPR pada tanaman?
4. Bagaimana peran PGPR pada tanaman?
5. Apa saja manfaat PGPR?
6. Bagaimana cara pembuatan PGPR?
7. Bagaimana cara pengaplikasian PGPR?
8. Bagaimana kelebihan dan kekurangan PGPR?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari PGPR
2. Mengetahui macam-macam dari PGPR
3. Mengetahui mekanisme PGPR pada tanaman
4. Mengetahui peran PGPR pada tanaman
5. Mengetahui manfaat PGPR
6. Mengetahui cara pembuatan PGPR
7. Mengetahui cara pengaplikasian PGPR
8. Mengetahui kelebihan dan kekurangan PGPR

D. Manfaat
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca mengenai
agensia hayati Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria)

PGPR adalah sejenis bakteri menguntungkan yang hidup di sekitar


perakaran tanaman. Bakteri tersebut hidupnya secara berkoloni menyelimuti
akar tanaman. PGPR hidup dan berkembang dengan baik pada tanah yang kaya
akan kandungan bahan organik. Keberadaan mikroorganisme ini akan sangat
baik bagi tanaman. Bakteri ini memberi keuntungan dalam proses fisiologi
tanaman dan pertumbuhannya. PGPR adalah kelompok bakteri yang
menguntungkan yang agresif menduduki (mengkolonisasi) rizosfir (bagian
perakaran). Aktivitas PGPR menguntungkan bagi tanaman baik langsung
maupun secara tidak langsung. Pengaruh langsung PGPR didasarkan atas
kemampuannya menyediakan dan memobilisasi atau memfasilitasi penyerapan
berbagai unsur hara dalam tanah serta mensintesis dan mengubah konsentrasi
fithothormon pemacu tumbuh, sedangkan tidak langsungnya berkaitan dengan
kemampuan menekan aktivitas patogen dengan menghasilkan berbagai
senyawa atau metabolit seperti antibiotik.
Sejumlah bakteri penyedia hara yang hidup pada rhizosfer akar
(rhizobakteri) disebut sebagai PGPR. Kelompok ini mempunyai peranan ganda
disamping menambah N2, menghasilkan hormon tumbuh (seperti IAA,
giberelin, sitokinin, etilen, dan lain-lain, menekan penyakit tanaman asal tanah
dengan glukanase, kitinase, sianida memproduksi siderofor, serta melarutkan P
dan hara lainnya (Cattelan et al., 1999). Plant Growth Promoting Rhizobacteria
(PGPR) pertama kali diteliti oleh Kloepper dan Scroth (1982) untuk

3
4

menggambarkan bakteri tanah yang mendiami daerah perakaran tanaman yang


diinokulasikan ke dalam benih dan ternyata meningkatkan pertumbuhan
tanaman. Sejak pertama kali diperkenalkan oleh Kloepper dan Scroth (1982),
PGPR mengalami perkembangan yang sangat cepat, terutama pada beberapa
tahun terakhir. PGPR berada disekitar akar, dimana akar merupakan sumber
kehidupan, disana terjadi pertukaran udara, unsur hara, dekomposisi dan lain-
lain.

B. Macam-Macam PGPR
Plant Growth Promoting Rhizobacteria diklasifikasikan dalam dua jenis
yaitu PGPR ekstraseluler (ePGPR) dan PGPR intraseluler (iPGPR). ePGPR
terletak di rhizosfer, Rhizoplane maupun terletak diantara sel-sel korteks akar,
sedangkan iPGPR secara umum terletak di dalam nodul sel-sel akar tanaman.
Golongan bakteri yang termasuk ke dalam ePGPR adalah bakteri yang berasal
dari genus Agrobacterium, Arthrobacter, Azotobacter, Azospirillum, Bacillus,
Burkholderia, Caulobacter, Chromobacterium, Pseudomonas, Erwinia,
Serratia, Micrococcous, Flavobacterium. Golongan bakteri yang termasuk ke
dalam iPGPR adalah bakteri yang berasal dari famili Rhizobiaceae termasuk
Allorhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium dan Rhizobium, spesies
bakteri endofit dan Frankia yang keduanya dapat secara simbiotik menyediakan
nitrogen dari atmosfer pada tanaman tingkat tinggi (Harvianti, 2019).
Bakteri-bakteri yang terkandung didalam PGPR (Plant Growth Promoting
Rhizobacteria) :
1. Bacillus sp
Bacillus sp dapat menghasilkan fitohormon yang berpotensi untuk
mengembangkan system pertanian berkelanjutan. Fitohormon yang
dihasilkan bakteri tanah ini dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung fitohormon
dari bakteri menghambat aktivitas pathogen pada tanaman, sedangkan
pengaruh secara langsung fitohormon tersebut adalah meningkatkan
petumbuhan tanaman dan dapat bertindak sebagai fasilitator dalam
5

penyerapan beberapa unsur hara dari lingkungan (Greenlite, 2009) dalam


(Gerbang Pertanian, 2013).
2. Rhizobium
Rhizobium merupakan basil gram negatif yang biasa menghuni didalam
tanah. Bakteri ini bersifat aerob, bentuk batang berwarna putih, berbentuk
sirkular, merupakan penambat nitrogen didalam tanah dan berasosiasi
simboitik dengan sel akar legume. Bakteri rhizobium disebut juga bakteri
nitrogen, karena kemampuanya mengikat nitrogen diudara dan mengubah
senyawa yang dapat diserap oleh tumbuhan (Budiyanto, 2013).
3. Pseudomonas
Pseudomonas merupakan bakteri dengan kemampuan mampu untuk
melindungi akar dari infeksi patogen tanah dengan cara mengkolonisasi
permukaan akar, menghasilkan senyawa kimia seperti antijamur dan
antibiotik serta kompetisi dalam penyerapan kation Fe (Supriadi, 2006).
Bakteri ini juga menghasilkan fitohormon dalam jumlah yang besar
khususnya IAA untuk merangsang pertumbuhan dan pemanjangan batang
pada tanaman (Rao, 1994). Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa
Pseudomonas flourescens dapat mengendalikan : penyakit layu fusarium
pada tanaman pisang, penyakit virus kuning pada tanaman cabai penyakit
layu bakteri (Ralstonia solanacearum) pada tanaman kacang tanah
(Suryadi, 2009).
6

C. Mekanisme PGPR

PGPR mempengaruhi tanaman secara langsung maupun tidak langsung.


Bakteri pemacu tumbuh secara langsung menambat nitrogen, melarutkan fosfat,
menghasilkan fitohormon, dan menghasilkan siderofor.
1. Menambat Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur penting. Atmosfer mengandung 78% N2,
namun tanaman tidak dapat menggunakannya secara langsung. Bakteri
penambat N2 akan merubahnya menjadi NH4+ yang dibebaskan ke tanah,
atau diberikan ke tanaman. PGPR mampu mengikat N bebas karena adanya
enzim nitrogenase yang mereduksi N2 di udara menjadi bentuk yang
tersedia bagi tanaman. Tanaman memerlukan kelompok-kelompok PGPR
yang mempunyai kemampuan untuk membantu proses pengambilan N
bebas agar dapat memenuhi kebutuhan unsur hara N pada tanaman, baik
yang bersimbiosis secara langsung dengan tanaman maupun yang non-
simbiotik.
Rhizobium adalah bakteri simbiotik yang mampu menyediakan hara
bagi tanaman dengan bersimbiosis dan mengkolonisasi akar tanaman
legum. Apabila bersimbiosis dengan tanaman legum, kelompok bakteri ini
akan menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar. Rhizobium
hanya dapat memfiksasi N bebas bila berada di dalam bintil akar dari
tanaman legum. Peranan Rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman
khususnya berkaitan dengan ketersediaan N bagi tanaman inangnya (Sari &
Prayudyaningsih, 2015). Selain Rhizobium terdapat bakteri simbiotik lain
yang mampu memfiksasi N yakni Bradhyrhizobium, Mesorhizobium,
7

Sinorhizobium, dan Frankia (Shailendra Singh, 2015). Contoh lain dari


bakteri yang dapat menambat nitrigen: Rhizobium, Azotobacter, Nostoc,
dan Azospirillum. Azospirillum, gen pengikat N2 merupakan kelompok
PGPR yang penting, karena perlakuan dengan hampir semua strain dan
spesies genus ini secara positif mempengaruhi biomassa dan luas
permukaan akar.
2. Melarutkan Fosfat
Pupuk anorganik diberikan karena ketersediaan P dalam tanah sangat
rendah, yaitu kurang dari 0,01% dari total P, tetapi pemberian dosis pupuk
yang tinggi tidak sejalan dengan ketersediaan P dalam tanah karena
sebagian P dalam bentuk yang tidak terlarut sehingga menyebabkan
penggunaan pupuk P menjadi tidak efisien. 3/4 pupuk fosfat yang
diaplikasikan pada tanah diendapkan menjadi bentuk yang tidak larut
sehingga meningkatkan kebutuhan P tanaman. Tanaman menyerap P dalam
bentuk HPO4- atau H2PO4
PGPR diketahui mampu melarutkan fosfat dengan mekanisme
pembentukan khelat dan produksi asam-asam organik seperti asam format,
asetat, propionat, laktat, glikolat, fumarat dan suksinat. dan enzim fosfatase
untuk mengubah fosfat yang tidak larut menjadi ion H2PO4- dan HPO42-.
Beberapa bakteri bisa melarutkan fosfat mineral menjadi bentuk terlarut,
karena bakteri tersebut menghasilkan asam organic Asam bertindak sebagai
pengkhelat/perangkap dari kation (Al, Fe, Ca) yg semula menjerap P
(Suliasih et al., 2010).
3. Menghasilkan Fitohormon
PGPR mempu memproduksi fitohormon yang dapat menginduksi
pertumbuhan. Peningkatan pertumbuhan tanaman dapat terjadi ketika suatu
rizobakterium memproduksi metabolit yang berperan sebagai fitohormon
yang secara langsung meningkatkan pertumbuhan tanaman. Metabolit yang
dihasilkan selain berupa fitohormon, juga antibiotik, siderofor, sianida, dan
sebagainya. Fitohormon atau hormon tumbuh yang diproduksi dapat berupa
auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan asam absisat (Iswati, 2012).
8

4. Menghasilkan Siderofor
Zat besi merupakan mikronutrien esensial tanaman karena berfungsi
sebagai kofaktor banyak enzim. Sebagian besar besi dalam tanah adalah
dalam bentuk besi hidroksida yang sangat tidak larut, sehingga besi
merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan tanaman, bahkan di tanah
yang kaya zat besi. Ketersediaan besi dalam larutan tanah adalah 10-18M,
konsentrasi yang bahkan tidak dapat menopang pertumbuhan mikroba.
Beberapa mikroorganisme tanah dapat menghasilkan siderofor. Siderofore
adalah senyawa organic yang mempunyai kemampuan tinggi dalam
mengikat Fe dengan afinitas yang tinggi. Pengikatan tersebut
mengakibatkan Fe menjadi terlarut dan dapat diserap tanaman. Contoh
bakteri yang dapat mengikat Fe, yaitu Bacillus, Enterobacter, Pseudomonas,
dan lain-lain
Mekanisme PGPR secara tidak langsung, yaitu dapat menghasilkan enzim
litik, menghasilkan antibiotik, menginduksi sistem imun tanaman, dan
menghasilkan eksopolisakarida.
1. Menghasilkan Enzim Litik
PGPR menghasilkan enzim seperti enzim kitinase, dehydrogenase, lipase,
fosfatase, protease, dan lain-lain yang mendegradasi dinding sel jamur.
Kitinase merupakan salah satu diantara enzim hidrolitik yang paling penting
karena chitin, polimer linier β- (1,4) -N-acetylglucosamine adalah
konstituen dinding sel utama pada sebagian besar jamur fitopatogenik
seperti Botrytis, Sclerotium, Fusarium dan lain-lain. Kitinase menghambat
pertumbuhan fungi yang bersifat pathogen. Kitinase murni dari Bacillus
subtilis AF 1, Serratia marcescens dan S. plymuthica sangat “antijamur”.
2. Menghasilkan Antibiotik
Bakteri pemacu tumbuh secara tidak langsung dapat menghambat patogen
melalui sintesis senyawa antibiotik, sebagai kontrol biologis. Beberapa jenis
endofitik bersimbiosis mutualistik dengan tanaman inangnya dalam
meningkatkan ketahanannya terhadap serangga hama melalui produksi
toksin, di samping senyawa anti mikroba seperti fungi Pestalotiopsis
9

microspora, dan Taxus walkchiana yang memproduksi taxol zat antikanker


(Aditya et al., 2013).
3. Menginduksi Sistem Imun Tanaman
Beberapa strain rhizobacter mengaktifkan respon pertahanan tanaman
terhadap spektrum luas patogen tanaman yang disebut dengan resistensi
sistemik terinduksi (ISR = induced systemic resistance). PGPR memicu
respon pertahanan host melalui dua jalur persinyalan yang berbeda: asam
salisilat (SA) dependen dan independen. Jalur kedua melibatkan asam
jasmonat (JA) dan etilena untuk memicu respons pertahanan.
4. Menghasilkan Eksopolisakarida.
Inokulan PGPR yang akan diaplikasikan pada lahan kering harus memiliki
toleransi terhadap kadar air yang rendah agar dapat bertahan ketika
diaplikasikan. Toleransi terhadap cekaman kekeringan salah satunya
dicirikan oleh produksi eksopolisakarida (EPS) sebagai respons terhadap
faktor stres biotik dan abiotik untuk beradaptasi dengan lingkungan yang
ekstrim (Donot et al. 2011). Eksopolisakarida adalah komponen struktural
dari matriks ekstraseluler pada biofilm yang disintesis oleh sel sebagai
respon cekaman fisiologis (Marvasi et al. 2010). Polisakarida yang
dihasilkan oleh mikroorganisme dapat digolongkan menjadi
homopolisakarida dan heteropolisakarida.Homopolisakar ida mengandung
satu jenis monosakarida sedangkan heteropolisakarida mengandung
beberapa jenis monosakarida. Struktur primer dari EPS ini ditentukan oleh
gula yang menyusunnya. Homopolisakarida terdiri atas levan, pullulan dan
curdlan (Putrie, 2016).

D. Peran PGPR
Menurut Millan (2007), mekanisme peran mikroba PGPR dalam
meningkatkan keragaan (perfomance) kesehatan tanaman terjadi melalui
mekanisme sebagai berikut :
1. Menekan perkembangan penyakit dan hama (bioprotectant)
10

PGPR mampu berperan dalam melindungi tanaman dari serangan


organisme pengganggu tanaman (OPT), hama atau patogen tanaman.
Mekanisme perlindungannya dapat bersifat langsung yaitu dengan
menghasilkan senyawa anti-mikroba (antibiotik) atau enzim litik yang
menghancurkan sel patogen, atau tidak langsung dengan mengaktifkan
tanaman untuk memproduksi senyawa pertahanan (induksi ketahanan).
Perlu diketahui juga, meskipun PGPR hidupnya berada di sekitar perakaran
tanaman, karena kemampuannya menginduksi ketahanan, efek
perlindungan oleh PGPR tertentu tersebut juga dapat ke bagian tanaman di
atas permukaan tanaman.
2. Memproduksi fitohormon (biostimulant)
Spesies atau strain tertentu PGPR dapat memproduksi salah satu atau
beberapa zat pengatur tumbuh diantaranya IAA, sitokinin, giberelin, dan
senyawa anti-etilen. Salah satu hormon yang banyak diproduksi oleh PGPR
adalah IAA yang dapat meningkatkan pertumbuhan akar. Pertumbuhan akar
yang baik maka tanaman akan lebih baik dalam menyerap unsur hara dan
air sehingga pertumbuhan akan lebih bugar. Senyawa anti-etilen dapat
menyebabkan tanaman lebih awet kebugarannya dan menunda penuaan.
3. Meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman (biofertilizer)
PGPR dapat berperan sebagai biofertilizer (pupuk hayati) karena
kemampuannya untuk mentransformasi sumber nutrien (hara) yang ada di
alam atau pupuk sintetik yang diaplikasikan menjadi mudah tersedia dan
terserap oleh perakaran tanaman melalui enzim atau senyawa lainnya yang
dihasilkan oleh bakteri tersebut. Beberapa kemampuan PGPR sebagai
pupuk hayati diantaranya: memfiksasi N dan melarutkan fosfat (P) sehingga
tersedia bagi tanaman. Beberapa PGPR mampu menghasilkan senyawa
siderofor yang dapat mengikat unsur besi (Fe3+) ketika jumlahnya terbatas
(misal karena pH >7) dan dialihkan ke tanaman. Karena kemampuan
menghasilkan siderofor tersebut, PGPR juga akan menghambat
perkembangan mikroba patogenik tanaman yang juga memerlukan unsur
besi (Fe3+).
11

E. Manfaat PGPR
Bakteri pemacu pertumbuhan tanaman atau Plant Growth Promoting
Rhizobacteria (PGPR) adalah bakteri yang mengkoloni perakaran tanaman dan
bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Bakteri ini hidup dan berkembang
dengan memanfaatkan eksudat yang dikeluarkan oleh perakaran tanaman.
apabila di lahan sedang tidak ada tanaman, bakteri ini mampu memanfaatkan
bahan-bahan organik yang berada di dalam tanah untuk bertahan hidup. PGPR
dapat memiliki satu atau lebih peran tergantung dari spesies dan strainya.
Berikut manfaat PGPR bagi tanaman :
1. Menghasilkan fitohormon, diantaranya indole acetic acid (IAA), sitokinin,
giberelin, dan senyawa penghambat produksi etilen.
2. Sebagai pupuk hayati, PGPR dapat membuat unsur hara yang ada di dalam
tanah mudah diserap oleh tanaman melalui proses mineralisasi dan
transformasi. Sebagai contoh, PGPR dapat melarutkan fosfat dan
meningkatkan kemampuan pengambilan unsur besi (Fe3+) oleh tanaman.
3. Sebagai bioprotektan, yaitu kemampuan untuk mengendalikan hama dan
penyakit dengan cara menghasilkan antibiotik dan menginduksi tanaman
untuk memproduksi senyawa ketahanan dalam jumlah yang cukup untuk
menjaga kesehatan tanaman.

F. Cara Membuat PGPR


Bahan sumber bakteri:
Cara pembuatan PGPR dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Memperoleh bakteri dari perakaran rumput gajah yang sehat atau serasah
disekitar rumpun bambu atau akar tanaman legume.
2. Membersihkan tanah di perakaran.
3. Memotong akar rendam dalam air yang bersih (isi ulang) 1-2 liter selama 2
- 4 hari.
4. Menggunakan hasil rendaman setelah 2-4 hari sebagai sumber bakteri, yang
ditandai dengan air nya menjadi keruh dan berbau masam / busuk.
5. Penyiapan media tumbuh bakteri.
12

Peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan PGPR adalah sebagai
berikut:
Alat Pembuatan PGPR Bahan Pembuatan PGPR
1. Jerigen, yang berkapasitas 20 liter 1. Sumber bakteri
2. Saringan 2. Aquades 20 liter
3. Kompor 3. Gula 200 gram
4. Pengaduk 4. Bekatul 0,5- 1 kg atau 1-2 liter
5. Corong air leri (cucian beras)
6. Bak 5. Terasi 100 gram
7. Panci 6. Kapur injet 1 sendok makan
8. Gayung
Langkah-Langkah Pembuatan PGPR
1. Memasukkan bahan-bahan diatas satu persatu aduk hingga merata.
2. Merebus adonan bahan nutrisi tersebut sampai mendidih tunggu selama 15-
20 menit dari mulai mendidih lalu diangkat dari atas kompor/tungku.
3. Mendiamkan adonan tersebut sampai dingin (tunggu sampai temperatur
adonan sama dengan temperature udara luar).
4. Memeras adonan dengan kain sehingga menjadi larutan kental kemudian
dicampur dengan suspense biang bakteri/sumber bakteri sebanyak 1-2 liter.
5. Memasukkan campuran larutan tersebut kedalam jerigen/wadah tertutup.
6. Melakukan pengadukan setiap hari (dapat menggunakan aerator selama 5-7
hari).
7. Larutan siap digunakan.

G. Pengaplikasian PGPR
Secara umum pengaplikasian PGPR dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
1. Perlakuan awal dengan cara merendam benih atau bibit dalam larutan
bakteri PGPR selama 10 menit - 8 jam, tergantung ketebalan kulit benih atau
tingkat kekerasan benih.
13

2. Perlakuan susulan melalui penyiraman suspensi bakteri disekitar perakaran.


Waktu pengaplikasianya sangat tergantung jenis tanaman dan umur
tanaman yang dibudidayakan.

1. PGPR untuk perlakuan benih.


a. Benih yang dibeli dari toko dan diduga mengandung pestisida cuci dulu
sampai bersih hingga 3 – 4 kali.
b. Merendam benih dalam larutan PGPR dengan konsentrasi 10 ml per liter
air selama 10 menit hingga 8 jam tergantung jenis benihnya, kemudian
mengering anginkan di tempat yang teduh sebelum dilakukan
penanaman.
2. PGPR untuk perlakuan bibit.
Jika untuk perlakuan bibit dan stek atau biakan vegetatif lain tinggal
direndam beberapa saat saja lalu langsung ditanam. Konsentrasi yang
diperlukan adalah 10 ml per liter air.
3. PGPR untuk perlakuan pada tanaman.
Buat PGPR dengan konsentrasi 5 ml per liter air.
Untuk aplikasi pada tanaman semusim (cabe, terong, timun dll) siramkan 1
– 2 gelas aqua larutan tadi ke daerah perakaran. Jika untuk tanaman tahunan
jumlah larutan yang digunakan dapat diperkirakan sendiri sesuai dengan
umur dan jenis tanaman, sebagai ukuran adalah siram daerah perakaran
sampai basah. Pengaplikasian pada tanaman dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a. Untuk tanaman padi PGPR diberikan sebanyak 12 ml/liter pada 3 hari
sebelum tanam, 15 hst, 30 hst dan 45 hst dengan cara disemprotkan
dengan volume semprot rendah (boros/tidak berkabut).
b. Untuk tanam hortikultura dilakukan dengan mengocorkan PGPR
sebanyak 12 ml/l air setiap 7 - 10 hari sekali.
c. Untuk tanam keras dilakukan dengan mengocorkan PGPR sebanyak 17
ml/l air setiap 1 bulan sekali.
14

d. Aplikasi dianjurkan pada sore hari setelah pukul 15.00 WIB atau pada
pagi hari sebelum pukul 09.00 WIB.

H. Kelebihan dan Kekurangan PGPR


Perkembangan suatu sistem budidaya tentu menmiliki kelebihan dan kekurangan jika
dibandingan system non-organik (Fiqhi Ardiansyah, 2013).
Kelebihan PGPR
Aplikasi PGPR mampu mengurangi kejadian dan keparahan penyakit.
Beberapa bakteri PGPR yang diinokulasikan pada benih sebelum tanam dapat
memberi pertahanan pada tudung akar tanaman. Hal inilah yang membuat
bakteri PGPR mampu mengurangi keparahan dari penyakit dumping-off
(Pythium ultimatum) di tanaman. Beberapa bakteri PGPR mampu memproduksi
racun bagi patogen tanaman, misalnya bakteri Bacillus subtilis mampu
melawan cendawan patogen.
1. Menambah fiksasi nitrogen di tanaman kacang – kacangan
2. Memacu pertumbuhan bakteri fiksasi nitrogen bebas
3. Meningkatkan ketersediaan nutrisi lain seperti phospat, belerang, besi dan
tembaga
4. Memproduksi hormon tanaman
5. Menambah bakteri dan cendawan yang menguntungkan
6. Mengontrol hama dan penyakit tumbuha

Kekurangan PGPR
Ada beberapa kekurangan dalam produksi PGPR ini diantaranya :
1. Kekonsistenan pengaruh bakteri PGPR di laboratorium dengan di lapangan
kadang – kadang berbeda.
2. Bakteri ini harus dapat diperbanyak dan diproduksi dalam bentuk yang
optimum baik vialibilas maupun biologinya selama diaplikasikan di
lapangan. Beberapa bakteri PGPR harus dilakukan reinokulasi
setelah diaplikasikan di lapangan seperti Rhizobia.
15

3. Tantangan lainnya berkaitan dengan regulasi / kebijakan suatu negara. Di


beberapa negara kontrol terhadap produksi agens antagonis ini sangat ketat.
Walaupun produk tersebut tidak berefek negatif pada manusia.
BAB III
KESIMPULAN

Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) merupakan salah satu


kelompok mikroba bermanfaat (beneficial microbes) yang hidup di ekosistem
perakaran tanaman. Bakteri tersebut hidup di sekitar perakaran, baik di permukaan
akar maupun tanah yang masih terpengaruh oleh aktivitas akar tumbuhan, dengan
memanfaatkan eksudat yang dikeluarkan oleh tumbuhan. Mekanisme PGPR terbagi
menjadi secara langsung dan secara tidak langsung. PGPR memiliki 3 peran dalam
pertumbuhan tanaman, yaitu sebagai: Bio-fertilzer, Bio-stimulant dan Bio-
protectant. Manfaat PGPR pada tanaman, yaitu menghasilkan fitohormon, sebagai
pupuk hayati, dan sebagai bioprotektan.
Kelebihan dari PGPR, yaitu memacu pertumbuhan bakteri fiksasi nitrogen
bebas; meningkatkan ketersediaan nutrisi lain seperti phospat, belerang, besi dan
tembaga; memproduksi hormon tanaman; menambah bakteri dan cendawan yang
menguntungkan; serta mengontrol hama dan penyakit tumbuhan. Kelemahan dari
PGPR, yaitu kekonsistenan pengaruh bakteri PGPR di laboratorium dengan di
lapangan kadang – kadang berbeda. Bakteri ini harus dapat diperbanyak dan
diproduksi dalam bentuk yang optimum baik vialibilas maupun biologinya selama
diaplikasikan di lapangan. Di beberapa negara kontrol terhadap produksi agens
antagonis ini sangat ketat. Walaupun produk tersebut tidak berefek negatif pada
manusia.

16
DAFTAR PUSTAKA

Aditya P. T., A. Dwi, dan H. Eko. 2013. Pengaruh PGPR (Plant Growth Promoting
Rhizobacteria), Kapur, dan Kompos pada tanaman Kedelai di Ultisol
Cibinong, Bogor. Jurnal Tanah dan sumber Daya Lahan 5 (1): 24-32.

Cattelan AJ, Hartel PG & Fuhrmann JJ. 1999. Screening for plant growth-
promoting rhizobacteria to promote early soybean growth. Soil Sci. Soc.
Am. J. 63: 1670–1680.

Harvianti, Y. 2019. Pengendalian Penyakit Hawar Pelepah Padi akibat


Rhizocotonia solani dengan Penggunaan Bakteri Rhizosfer. Prosiding
Seminar Nasional Biodiversitas Indonesia, 5 (1): 54-60.

Iswati, Rida. 2012. Pengaruh Dosis Formula PGPR Asal Perakaran Bambu terhadap
Pertumbuhan Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum L.). Jatt, 1 (1) 9-12.

Millan, M. S. 2007. Promoting Growth with PGPR. The Canadian Organic


Grower, 32-34.

Kloepper, J. W. dan M. N. Schroth. 1982. Plant Growth-Promoting Rhizobacteria


Onradish 879-882 Proc. 4th into Conf. Plant Pathogenic Bact. Gibert
Clarey,Tours, Franco.

Putrie, R. F. W. 2016. Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) Penghasil


Eksopolisakarida Sebagai Inokulan Area Pertanian Lahan Kering. Pusat
Penelitian Bioteknologi LIPI, 7 (1): 35-41.

Sa’id, E. G. 1994. Dampak Negatif Pestisida, Sebuah Catatan bagi Kita Semua.
Jurnal Agrotek 2 (1): 71-72.

Supriadi. 2006. Analisis Resiko Agen Hayati untuk Pengendalian Patogen


Tanaman. J. Litbang Pertanian, 25 (3): 75-80.

17

Anda mungkin juga menyukai