Anda di halaman 1dari 22

Makalah Rekayasa Genetika

PERANAN REKAYASA GENETIKA DALAM BIDANG


BIOTEKNOLOGI MODERN

Oleh:

A. Nurul Mujahidah Muhammadiyah

H311 15 308

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bioteknologi adalah bidang penerapan biosains dan teknologi yang

menyangkut penerapan praktis organisme hidup atau komponen sub-sellulernya

pada industri jasa dan manufaktur serta pengelolaan lingkungan. Atau dapat pula

di definisikan sebagai teknologi yang menggunakan sistem hayati (proses-proses

biologi) untuk mendapatkan barang dan jasa yang berguna bagi kesejahteraan

manusia.

Bioteknologi memanfaatkan bakteri, ragi, kapang, alga, sel tumbuhan atau

sel hewan yang dibiakkan sebagai konstituen berbagai proses industri. Pada

umumnya bioteknologi dibedakan menjadi bioteknologi tradisional dan modern.

Bioteknologi tradisional adalah bioteknologi yang memanfaatkan mikrobia

(organisme) untuk memodifikasi bahan dan dan lingkungan untuk memperoleh

produk optimal. Misalnya pembuatan tempe, tape, roti, pengomposan sampah.

Sedangkan bioteknologi modern dilakukan melalui pemanfaatan ketrampilan

manusia dalam melakukan manipulasi makhluk hidup agar dapat digunakan untuk

menghasilkan produk sesuai yang diinginkan manusia. Misalnya melalui teknik

rekayasa genetik (Sutarno, 2016).

Bioteknologi modern berkembang pesat setelah genetika molekuler

berkembang dengan baik. Gen atau yang sering dikenal dengan istilah DNA,

merupakan materi genetik yang bertanggung jawab terhadap semua sifat yang

dimiliki oleh makhluk hidup. Oleh karena itu, dibuatlah makalah ini untuk

mengetahui peranan rekayasa genetika dalam bidang bioteknologi modern.


1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:

1. Bagaimana sejarah bioteknologi modern?

2. Apa saja kelebihan dan kekurangan bioteknologi modern?

3. Bagaimana aplikasi bioteknologi modern?

4. Bagaimana peranan rekayasa genetika dalam bidang bioteknologi modern?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan makalah ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui sejarah bioteknologi modern.

2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan bioteknologi modern.

3. Untuk mengetahui aplikasi bioteknologi modern.

4. Untuk mengetahui peranan rekayasa genetika dalam bidang bioteknologi

modern.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Bioteknologi Modern

Bioteknologi modern berkembang pesat setelah genetika molekuler

berkembang dengan baik. Dimulai dengan pemahaman tentang struktur DNA

pada tahun 1960an dan hingga berkembangnya berbagai teknik molekuler telah

menjadikan pemahaman tentang gen menjadi semakin baik. Gen atau yang sering

dikenal dengan istilah DNA, merupakan materi genetik yang bertanggung jawab

terhadap semua sifat yang dimiliki oleh makhluk hidup.

Genetika merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana sifat-sifat suatu

makhluk hidup ini diturunkan dari induk kepada keturunannya. Sebagian besar

dari sifat yang dimiliki oleh suatu makhluk hidup dikendalikan oleh gen-gen yang

berada di dalam inti sel (nukleus), dan pola penurunannya dipelajari dalam

Genetika Mendel (Mendelian Genetics).

Kemajuan-kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi yang telah ada baik di

bidang fisika, kimia, matematika dan biologi telah memicu majunya bioteknologi.

Selain itu, banyak hal yang juga ikut berperan dalam memicu lahirnya

bioteknologi, diantaranya adalah karena semakin besar tuntutan untuk mencapai

target yang diinginkan dengan proses yang lebih cepat dan terobosan yang

inovatif yang bisa menguntungkan bagi umat manusia.

Bioteknologi juga memiliki peran penting dalam ilmu pengetahuan dewasa

ini, bioteknologi sendiri mengalami berbagai pembaruan dari bioteknologi yang

bersifat tradisional ke arah bioteknologi yang modern. Manfaat bioteknologi bagi


kehidupan manusia dalam meningkatkan kesejahteraan dan perbaikan hidup telah

terbukti, antara lain penerapannya untuk memerangi kelaparan, mengatasi

kelangkaan sumber daya energi, mengurangi pencemaran lingkungan dan masih

banyak lagi (Sutarno, 2016).

Saat ini, bioteknologi berkembang pesat terutama di negara-negara maju.

Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai teknologi, misalnya

rekayasa genetika, kultur jaringan, rekombinasi DNA dan kloning. Berikut ini

Tabel 1. memperlihatkan perkembangan bioteknologi

Tabel 1. Garis perkembangan bioteknologi


Dalam Human Genome Project, ilmuwan mencoba menentukan posisi

yang tepat dari masing-masing gen di dalam kromosom manusia. Jika hal ini

berhasil dilakukan, ahli genetik mampu menentukan gen penyebab cacat dan

menetralisasi atau menggantinya (Jendela IPTEK, 1997).

Menurut (Gordon, 1994; Niemann dan Kues, 2000), bioteknologi dapat

digunakan untuk meningkatkan produksi peternakan, melaui:

1. Teknologi produksi, seperti inseminasi buatan, embrio transfer, kriopreservasi

embrio, fertilisasi in vitro, sexing sperma maupun embrio, cloning dan

splitting.

2. Rekayasa genetika, seperti genome maps, marker assisted selection (MAS),

transgenic, identifikasi gen, konservasi molekuler, dan

3. Peningkatan efisiensi dan kualitas pakan, seperti manipulasi mikroba rumen,

dan bioteknologi yang berkaitan dengan bidang veteriner.

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Bioteknologi Modern

Kelebihan dari bioteknologi modern, yaitu:

o Perbaikan sifat genetik dilakukan secara terarah.

o Dapat mengatasi kendala ketidaksesuaian genetik.

o Hasil dapat diperhitungkan.

o Dapat menghasilkan jasad baru dengan sifat baru yang tidak ada pada

jasad alami.

o Dapat memperpendek jangka waktu pengembangan galur jasad / tanaman

baru.

o Dapat meningkatkan kualitas dan mengatasi kendala alam dalam sistem

budidaya tanaman.
Kelebihan bioteknologi modern pada berbagai bidang, yaitu:

o Pertanian dan Peternakan, menciptakan bibit-bibit unggul yang akan

memberikan produk bermutu tinggi secara kualitas dan kuantitas,

meningkatnya sifat resistensi tanaman terhadap hama, dan penyakit

tanaman.

o Lingkungan dan Pelestarian, mengatasi masalah pelestarian spesies langka

dan hampir punah.

o Kesehatan, mampu menciptakan produk obat untuk penyakit.

o Industri, menciptakan pemberantas hama secara biologis dan tanaman

tahan hama dalam tubuhnya disisipi gen bakteri.

o Pertambangan, melakukan pengolahan biji besi dan masalah sumber daya

energi.

Kekurangan bioteknologi modern, yaitu:

o Relatif mahal.

o Memerlukan kecanggihan tekhnologi.

o Pengaruh jangka panjang belum diketahui

Kekurangan bioteknologi modern pada berbagai bidang, yaitu:

o Etika/ Moral, bertentangan dengan nilai budaya dan agama, merusak etika

dan moral, serta melanggar hukum alam.

o Sosial ekonomi, menimbulkan kesenjangan antara negara/ perusahaan,

harus adanya perizinan dalam menggunakan produk, menimbulkan

kesenjangan ekonomi, dan menyingkirkan plasma nutfah.

o Kesehatan, kematian, gen yang resisten terhadap antibiotik, dan adanya

kandungan bahan kimia yang baru pada produk.


o Lingkungan, mengganggu keseimbangan alam dan kelestarian organisme,

pencemaran biologi, dan penyalahgunaan hak pribadi.

2.3 Aplikasi Bioteknologi Modern

2.3.1 Aplikasi Bioteknologi Modern pada Makanan

Penerapan bioteknologi pada makanan secara modern, diawali pada 1992.

Saat itu sebuah perusahaan Amerika, Calgene, mendapatkan izin untuk

memasarkan OHMG yang disebut Flavrsavr. OHMG (Organisme Hasil

Modifikasi Genetik) ini adalah tomat yang dibuat lebih tahan hama dan tidak

dapat membusuk. Secara umum, penerapan bioteknologi modern pada makanan

tidak dapat dipisahkan dengan bioteknologi modern pada bidang pertanian.

Produk-produk makanan yang dihasilkan dari OHMG, seperti tanaman pertanian,

hewan, atau mikroorganisme, disebut makanan hasil modifikasi genetik.

OHMG lebih banyak dilakukan pada tanaman pertanian. Contohnya,

jagung tahan lama, kedelai tahan herbisida, kentang tahan virus, padi dengan zat

dan vitamin yang ditingkatkan (golden rice), gandum dengan protein yang tinggi

bagi ternak, dan banyak hasil pertanian lainnya. Perkembangan selanjutnya dari

penerapan bioteknologi modern semakin beraneka ragam. Sekarang, para

ilmuwan dapat membuat makanan yang mengandung obat, pisang yang

menghasilkan vaksin hepatitis B, ikan yang lebih cepat dewasa, dan tanaman buah

yang berbuah lebih cepat.

2.3.2 Aplikasi Bioteknologi Modern pada Pertanian

Pada bidang pertanian, telah banyak dilakukan penerapan bioteknologi

modern. Para ilmuwan telah berhasil membuat prosedur penyisipan gen pada

berbagai tanaman. Penyisipan gen ke dalam tumbuhan dapat dilakukan melalui


beberapa cara. Salah satunya, sumber DNA gen asing terlebih dahulu dimasukkan

ke dalam plasmid bakteri Agrobacterium tumefaciens. Kemudian, bakteri

Agrobacterium rekombinasi tersebut diinfeksikan pada jaringan tumbuhan.

Bakteri yang digunakan Agrobacterium tumefaciens sebab di alam bakteri ini

menginfeksi tanaman dan menyebabkan penyakit crown gall (sejenis tumor).

Dengan dimasukkannya gen asing ke dalam plasmid bakteri, gen asing

akan memasuki DNA tumbuhan. Dengan demikian, tumbuhan akan memiliki sifat

yang sesuai dengan gen asing tersebut. Tumbuhan hasil penyisipan gen disebut

juga tanaman transgenik.

Berbagai macam gen telah berhasil disisipkan ke dalam DNA tanaman

pertanian. Beberapa di antaranya adalah gen bagi penghasil vitamin, gen untuk

penghasil racun bagi serangga, gen bagi pengikatan nitrogen bebas, dan gen untuk

bahan herbisida. Gen-gen tersebut dapat menyebabkan tanaman transgenik

memiliki sifat gen yang dimasukkan tersebut.

Gambar 1. Langkah-langkah penyisipan gen pada tumbuhan


Perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan melalui modifikasi genetik baik

dengan pemuliaan tanaman secara konvensional maupun dengan bioteknologi

khususnya teknologi rekayasa genetik. Kadang-kadang dalam perakitan varietas

tanaman tahan serangga hama, pemulia konvensional menghadapi suatu kendala

yang sulit dipecahkan, yaitu langkanya atau tidak ada-nya sumber gen ketahanan

di dalam koleksi plama nutfah. Contoh sumber gen ketahanan yang langka adalah

gen ketahanan terhadap serangga hama, misalnya penggerek batang padi,

penggerek polong kedelai, hama boleng ubi jalar, penggerek buah kapas (cotton

bolworm), dan penggerek jagung (Herman, 1997).

Gen ketahanan terhadap serangga hama dan sumbernya disajikan pada

Tabel 2.

Tabel 2. Gen ketahanan terhadap serangan hama

Sebagian besar penelitian transformasi untuk memproduksi tanaman tahan

serangga difokus-kan pada protein yang mengandung kode gen tunggal, seperti Bt

endotoxins (Cheng et al., 1992), proteinase inhibitor (Hilder et al., 1993; Johnson

et al., 1989; Ryan, 1990), cowpea trypsin inhibitor (Hoffman et al., 1993), pea

seed lectin (Gatehouse et al., 1991), snow drop lectin (Rao et al., 1999), amylose

inhibitor (Ishimoto et al., 1996; Schroeder et al., 1995; Shade et al., 1994). Protein

dengan kode gen tunggal lebih mudah diintroduksi ke dalam tanaman.


2.3.3 Aplikasi Bioteknologi Modern pada Peternakan

Dalam bidang peternakan, bioteknologi dimanfaatkan untuk menghasilkan

vaksin, antibodi, pakan bergizi tinggi, dan hormon pertumbuhan. Contoh vaksin

untuk ternak yaitu vaksin untuk penyakit mulut dan kuku pada mamalia, vaksin

ND (Newcastle Disease) untuk mengobati penyakit tetelo pada unggas, dan

vaksin untuk penyakit flu burung.

Contoh lain penerapan bioteknologi modern dalam bidang peternakan

adalah kloning. Kloning adalah proses untuk membuat salinan molekul, elektron

atau organisme multiseluler yang identik. Pada kloning reproduksi, hal tersebut

dilakukan untuk menghasilkan individu yang sama dengan induknya.

Salah satu proses kloning yang terkenal adalah kloning domba Dolly.

Kloning tersebut dilakukan pada 1996 dan Dolly hidup hingga 2003. Kelahiran

domba hasil kloning ini mengundang kontroversi dari berbagai pihak. Pada

kloning Dolly, ilmuwan mengisolasi inti sel somatis kelenjar mamae domba dan

memasukkannya ke dalam sel telur yang telah dihilangkan inti selnya. Sel telur

yang mengandung inti sel donor tersebut diberi kejutan listrik atau zat kimia untuk

memicu pembelahan sel. Ketika klon embrio mencapai tahap yang sesuai, embrio

tersebut dimasukkan dalam uterus domba betina (Gambar 2).

Gambar 2. Proses kloning pada domba


Kloning reproduksi dapat digunakan untuk menghasilkan ternak yang

identik dengan induknya, tetapi ilmuwan mengetahui bahwa kloning mempunyai

potensi yang lebih berguna. Para ilmuwan berusaha melakukan kloning

reproduksi pada hewan-hewan yang telah punah. Beberapa hewan punah telah

dicoba dikloning. Pada 2003, seekor banteng jawa berhasil dikloning, kemudian

diikuti oleh tiga kucing liar afrika dari embrio yang dibekukan. Hasil ini

memberikan harapan bahwa teknik yang sama dapat dilakukan pada hewan ternak

lainnya.

2.3.4 Aplikasi Bioteknologi Modern pada Kesehatan dan Pengobatan

Bentuk lain kemudahan yang diciptakan bioteknologi adalah cara paling

tepat untuk mendiagnosa Gonorrhoea pada wanita. Dahulu penyakit ini

didiagnosa dengan lebih dulu mengkultur bakteri penyebabnya, suatu prosedur

yang memakan waktu 2 sampai 3 hari. Diagnosa infeksi chlamydia khusus,

bahkan lebih menyulitkan lagi, karena C. Trachomatis hanya dapat tumbuh dalam

sel hidup, dan tes baru dapat dilakukan dengan memakan waktu 3 sampai 4 hari.

Tester baru, dengan menggunakan antibodi klon tunggal, telah sangat menyingkat

waktu untuk mendiagnosa kedua penyakit kelamin itu. Antibodi klon tunggal juga

dapat digunakan untuk mendeteksi kelainan genetik pada janin, ini digunakan

untuk diagnosa prenatal.

Salah satu cara untuk mengendalikan penyakit genetis ialah dengan

mencegah kelahiran anak yang terkena penyakit itu. Anggota suatu populasi yang

memiliki resiko besar untuk mendapat suatu penyakit genetik dapat diajari segala

hal mengenai sifat dan penyebaran kelainan tertentu, dan secara teratur dites

adanya individu pembawa di kalangan mereka dengan informasi ini, pasangan


yang memiliki resiko mendapat anak yang mengidap penyakit itu dapat

diidentifikasi, lalu diberi nasehat sehingga mereka dapat menetapkan pilihan

dalam mengendalikan kelahiran anak yang kena penyakit keturunan demikian.

Mereka dapat memilih, apakah mencegah kehamilan sama sekali atau jika masih

ingin mendapatkan anak, perlu dilakukan diagnosa prenatal (sebelum lahir), dan

harus digugurkan jika terbukti janinnya mendapat penyakit itu. Dalam 10 tahun

belakangan, sudah dapat dibuat cara tes yang aman dan tepat untuk diagnosa

prenatal terhadap sikle anemia dan thalassemia.

Setiap saat tubuh kita dapat terkena serangan virus, bakteri, jamur, dan zat-

zat lain dari lingkungan sekitarnya. Zat-zat tersebut dapat membahayakan tubuh.

Secara alami, manusia dapat menghasilkan antibodi bagi kuman atau antigen

tersebut. Namun, agar sistem kekebalan tubuh aktif, tubuh harus pernah diserang

kuman tersebut. Terkadang jika tubuh tidak mampu bertahan, akibatnya akan

fatal.

Untuk memicu kekebalan tubuh, dapat dilakukan dengan menyuntikkan

vaksin yang mengandung antigen penyakit tersebut. Dengan demikian, dapat

terbentuk antibodi pada tubuh yang dapat melawan patogen. Oleh karena

kemampuan melawan patogen ini, antibodi monoklonal dikembangkan untuk

mengatasi penyakit spesifik.

Cara yang umum digunakan untuk menghasilkan antibodi adalah dengan

menyuntikkan sedikit antigen pada tikus atau kelinci. Tubuh kelinci atau tikus

akan merespon antigen dengan menghasilkan antibodi yang secara langsung dapat

diambil dari darahnya. Akan tetapi, biasanya antigen direspon oleh beberapa

macam sel. Antibodi yang dihasilkan adalah antibodi poliklonal, yaitu campuran

berbagai antibodi yang dihasilkan oleh berbagai sel.


Sekitar 1970, sebuah teknik dikembangkan untuk menghasilkan antibodi

monoklonal. Antibodi yang dihasilkan dari satu sel yang sama dan spesifik

terhadap satu antigen. Antibodi monoklonal ini didapat dari kultur sel. Pembuatan

antibodi monoklonal adalah melalui fusi sel antara sel B dari hati dan sel

penghasil tumor. Sel B hati digunakan karena sel inilah yang menghasilkan

antibodi. Adapun sel tumor digunakan karena dapat membelah diri terus-menerus.

Gambar 3. Pembuatan antibodi monoklonal


2.3.5 Aplikasi Produk Bioteknologi Modern di Bidang Forensik

Bioteknologi modern memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan

manusia dan tuntutan di bidang forensik, dalam bidang forensik Profiling DNA

digunakan dalam analisis forensik untuk mengidentifikasi sampel DNA di TKP

atau untuk menentukan keturunan. Pengujian DNA (DNA testing), juga dikenal

sebagai profiling DNA (DNA profiling), penyidikan genetik/DNA, atau

penyidikjarian genetik/DNA (genetic/DNA fingerprinting) dan semacamnya.

Pengujian DNA yaitu suatu pengujian forensik menggunakan teknik

biologi molekuler untuk mendapatkan profil DNA dari sejumlah materi uji yang

merupakan bahan biologis. Profil DNA ini biasa disebut sebagai sidik jari DNA

(DNA fingerprint). Profil DNA berupa himpunan data yang menggambarkan

susunan DNA yang khas dari sampelnya. Kasus yang paling umum dari pengujian

DNA biasanya penentuan orang tua dari seorang bayi atau penyelidikan

pemerkosaan/pembunuhan.

Prinsip dasar pengujian DNA adalah pencocokan data (genetik) sebelum

dan sesudah kejadian yang diselidiki. Dalam pengujian DNA, hanya sebagian

kecil berkas DNA yang dipakai untuk pengujian. Sasaran utama adalah bagian

DNA yang berisi pengulangan urutan basa, suatu bagian DNA yang dikenal

sebagai pengulangan berurutan yang bervariasi (variable number tandem repeats,

VNTR). VNTR dapat berupa minisatelit maupun mikrosatelit. DNA adalah

molekul yang stabil dan tidak mudah terurai oleh gangguan fisik atau kimia.

Selain itu, DNA yang dimiliki oleh suatu individu selalu sama profilnya, tidak

peduli dari bagian tubuh mana sampel diambil, asalkan terdapat sel tubuh terikat

pada sampel tersebut. Ini memberikan keunggulan uji DNA daripada sidik jari

ataupun sidik gigi dalam kasus yang melibatkan bagian-bagian tubuh yang

terpencar.
Pengujian DNA dapat menjadi bukti positif bagi identitas seseorang dan

tidak butuh sampel banyak. Sedang pada pengujian genotip, seperti golongan

darah dan antigen lekosit, diperlukan sampel dalam jumlah banyak. Sebaliknya

pada pengujian sidik jari DNA hanya dibutuhkan contoh jaringan tubuh yang

mengandung DNA dalam jumlah sedikit saja.

2.4 Peranan Rekayasa Genetik dalam Bioteknologi Modern

Rekayasa genetik atau rekombinan DNA merupakan kumpulan teknik-teknik

eksperimental yang memungkinkan peneliti untuk mengisolasi, mengidentifikasi,

dan melipatgandakan suatu fragmen dari materi genetika (DNA) dalam bentuk

murninya. Pemanfaatan teknik genetika di dalam bidang pertanian maupun

peternakan diharapkan dapat memberikan sumbangan, baik dalam membantu

memahami mekanisme-mekanisme dasar proses metabolisme maupun dalam

penerapan praktisnya seperti misalnya untuk pengembangan tanaman-tanaman

pertanian maupun hewan-hewan ternak dengan sifat unggul.

Rekayasa genetika merupakan dasar dari bioteknologi yang di dalamnya

meliputi manipulasi gen, kloning gen, DNA rekombinan, teknologi modifikasi

genetik, dan genetika modern dengan menggunakan prosedur identifikasi,

replikasi, modifikasi dan transfer materi genetik dari sel, jaringan, maupun organ.

Dalam skala yang lebih luas, rekayasa genetik melibatkan penanda atau marker

yang sering disebut sebagai Marker-Assisted Selection (MAS) yang bertujuan

meningkatkan efisiensi suatu organisme berdasarkan informasi fenotipnya .Salah

satu aplikasi dari rekayasa genetik adalah berupa manipulasi genom hewan.

Bioteknologi modern berkaitan erat dengan rekayasa genetik. Rekayasa

genetik adalah pengubahan komposisi gen individu melalui percobaan dan upaya
lainnya. Gen sebagai pembawa sifat makhluk hidup dapat diidentifikasi, diisolasi,

dan disisipkan dalam materi genetik makhluk hidup lain. Individu yang dihasilkan

melalui rekayasa genetika disebut makhluk hidup transgenik atau organisme hasil

modifikasi genetik (OHMG).

Organisme yang bisa menerima DNA asing dan umum digunakan dalam

proses penyisipan gen adalah bakteri. Hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa sifat

yang dimiliki bakteri. Bakteri memiliki dua jenis materi genetik yaitu kromosom

bakteri dan plasmid (Gambar 4). Plasmid merupakan rantai DNA berbentuk

sirkuler yang ditemukan di bakteri. Plasmid terkadang mengandung gen yang

membuat bakteri tahan terhadap antibiotik ampisilin dan tetrasilin. Plasmid dapat

keluar masuk sel, bahkan dapat masuk ke dalam sel bakteri yang berbeda jenis.

Gambar 4. (a) Plasmid pada bakteri yang mengandung gen untuk ampisilin dan
tetrasilin. (b) Plasmid bakteri dilihat dengan mikroskop elektron DNA
plasmid.

Plasmid dapat diisolasi dari bakteri dan dapat “dipotong” menggunakan

enzim restriksi. Dengan cara yang sama, DNA penyusun gen, misalnya gen

insulin dapat dipotong dan diisolasi menggunakan enzim restriksi yang sama.

Contohnya, enzim restriksi EcoR1 yang memotong urutan basa TTAA, karena

gen insulin memiliki rantai DNA dengan ujung urutan basa yang sama, TTAA
dan AATT, rantai DNA gen insulin dapat bergabung dengan DNA plasmid

melalui bantuan enzim DNA ligase.

Gambar 5. Pemotongan dan penyisipan gen insulin dalam plasmid

Proses penyisipan tersebut menghasilkan bakteri yang mengandung gen

pembentukan insulin pada manusia. Bakteri ini nantinya dapat menghasilkan

hormon insulin manusia. Molekul DNA rekombinasi ini kali pertama dilakukan

pada 1973 oleh Stanley Cohen dari Universitas Stanford dan Herbert Boyer dari

Unversitas California. Hal ini menandai lahirnya rekayasa genetik modern.

Selain rekayasa genetik, bioteknologi modern juga mencakup fusi sel

(penggabungan sel) dari makhluk hidup yang berbeda spesies. Fusi sel adalah

teknik yang digunakan untuk menghasilkan sel hibrid (hibridoma). Sel hibrid ini

mengandung bahan genetik dari sel-sel yang difusikan.

Prinsip dasar teknik ini yaitu membuka dinding kedua sel, kemudian

kedua isi sel dicampurkan (Gambar 6). Dinding sel dihilangkan dengan

menggunakan enzim tertentu. Untuk menggabungkan isi sel, digunakan virus atau

bahan kimia seperti polietilen glikol. Teknik fusi sel dilakukan antara lain untuk

mendapatkan hibrid baru penghasil antibiotik, tanaman interspesies, dan antibodi

monoklonal.
Gambar 6. Teknik fusi sel untuk mendapatkan sel dengan sifat campuran

Dari dua teknik dasar bioteknologi modern tersebut dihasilkan

bermacam-macam produk baru. Untuk menghasilkan produk bioteknologi

modern, terkadang tetap menggunakan teknik-teknik yang telah dikembangkan

dalam bioteknologi konvensional. Keunggulan rekayasa genetik adalah mampu

memindahkan materi genetik dari sumber yang sangat beragam dengan ketepatan

tinggi dan terkontrol dalam waktu yang lebih singkat. Melalui proses rekayasa

genetika ini, telah berhasil dikembangkan berbagai organisme maupun produk

yang menguntungkan bagi kehidupan manusia. Teknologi khusus yang digunakan

dalam rekayasa genetik meliputi teknologi DNA Rekombinan yaitu pembentukan

kombinasi materi genetik yang baru dengan cara penyisipan molekul DNA ke

dalam suatu vektor sehingga memungkinkannya untuk terintegrasi dan mengalami

perbanyakan di dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel inang.

Manfaat yang didapatkan dari metode rekayasa genetik, antara lain:

1. Mengurangi biaya dan meningkatkan penyediaan sejumlah besar bahan

yang sekarang di gunakan di dalam pengobatan, pertanian dan industri.


2. Menggembangkan tanaman-tanaman pertanian yang bersifat unggul.

3. Menukar gen dari satu organisme kepada organisme lainnya sesuai dengan

keinginan manusia, menginduksi sel untuk membuat bahan-bahan yang

sebelumnya tidak pernah dibuat.

Dengan berkembangnya teknik-teknik molekuler, telah memungkinkan

terjadinya percepatan perkembangan dalam bidang rekayasa genetik suatu

makhluk hidup. Penguasaan teknik rekombinan DNA telah memungkinkan

berkembangnya teknik rekayasa materi genetik yang memungkinkan dibentuknya

hewan transgenik. Hewan transgenik adalah hewan yang telah mengalami

rekayasa susunan materi genetiknya sehingga dihasilkan hewan atau tumbuhan

yang memiliki sifat-sifat yang diinginkan manusia.

Beberapa metode yang sering digunakan dalam teknik rekayasa genetika

meliputi pengunaan vektor, kloning, PCR (Polymerase Chain Reaction), dan

seleksi, screening, serta analisis rekombinan. Adapun langkah-langkah dari

rekombinasi genetik meliputi (1) identifikasi gen yang diharapkan; (2) pengenalan

kode DNA terhadap gen yang diharapkan; (3) pengaturan ekpresi gen yang sudah

direkayasa; dan (4) pemantauan transmisi gen terhadap keturunannya.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini, yaitu:

1. Bioteknologi modern berkembang pesat setelah genetika molekuler

berkembang dengan baik.

2. Terdapat kelebihan dan kekurangan bioteknololgi modern di berbagai bidang,

salah satu kelebihan dari bioteknologi modern, yaitu mampu menciptakan

produk obat untuk berbagai penyakit sedangkan salah satu kekurangannya,

yaitu mengganggu keseimbangan alam dan kelestarian organisme,

pencemaran biologi, dan penyalahgunaan hak pribadi.

3. Bioteknologi modern dapat diaplikasikan di bidang pertanian, perikanan,

peternakan, forensik, kesehatan dan/pengobatan.

4. Keunggulan dari peranan rekayasa genetik adalah mampu memindahkan

materi genetik dari sumber yang sangat beragam dengan ketepatan tinggi dan

terkontrol dalam waktu yang lebih singkat.


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, A., 2010, Penerapan Bioteknologi Rekayasa Genetika di Bidang Medis


Ditinjau dari Perspektif Filsafat Pancasila, HAM dan Hukum Kesehatan di
Indonesia, Jurnal Sasi, 17(4): 39-51.

Hadiyanto, Pramashinta, A., dan Riska, L., 2014, Bioteknologi Pangan: Sejarah,
Manfaat dan Potensi Risiko, Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 3(1): 1-6.

Herman, M., 2002, Perakitan Tanaman Tahan Serangga Hama melalui Teknik
Rekayasa Genetik, Buletin AgroBio, 5(1): 1-13.

http://belajarserbaneka.blogspot.co.id/2014/12/bioteknologi-biologi12b7-
rikky.html.

Radji, M., 2005, Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit dalam


Pengembangan Obat Herbal, Majalah Ilmu Kefarmasian, 2(3): 113-126.

Sutarno, 2016, Rekayasa Genetik dan Perkembangan Bioteknologi di Bidang


Peternakan, Proceeding Biology Education Conference, 13(1): 23-27.

Wijayanto, T., 2013, Prospek Penerapan Bioteknologi dalam Pemanfaatan dan


Pengembangan Biodiversitas Padi Lokal Sulawesi Tenggara, Jurnal
AGROTEKNOS, 3(1): 41-47.

Anda mungkin juga menyukai