Anda di halaman 1dari 23

TANAMAN TRANSGENIK KEDELAI MELALUI

REKAYASA GENETIK

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pemuliaan Tanaman

Dosen:

Dr. Irda Nila Sialvia, S,P., M. Agr.

Penyusun :

Ayu Dwi Putri 0704183139

JURUSAN BIOLOG

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2021 M / 1442 H
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Alloh SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis. sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah Pemuliaan Tanaman tentang Tanaman Transgenik
Melalui Rekayasa Genetika”. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada
junjungan kita nabi besar Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya,
dan semoga sampai kita selaku umatnya.

Dengan demikian penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang


telah membantu dalam penyelesaian makalah ini terutama kepada:

1. Allah SWT

2. Orangtua selaku motivator terbesar baik secara moral dan morilnya

3. Ibu Dr. Irda Nila Sialvia, S,P., M. Agr. selaku dosen Pemuliaan Tanaman

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.


Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua kalangan sangat
penulis harapkan. Semoga dapat bermanfaat.

Medan, 10 dec 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii

RINGKASAN..........................................................................................................1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ....................................................................................2

1.2. Rumusan Masalah...............................................................................3

1.3. Tujuan dan Manfaat............................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bioteknologi dalam Pemuliaan Tanaman ................................... 4

2.2 Definisi Rekayasa Genetika dn Tanaman Transgenik ............................ 10

2.3. Perkembangan Tanaman Transgenik secara Global ............................11

2.4. Keunggulan Rekayasa Genetika..........................................................14

2.5. Proses Pembuatan Tanaman Transgenik.............................................14

2.6 Dampak Negatif dan Positif Tanaman Transgenik .................................16

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN ..................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................18

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pemuliaan tanaman adalah suatu proses yang progresif dan berkelanjutan


baik dari segi ilmu dan teknologi. Tanaman itu tumbuh pada berbagai habitat
tumbuh dari iklim kutub sampai iklim tropis dan dari rawa sampai lahan kering.
Berbagai habitat tumbuh ini yang menyebabkan tanaman beradaptasi untuk
bertahan hidup yaitu terjadi semacam "struggleforlife". Perubahan fenotipe
tanaman untuk beradaptasi itu didasar pada perubahan genotipe tanaman. Jadi
sebelum manusia campur tangan dalam pemuliaan tanaman, tanaman sendiri sudah
memuliakan dirinya secara mandiri. Pemulia tanaman belajar dari tanaman
bagaimana perubahan genetik yang terjadi pada tanaman, memodifikasi dan
mempercepat perubahan genetik yang terjadi.

Bioteknologi adalah terapan biologi yang melibatkan disiplin ilmu


mikrobilogi, biokimia, genetika, dan biologi monokuler. Definisi bioteknologi
secara klasik atau konvensional adalah teknologi yang memanfaatkan agen hayati
atau bagian-bagiannya untuk menghasilkan barang dan jasa dalam skala industri
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan jika ditinjau secara modern,
bioteknologi adalah pemanfaatan agen hayati atau bagian-bagian yang sudah
direkayasa secara in vitro untuk mrenghasilkan barang dan jasa pada skala industri.
Bioteknologi dikembangkan untuk meningkatkan nilai bahan mentah dengan
memanfaatkan kemampuan mikroorganisme atau bagian-bagiannya misalnya
bakteri dan kapang. Selain itu bioteknologi juga memanfaatkan sel tumbuhan atau
sel hewan yang dibiakkan sebagai bahan dasar sebagai proses industri.

Bioteknologi tanaman meliputi Kultur Jaringan dan Rekayasa Genetika.


Kultur jaringan erat kaitannya dengan rekayasa genetika, karena pengerjaan
rekayasa genetika juga kebanyakan dilakukan secara in vitro di laboratorium.
Selain itu, sistem regenerasi tanaman transgenik juga mebutuhkan ilmu kultur

4
jaringan, sehingga orang yang bekerja di bidang rekayasa genetika wajib
mengetahui prinsip-prinsip kerja dalam kultur jaringan (Taryono, 2016).

Perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan melalui modifikasi genetik baik


dengan pemuliaan tanaman secara konvensional maupun dengan bioteknologi
khususnya tek-nologi rekayasa genetik. Kadang-kadang dalam perakitan varietas
tanaman tahan serangga hama, pemulia konvensional menghadapi suatu kendala
yang sulit dipecah-kan, yaitu langkanya atau tidak ada-nya sumber gen ketahanan
di da-lam koleksi plama nutfah. Contoh sumber genketahanan yang langka adalah
gen ketahanan terhadap se-rangga hama, misalnya penggerek batang padi,
penggerek polong ke-delai, hama boleng ubi jalar, peng-gerek buah kapas (cotton
bolworm), dan penggerek jagung (Herman, 1996). Akhir-akhir ini, ke-sulitan
pemulia konvensional terse-but dapat diatasi dengan teknologi rekayasa genetik
melalui tanaman konvensional mela-kukan persilangan dan atau seleksi, sedangkan
perekayasa genetik mengembangkan secara terus menerus dan memanfaatkan
teknik isola-si dan transfer gen dari sifat yang di-inginkan. transgenik (Herman,
2002).

Melalui rekayasa genetik sudah dihasilkan tanaman transgenik yang


memiliki sifat baru seperti ketahan-an terhadap serangga hama atau herbisida atau
peningkatan kualitas hasil. Tanaman transgenik tahan serangga hama tersebut
sudah banyak ditanam dan dipasarkan di berbagai negara. Sedangkan di Indonesia,
tanaman transgenik tahan serangga hama baru pada taraf penelitian perakitannya.
Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang tanaman transgenik tahan serangga
hama, perkembangan tanaman transgeniksecara global, dan status tanaman
transgenik di Indonesia (Bahagiawati, 2000).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana biteknologi dalam pemuliaan ttanaman ?


2. Bagaimana definisi rekayasa genetik dan tanaman transgenik?
3. Bagaimana Perkembangan Tanaman Transgenik Secara Global?

5
4. Bagaimana Keunggulan Tanaman Rekayasa Genetika (Genetically
Modified Organism ?
5. Bagaimana Proses Pembuatan Tanaman Transgenik?
6. Bagaimana Dampak Negatif dan Positif dari Tanaman Transgenik?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1. Untuk Mengetahui Definisi dari bioteknologi dan pemuliaan tanaman


2. Untuk mengetahui Rekayasa Genetik dan Tanaman Transgenik
3. Untuk mengetahui Perkembangan Tanaman Transgenik
4. Untuk Mengetahui Keunggulan Tanaman Rekayasa Genetika

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bioteknologi dan pemuliaan tanaman

1. Pengertian Pemuliaan Tanaman


Tanaman adalah tumbuhan yang bermanfaat baik secara langsung maupun
tidak langsung bagi kehidupan manusia. Tumbuhan yang menganggu disebut
gulma. Bagi pemulia tanaman baik tanaman, tumbuhan dan gulma adalah penting
sebagai sumber keragaman genetik. Pemuliaan tanaman sendiri adalah perbaikan
sifat genetik tanaman baik dengan transfer material genetik dari tanaman donor atau
donor yang lain (introgresi) kepada tanaman penerima maupun perubahan material
genetik dari tanaman penerima itu sendiri yang dikenal dengan mutasi. Jadi
introgresi dan mutasi merupakan dua proses utama dalam perbaikan sifat tanaman.
Pemuliaan tanaman sendiri adalah suatu proses yang progresif dan berkelanjutan
baik dari segi ilmu dan teknologi. Tanaman itu tumbuh pada berbagai habitat
tumbuh dari iklim kutub sampai iklim tropis dan dari rawa sampai lahan kering.
Berbagai habitat tumbuh ini yang menyebabkan tanaman beradaptasi untuk
bertahan hidup yaitu terjadi semacam "struggleforlife". Perubahan fenotipe
tanaman untuk beradaptasi itu didasar pada perubahan genotipe tanaman. Jadi
sebelum manusia campur tangan dalam pemuliaan tanaman, tanaman sendiri sudah
memuliakan dirinya secara mandiri. Pemulia tanaman belajar dari tanaman
bagaimana perubahan genetik yang terjadi pada tanaman, memodifikasi dan
mempercepat perubahan genetik yang terjadi.
2. Pengertian Bioteknologi
Bioteknologi moderen lahir pada tahun 1970-an setelah dikembangkan
teknik rekayasa terhadap materi genetik (DNA), yang disebut teknologi DNA
rekombinan atau rekayasa genetika. Berkembangnya teknologi ini dimungkinkan
oleh kemampuan mengisolasi, memotong, menyambung dan menggabungkan
DNA di laboratorium, serta memasukkannya ke dalam organisme inang (umumnya
bakteri atau virus) untuk diperbanyak atau dilakukan kloning. Selanjutnya materi
genetik yang sudah dimanipulasi itu dapat dipindahkan ke makhuk hidup yang

7
hendak direkayasa untuk menghasilkan produk dan jasa yang bermanfaat sesuai
kebutuhan manusia. Dengan demikian, melalui teknologi ini orang mampu
menciptakan sifat (karakter) baru pada suatu mikroorganisme, tanaman ataupun
hewan, serta memindahkan karakter dari satu jenis makhluk hidup ke makhluk
hidup lain, bahkan yang berjauhan secara filogenik. Contohnya, kemampuan
memproduksi protein berupa Bt-toxin (racun pembunuh serangga hama) yang
secara alami terdapat pada bakteri Bacillusthuringiensis dapat dipindahkan ke
tanaman kedelai, jagung dan kapas, dengan mentransfer gen penentunya ke dalam
tanaman-tanaman tersebut. Contoh lainnya, berbagai jenis vaksin yang umumnya
diproduksi dengan menggunakan hewan, saat ini dapat juga diproduksi pada
tanaman pisang, tomat, kentang dan tembakau, sehingga vaksinasi dapat dilakukan
dengan mengkonsumsi makanan yang berasal dari tanaman yang sudah direkayasa
itu. Contoh-contoh yang telah dikemukakan itu tidak mungkin dapat dilakukan
sebelumnya dengan pemindahan gen dan karakter secara konvensional.
1. Perkembangan bioteknologi tanaman dan pertanian, bertumpu pada dua
bidang teknologi yang saat ini berkembang dengan pesat, yakni rekayasa
genetik dan kultur jaringan tanaman. Sebagaimana diuraikan sebelumnya,
rekayasa genetik atau teknologi DNA rekombinan berkaitan dengan
manipulasi terhadap materi genetik (DNA dan RNA) didalam sel makhluk
hidup, sehingga menimbulkan perubahan karakter yang bersifat menurun
pada makhluk hidup yang direkayasa. Kultur jaringan tanaman
berkemampuan untuk menumbuhkan tanaman utuh dari bagian kecil
tanaman itu, misalnya sel, protoplasma dan jaringan. Karena manipulasi
tanaman dengan DNA asing pada umumnya harus dilakukan pada tingkat
sel atau jaringan, maka kemampuan untuk menumbuhkan kembali tanaman
utuh dari sel-selnya mempunyai peranan penting pada rekayasa genetik
tanaman untuk mendapatkan tanaman unggul.
2. Riset bioteknologi tanaman yang sangat giat dilakukan di negara-negara
maju, terutama oleh perusahaan-perusahaan swasta, telah menghasilkan
banyak varietas tanaman yang direkayasa secara genetik, yang disebut
tanaman GM (geneticallymodifiedplants). Secara teknis suatu tanaman GM

8
adalah tanaman yang mengandung gen-gen asing yang bukan berasal dari
jenis tanaman itu. Tanamannhssil rekayasa seperti ini juga disebut tanaman
transgenik. Di antara banyak tanaman transgenik yang telah dikembangkan,
ada beberapa telah ditanam secara luas di seluruh dunia, yaitu kedelai,
jagung, kapas dan canola, dengan ketahanan terhadap herbisida dan
ketahanan terhadap hama. Tanamantanaman transgenik lain yang ditanam
cukup luas adalah kentang, tomat, bit gula, alfalfa, dan papaya. Pada saat
ini, sekitar 90% kedelai dan 64% kapas yang ditanam di seluruh dunia
adalah tanaman transgenik hasil rekayasa genetik (James, 2010).
3. Dengan cara konvensional maupun bioteknologi modern, pemindahan dan
penggabungan sifat-sifat menurun pada tanaman dapat dilakukan dengan
memindahkan gen-gen yang menentukan sifat-sifat menurun itu. Pada
bioteknologi moderen, pemindahan gen dapat dilakukan dengan
transformasi genetik. Bioteknologi tanaman dengan transformasi genetik
membutuhkan 3 teknik, yaitu:
4. 1. Teknik rekayasa genetik, untuk merekayasa gen (DNA) yang hendak
ditransfer ke dalam tanaman,
5. 2. Teknik transfer gen, yaitu untuk mentransfer gen yang sudah direkayasa
ke dalam jaringan atau sel tanaman,
6. 3. Teknik kultur jaringan atau kultur sel, untuk menumbuhkan tanaman utuh
dari jaringan.

9
2.2 Definisi Rekayasa Genetik dan Tanaman Transgenik

1. Definisi Rekayasa Genetika


Genetika adalah kata yang dipinjam dari bahasa Belanda:genetica,
adaptasidari bahasa Inggris: genetics, dibentuk dari kata bahasa Yunani genno,
yangberarti "melahirkan". Genetika merupakan cabang biologi yang mempelajari
pewarisan sifat pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion).
Maka, dapat juga dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang gen dan segala
aspeknya.
Rekayasa atau biasa juga disebut dengan teknik adalah penerapan ilmu dan
teknologi untuk menyelesaikan permasalahan manusia. Rekayasa genetika adalah
suatu proses manipulasi gen yang bertujuan untuk mendapatkan organisme yang
unggul. Manipulasi gen dapat dilakukan dengan teknik invitro dan invivo. Di
Inggris manipulasi gen diartikan sebagai pembentukan kombinasi baru materi yang
dapat diturunkan dengan penyisipan (insertion) molekul-molekul asam nukleat
yang dihasilkan dengan cara apapun diluar sel ke dalam suatu virus plasmid bakteri
atau sistem pembawa lainnya yang memungkinkan terjadinya penggabungan ke
dalam organisme inang selanjutnya mampu melakukan penggandaan lagi. Teknik-
teknik manipulasi gen secara invitro adalah tranformasi Escchercia coli
pemotongan dan penggabungana molekul-molekul DNA serta pemotongan reaksi-
reaksi pemotongan dan penggabungan (Amirhusin, 2004).
Transfer DNA atau perpindahan DNA ke dalam bakteri dapat melalui tiga
cara yaitu konjugasi, transformasi dan transduksi. DNA yang masuk ke dalam sel
bakteri selanjutnya dapat berintegrasi dengan DNA atau kromosom bakteri
sehingga terbentuk kromosom rekombinan. Konjugasi merupakan perpindahan
DNA dari satu sel (sel donor) ke dalam sel bakteri lainnya (sel resepien) melalui
kontak fisik antara kedua sel. Sel donor memasukkan sebagian DNA nya ke dalam
sel resepien. Transfer DNA ini melalui pili seks yang dimiliki oleh sel donor. Sel
resepien tidak memiliki pili seks. DNA dari sel resepien berpindah ke sel resipien
secara replikatif sehingga setelah proses ini selesai sel jantan tidak kehilangan
DNA. Ke dua sel tidak mengalami peningkatan jumlah sel dan tidak dihasilkan sel

10
anak. Oleh karena itu proses konjugasi disebut juga sebagai proses atau mekanisme
seksual yang tidak reproduktif.

Gambar 1. Proses Konjugasi yang Menyebabkan Resisten pada Plasmid


Transformasi merupakan pengambilan DNA oleh bakteri dari lingkungan
di sekelilingnya. DNA yang berada di sekitar bakteri (DNA Asisng) dapat berupa
potongan DNA atau fragmen DNA yang berasal dari sel bakteri yang lain atau
organisme yang lain. Masuknya DNA dari lingkungan ke dalam sel bakteri ini
dapat terjadi secara alami. Pada tahun 1928 ditemukan strain bakteri yang tidak
virulen dapat berubah sifatnya menjadi virulen disebabkan adanya strain yang tidak
virulen dicampur dengan sel-sel bakteri strain virulen yang telah dimatikan. Tahun
1944 ditemukan bahwa perubahan sifat atau transformasi dari bakteri yang tidak
virulen menjadi virulen disebabkan oleh adanya DNA dari sel bakteri strain virulen
yang masuk ke dalam bakteri strain yang tidak virulen.

11
Gambar 2. Proses Transpormasi pada Bakteri
Transduksi adalah cara pemindahan DNA dari satu sel ke dalam sel lainnya
melalui perantaraan bakteriofage. Beberapa jenis virus berkembang biak di dalam
sel bakteri. Virus-virus yang inangnya adalah bakteri sering disebut bakteriofag
atau fage. Ketika virus menginfeksi bakteri/ fage memasukkan DNA nya ke dalam
sel bakteri. DNA tersebut kemudian akan bereplikasi di dalam sel bakteri atau
berintegrasi dengan kromosom baketri. DNA fage yang dikemas ketika membentuk
partikel fage baru akan membawa sebagian DNA bakteri yang menjadi inangnya.
Selanjutnya jika fage tersebut menginfeksi bakteri yang lain maka fage akan
memasukkan DNAnya yang sebagian mengandung DNA sel inang sebelumnya.

2. Pengertian Tanaman Transgenik

12
Tanaman transgenik adalah merupakan aplikasi bioteknologi pada tanaman
yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya melalui penyisipan gen atau
DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan tertentu. Organisme
transgenik adalah organisme yang mendapatkan pindahan gen dari organisme lain.
Gen yang ditransfer dapat berasal dari jenis (spesies) lain seperti bakteri, virus,
hewan atau tanaman lain. Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama
dilakukan identifikasi atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu
(sifat yang diinginkan). Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain
hewan, cendawan atau bakteri. Setelah gen yang diinginkan didapat maka
dilakukan perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen. Pada tahapan
kloning gen DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen pembawa
DNA) contohnya (plasmid DNA yang digunakan untuk transfer gen) .Kemudian,
vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat
diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut. Apabila gen yang
diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan
transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari bagian tertentu
salah satunya adalah bagian daun (Amirhusin, 2004).
Teknologi transfer gen dibedakan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak
langsung (Herman, 2002). Contoh transfer gen secara langsung adalah penembakan
eksplan gen dengan gene gun atau divortex dengan silicon carbide (karbid silikon)
dan perlakuan pada protoplas tanaman dengan elektroporasi atau
dengan polyethylene glycol (PEG). Sedangkan transfer gen secara tidak langsung
adalah melalui vektor Agrobacterium.
a) Transfer gen secara langsung
• Penembakan partikel (particle bombardment)
Teknik paling modern dalam transformasi tanaman adalah penggunaan
metode penembak-an partikel atau gene gun. Metode transfer gen ini diopera-sikan
secara fisik dengan me-nembakkan partikel DNA-coated langsung ke sel atau
jaringan tanaman . Dengan cara demikian, partikel dan DNA yang ditambahkan
me-nembus dinding sel dan membran, kemudian DNA melarut dan

13
tersebar dalam sel secara independen. Telah didemonstra-sikan bahwa teknik ini
efektif untuk mentransfer gen pada bermacam-macam eksplan. Penggunaan
penembakan partikel membuka peluang dan kemungkinan lebih mudah dalam
memproduksi tanaman transgenik dari berbagai spesies yang sebelumnya sukar
ditransformasi dengan Agrobacterium, khususnya tanaman monokotil seperti padi,
jagung, dan turfgrass (Herman, 2002).
• Karbid silikon
Metode transfer gen lain yang kurang umum digunakan dalam transformasi
tanaman tetapi telah dilaporkan berhasil mentransformasi jagung dan turfgraas
adalah penggunaan karbit silikon. Suspensi sel tanaman yang akan ditransformasi
dicampur dengan serat karbid silikon dan DNA plasmid dari gen yang diinginkan
dimasukkan ke dalam tabung Eppendorf kemudian dilakukan pencampuran dan
pemutaran dengan vortex. Serat silicon carbide berfungsi sebagai jarum injeksi
mikro (microinjection) untuk memudahkan transfer DNA kepada tanaman.
b) Transfer gen secara tidak langsung
Dari banyak teknik transfer gen yang berkembang, teknik melalui media
vektor Agrobacterium tumefaciens paling sering digunakan untuk mentransformasi
tanaman dikotil. A. Tumefaciens mampu mentransfer gen ke
dalam genom tanaman melalui eksplan baik yang berupa potongan daun (leaf discs)
atau bagian lain dari jaringan tanaman yang mempunyai potensi beregenerasi
tinggi.
Gen yang ditransfer terletak pada plasmid Ti (tumor inducing). Segmen
spesifik DNA plasmid Ti disebut DNA T (transfer DNA) yang berpindah dari
bakteri ke inti sel tanaman dan berintegrasi ke dalam genom tanaman. Karena A.
Tumefaciens merupakan patogen tanaman maka Agrobacterium sebagai vektor
yang digunakan untuk transformasi tanaman adalah bakteri dari jenis plasmid Ti
yang dilucuti virulen-sinya (disarmed), sehingga sel tanaman yang ditransformasi
oleh Agrobacterium dan yang mampu beregenerasi akan membentuk suatu tanaman
sehat hasil rekayasa genetik. Tanaman tersebut akan menurunkan DNA T yang
disarmed dan gen asing (dari sifat yang diinginkan) ke keturunannya. Teknik

14
transformasi melalui media vektor Agrobacterium pada tanaman dikotil telah
berhasil tetapi sebaliknya tidak umum digunakan pada tanaman monokotil.
Meskipun demikian, beberapa peneliti melaporkan bahwa beberapa strain
Agrobacterium berhasil mentransformasi tanaman monokotil seperti jagung dan
padi (Herman, 2002).

Metode Transfor Gen Melalui Bakteri

1. Ekstraksi DNA dari Plasmid Agrobacterium Menggunakan Teknik PCR.


Pemotongan dan penggabungan atau penyisipan DNA
yang dipilih melibatkan enzim restriksi dan ligase.
2. Pengklonan gen oleh bacteria vektor sehingga dihasilkan DNA yang diharapkan
kemudian klon gen Agrobacterium diintroduksi ditransformasi ke dalam kultur sel
tumbuhan
3. Multifikasi dan regenerasi bagian-bagian tumbuhan sehingga terbentuk
tumbuhan dengan sifat yang baru berikut gambar lain yang bisa mendukung
pemahaman tahapan pembentukan tanaman transgenik.

15
2.2 Perkembangan Tanaman Transgenik Secara Global
Tahun 2001 merupakan yang pertama di mana luas area pertanaman
transgenik di dunia melebihi 50 juta ha, yaitu 52,6 juta ha (James, 2001b). Luasan
ini adalah kenaikan 8,4 juta atau 19% dari luasan tahun 2000 dan merupakan
kenaikan hampir dua kali lipat. Pada tahun 2001, distribusi luas pertanaman
tanaman transgenik 26% atau 13,5 juta ha berada di negara berkembang (Herman,
2002).
Dari 16 negara yang menanam tanaman transgenik, sejak tahun 1997
hanya 3 negara yang mendominasi luasan area penanaman, yaitu AS, Argentina,
dan Kanada, selanjtnya cina bergabung sejak tahun 1999.

Di antara tanaman transgenik dengan gen-gen ketahanan terhadap serangga


hama seperti yang telah diuraikan, hanya tanaman trans-genik dengan gen Bt yang
laku di-komersialkan secara global. Tanaman transgenik tahan serangga hama
tersebut adalah jagung Bt, jagung Bt/toleran herbisida (TH), kapas Bt, dan kapas

16
Bt/TH. Pengga-bungan sifat tahan serangga hama dengan sifat toleran herbisida da-
lam satu tanaman transgenik diilha-mi oleh sukses dan lakunya tanam-an transgenik
toleran herbisida di pasaran. Selain jagung Bt yang luas area penanamannya
menurun dari tahun 2000 ke 2001, luas area ketiga komoditas yang lain meningkat,
masing-masing 1,7 juta ha menjadi 2,4 juta ha untuk kapas Bt/TH; 1,5 juta ha
menjadi 1,9 juta ha untuk kapas Bt; dan 1,4 menjadi 1,8 untuk jagung Bt/TH (James,
2002).
a) Contoh Tanaman yang telah Menggunakan Teknologi Rekayasa
Genetika
Berikut ini disajikan berbagai tanaman hasil rekayasa genetika dan
keunggulannya dibandingkan dengan tanaman biasa yang sejenis:
• Kedelai Transgenik
Kedelai merupakan produk Genetically Modified Organism terbesar
yaitusekitar 33,3 juta ha atau sekitar 63% dari total produk GMO yang ada. Dengan
rekayasa genetika, dihasilkan tanaman transgenik yang tahan terhadap hama,tahan
terhadap herbisida dan memiliki kualitas hasil yang tinggi. Saat ini secara global
telah dikomersialkan dua jenis kedelai transgenik yaitu kedelai toleranherbisida dan
kedelai dengan kandungan asam lemak tinggi.
• Jagung Transgenik
Di Amerika Serikat, komoditi jagung telah mengalami rekayasa
genetikamelalui teknologi rDNA, yaitu dengan memanfaatkan gen dari bakteri
Bacillusthuringiensis (Bt) untuk menghindarkan diri dari serangan hama serangga
yang disebut corn borer sehingga dapat meningkatkan hasil panen Gen Bacillus
thuringiensis yang dipindahkan mampu memproduksi senyawa pestisida
yangmembunuh larva corn borer tersebut.

17
Perbandingan Jagung Menggunakan Gen BT dan Non BT

2.3 Keunggulan Tanaman Rekayasa


WHO telah meramalkan bahwa populasi dunia akan berlipat dua pada tahun
2020 sehingga diperkirakan jumlah penduduk akan lebih dari 10 milyar. Karena
kondisi tersebut, produksi pangan juga harus ditingkatkan demi menjaga
kesinambungan manusia dengan bahan pangan yang tersedia. Namun yang menjadi
kendala, jumlah sisa lahan pertanian di dunia yang belum termanfaatkan karena
jumlah yang sangat kecil dan terbatas. Dalam menghadapi masalahtersebut,
teknologi rDNA atau Genetically Modified Organism (GMO) akan memiliki
peranan yang sangat penting. Teknologi rDNA dapat menjadi strategi dalam
peningkatan produksi pangan dengan keunggulan-keunggulan sebagaiberikut :
• Mereduksi kehilangan dan kerusakan pasca panen
• Mengurangi resiko gagal panen- Meningkatkan rendemen dan
produktivitas- Menghemat pemanfaatan lahan pertanian
• Mereduksi kebutuhan jumlah pestisida dan pupuk kimia
• Meningkatkan nilai gizi
• Tahan terhadap penyakit dan hama spesifik, termasuk yang disebabkan
oleh virus.
2.4 Proses Pembuatan Tanaman Transgenetik

18
Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan
identifikasi atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang
diinginkan). Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan,
cendawan, atau bakteri. Setelah gen yang diinginkan didapat maka dilakukan
perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen.Pada tahapan kloninggen,
DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen pembawaDNA),
contohnya plasmid(DNA yang digunakan untuk transfer gen).
Kemudian vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA
dapat diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut. Apabila gen
yang diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan
transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari bagian tertentu,
salah satunya adalah bagian daun. Transfergen ini dapat dilakukandengan beberapa
metode, yaitu metode senjata gen, metode transformasi DNA yang diperantarai
bakteri Agrobacterium tumefaciens ,dan elektroporasi (metodetransfer DNA
dengan bantuan listrik).
1. Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil
Metode ini sering digunakan pada spesies jagung dan padi.
Untuk melakukannya, digunakan senjata yang dapat menembakkan mikro-
proyektil berkecepatan tinggi ke dalam sel tanaman. Mikro-proyektil tersebut akan
mengantarkan DNA untuk masuk ke dalam sel tanaman. Penggunaan senjata gen
memberikan hasil yang bersih dan aman, meskipun ada kemungkinan terjadi
kerusakan sel selama penembakan berlangsung.
2. Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens
Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara
alami karena memiliki plasmid Ti, suatu vektor (pembawa DNA) untuk
menyisipkan gen asing. Di dalam plasmid Ti terdapat gen yang menyandikan sifat
virulensi untuk menyebabkan penyakit tanaman tertentu. Gen asing yang ingin
dimasukkan ke dalam tanaman dapat disisipkan di dalamplasmid Ti.Selanjutnya.
A. Tumefaciens secara langsung dapat memindahkan gen pada plasmid tersebut
kedalam genom (DNA) tanaman.Setelah DNA asing menyatu dengan DNA
tanaman maka sifat-sifat yang diinginkan dapat diekspresikan tumbuhan.

19
3. Metode elektroporasi.
Pada metode elektroporasi ini,sel tanamanyang akan menerima gen asing
harus mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas(sel yang
kehilangan dinding sel). Selanjutnya sel diberi kejutan listrik dengan voltase
tinggiuntuk membuka pori-pori membran sel tanaman sehingga DNA asing dapat
masuk ke dalam sel dan bersatu (terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman.
Kemudian, dilakukan proses pengembalian dinding sel tanaman.Setelah proses
transfer DNA selesai, dilakukan seleksi sel daun untuk mendapatkan sel yang
berhasil disisipi gen asing.Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan
sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan tunas.Apabila
telah terbentuk tanaman muda (plantlet), makadapat dilakukan pemindahan ke
tanah dan sifat baru tanaman dapat diamati.

2.5 Dampak Positif dan Negataif Tanaman Transgenik


a. Dampak Positif Tanaman Transgenik
1. Rekayasa transgenik dapat menghasilkan produk lebih banyak dari
sumberyang lebih sedikit.
2. Rekayasa tanaman dapat hidup dalam kondisi lingkungan ekstrem
sehinggaakan memperluas daerah pertanian dan mengurangi bahaya kelaparan.
3. Makanan dapat direkayasa supaya lebih lezat dan menyehatkan

b. Dampak Negatif Tanaman Transgenik

Adapun dampak negatif dari rekayasa transgenik meliputi beberapa aspek yaitu:

a. Aspek sosial meliputi:

1. Aspek ekonomi

Berbagai komoditas pertanian hasil rekayasa genetika telah memberikan


ancaman persaingan serius terhadap komoditas serupa yang dihasilkan secara
konvensional. Penggunaan tebu transgenik mampu menghasilkan gula dengan
derajat kemanisan jauh lebih tinggi dari pada gula dari tebu atau bit biasa

b. Aspek kesehatan

20
1. Potensi toksisitas bahan pangan dengan terjadinya transfer genetik di dalam
tubuh organisme transgenik akan muncul bahan kimia baru yang berpotensi
menimbulkan pengaruh toksisitas pada bahan pangan.

2. Potensi menimbulkan penyakit/gangguan kesehatan WHO pada tahun 1996


menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis bahan kimia baru, baik yang terdapat
di dalam organisme transgenik maupun produknya, berpotensi menimbulkan
penyakit baru atau pun menjadi faktor pemicu bagipenyakit lain. Sebagai contoh,
gen aad yang terdapat di dalam kapas transgenik dapat berpindah ke
bakteri penyebab kencing nanah (GO), Neisseria gonorrhoeae.

c. Aspek lingkungan

1. Potensi erosi plasma nutfah Penggunaan tembakau transgenik telah memupus


kebanggaan Indonesia akan tembakau Deli yang telah ditanam sejak tahun 1864.
Tidak hanya plasma nutfah tanaman, plasma nutfah hewan pun mengalami
ancaman erosi serupa. Sebagaicontoh, dikembangkannya tanaman transgenik yang
mempunyai gen dengan efek pestisida, misalnya jagung Bt, ternyata dapat
menyebabkan kematian larva spesies kupu-kupu raja (Danaus plexippus) sehingga
dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan keseimbangan ekosistem akibat
musnahnya plasma nutfah kupu-kuputersebut.

2. Potensi pergeseran gen daun tanaman tomat transgenik yang resisten terhadap
serangga Lepidoptera setelah 10 tahun ternyata mempunyai akar yang dapat
mematikan mikroorganisme dan organisme tanah, misalnya cacing tanah.

3. Potensi pergeseran ekologi organisme transgenik dapat pula mengalami


pergeseran ekologi. Organisme yang pada mulanya tidak tahan terhadap suhu
tinggi, asam atau garam, serta tidak dapat memecah selulosa atau lignin, setelah
direkayasa berubah menjadi tahan terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut.

21
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan
1. Pemuliaan tanaman konvensional dan rekayasa genetika sama-sama
bertujuan mendapatkan individu tanaman dengan karakter unggul yang
secara genetis sudah mengalami modifikasi. Akan tetapi terdapat perbedaan
antara pemuliaan tanaman konvensional dengan rekayasa genetika dalam
hal modifikasi yang terjadi pada genom tanaman. Pemuliaan tanaman secara
konvensional menggunakan cara persilangan untuk mendapatkan individu
tanaman unggul, sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama.
Sedangkan rekayasa genetika melakukan modifikasi genetis tersebut secara
langsung dengan melakukan insersi gen asing (yang membawa sifat unggul
yang kita inginkan) langsung ke genom tanaman
2. Tanaman tahan serangga hama dapat dirakit melalui teknologi rekayasa
genetik dengan menggunakan gen yang berasal dari berbagai jenis
organisme.
3. Pada tahun 2002, secara global luas tanaman transgenik tahan serangga
hama dan sifat gabungan dengan toleran herbisida adalah 14,5 juta ha atau
25% dari total luas area tanaman transgenik.
4. Teknologi rekayasa genetik dan produknya yang berupa tanaman transgenik
tahan serangga hama telah dimanfaatkan oleh petani dan para peneliti.
5. Manfaat tanaman transgenik tahan serangga hama berupa terjadinya
pengurangan aplikasi insektisida dan kasus keracunan insektisida, serta
keuntungan ekonomi bagi petani.

22
DAFTAR PUSTAKA

Amirhusin. 2004. Tanaman Transgenik Tahan Hama. Jurnal Litbang Pertanian


23(1): 1-7.

Bahagiawati, A. 2000. Peranan dan potensi dietary insecticidal protein dalam


rekayasa genetika tanaman tahan hama. Buletin AgroBi. 3(2): 74−79.

Cheng, J., M.G. Bolyard, R.C. Saxena, and M.B. Sticklen. 1992. Production of
insect resistant potato by genetic transformation with a 3- endotoxingene
from Bacillus thuringiensisvar. kurstaki. Plant Sci. 1(1) : 83-91.

Herma, Muhammad. 2002. Perakitan Tanaman Tahan Serangga Hama Melalui


Teknik Rekayasa Genetika. Jurnal Buletin Agribio. 5(1):1-13.

Herman, Muhammad. 1996. Rekayasa genetik untuk perbaikan tanaman. Buletin


AgroBio 1(1):24-34.

James, C. 2000. Global review of commercialized transgenic crops: 2000. ISAAA


Brief No. 16. ISAAA, New york: Ithaca New York.

Taryono. 2016. Pengantar Bioteknologi Untuk Pemuliaan Tanaman. Gadjah Mada


University Press

23

Anda mungkin juga menyukai