Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PERANAN BIOTEKNOLOGI DALAM MENGATASI

MASALAH KETAHANAN PANGAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi Umum


yang dibimbing oleh Bapak Indra Kurniawan S.Si, M.Si.

Zizah Estuning Erina


Offering A
NIM : 200341617268

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PRODI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI
JANUARI 2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak
keempat di dunia. Jumlah penduduk Indonesia saat ini sebanyak 269 juta jiwa atau
3,49% dari total populasi dunia dengan rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar
1,49 persen per tahun. Semakin meningkatnya jumlah penduduk berarti jumlah
kebutuhan menjadi lebih besar, salah satunya adalah kebutuhan pangan.
Sedangkan lahan pertanian semakin berkurang karena dikonversi menjadi lahan
permukiman. Fenomena inilah yang membuat Indonesia berada pada masalah
ketahanan pangan. Ketahanan pangan merupakan sebuah kondisi yang dijadikan
acuan untuk mengatur upaya-upaya kestabilan kondisi antara penduduk dengan
kondisi pangan. Pertumbuhan penduduk dalam sebuah negara harus diimbangi
dengan meningkatnya jumlah ketersediaan pangan bagi para penduduknya.
Thomas Robert Malthus (1798) telah memprediksi bahwa dunia akan menghadapi
ancaman karena ketidakmampuan pangan yang memadai bagi penduduknya.
Sehingga diperlukan suatu usaha yang maksimal untuk menciptakan sebuah
keseimbangan antara tingkat pertumbuhan penduduk dan ketersediaan pangan.
Salah satunya dengan memanfaatkan bioteknologi. Oleh karena itu, dibutuhkan
wawasan yang lebih mendalam mengenai bioteknologi sabagai upaya mengatasi
ketahanan pangan yang akan dibahas sebagai berikut.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan bioteknologi?
1.2.2 Sebutkan dan jelaskan macam – macam bioteknologi?
1.2.3 Bagaimana peran bioteknologi dalam mengatasi masalah
ketahanan pangan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui dan memahami konsep bioteknologi
1.3.2 Mengetahui dan memahami macam – macam bioteknologi
1.3.3 Mengetahui dan memahami peran bioteknologi dalam mengatasi
masalah ketahanan pangan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bioteknologi


Bioteknologi berasal dari istilah latin, yaitu bio (hidup), teknos
(teknologi = penerapan), dan logos (ilmu) yang artinya ilmu yang mempelajari
penerapan prinsip-prinsip biologi. Menurut European Federation of Biotechnology
(EFB), bioteknologi sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu
rekayasa yang bertujuan untuk meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel, bagian
dari organisme hidup, dan/atau analog molekuler untuk menghasilkan barang dan
jasa. Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan
berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa. Ilmu-ilmu pendukung
bioteknologi diantaranya adalah mikrobiologi, biokimia, genetika, biologi sel, teknik
kimia, dan enzimologi. Aplikasi bioteknologi tidak hanya diterapkan pada
mikroorganisme saja, tetapi juga diterapkan pada tumbuhan dan hewan. Ada 4 prinsip
dasar bioteknologi yaitu penggunaan agen biologi, menggunakan metode tertentu,
dihasilkannya suatu produk turunan, dan melibatkan banyak disiplin ilmu.
2.2 Macam – Macam Bioteknologi
2.2.1 Bioteknologi Konvensional (sederhana)
Bioteknologi konvensional adalah bioteknologi yang memanfaatkan
peran organisme secara langsung untuk menghasilkan produk barang dan jasa
yang bermanfaat bagi manusia melalui proses fermentasi. Bioteknologi ini
merupakan teknik yang sederhana dan hasil produksi dalam jumlah kecil.
Bioteknologi konvensional dapat dimanfaatkan dalam beberapa bidang
diantaranya bidang pangan dalam pembuatan yoghurt (Streptococcus
thermophillus atau Lactobacillus bulgaricus), keju (Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus thermophillus), tempe (Rhizopus oryzae dan Rhizopus
oligosporus), kecap (Aspergillus wentii), dan lain – lain. Dalam bidang
pertanian bioteknologi konvensional memiliki peran dalam usaha pemenuhan
kebutuhan makanan yaitu dengan kultur jaringan, pembastaran, dan
hidroponik. Kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan makhluk
hidup menjadi individu baru yang mempunyai sifat sama seperti induknya.
Pembastaran adalah perkawinan antara dua individu tanaman yang berbeda
varietas, tetapi masih dalam satu spesies. Hidroponik adalah teknik bercocok
tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya.
2.2.2 Bioteknologi Modern
Dalam bioteknologi modern berupaya untuk menghasilkan produk
dalam jumlah yang besar secara efektif dan efisien menggunakan teknologi.
Bioteknologi modern dalam produksi pangan dilakukan dengan menerapkan
teknik rekayasa genetik. Rekayasa genetik adalah kegiatan manipulasi gen
untuk mendapatkan produk baru dengan cara membuat DNA baru. Melalui
teknik rekayasa genetik, dapat disusun pola gen sedemikian rupa sehingga
menghasilkan organisme yang sifatnya sesuai dengan kebutuhan. Teknik ini
disebut juga dengan DNA rekombinan, yaitu proses mengkombinasikan DNA
suatu organisme ke organisme lain yang melibatkan penggunaan gen
organisme lain yang disisipkan ke pita DNA organisme tertentu. Organisme
yang menggunakan bagian gen organisme lain di dalam tubuhnya dikenal
dengan istilah organisme transgenik. Beberapa contoh organisme transgenik
adalah tanaman transgenik dan hewan transgenik.
2.3 Peran Bioteknologi Dalam Mengatasi Masalah Ketahanan Pangan
Bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern memiliki peran yang sangat
besar dalam masalah produksi pangan.
2.3.1 Peran bioteknologi konvensional dalam mengatasi masalah
ketahanan pangan
2.3.3.1 Produksi makanan yang dibantu oleh mikroorganisme
(fermentasi) misalnya pembuatan tempe dengan menumbuhkan
jamur Rhizopus oryzae dan Rhizopus oligosporus pada biji
kedelai.
2.3.3.2 Kultur jaringan tanaman dapat menghasilkan tanaman baru
yang
memiliki sifat seperti induknya sehingga bisa dihasilkan produk
yang selalu berkualitas.
2.3.3.3 Pembastaran merupakan cara yang sederhana, murah, dan
paling
mudah untuk menghasilkan tanaman pangan varietas unggul.
2.3.3.4 Masyarakat yang tidak memiliki pekarangan (tanah) biasanya
masyarakat perkotaan dapat menggunakan teknik hidroponik
untuk menanam sayuran misalnya, menanam sawi pada media
tanam air.

Namun, seiring peningkatan jumlah penduduk produksi pangan dengan cara


konvensional tidak lagi memadai. Untuk itu, mulai dikembangkan bioteknologi
modern yang meningkatkan produksi tanaman budidaya dan mengurangi pemakaian
bahan kimia berbahaya seperti pupuk dan pestisida.

2.3.2 Peran bioteknologi modern dalam mengatasi masalah ketahanan


pangan
2.3.2.1 Mulai digunakannya rekayasa genetika pada tanaman (tanaman
transegenik) sebagai upaya peningkatan produksi pangan.
Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi gen
asing yang berasal dari mahluk hidup lainnya, bisa sesama
tanaman, hewan, ataupun bakteri. Dengan tanaman transgenic
akan dihasilkan tanaman unggul yang lebih baik dari tanaman
aslinya, tahan terhadap hama dan penyakit sehingga hasil panen
dapat melimpah, mengurangi biaya produksi dan penggunanaan
insektisida kimia. Contoh hasil dari tanaman transgenic adalah
padi: golden rice (beras emas) yang menghasilkan bulir padi
yang mengandung betakaroten, prekusor vitamin A. Tanaman
transgenik padi golden rice disisipi gen Phytoene synthase
(psy) dari tanaman daffodils (bunga narsis) dan Lycopene
cyclase (crt1) dari bakteri tanah Erwinia uredovora sehingga
memproduksi enzim untuk biosintesis karotenoid (β-carotene)
atau pro vitamin A dalam endosperm.
2.3.2.2 Hewan transgenic
Penerapan rekayasa genetik pada hewan untuk menghasilkan
hewan ternak yang memproduksi susu dan daging berkualitas.
Contohnya, sapi transgenik yang mempunyai laju pertumbuhan
tinggi dan kualitas daging yang baik dan domba transgenik
yang mempunyai bulu tebal.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Semakin meningkatnya jumlah penduduk maka jumlah kebutuhan pangan
menjadi lebih besar. Pertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan meningkatnya
jumlah ketersediaan pangan bagi para penduduknya. Sehingga diperlukan suatu usaha
yang maksimal untuk menciptakan sebuah keseimbangan antara tingkat pertumbuhan
penduduk dan ketersediaan pangan, yaitu dengan memanfaatkan bioteknologi
konvensional dan bioteknologi modern. Bioteknologi konvensional dengan
fermentasi, kultur jaringan, dan hidroponik. Sedangkan bioteknologi modern
menggunakan rekayasa genetika berupa tanaman transgenic dan hewan transgenic.
3.2 Saran
Demikian pembahasan mengenai peranan bioteknologi dalam mengatasi
masalah ketahanan pangan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena keterbatasan
pengetahuan dan kurangnya literatur atau referensi yang dimiliki penulis. Oleh karena
itu, penulis mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para
pembaca baik dosen maupun mahasiswa demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Cambell, N.A. & J. B. Reece.2008. Biologi. Edisi Kedelapan Jilid 2. Terjemahan: Damaring
Tyas Wulandari. Jakarta: Erlangga.

Dwiyani,Rindang.2014.BIOTEKNOLOGI TANAMAN. JURUSAN AGROTEKNOLOGI.


Fakultas Pertanian. Universitas Udayana.

Hasanah, Aswanti Putri, dkk.2013.Bioteknologi Tanaman.D3 Kimia Industri. Fakultas


Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Universitas Sumatra Utara.

Partiwi, Ajrul Arin, dkk. Pengaruh Dinamika Penduduk Terhadap Ketahanan Pangan Di
Provinsi Jawa Barat Dan Jawa.

Ramlawati, dkk.2017. Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajaran Ipa Bab Xii
Bioteknologi.Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Guru Dan Tenaga Kependidikan.

Sugiarta, Anak Agung Gede.2018. Penelitian Rekayasa Genetik Untuk Memperoleh


Tanaman Dengan Kualitas Hasil Lebih Baik. Program Studi
Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Udayana Denpasar.

Sutarno.2016. Rekayasa Genetik Dan Perkembangan Bioteknologi Di Bidang Peternakan.


Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1)
Hal 23-27. Universitas Sebelas Maret.

BAB I-libraryums_rekmo.pdf diakses pada Jumat, 08 Januari 2020 pukul 20.53

Anda mungkin juga menyukai