PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Dapat Mengetahui Rekayasa Genetika dalam Bidang Kesehatan
1.3.2 Dapat Mengetahui Rekayasa Genetika dalam Bidang Pertanian
1.3.3 Dapat Mengetahui Rekayasa Genetika dalam Bidang Peternakan
1.3.4 Dapat Mengetahui Dampak Rekayasa Genetika
BAB II
PEMBAHASAN
Pertanian adalah mata pencaharian yang tertua dan terluas di dunia. Upaya
peningakatan hasil pertanian tidak pernah berhenti sepanjang masa. Upaya itu
dilakukan antara lain dengan memilih bibit unggul dengan produksi yang
lebih tinggi, baik dipandang dari segi kualitas maupun kuantitas, pengolahan
lahan, dan seitem budaya tanaman.
2.2.1 Pemuliaan Tanaman
Pemuliaan tanaman merupakan ilmu yang mempelajari tentang perubahan
susunan genetik (sifat) tanaman agar diperoleh tanaman yang menguntungkan
bagi manusia. Tujuan pemuliaan tanaman ini yakni untuk memperoleh atau
mengembangkan varietas atau hibrida, sehingga member hasil lebih tinggi dan
menguntungkan. Teknik rekayasa genetika membantu proses pemuliaan tanaman
dengan cara teknik kultur jaringan. Penelitian tentang kultur sel da jaringan
tumbuhan mencapai sejumlah hasil secara individual mewujudkan kemajuan
teknik dan kesempurnaan yang nyata. Penggunaan kultur jaringan untuk
penangkaran klonal didasarkan pada anggapan bahwa jaringan secara genetik
tetap stabil jika dipisahkan dari induk dan ditempatkan dalam kultur. Meskipun
tanaman diperbanyak secara vegetatif (klon) tetapi tidak berarti bahwa semua klon
secara genetik bersifat serupa. Klon yang berbeda secara nyata dari induknya
dapat terjadi dan dikenal dengan varian somatik.
2.2.2 Pemberantasan Hama
Kebanyakan inteksida, herbisida, dan pestisida yang digunakan untuk
mengendalikan hama tidak cukup selektif karna dapat berpengaruh buruk bagi
lingkungannya. Hormon serangga dalam jumlah yang sangat kecil telah
digunakan untuk memberantas hama, misalnya feromon, yang digunakan sebagai
pemikat serangga dan alaromon yang digunakan untuk mengusir serangga lain.
Percobaan lain yang dapat mengendalikan hama lain adalah dengan melibatkan
bakteri. Galur bakteri Pseudomonas endotoksin, secara genetik dapat diubah
menjadi galur yang menghasilkan endotoksin yang piten sebagai inteksida
bagi serangga tertentu.
2.2.3 Penambatan Nitrogen
Para ahli menemukan gen nif (singkatan nitrogen-fixation) terlibat dalam
penyusunan aparat penambatan nitrogen. Rekayasa genetik telah berhasil untuk
mentransfer gen nif kedalam E.coli sehingga dapat menambat nitrogen. Gen nif
ini diambil dari Klebsiella pneumoniae, sejenis bakteri tanah yang hidup bebas
dari setiap tumbuhan inang. Bakteri ini mempunyai tidak kurang dari 17 gen
nif. Gen nif ini ditransfer ke bakteri dan dimasukkan ke akar gandum dan padi-
padian lain.
2.2.4 Mikoriza Vesikular
Adanya kerjasama dengan mikoriza sering menyebabkan peningkatan
yang mencolok pada pertumbuhan di tanah yang kekurangan fosfat. Penyerapan
unsur-unsur mikro seperti seng dan tembaga juga dapat ditingkatkan dan
terdapat bukti yang menunjukkan bahwa tumbuhan yang berasosiasi dengan
mikoriza mengandung hormon tumbuhan dengan kadar lebih tinggi dari pada
tumbuhan tanpa mikoriza. Produksi Mikoriza dapat dilakukan dengan Isolasi
Spora. Proses isolasi spora adalah proses dengan menggunakan inokulasi semai
tumbuhan inang dalam pot dengan potongan-potongan akar yang mengandung
mikoriza. Hasil infeksi ini lebih banyak mengandung spora dalam pot jika
dibandingkan dengan tanah dari lapangan dan oleh karena itu lebih mudah
mengisolasi spora dari tanah yang diperkaya.
Penelitian pengembangan bioteknologi dalam bidang pertanian dilakukan
untuk merakit varietas unggul seperti tanaman padi dan tanaman semusim
yang sangat membantu dalam menyediakan kebutuhan pangan di Indonesia.
Meskipun bidang bioteknologi mulai berkembang, masih terdapat adanya
penolakan terhadap produk-produk yang sudah dihasilkan. Menurut Andoko
(2018) masalah yang dihadapi oleh negara berkembang seperti Indonesia
adalah masalah sosial dan tantangan dalam pemasaran produk rekayasa
genetika yang mana produsen harus melakukan pengujian lapang yang
membutuhkan waktu lama dan biaya yang besar sehingga proses penerapan
produk rekayasa genetika menjadi lama.
Penolakan terhadap produk rekayasa genetika juga diakibatkan oleh
kekhawatiran masyarakat terhadap lingkungan, kesehatan, agama dan etika.
Pada dasarnya produk rekayasa genetika merupakan hasil dari pemindahan
gen yang diinginkan melalui teknik DNA rekombinan. Materi genetik yang
baru belum tentu berhasil dipindahkan ke sel target sehingga memungkinkan
dapat mengaktifkan, merubah atau menonaktifkan gen-gen yang ada didekat dari
sel target. Hal ini dapat menyebabkan mutasi yang mengakibatkan beracun atau
tidak layak konsumsi. Di samping itu, munculnya virus baru pada tanaman
transgenik sangat dimungkinkan terjadi sebagai proses pertahanan tanaman.
Adanya produk rekayasa genetika dapat mengancam keanekaragaman
hayati dan timbulnya alergi dari produk rekayasa genetika.
Namun demikian, perkembangan bioteknologi dalam bidang pertanian
memiliki potensi yang menguntungkan. Menurut Sharma et al. (2002),
rekayasa genetika membuka peluang yang luas bagi pemulia untuk
mengakses gen dan trait baru dari sumber yang eksotik dan beragam untuk
dimasukkan ke dalam varietas/ hibrida unggul. Tujuan utama dari perakitan
produk rekayasa genetika adalah untuk mengatasi berbagai permasalahan
pangan yang dihadapi di berbagai bela han dunia karena pertumbuhan
penduduk yang semakin pesat, termasuk Indonesia. Produk rekayasa genetika
bermanfaat untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia, menghasilkan
makanan yang lebih bergizi serta obat-obatan.
Febrina, O. :, Siregar, S. T., Andasyari, S., Della, T., Jurusan, A., & Kimia, P.
(2018). Rekayasa Genetik : Manfaat dan Dampak Negatifnya Terhadap
Kehidupan Manusia. 22. Retrieved from
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/53537068/Rekayasa
_Genetik__Manfaat_dan_Dampak_Negatifnya_Terhadap_Kehidupan_M
anusia.pdf?
AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=15391913
28&Signature=a7ovUpwuxAbd4tWHoz%2BDi%2BQxkNQ
%3D&response-content-di
Wasilah, U., Rohimah, S., & Su’udi, M. (2019). Perkembangan Bioteknologi di
Indonesia. Rekayasa, 12(2), 85–90.
https://doi.org/10.21107/rekayasa.v12i2.5469