Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

" APLIKASI BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG PERTANIAN DAN


KEHUTANAN DALAM SKALA KECIL "

Dosen Pengampu :
Dr. Mhd. Rafi’i Ma’arif Tarigan M,Pd

Diajukan untuk memenuhi tugas pada Mata kuliah


Bioteknologi

Disusun Oleh : Kelompok 2

1. Dita Khairanti (0310203093)

2. Kana Furkonah Pasaribu (0310203029)


3. Mhd. Arya (0310202091)
4. Siti Nur Annisa Boang Manalu (0310202006)

5. Yara Maulina Nasution (0310203060)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai "Aplikasi Bioteknologi Dalam Bidang Pertanian dan
Kehutanan dalam Skala Kecil". Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam
tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi memperbaiki tugas yang telah kami buat
di di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga tugas ini dapat at dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan tugas ini
di waktu yang akan datang.

Medan, 20 Mei 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................i

DAFTAR ISI .............................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................1
C. Tujuan ...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Permuliaan Tanaman dan Penambatan Nitrogen.................................................3
B. Perlakuan Aerobik Limbah Pertanian .................................................................7
C. Pencernaan Anaerobik Limbah Pertanian ...........................................................8
D. Penerapan Aplikasi Bioteknologi Dalam Bidang Pertanian ................................12
E. Penerapan Aplikasi Bioteknologi Dalam Bidang Kehutanan ..............................14

BAB III PENUTUPAN


A. Kesimpulan........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan
makhluk hidup (bakteri. fungi. virus, dan lain-lain) maupun produk dari
makhluk hidup (enzim. alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan
barang dan jasa. Perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi
semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain. seperti biokimia,
komputer. biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan
lain sebagainya. Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang
menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan
tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan
bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman
untuk menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan
dan reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi di masa lalu
dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin
walaupun masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang tidak
sempurna.
Pada masa kini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di
negara negara maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai
macam teknologi semisal rekayasa genetika, kultur jaringan, DNA rekombinan,
pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain- lain. Penerapan bioteknologi di
masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup dari polusi.
Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh
bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut
dengan menggunakan bakteri jenis baru.
B. Rumusan Masalah
1) Apa itu pemulian tanaman dan penambatan nitrogen?
2) Bagaimana perlakuan aerobik pada limbah pertanian?
3) Bagaimana Pencernaan anaerobik Limbah Pertanian?

1
4) Bagaimana penerapan dan pengaplikasian bioteknologi dalam bidang
Pertanian?
5) Bagaimana penerapan dan pengaplikasian bioteknologi dalam bidang
Kehutanan?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui pemulian tanaman dan penambatan nitrogen
2) Untuk mengetahui perlakuan aerobik pada limbah pertanian
3) Untuk mengetahui Pencernaan anaerobik Limbah Pertanian
4) Untuk mengetahui penerapan dan pengaplikasian bioteknologi dalam bidang
Pertanian
5) Untuk mengetahui penerapan dan pengaplikasian bioteknologi dalam bidang
Kehutanan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Permuliaan Tanaman dan Penambatan Nitrogen


a) Pemuliaan tanaman
Pemuliaan tanaman merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
memperbaiki karakter tanaman yang diwariskan pada suatu populasi haru
dengan sifat genetic baru. Produk pemuliaan tanaman adalah kultivar dengan
cirri-ciri khusus sesuai dengan yang diinginkan pemulianya seperti: produksi
tinggi, toleran terhadap kondisi-kondisi lingkungan yang mariginal, resisten
terhadap hama dan penyaklit dan lain-lain. Dalam kerangka usaha pertanian
(agribisnis), pemuliaan tanaman merupakan bagian awal dari mata rantai usaha
tani dan memastikan tersedianya benih atau bahan tanam yang baik dan bermutu
tinggi.
Pemuliaan tanaman merupakan kegiatan yang dinamis dan
berkelanjutan. Kedinamisannya dicerminkan dari adanya tantangan dan kondisi
alam lingkungan yang cenderung berubah. Sebagai contoh strain pathogen yang
selalu berkembang, selera konsumen terhadap pangan juga berkembang. oleh
karena itu kegiatan pemuliaan pun akan terus bekembang sejalan dengan
perubahan tersebut. Berkelanjutan, dapat dilihat dari kegiatannya yang
sinambung dari suatu tahapan menuju tahapan berikutnya. Pemuliaan tanaman
merupakan ilmu terapan yang multidisipliner, dengan menggunakan beragam
ilmu lainnya seperti genetika, sitogenetik, agronomi, botani, fisiologi, patologi,
entomologi, genetika molekuler. biokimia, dan statistika.
Pada umumnya proses kegiatan pemuliaan diawali dengan (1) usaha
koleksi plasma nutfah sebagai sumber keragaman (2) identifikasi dan
karakterisasi (3) induksi keragaman, misalnya melalui persilangan atau dengan
transfer gen, yang diikuti dengan (4) proses seleksi (5) pengujian dan evaluasi
(6) pelepasan. distribusi dun komersialisasi varietas. Teknik persilangan yang
diikuti dengan proses seleksi merupakan teknik yang paling banyak dilakukan
dalam inovasi perakitan kultivar unggul baru, selanjutnya. diikuti oleh kultivar

3
introduksi, teknik induksi mutasi dan mutasi spontan yang juga menghasilkan
beberapa kultivar baru.1
Ada beberapa peranan pemuliaan tanaman bagi kemajuan pertanian yaitu
sebagai berikut:
1. Meningkatkan produktivitas
Terdapat beberapa varietas genjah dan memiliki daya hasil tinggi yang
menyebabkan peningkatan produktivitas pertanian per satuan luas dan
waktu.
2. Meluaskan wilayah produksi
Lahan produksi pertanian dapat diperluas dengan mengubah sifat tertentu
tanaman, seperti pada lahan sub-optimal.
3. Menemukan varietas hibrida
Produksi pertanian dapat ditingkatkan dengan ditemukannya varietas
hibrida seperti jagung (tanaman pangan), cabai besar, tomat, melon,
semangka (tanaman hortikultura).
4. Menemukan varietas tahan/resisten hama penyakit
Ada beberapa varietas unggul yang telah didapatkan dan diharapkan
tahan/resisten hama penyakit, contohnya tanaman padi varietas IR-36 yang
tahan hama wereng serta penyakit yang berasal virus.
5. Meningkatkan kualitas tanaman
Beberapa varietas unggul yang didapatkan, diharapkan mempunyai
kualitas hasil yang terbaik, agar bisa tercukupi kebutuhan masyarakat serta
industri. Seperti varietas semangka tanpa biji.
6. Meningkatkan kesesuaian terhadap mesin pemanen
Ada beberapa varietas yang didapatkan dengan memperbaiki bentuk fisik
sehingga memudahkan dalam proses panen.
7. Menggalakkan penggunaan teknologi pertanian modern.
Ditemukannya varietas yang memiliki daya hasil tinggi, tahan terhadap
cekaman, memiliki kualitas yang baik dan nilai estetik, maka akan
mengubah pertanian tradisional menuju pertanian modern 2

1
Dede Nuraida. Pemuliaan Tanaman Cepat Dan Tepat Melalui Pendekatan Marka Molekuler.
2012. No 2. Vol. 2. Hal. 97

4
b) Penambatan Nitrogen
Nitrogen merupakan proses biokimiawi di dalam tanah yang memainkan
salah satu peranan paling penting, yaitu mengubah nitrogen atmosfer (N2, atau
nitrogen bebas) menjadi nitrogen dalam persenyawaan/ nitrogen tertambat yang
melibatkan peran mikroba tertentu. Secara umum fiksasi nitrogen terbagi atas
tiga cara yaitu secara fisika melalui petir, secara kimiawi pada industri
pembuatan pupuk, dan secara biologis. Fiksasi nitrogen secara biologis terjadi
dengan menggunakan bakteri.
Penambatan nitrogen oleh bakteri memberikan keuntungan bagi tanaman,
sehingga pada masa sekarang banyak dimanfaatkan untuk praktek pertanian,
karena menjadi alternatif pengganti pupuk anorganik. Penggunaan bahan kimia
pertanian secara terus- menerus dapat memberkan efek jangka panjang. maka
untuk mengatasi hal tersebut digunakanlah bakteri. Pemanfaatan bakteri ini
bertujuan untuk pertanian berkelanjutan dan tidak menimbulkan ancaman bagi
lingkungan. Penggunaan pupuk anorganik secara berlebihan dapat menyebabkan
pencemaran tanah, udara, dan air melalui leaching. destruksi karakteristik fisika
tanah dan akumulasi bahan kimia beracun. Sementara itu, dalam jangka waktu
lama dapat menimbulkan masalah lingkungan yang parah dan menurunnya
keanekaragaman hayati. 3

Gambar 2. Bakteri penambat nitrogen yang bersimbiosis (genera yang berwarna merah) dan
non-simbiosis (genera yang berwama hitam) (Sumber: Soumare et al., 2020)

2
Irda, Nila, Selvia. Pemuliaan Tanaman. Medan: UINSU. 2021. Hal 7-8.
3
Fadilla, Safalina. Dkk. Bakteri Penambat Nitrogen Sebagai Agen Biofertilizer. 2022. No. 27.
Hal. 41-50.

5
c) Mekanisme penambatan nitrogen oleh bakteri penambat nitrogen simbiosis
dan non-simbiosis
Beberapa penelitian melaporkan spesies bakteri yang tergolong
sebagai bakteri penambat nitrogen simbiosis dengan tanaman seperti
Rhizobium, Frankla, Anabaena, dan Azolla.
Mekanisme penambatan nitrogen oleh bakteri yang bersimbiosis
dengan tanaman yaitu bakteri melakukan infeksi kepada akar tanaman
sehingga terbentuk bintil akar. Nitrogen bebas yang di udara diikat oleh
bakteri menjadi ammonia (NH3). NH3 kemudian diubah menjadi asam
amino, lalu dilanjutka menjadi senyawa nitrogen yang dapat diserap oleh
tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Contoh dari bakteri yang
melakukan infeksi dan melakukan penambatan ialah bakteri Rhizobium.
Bakteri ini dapat melakukan fiksasi nitrogen jika berada dalam bintil akar.
Hal ini karena bakteri ini mengambil sumber energi berupa karbohidrat dari
tanaman inang.. Penambatan nitrogen dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti suplai fotosintat, temperatur, aerasi, pH tanah serta ketersediaan
nitrogen ).
Proses penambatan nitrogen oleh bakteri yang hidup bebas (non
simbiosis) yaitu bakteri bekoloni di dekat permukaan akar. Kemudian bakteri
tersebut menghasilkan zat pemacuh tumbu seperti giberelin, sitokinin, serta
asam indol asesat yang dapat dimanfaatkan untuk memacu pertumbuhan akar
tanaman. Salah satu contoh bakteri yaitu Azotobacter.. Bakteri Azotobacter
melakukan penambatan nitrogen dengan cara mempertahankan oksigen
dalam sel dalam kondisi rendah, melalui peningkatan laju respirasi, sehingga
tidak terjadi nitrogenase terhadap oksigen. Contoh lain bekteri yang
melakukan mekanisme penambatan yang tidak bersimbiosis ialah
Cyanobacteria. Cyanobacteria melakukan mekanisme penambatan dengan
memisahkan O2 dari sistem nitrogenese. Proses ini terjadi di heterokis yang
merupakan sel khusus yang berdinding tebal untuk melindungi kompleks
enzim nitrogenase dan berfungsi dalam fiksasi nitrogen.4

4
Amiruddin. karmanah. Dkk. Pertanian Organik. Padang : 2022. Hal 68-69.

6
B. Perlakuan Aerobik Limbah Pertanian
Limbah hasil pertanian adalah bahan yang merupakan buangan dari
proses perlakuan atau pengolahan dalam memperoleh hasil utama dan hasil
samping. Namun, dalam materi pokok ini yang dimaksud dengan limbah
meliputi juga hasil samping, karena masih sulit memberi garis pemisah yang
jelas antara limbah dan hasil samping Berdasarkan masa produksi, limbah
pertanian dibagi menjadi tiga macam, yakni limbah pertanian prapanen, limbah
ketika panen, dan limbah setelah atau pascapanen. Limbah prapanen biasanya
berupa daun yang gugur, buah yang tidak berkembang dan lain sebagainya,
sedangkan limbah panen biasanya dihasilkan setelah produk utama diambil.
Limbah dapat terbuang di tanah, di perairan atau di udara. Apabila
limbah yang terbuang mempunyai jumlah relatif sedikit, dan lingkungan tempat
dibuangnya limbah tersebut masih mampu menetralkannya, maka limbah
tersebut belum membahayakan lingkungan. Akan tetapi bila jumlah limbah
sudah di atas Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan, maka akan
mempunyai dampak yang merugikan dan membahayakan lingkungan di
sekitarnya, termasuk dalam hal ini membahayakan manusia. Apabila limbah
tersebut memasuki lingkungan dan mengakibatkan terjadinya perubahan
keseimbangan lingkungan yang merugikan atau tidak diharapkan, maka limbah
tersebut dikatakan telah mencemari lingkungan tersebut dan terjadilah
pencemaran lingkungan. Secara umum pencemaran lingkungan meliputi
pencemaran tanah, pencemaran air, dan pencemaran udara. Ketiga pencemaran
di atas dapat disebabkan oleh masuknya limbah padat, cair, maupun gas.
Mengingat dampak buruk atas pembuangan limbah yang melebihi ambang
batas, maka diperlukan suatu upaya untuk “memperlakukan” limbah. Limbah
yang terbuang hendaknya dipilah-pilah atau diproses terlebih dahulu menjadi
bentuk yang tidak membahayakan. Perlakuan yang lebih baik terhadap limbah
adalah memproses limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk manusia dan
lingkungannya. 5
Limbah pada dasarnya memiliki esensi yang sama. Dalam sektor
pertanian, limbah memiliki tiga bentuk, yakni limbah padat, cair dan gas.

5
Kuncoro, D.M. (1985). Limbah Pertanian. Jakarta: Indra Press.

7
Adapun yang termasuk limbah padat adalah limbah yang wujudnya padat (dapat
dipegang). Contohnya adalah limbah prapanen, pascapanen, maupun limbah
panen. Dalam sistem pengelolaan, limbah padat umumnya mudah didaur ulang
karena sifatnya organik. Petani bisa menjadikannya sebagai pupuk atau pakan
ternak. Meski mudah, para petani tetap harus berhati-hati karena jika tidak
6
ditangani dengan baik, bisa menimbulkan bau yang tidak enak.
Tidak hanya limbah padat, limbah dalam bentuk cair juga dihasilkan oleh
industri pertanian. Biasanya limbah ini berasal dari sisa air yang dipakai untuk
membersihkan bahan pangan, sisa pupuk cair, maupun sisa air yang digunakan
membilas hasil panen dan lain sebagainya. Pada pertanian komoditas tertentu,
ada limbah gas yang dihasilkan. Misalnya saja dalam proses pengeringan daun
teh. Uap air harus dibuang dengan menggunakan cerobong asap agar tidak
mengganggu udara yang dekat dengan kawasan hunian penduduk.
C. Pencernaan Anaerobik Limbah Pertanian
Limbah pertanian diartikan sebagai bahan yang dibuang di sektor
pertanianseperti jerami padi,jerami jagung, jerami kedelai, jerami kacang tanah,
kotoran ternak, sabut dan tempurung kelapa,dedak padi, dan yang sejenisnya.
Limbah pertanian dapat berbentuk bahan buangan tidak terpakai dan bahan sisa
dari hasil pengolahan
a) Karakteristik Limbah Pertanian
Limbah yang berasal dari pengolahan hasil pertanian secara
umumditandai dengan tingginya kandungan protein, tingginya kandungan
karbohidrat tapi rendahprotein, dan tingginya kandungan pati dengan
kandungan serat yang rendah. Limbahpertanian dan perkebunan dapat
bersifat amba (bulky), berserat (fibrous), kecernaanrendah (low
digestibility), dan rendahnya kandungan protein (low protein).
Komponenberserat umumnya teridiri dari:
 Selulosa: mempunyai bobot molekul tinggi, terdapat dalam jaringan
tanamanpada bagian dinding sel sebagai mikrofibril, terdiri dari rantai

6
Murtadho, D. dan Said, E.G. (1987). Penanganan dan Pemanfaatan Limbah padat. Jakarta: PT
Mediatama Sarana Perkasa.

8
glukan yangdiletakkan oleh ikatan hirogen. Selulosa dicerna oleh
enzimselulasemenghasilkan asam lemak terbang atau VFA(volatile fatty
acid) seperti asetat, propionat, dan butirat.
 Hemiselulosa: terdapat bersama selulosa, terdiri dari pentosan, pectin,
xylandanglikan. Hidrolisa oleh enzim hemiselulase menghasilkan lemak
terbang.
 Lignin: suatu substansi yang kompleks dan tidak dapat dicerna, terdapat
padabagian kau dari tanaman (kulit gabah, bagian fibrosa akar, batang,
dan daun). Keberadaan lignin selalu bersama-sama dengan selulosa dan
hemiselulosa dalammenyusun dinding sel. Karena selalu bersama
selulosa dan hemiselulosa, lignindikenal sebagai karbohirat, namun
sesungguhnya lignin berbeda dengan karbohirat. Perbedaan terletak pada
atom karbon (C) dimana aton karbon padalignin lebih tinggi dan tidak
proporsional. Semakin tua tanaman kadar ligninsemakin tinggi akibatnya
daya cerna semakin menurun dengan semakinbertambahnya lignifikasi.
Selain mengikat sesulosa dan hemiselulosa, ligninjugamengikat protein
dinding sel. Lignin tidak dapat larut dalam cairan rumenolehsebab itu
lignin merupakan penghambat bagi mikroorganisme rumen dan
enzimuntuk mencerna tanaman tersebut.

Penduduk desa sebagian besar menggunakan kayu sebagai bahan bakar


utama mereka. Demiklan pula halnya pedesaan disekitar /daerah perkebunan.
Kayu-kayuituhabis dibakar terutama untuk memasak dan pemanasan, bahkan
kadang-kadangjugauntuk penerangan. Mereka belum dapat/mengetahui cara
mamanfaatkan sumber di sekitarnya sebagai sumber energi, selain kayu.

Maka hampir setiap hari mereka pergi ke "hutan" untuk mengambil kayu.
Mula-mula memang mereka sekedar mencari. "rencek" dan kayu yang tidak
dapat diharapkan hasilnya dari segi lain. Tetapi karena hampir seluruh penduduk
dan hampir setiap hari mereka memerlukan kayu sebagai satu-satunya energi
yang merekakenal disekitarnya, akhirnya tindakan mereka membahayakan juga.

Di antara beberapa alternatif pemanfaatan sumber energidi sekitarnya,


yangrelatif menguntungkan ialah proses biogas. Karena dalam proses biogas

9
selain diperoleh energi juga diperoleh pupuk organik yang dapat dimanfaahkan
kembali, di “recycling" ke dalam tanah kotoran hewan, nampaknya jugatidaklah
terlalu sulit. Karena penduduk pedesaan pada umumnya sudah amat kenal
dengan pemeliharaan ternak di rumah-rumah mereka.

b) Gas-bio
Gas-bio adalah gas yang dihasilkan dengan proses biologik. Bahan
dasar untuk diubah menjadi gas secara bilogik ini adalah sembarang bahan
organik, termasuk bahan sisa (limbah). Gas yang terbentuk terdiri dari
sebagian gas metan. Gas metan sendiri bersifat tidak berwarna, tidak berasa
dan tidak berbau.
Seluosa, atau protein maupun lemak dapat dirombak menjadi biogas.
Proses perombakannya melalui dua tahap, masing-masing dikerjakan oleh
kelompok bakteri yang berbeda. Tahap pertama terjadi perombakan polimer
kompleks menjadi senyawa sederhana, terutama asam organik. Oleh
karenanya kelompok bakteri tahap pertama ini disebut sebagai bakteri
penghasah asam ("acid producing bacteria"). Tahap kedua merupakan
kelanjutan tahap pertama terjadi perombakan asam-asam organik menjadi
gas bio.
Limbah pertanian/perkebunan amat mudah diperoleh dan teredia
dalam jumlah yang relatif amat banyak. Tetapi ada ketidak untungannya,
yaitu bahwa limbah pertanian/perkebunan biasanya "rowa", sukar
dilumatkan untuk dibuat "slurry", dan pada umumnya mengandung lignin
yang tak dapat dicerna. Sehingga kalau digunakan sebagai bahan proses
biogas, harus setiap kali membersihkan dari digester (pencerna). Maka
untuk menggunakan limbah pertanian/perkebunan sebagai bahan dasar
biogasada 3 alternatif dapat dilakukan, yaitu :
 Dipilih bahan-bahan yang banyak mengandung air, lalu dipres kemudian
cairannya dicerna menjadi biogas.
 Pilih bahan-bahan yang tldak mengandung lignin.
 Dilakukan perombakan pendahuluan secara aerob, baru kemudian
diproses menjadi gas bio.

10
Kekurangan dari pemanfaatan limbah pertanian/perkebunan ialah pada
umumnya miskin akan nitrogen, sehingga perlu ditambah sumber N.
c) Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai berikut:
Perhatikan bahwa pada penghasil gas-bio jenis pengisian-curah tidak
digunakan tangki-penyekat, karena bagi jenis ini tangki-pencerna sekaligus
berfungsi sebagai tangki-penyekat. Oleh karena itu, pada umumnya jenis
pengisian-curah lebih murah harganya, karena mempunyai komponen yang
lebih sedikit. Kelemahannya adalah dalam pengerjaan alat, karena haus
dibongkar dan dibersihkan sesudah dipakai selama suatu jangka waktu
tertentu. Pengerjaan alat tidak kontinu. Disamping itu, jenis pengisian-curah
biasanya perlu dipanaskan dengan proses kompas yang beraksi eksotermik
dengan menumpukkan kotoran disekelilingi tangki-pencerna (untuk proses
kompas). Jenis pengisian-kontinu lebih mudah pemakaiannya, tetap
umumnya lebih mahal harganya daru jenis pengisian curah. Suatuhal yang
sama bagi kedua jenis alat ini penghasil gas bio tersebut diatas, adalah
bahwa tangki-pencerna dan tangki-pengumpul tidak boleh bocor, harus
disekat secara ketat dari udara luar. Jika ada kebocoran maka alat penghasil
gas-bio tidak akan berfungsi seperti yang diharapkan.
d) Proses di dalam Tangki Pencerna
Apabila bahan organik membusuk maka akan dihasilkan hasil-hasil
sampingan. Hasil sampingan yang diperoleh bergantung kepada kondisi dan
cara pembusukan. Pembusukan dapatterjadi secara aerobik (membutuhkan
oksigen) atau secara anaerobik (tidak membutuhkan oksigen). Setiap bahan
organik dapat dirombak dengan kedua cara tersebut, tetapi hasil akhirnya
akan berbeda. Proses anaerobik dapat ditiru dan dipercepat dengan
mengisikan bahan organik, kotoran (tinja) khewa atau limbah(sisa)
pertanian kedalam tangki-pencerna yang tidak bocor terhadap udara luar.
Proses aerobik tidak dibahas lebih lanjut disini, karena proses anaerobik
yang menjadi pusat perhatian untuk menghasilkan gas-bio. Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Produksi Gas-bio :
a. Kebutuhan nutrient
b. Retention rate

11
c. Loading rate
d. Temperatur
e. pH dan alkalinitas
f. Kadar air
g. Pengadukan (flotasi)
h. Bahan-bahan penghambat

D. Penerapan Aplikasi Bioteknologi Dalam Bidang Pertanian


Bioteknologi terbagi menjadi 2, yaitu bioteknologi konvensional dan
bioteknologi modern. Bioteknologi konvesional adalah bioteknologi yang
memanfaatkan mikroorganisme secara langsung untuk menghasilkan suatu
produk, proses bioteknologi konvensional ini lebih dikenal dengan istilah
fermentasi. Fermentasi merupakan proses produksi energi tanpa oksigen
(anaerob) namun seiring berkembangnya teknologi istilah fermentasi meluas
menjadi semua proses yang melibatkan mikroorganisme untuk menghasilkan
suatu produk baik metabolit primer atau metabolit sekundernya. Contoh produk
hasil fermentasi yaitu yoghurt, keju, bir, tape dan tempe. Dalam dunia pertanian
bioteknologi konvensional dapat digunakan untuk membuat pupuk kompos,
pupuk kandang dan biogas melalui proses fermentasi dengan bantuan
mikroorganisme. Selain itu proses fermentasi ini juga dimanfaatkan untuk
menambah nilai jual suatu produk hasil pertanian sebagai contoh pengolahan
keju, kimchi, tape, minuman beralkohol dan masih banyak lagi produk-produk
yang memanfaatkan mikroorganisme dalam proses fermentasi.
Bioteknologi modern erat kaitannya dengan rekayasa genetika, dalam
bidang pertanian mempunyai tujuan untuk meningkatkan produktivitas dan
perbaikan sifat-sifat suatu tanaman pada level gen. Secara keseluruhan bertujuan
untuk menjaga ketahanan pangan.
Era Industri saat ini merupakan era teknologi dimana hampir di semua
sektor menggunakan teknologi, seperti yang sedang marak saat ini yaitu mobile
connectivity, artificial intelligence, internet of things, next generation robotics,
3D printing, genetic engineering, nanotechnology, advanced materials, dan
biotechnology. Kecepatan dan peningkatan produksi merupakan 2 hal yang

12
dibutuhkan oleh sektor pertanian dalam era ini, sehingga digitalisasi,
bioteknologi, dan kecepatan proses merupakan kunci dari revolusi pertanian
pada era saat ini.
Aplikasi bioteknologi dalam bidang pertanian dapat membantu dalam
percepatan produksi benih, perbaikan sifat-sifat tanaman, hingga menghasilkan
jenis tanaman baru. Semua itu bisa dihasilkan dengan cara rekayasa genetika dan
kultur jaringan
1. Rekayasa genetika Rekayasa genetika adalah suatu usaha memanipulasi
suatu gen organisme untuk tujuan tertentu, dengan cara menghilangkan
atau menambahkan suatu gen sehingga menghasilkan organisme dengan
sifat-sifat yang diinginkan. Organisme yang telah direkayasa genetikanya
sering disebut dengan Genetic Modified Organism (GMO). Contoh
bioteknologi dalam bidang pertanian yang berupa tanaman GMO yang ada
di sekitar kita diantaranya adalah:
a) Jagung manis. Jagung manis yang kita konsumsi saat ini merupakan
jagung hasil rekayasa genetika. Pada jagung manis gula yang
terkandung direkayasa untuk tidak diubah menjadi pati sehingga
tetap manis dan berair.
b) Pepaya California, pepaya ini juga merupakan hasil rekayasa
genetika oleh seorang profesor dari IPB, yang memiliki kelebihan
rasa lebih manis dan cepat berbuah.
c) Golden rice, pada tanaman padi ini disisipkan gen penghasil
betakaroten dari tanaman wortel, sehingga padi ini memiliki
kelebihan selain mengandung karbohidrat juga memiliki kandungan
vitamin A.
d) Lapas yang resisten terhadap Bt toksin, pada tanaman kapas ini
telah disisipkan gen Bt toksin sehingga aman dari hama.
e) Kedelai impor yang menjadi bahan baku dari tempe dan tahu,
kedelai ini telah disisipkan dengan gen EPSPS sehingga kedelai
impor ini tahan terhadap herbisida berbahan glifosfat. Selain itu
kelebihan lainnya adalah harganya lebih murah karena selalu
tersedia di pasaran.

13
2. Kultur jaringan
Selain rekayasa genetika, kultur jaringan juga memiliki peran dalam
bidang bioteknologi pertanian. Kultur jaringan digunakan untuk
memperbanyak tanaman hasil rekayasa genetika dan juga untuk
menyediakan benih unggul yang selalu tersedia sepanjang waktu yang tidak
dapat dipenuhi dengan perbanyakan tanaman secara konvensional. Selain
itu kultur jaringan juga digunakan untuk menghasilkan benih tanaman
dalam waktu relatif cepat dan dalam jumlah banyak yang tidak tergantung
kondisi musim atau cuaca.
Kultur jaringan sendiri bukanlah suatu ilmu, melainkan suatu teknik
yang sangat penting dalam bidang bioteknologi pertanian. Kultur jaringan
merupakan teknik menumbuhkan tanaman dari bagian tanaman yang dapat
berupa sel, jaringan atau organ yang ditanam dalam media tumbuh dalam
kondisi lingkungan yang aseptis sehingga tumbuh menjadi tanamah utuh.
Media tumbuh yang digunakan pada kultur jaringan berisi nutrisi makro,
mikro, dan vitamin yang dibutuhkan oleh tanaman seperti layaknya yang
ada dalam tanah.
Aplikasi bioteknologi lainnya dapat digunakan untuk menciptakan
pertanian yang berkesinambungan, dengan cara mengurangi
ketergantungan pertanian terhadap bahan kimia. Aplikasi bioteknologi ini
dapat berupa pembuatan kompos, pupuk hayati, biopestisida, bioherbisida
dan bioinsektisida. Berbagai macam riset bioteknologi terus dilakukan
untuk menemukan produk pertanian yang dapat meningkatkan produksi
maupun dapat menjadi solusi terhadap permasalahan pertanian lainnya.

E. Penerapan Aplikasi Bioteknologi Dalam Bidang Kehutanan


Aplikasi bioteknologi dalam pengelolaan hutan berperan penting dalam
meningkatkan produktivitas dan konservasi sumber daya hutan. Bioteknologi di
bidang kehutanan meliputi 3 bidang utama, yaitu penggunaan metode
pembiakan kultur jaringan, penggunaan penanda molekuler dan rekayasa genetik
untuk memproduksi tanaman transgenik. Penanda molekuler dapat digunakan
untuk mendukung kegiatan pemuliaan dan konservasi sumber daya genetik.

14
"Dengan menggunakan penanda molekuler, bibit unggul dapat dihasilkan
dengan waktu yang lebih cepat dan lebih tepat. Penerapan teknik penanda
molekuler juga sangat penting dalam konservasi sumber daya genetik. Bambang
menjelaskan, informasi tingkat keragaman genetik dan sebarannya di hutan alam
maupun tanaman dapat diketahui dengan teknik ini, sehingga konservasi sumber
daya genetik dapat dilakukan secara efektif dan efisien untuk tanaman
kehutanan, tetapi juga untuk hewan, khususnya yang dilindungi atau terancam
punah. Melalui teknik kultur jaringan, pengadaan bibit tidak lagi tergantung
musim dan bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang
relatif lebih cepat. Penerapan teknik kultur jaringan tersebut dapat menjawab
kebutuhan konservasi jenis, khususnya yang terancam punah karema faktor
jumlah individu yang sedikit di alam dan atau karena perbanyakan jenis secara
generatif sulit dilakukan. Banyak aplikasi bioteknologi untuk meningkatkan
produktivitas hutan serta peran bioteknologi untuk konservasi flora dan fauna di
Indonesia telah dilakukan melalui riset yang panjang antara lain enam belas hasil
riset bioteknologi dengan topik Bioteknologi untuk Pemuliaan, Bioteknologi
untuk Konservasi dan Asal Usul serta Perbanyakan Tanaman dan Teknologi
Invitro. Dalam pengembangan hutan tanaman, program pemuliaan merupakan
salah satu kunci keberhasilan. Program tersebut dapat menghasilkan benih
unggul (improved seed) yang dapat meningkatkan produksi kayu lebih dari 10%
dan bahkan sampai 100% dibandingkan dengan menggunakan benih biasa
(unimproved seed). Penelitian integratif akan menghasilkan luaran berupa
IPTEK pengadaan benih unggul hutan tanaman penghasil kayu dan hasil hutan
bukan kayu, IPTEK perbenihan hasil pemuliaan, demplot sumber benih jenis
unggulan lokal dan IPTEK bioteknologi hutan. 7
Beberapa hasil penelitian bidang bioteknologi hutan di Indonesia hingga
tahun 2011 yang dilaksanakan oleh BIOTIFOR telah menghasilkan benih
unggul dari kebun benih semai generasi kedua (F-2) dari jenis Acacia mangium,
A.crassicarpa, Eucalyptus pellita dan kayu putih. Beberapa demplot sumber
benih dari jenis unggulan juga telah mendapatkan sertifikat IPTEK bioteknologi

7
Hartini, N. “Sintesis Nanoenkapsulasi Ekstrak Kulit Durian dengan Metode Spray Drying dan
Aplikasinya sebagai Biopestisida: Review’. (2018)

15
hutan saat ini diarahkan untuk menghasilkan informasi genetika populasi flora
dan fauna, pemuliaan berbasis molekuler, bio-forensik untuk flora dan fauna,
bio-sekuritas, genome DNA dan teknik somatic embryogenesis (SE). Somatic
Embryogenesis merupakan salah satu teknik kultur jaringan yang dapat
memanfaatkan semua bagian tanaman untuk memproduksi materi tanaman lebih
banyak dan homogen
Dengan menggunakan teknik ini, transformasi genetik (transgenik) dapat
dilakukan. Kelebihan SE lainnya adalah untuk perbanyakan tanaman yang
bijinya rekalsitran dan untuk tanaman yang sulit berbuah (buah tidak
berkembang). BIOTIFOR mulai melakukan SE untuk jenis ekaliptus pelita dan
sengon sampai tahap kalus embryogenis; jenis magnium dan suren sampai tahap
pendewasaan kalus; serta jenis cendana sampai tahap protokol embryogenesis
somatik dan aklimatisasi.
Beberapa perkembangan terbaru dalam bidang bioteknologi hutan yang
telah dicapai oleh para peneliti kehutanan Indonesia antara lain:
a) Teknik kultur jaringan telah menjadi cara perbanyakan tanaman yang
umum digunakan untuk menghasilkan bibit berkualitas dalam jumlah
besar. Salah satu jenis penting penghasil karbohidrat, yaitu sagu juga
telah dapat dihasilkan dengan teknik somatic embryogenesis (SE), SE.
Keberhasilan teknik SE untuk sagu unggul menjadi asset penting bagi
pengembangan sagu untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat dalam skala
besar.
b) Perbanyakan dengan kultur jaringan untuk jenis-jenis tumbuhan dengan
nilai ekonomi tinggi seperti gaharu dan cendana telah berhasil dilakukan.
Melalui teknik perbanyakan ini diharapkan dapat mengatasi keterbatasan
bahan tanaman, baik untuk tujuan produksi maupun konservasi.
c) Kultur jaringan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan. Dalam sesi
ini lebih fokus pada perbanyakan untuk produksi dan konservasi.
Teknologi SE sebagai salah satu teknik multiplikasi berpotensi menjadi
usaha komersial.
d) Rekayasa genetika dan molecular breeding memberikan pilihan bagi
pemuliaan tanaman dalam menentukan metode yang sesuai untuk

16
mempercepat proses pemuliaan tanaman dan perakitan varietas baru.
Upaya meningkatkan kualitas genetik dengan rekayasa genetika tanaman
masih menjadi isu yang hangat. Perbedaan pendapat antara pihak yang
pro dan kontra akan tetap ada sebagai wujud dinamika ilmu pengetahuan
dalam masyarakat.
e) Teknologi marka molekuler, seperti SSR, SNP telah banyak
diaplikasikan pada tanaman hutan, khususnya jenis-jenis tanaman HTI.
Sebagai contoh di kebun benih Acacia mangium, aplikasi marka DNA
dapat dimanfaatkan untuk mengetahui dinamika genetik pohon- pohon
yang ada di dalamnya sebagai konsekuensi dari keragaman genotipa,
distribusi polen, sinkronisasi pembungaan. Marka molekuler juga telah
diaplikasikan untuk identifikasi pathogen, sehingga kendala dalam
mengidentifikasi pathogen dapat dilakukan secara lebih akurat dan cepat.
Teknologi ini sangat bermanfaat dalam mengendalikan penyakit pada
tanaman hutan.
f) DNA barcoding dapat diaplikasikan untuk mengkonservasi sumber daya
alam, melalui identifikasi dari jenis-jenis tersebut. Data-data genetik
jenis indigenous Indonesia diperlukan untuk mendeteksi jenis invasif.
Mitokondria DNA paling banyak digunakan untuk DNA barcoding.
g) DNA fingerprinting, melalui penyusunan database, dapat mendeteksi
asal usul kayu. Keberhasilannya tergantung dari kemampuan
mengekstraksi DNA kayu, jumlah populasi yang dikumpulkan
sampelnya dan jenis-jenis marka DNA yang digunakan.
h) Aplikasi marka molekuler juga bermanfaat untuk pelestarian/konservasi
fauna dan flora. Informasi yang dibutuhkan antara lain sexing (pada
fauna), keragaman genetik, hubungan kekerabatan, dan dinamika
populasi.

17
BAB III
PENUTUP

Pemuliaan tanaman merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk


memperbaiki karakter tanaman yang diwariskan pada suatu populasi haru dengan sifat
genetic baru.

Aplikasi bioteknologi dalam bidang pertanian dapat membantu dalam percepatan


produksi benih, perbaikan sifat-sifat tanaman, hingga menghasilkan jenis tanaman
baru. Semua itu bisa dihasilkan dengan cara rekayasa genetika dan kultur jaringan.

Beberapa perkembangan terbaru dalam bidang bioteknologi hutan yang telah


dicapai oleh para peneliti kehutanan Indonesia antara lain:

a) Teknik kultur jaringan telah menjadi cara perbanyakan tanaman yang umum
digunakan untuk menghasilkan bibit berkualitas dalam jumlah besar
b) Perbanyakan dengan kultur jaringan untuk jenis-jenis tumbuhan dengan nilai
ekonomi tinggi seperti gaharu dan cendana telah berhasil dilakukan.
c) Rekayasa genetika dan molecular breeding memberikan pilihan bagi pemuliaan
tanaman dalam menentukan metode yang sesuai untuk mempercepat proses
pemuliaan tanaman dan perakitan varietas baru.
d) Teknologi marka molekuler, seperti SSR, SNP telah banyak diaplikasikan pada
tanaman hutan, khususnya jenis-jenis tanaman HTI.
e) DNA barcoding dapat diaplikasikan untuk mengkonservasi sumber daya alam,
melalui identifikasi dari jenis-jenis tersebut.
f) DNA fingerprinting, melalui penyusunan database, dapat mendeteksi asal usul
kayu.
g) Aplikasi marka molekuler juga bermanfaat untuk pelestarian/konservasi fauna
dan flora.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja, Abdurachman. 2008. Strategi Mempertahankan Multifungsi Pertanian di


Indonesia. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Agus, F. dan E. Husen. 2005. Tinjauan umum multifungsi pertanian. Presiding Seminar
Nasional Multifungsi Pertanian dan Ketahanan Pangan. Bogor, 12 Oktober
dan24 Desember 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan
Agroklimat, Bogor. him. 1-16.

Anis dianto, Ridwan Zahab, dan Iskandar Zulkarnain. 2007. Pengaruh


Penggunaanlerhadap Penghematan Air Pada Fase Vegetatif Tanaman Stroberi
(Fragariaxvisca). Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Unna.

Amiruddin. karmanah. Dkk. 2022. Pertanian Organik. PT. Global Eksekutif Teknologi.
Padang. Hal 68-69.

Astuti, Ariani Dwi., Wahyudi Wicaksono, dan Anggreini Ratri Nurwini. 2007.
Pengolahan Air Limbah Tahu menggunakan Bioreaktor AnaerobAerob
Bermedia Karbon Aktif dengan Variasi Waktu Tunggal. Jurnal. 4(2):30-35

Dede Nuraida. 2012. Pemuliaan Tanaman Cepat Dan Tepat Melalui Pendekatan Marka
Molekuler. El- Hayah. No2. Vol.2. Hal.97

Fadilla, Safalina. Dkk. 2022. Bakteri Penambat Nitrogen Sebagai Agen Biofertilizer.
Warta PPKS. No. 27. Hal. 41-50.

Irda, Nila, Selvia. 2021. Pemuliaan Tanaman. Medan: UINSU. Hal 7-8.

Murtadho, D. dan Said, E.G. (1987). Penanganan dan Pemanfaatan Limbah padat.
Jakarta: PT Mediatama Sarana Perkasa.

Pawiraharsono,suyanto.2012.Peran Bioteknologi Untuk Peningkatan Produksi Pangan


Di Lahan Marginal. PANGAN. 21(1). Hal 101-111

19

Anda mungkin juga menyukai