Anda di halaman 1dari 64

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG MIKROBIOLOGI DENGAN SIKAP TERHADAP KESEHATAN SISWA MAN LEUWILIANG BOGOR

Disusun Oleh NENENG LAILA HASANAH 101016120887

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H/2007 M

58

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skrispi berjudul Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Mikrobiologi Dengan Sikap Terhadap Kesehatan Siswa MAN Leuwiliang Bogor, yang disusun oleh Neneng Laila Hasanah, NIM : 101016120887, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Program Studi Pendidikan Biologi telah melalui bimbingan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.

Jakarta, Februari 2007

Yang Mengesahkan

Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Hj. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 150 215 283

Dasumiati, M.Si NIP. 150 293 237

59

LEMBAR PENGESAHAN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN

Skrispi

yang berjudul

TENTANG MIKROBIOLOGI DENGAN SIKAP TERHADAP KESEHATAN SISWA MAN LEUWILIANG BOGOR, telah diujikan dalam sidang Munaqasah Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 Maret 2007. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Biologi.

Jakarta, Maret 2007 Sidang Munaqasah

Dekan/ Ketua Merangkap Anggota

Pembantu Dekan/ Sekretaris Merangkap Anggota

Prof. Dr. Rosyada, MA NIP. 150 231 356

Prof. Dr. H. Aziz Fachrurrozi, MA NIP. 150 202 343

Anggota Penguji I Penguji II

Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd NIP. 150 231 502

Baiq Hana Susanti, M.Sc NIP. 150 299 475

60

LEMBAR PENGESAHAN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SISWA TERHADAP

Skrispi TENTANG

yang berjudul MIKROBIOLOGI

KESEHATAN, telah diujikan dalam sidang Munaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 Maret 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Biologi.

Jakarta, Sidang Munaqasah

Maret 2007

Dekan/ Ketua Merangkap Anggota

Pembantu Dekan/ Sekretaris Merangkap Anggota

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 150 231 356

Prof. Dr. H. Aziz Fachrurrozi, MA NIP. 150 202 343

Anggota Penguji I Penguji II

Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd NIP. 150 231 502

Baiq Hana Susanti, M.Sc NIP. 150 299 475

61

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif antara pengetahuan tentang mikrobiologi dengan sikap terhadap kesehatan. Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian korelasional yang terdiri dari dua variabel, yaitu satu variabel bebas pengetahuan tentang mikrobiologi (X) dan satu variabel terikat sikap terhadap kesehatan (Y). Penelitian ini dilaksanakan di MAN Leuwiliang Bogor pada bulan Mei Juni 2006 dengan menggunakan metode Survei. Jumlah sampel yang digunakan adalah seluruh siswa kelas X MAN Leuwiliang sebanyak 60 orang. Teknik Analisis Data menggunakan teknik statistik korelasi dan Regresi linier sederhana. Pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 dan 0,01 hasil hipotesis yang didapat berupa garis regresi ! = 100 + 0,6 X. Harga koefisien korelasi sebesar 0,5 dan koefisien determinasi sebesar 25% dan taraf signifikansi sebesar 4,4. penelitian ini menghasilkan kesimpulan, yaitu ada hubungan yang positif dan signifikan antara pengetahuan tentang mikrobiologi dengan sikap terhadap kesehatan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kontribusi pengetahuan tentang mikrobiologi pada sikap terhadap kesehatan adalah sebesar 25%. Kata Kunci : Pengetahuan tentang Mikrobiologi, Sikap Terhadap Kesehatan

ABSTRACT

This research aim to know the positive correlation between the knowledge about microbiology and the attitude toward health. This is a correlation which has two variables. The knowledge about microbiology is independent variable (X) and the attitude toward health is dependent variable (Y). This research has been done at MAN Luwiliang Bogor on May-June 2006, by using survey method. The sum of samples that was used is all 1st year student of MAN Leuwiliang, The are 60 persons. The data analysis technique used correlation statistic technique and simple linear regressions the proof of hypothesis was done at significant level 0,05 and 0,01. The result of hypothesis is regression line ! = 100 + 0,6 x. The coefficient correlation value is 0,5 and determination coefficient value is 25%. This research has a conclusion that there is a significant and positive correlation between the knowledge about microbiology and the attitude toward health. In this research found that the contribution of knowledge about microbiology to the attitude toward health is about 25%. Key word: The Knowledge about microbiology, the attitude toward health

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dalam satu dekade terakhir ini pembangunan kesehatan di Indonesia mulai bergeser dari yang tadinya menitikberatkan pada bidang pengobatan (kuratif) saat ini bergeser ke arah yang lebih komprehensif dengan mencakup bidang promotif dan preventif sebagaimana tergambar pada program pelayanan kesehatan dasar (primary health care) dan Paradigma Sehat dari Departemen Kesehatan, seiring dengan transisi epidemiologi di negara berkembang terutama di Indonesia terjadi kondisi Double Burden (beban ganda) di mana penyakit tidak menular terlihat meningkat dalam kualitas dan kuantitasnya tetapi penyakit menular masih berperan utama sebagai penyebab kematian dan kesakitan di hampir sebagian wilayah.1 Seperti yang diberitakan pada media massa bahwa di Indonesia wabah flu burung menyerang 105 Kabupaten/Kota madya di 17 Propinsi; dalam kurun waktu 30 tahun sejak ditemukan virus Dengue di Surabaya dan Jakarta terjadi peningkatan yang besar baik dalam jumlah penderita maupun penyebaran penyakit, saat ini DBD telah ditemukan di 27 Propinsi dan 200 kota telah melaporkan adanya kejadian luar biasa.2 Sebagaimana tercantum dalam rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 salah satu program kesehatan unggulan adalah program

Masdalina Pane, Aspek Klinis dan Epidemiologis DD dan DBD, Jurnal Kesehatan Bina Husada (Palembang : STIK Bina Husada, Vol. 1 No. 1, Oktober 2004) H. 6 2 Ibid. h.7

pemberantasan penyakit menular yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan dari penyakit menular dan mencegah penyebaran serta mengurangi dampak sosial akibat penyakit sehingga tidak menjadi masalah kesehatan. Penyakit menular saat ini merupakan masalah besar dan menjadi ancamn global baik dalam bentuk new emerging diseases maupun reemerging diseases, hal ini dikarenakan penyakit-penyakit tersebut memiliki tingkat virulensi sangat tinggi, memiliki penyebaran sangat cepat.3 Sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah tropis, dari sudut pandang ilmu kesehatan lingkungan, Indonesia memiliki berbagai macam hal yang bersifat menguntungkan maupun merugikan. Faktor lingkungan yang menguntungkan adalah temperatur udara yang panas menyebabkan beberapa macam virus seperti SARS (Severe Acute Respiratory syndrome) tidak mudah berkembang biak contoh lain adalah masyarakat yang relijius terutama juga mengurangi pesatnya penularan virus HIV/AIDS dan sebagainya. Sebaliknya faktor lingkungan yang merugikan adalah masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, adat istiadat yang masih tradisional yang tidak sejalan dengan pemahaman kesehatan lingkungan, masalah sanitasi lingkungan yang belum sepenuhnya dapat diatasi (genangan air dan penumpukan sampah), kelembaban udara, telah menyebabkan penyakit penyakit infeksi baik oleh virus, bakteri, protozoa maupun cacing belum dapat diatasi secara memuaskan.4

Ibid, h. 6 S.Keman, Pengaruh Lingkungan Terhadap Kesehatan, Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 1 No.1 Juli 2004 h. 42
4

Pendidikan merupakan unsur esensial dalam pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan dalam pemikiran modern merupakan proses pewarisan budaya masyarakat yang disampaikan dari generasi ke generasi berikutnya dan warisan itu dikembangkan melalui penemuan di bidang ilmu pengetahuan. Pendidikan formal mempunyai sumbangan yang sangat berharga bagi perubahan dalam masyarakat, dapat memajukan masyarakat dan pembangunan.5 Kaitan proses pendidikan dengan pembangunan, khususnya pembangunan manusia dijelaskan oleh Theodore schultz ini berasumsi bahwa pendidikan formal merupakan investasi penting bagi masa depan, misalnya berupa pekerjaan dan posisi sosial serta peluang untuk melakukan mobilitas sosial dan sangat dibutuhkan untuk mnghasilkan kemampuan manusia, sikap dan prilaku produktif. Relevan dengan teori tersebut Alex Inkeles yang memfokuskan pada sikap, nilai dan kepercayaan, mengatakan bahwa pembangunan sosial dan ekonomi tidak akan berhasil kecuali masyarakat memiliki sikap modern, nilai dan kepercayaan kerja, kualitas hidup, dan kemampuan modern yang mengendalikan lingkungannya yang disebut dengan modernitas. Adanya teori modernitas inkeles cukup mendukung bahwa pendidikan merupakan agen penting bagi transformasi masyarakat tradisional ke masyarakat modern.6 Melihat pentingnya kesehatan bagi semua individu maka perlu digiatkan usaha untuk kesehatan diantaranya melalui pendidikan di tingkat sekolah yang
Deetje Nento, Sikap Mayarakat Daerah Industri Terhadap Pengelolaan Lingkungan, Jurnal Ilmu Pendidikan Parameter (Jakarta : UNJ No. 19 th. XXI. Agustus 2004 ) h. 6 6 Ibid
5

berkaitan dengan sikap terhadap kesehatan seperti pengetahuan tentang mikrobiologi yang membahas tentang kehidupan mikroorganisme. Dalam pokok bahasan virus, bakteri, jamur, alga dan protozoa siswa diperkenalkan tentang berbagai bentuk, sifat, klasifikasi, dan peranannya dalam kehidupan manusia. Aspek kognitif ini mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan, karena mikroorganisme yang merupakan penyebab timbulnya penyakit, baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan. Untuk itu materi mikrobiologi khususnya dan mata pelajaran biologi pada umumnya diberikan kepada anak didik tidak hanya sebagai informasi, diharapkan dengan tingkat kognitif yang dimiliki peserta didik harus mampu mempunyai sikap positif terhadap materi pelajarannya sehingga mereka mampu mengembangkan dan membina sikap positif terhadap kesehatan. Bertitik tolak dari masalah tersebut maka diadakan penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan tentang mikrobiologi dengan sikap terhadap kesehatan.

B.

Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah 1) Mengapa masalah yang menyangkut mikrobiologi dengan kesehatan sampai sekarang belum dapat dihubungkan secara maksimal? 2) Seberapa besar sumbangan dunia kependidikan ikut memecahkan masalah yang menyangkut mikrobiologi dan kesehatan?

3) Apakah hasil belajar siswa melalui pendidikan formal dapat menentukan pembetukan sikap terhadap kesehatan? 4) Faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan sikap siswa terhadap kesehatan, apakah faktor lingkungan keluarga, pengalaman, ekonomi, tingkat pendidikan dan hasil belajar seperti pengetahuan tentang mikrobiologi? 5) Dengan pengetahuan mikrobiologi yang dimilikinya, apakah siswa mempunyai pola sikap positif terhadap kesehatan ?.

2. Pembatasan Masalah Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka masalah pengetahuan tentang mikrobiologi dengan sikap siswa dibatasi hanya pada: 1) masalah hubungan antara pengetahuan tentang mikrobiologi dengan sikap siswa terhadap kesehatan. 2) Mikrobiologi adalah cabang biologi yang mempelajari mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, alga dan protozoa. 3) Materi mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, alga dan protozoa) yang cukup luas ini, dibatasi pada sifat dan bentuk, klasifikasi dan peranannya dalam kehidupan manusia. 4) Kesehatan dibatasi meliputi: kebersihan badan, penggunaan jamban, pemanfaatan air bersih, pengolahan dan konsumsi makanan dan minuman, penanganan sampah serta penanganan air limbah.

5) Sampel adalah siswa MAN Leuwiliang kelas X yang sudah mendapatkan materi tentang mikrobiologi.

3. Perumusan Masalah Mengacu pada latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu: Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengetahuan tentang mikrobiologi dengan sikap siswa terhadap kesehatan?

C.

Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi sistem

pendidikan, terutama mata pelajaran biologi. Misalnya dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penyempurnaan kurikulum bidang studi biologi, atau bagi sistem pengajaran biologi di kelas, baik yang menyangkut metode ataupun media pengajaran, sehingga kualitas pengajaran dapat ditingkatkan. Dengan demikian diharapkan pula pengajaran di sekolah tidak hanya meningkatkan intelektualitas, namun juga dapat menumbuhkembangkan sikap-sikap yang positif pada setiap diri anak didik.

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretis 1. Hakikat Pengetahuan tentang Mikrobiologi Pengetahuan dapat diartikan secara luas mencakup segala sesuatu yang diketahui.1 Hal ini sejalan dengan pernyataan Suriasumantri bahwa pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu.2 Menurut Notoatmodjo pengetahuan merupakan hasil tahu setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.3 Hal ini sejalan dengan pernyataan Soekanto bahwa pengetahuan merupakan hasil penggunaan panca indera dan akan menimbulkan kesan dalam pikiran manusia.4

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka dan Depdiknas, 2005) hal. 1121. 2 Jujun Suriasumantri, filsafat ilmu sebuah pengantar popular, (Jakarta: Pustaka sinar harapan, 2003) h.104 3 Soekidjo Notoatmodjo, Ilmu Kesehatan Masyarakat. (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) hal. 127 128 4 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: CV. Rajawali Press, 2003) hal. 6.

Piaget menyatakan bahwa pengetahuan adalah interaksi yang terus menerus antara individu dan lingkungan. Dengan demikian pengetahuan adalah suatu proses, bukan suatu barang.5 Menurut Hudojo pengetahuan adalah tekanan kepada proses psikologi ingatan atau kognitif.6 Benjamin S. Bloom, dkk seperti dikutip Anas Sudijono mengemukakan bahwa taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan harus mengacu kepada tiga jenis ranah, yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik.7 Selanjutnya dikatakan bahwa pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu: 1. Tahu (know) Yang dimaksud tahu adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. 2. Memahami (comprehension) Yang dimaksud memahami adalah suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi dengan benar. 3. Aplikasi (application) Yang dimaksud aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). 4. Analisis (analysis). Yang dimaksud analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Synthesis). Yang dimaksud sintesis adalah suatu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Marabangun harahap, Epistemologi konstruktivisme kognitif dan soiocultural dalm pengajaran IPA, Jurnal Pelangi Pendidikan Vol. 6 (2) Desember 1999 h.66 6 Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum Pembelajaran Matematika, (Malang: JICA, 2003), h. 19 7 Anas Sudijono,Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta:Raja Grafindo Persada) h.49
5

6. Evaluasi (Evaluation) Yang dimaksud evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.8 Piaget menyatakan bahwa proses dasar yang terjadi pada penyusunan pengetahuan adalah adaptasi (assimilasi dan akomodasi) yang diatur oleh ekuilibrasi.9 Assimilasi adalah pengambilan pengalaman dari lingkungan dan menggabungkannya dengan cara berpikir yang dimiliki sehingga pengalaman baru dapat digabungkan ke dalam struktur kognitif. Akomodasi adalah komponen lain dari proses adaptasi. Struktur kognitif di ubah agar cocok dengan informasi yang datang. Hal ini merupakan pemodifikasian eksplanasi yang dimiliki agar cocok dengan realitas. Ekuilibrasi meregulasi proses berpikir individu pada tiga arah fungsi kognitif yang berbeda, ketiganya adalah hubungan antara (1) asimilasi dan akomodasi dalam kehidupan individu sehari-hari, (2) sub-sub sistem pengetahuan yang timbul pada diri individu dan (3) bagian-bagian dari pengetahuan individu dan sistem pengetahuan sosial. Dengan demikian, ekuilibrasi merupakan faktor yang menjaga kemantapan selama proses interaksi yang terus terjadi dan perubahan yang juga terus menerus terjadi tanpa ekuilibrasi perkembangan kognitif bisa kehilangan kesinambungan dan keterpautan, dan menjadi terpotong-potong serta morat-marit.10

8 9

Soekidjo Notoatmodjo,op.cit.h.128-130 Marabangun Harahap,op.cit.h.65 10 Ibid, h.64 -65

10

Selain itu, Piaget menjelaskan bahwa penyusunan pengetahuan berdasar jenis pengalaman pengetahuan yang terjadi pada diri individu yang belajar. Jenisjenis tersebut adalah pengalaman fisik dan pengalaman logika-matematik.11 Setiap pertemuan langsung antara individu dengan lingkungan, dimana individu mengabstraksikan ciri-ciri fisik subjek disebut pengalaman fisik. Dalam pengalaman fisik, suatu sifat tertentu seperti warna atau bentuk di asimilasikan ke dalm struktur mental individu yang belajar. Pengalaman fisik meliputi proses asimilasi dan akomodasi. Sumber pengalaman baru bagi individu yang belajar dalam pengalaman fisik ialah objek objek yang ada di luar individu tersebut.12 Sumber pengalaman logika matematik adalah proses berfikir individu yang belajar itu sendiri. Dalam pengalaman logika-matematik kegiatannya berupa refleksi tindakan waktu sekarang dan mereorganisasikannya pada tingkat yang logis. Aktivitas ini sering disebut abstraksi reflektif, karena meliputi proses berfikir yang berefleksi pada diri sendiri.13 Ditinjau dari sifat dan cara penerapannya, pengetahuan terdiri dari dua macam, yakni : declarative knowledge dan procedural knowledge. declarative knowledge lazim juga disebut propositional knowledge.14 Pengetahuan deklatarif atau pengetahuan prososisional ialah pengetahuan mengenai informasi faktual yang pada umumnya bersifat statis-normatif dan dapat dijelaskan secara lisani

11 12

Ibid, h.65 Ibid 13 Ibid, h.65 14 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003) hal. 97.

11

atau verbal. Sebaliknya pengetahuan prosedural adalah pengetahuan yang mendasari kecakapan atau keterampilan perbuatan jasmaniah yang cenderung bersifat dinamis.15 Piaget pada awal penelitiannya tentang bagaimana anak berfikir telah dapat mengidentifikasi empat periode atau tahap perkembangan kognitif. Tahap perkembangan tersebut adalah sensorimotoris, praoperasional, operasional konkrit, dan operasional formal.16 Selanjutnya perkembangan kognitif menurut Piaget yang dikutip oleh Muhibbin Syah bahwa pada usia 1117 tahun mencapai operasi formal, dimana pada tahap ini anak telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan maupun berurutan. Dua ragam kemampuan kognitif, yakni: 1). Kapasitas menggunakan hipotesis, 2). Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kapasitas menggunakan hipotesis, seorang remaja akan

mampu berpikir hipotesis, yakni berpikir mengenai sesuatu, khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang direspon oleh siswa. Dengan kapasitas menggunakan prinsip abstrak, remaja akan mampu menerapkan logika ke semua tipe masalah termasuk yang abstrak.17 Menurut Usman, pengetahuan mengacu kepada kemampuan mengenal atau mengingat kembali yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada
15 16

Ibid, hal 98 Marabangun Harahap,op.cit.h.65 17 Muhibbin Syah, op.cit.hal. 73 74.

12

teori-teori yang sukar, salah satu faktor yang penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar.18 Dari teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa, pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui dan kemampuan mengenal dan mengingat

kembali yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar yang diperoleh melalui pengalaman setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Mikrobiologi adalah ilmu tentang seluk-beluk mikroba (bakteri, virus, protozoa, dll) secara umum baik yang bersifat parasit, maupun yang penting bagi industri pertanian, kesehatan, dan sebagainya.19 Menurut Dwidjoseputro, mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan tentang peri kehidupan makhluk-makhluk kecil yang hanya kelihatan dengan mikroskop. Makhluk kecil tersebut disebut mikroorganisme, mikroba, protista, atau jasad renik.20 Mikrobiologi mencakup pengetahuan tentang virus (virologi),

pengetahuan tentang bakteri (bakteriologi), pengetahuan tentang hewan bersel satu (protozoologi), pengetahuan tentang jamur (mikologi) terutama yang meliputi jamur-jamur rendah seperti Phycomycetes, Ascomycetes serta Deutromycetes. Selanjutnya dijelaskan bahwa yang termasuk kajian mikrobiologi adalah bentuk, struktur reproduksi, fisiologi, metabolisme, klasifikasi, distribusinya di alam,
18 19

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: (PT Remaja Rosdakarya, 1999) hal. 29. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op. cit. hal. 742 20 D. Dwidjoseputro, Dasar-dasar Mikrobiologi, Jakarta: Djambatan, 2003.

13

hubungan satu dengan yang lain serta peranan dalam kehidupan manusia.21 Lebih lanjut ditegaskan bahwa mikroorganisme berhubungan erat dengan kesehatan dan kesejahteraan manusia.22 Berdasarkan teori-teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang mikrobiologi yang dimaksud adalah segenap apa yang diketahui dan kemampuan mengingat kembali tentang yang sudah dipelajari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar tentang mikrobiologi.

2. Hakikat Sikap terhadap Kesehatan a. Pengertian Sikap Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang berekasi dengan stimulus yang diterimanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa sikap berbeda dengan pengetahuan, karena memberikan kesiapan yang menunjukkan aspek positif atau negatif yang berorientasi kepada hal-hal yang bersifat umum.23 Menurut I Gde Nurdjaya bahwa sikap adalah perasaan senang, tidak senang, setuju, tidak setuju terhadap sesuatu.24 Sikap menurut Fishbein dan Ajzen (1975) adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi

Ibid. hal. 5 Ibid. hal. 5 23 M. H. Matondang, dan Sri. H. Prestasi Kerja dikaitkan dengan Tanggung Jawab dan sikap Parameter, Jurnal Ilmu Pendidikan, Jakarta: UNJ No. 14 th XIX April 2002. hal. 34. 24 I Gde Nurdjaya, Sikap dan Motivasi Pembelajaran Bahasa, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran (Singaraja IKIPN Vol. 38 No. 3 Juli 2005) hal. 477.
22

21

14

konsep, atau orang.25 Menurut Sarwono, sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal tertentu. Sikap ini dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.26 Sarwono menyatakan ciri-ciri sikap sebagai berikut, yaitu: 1. Dalam sikap selalu terdapat hubungan subyek obyek. 2. Sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman-pengalaman. 3. Karena sikap dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan di sekitar individu yang bersangkutan pada saat yang berbeda-beda. 4. Dalam sikap tersangkut juga faktor-faktor motivasi dan perasaan. 5. Sikap tidak menghilang walaupun kebutuhan sudah dipenuhi. 6. Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat bermacammacam sesuai dengan banyaknya obyek yang dapat menjadi perhatian orang yang bersangkutan.27 Menurut Ngalim Purwanto sikap adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi.28 Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni : 1. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhtikan stimulus yang diberikan (objek).
25 26

Tim Penyusun, Penyusunan Ranah Afektif, (Jakarta: Depdiknas, 2003) hal. 8. Sarwono, Sarlito. W., Pengantar Umum Psikologi ,(Jakarja: PT Bulan Bintang, 2006) hal. 94. 27 Ibid. hal. 95. 28 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003) hal. 140.

15

2. Merespon (Responding) Memberikn jawaban apabila di tanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. 3. Menghrgai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah 4. Bertanggung Jawab (Responsible) Bertanggung jawab akan segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.29 Petty dan Cacioppo menyatakan bahwa sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, atau isu-isu.30 Sears, Freeman dan Peplau menyatakan tiga komponen sikap, yaitu: (1). cognition, (2). affection, dan (3). Behavior.. pengertian ini sejalan dengan pendapat Krech, Krutcfield, dan Ballachey, yang mengemukakan bahwa sikap mengandung tiga komponen, yaitu: (1). komponen kognitif, (2). perasaan, (3). kecenderungan bertindak (action tendency). Dengan adanya tiga komponen tersebut, Malim dan Birch yang dikutip oleh Nento menyatakan bahwa, respon seseorang terhadap suatu obyek disebabkan pula oleh tiga macam, yaitu: (1). Respon kognitif, yaitu persepsi tentang sesuatu atau kepercayaan, (2). Respon afektif, yaitu perasaan atau motivasi yang diarahkan terhadap suatu obyek, (3). Respon konaktif atau behavioral, yaitu respon perilaku yang berkaitan dengan obyek atau perhatian perilaku lainnya.31

Soekidjo Notoatmodjo,op.cit.h.132 Soekidjo Notoatmodjo,op.cit.h.132 31 Deetje Nento, Sikap Masyarakat daerah Indusri, Parameter Jurnal Pendidikan. (Jakarta: UNJ No. 19 th XXI 2004) hal. 4.
30

29

16

Azwar menyatakan pengertian sikap telah didefinisikan oleh para ahli dalam berbagai versi. Banyak definisi dan pengertian sikap pada umumnya dapat dimasukkan ke dalam salah satu diantara tiga kerangka pemikiran, yaitu: a. Pertama adalah kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood. Menurut mereka, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung (unfavorable) pada obyek tersebut. b. Kelompok pemikiran yang kedua diwakili oleh para ahli seperti Chave, Borgardus, La Pierre, Mead dan Gordon Allport. Menurut kelompok pemikiran ini sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons. c. Kelompok pemikiran yang ketiga adalah kelompok yang berorientasi kepada skema triadik. Menurut kerangka pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu obyek.30 Secord dan Backman (1964) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi
30

Saefuddin Azwar, sikap manusia: teori dan pengukurannya, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar,

2003) h.4-5

17

tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.31 Selanjutnya menurut Azwar struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif. (1). Komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isyu atau problem yang kontraversial. (2). Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap obyek sikap dan menyangkut masalah emosional subyektif terhadap suatu obyek. Apabila individu percaya bahwa obyek sikap tersebut membawa dampak yang tidak baik, maka akan terbentuk perasaan tidak suka atau afeksi yang tak favorable terhadap obyek sikap tersebut. (3). Komponen konatif menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya.32 Keterkaitan tiga komponen tersebut harus selaras dan konsisten agar bisa memunculkan suatu sikap tertentu. Dalam kata lain, apabila dihadapkan pada suatu obyek sikap yang sama, maka ketiga komponen tersebut harus mempolakan hal yang sama. Sikap berhubungan dengan seberapa luasnya pengetahuan individu terhadap obyek yang dihadapi. Orang yang tidak mempunyai pengetahuan tentang suatu obyek tidak akan mempunyai sikap positif terhadap obyek tersebut.

31 32

Ibid Ibid h. 24-27

18

Hal itu berarti bahwa aspek kognitif yang diwujudkan melalui pengaruh pemikiran dan keyakinan seseorang memerlukan landasan pengetahuan yang relevan menanggapi obyek sikap. Dengan demikian pengetahuan mengenai konsep tentang mikrobiologi diharapkan akan mampu menumbuhkembangkan sikap positif terhadap kesehatan. Demikian juga dengan pendidikan merupakan modal manusia melakukan transformasi sikap terhadap kesehatan.33 Ellis yang dikutip oleh Purwanto menegaskan bahwa, peranan pendidikan dalam pembentukan sikap pada anak adalah sangat penting. Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan sikap anak yang perlu diperhatikan dalam pendidikan adalah kematangan, keadaan fisik, pengaruh keluarga, lingkungan sosial, kehidupan sekolah, bioskop, guru, kurikulum sekolah dan cara guru mengajar.34 Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah sebagai berikut: 1). Pengalaman pribadi, apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dalam objek psikologi. Sehubungan dengan hal

33 34

Deetje Nento, op cit, h.11 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003) hal. 140

19

ini, Middlebrook (1974) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. 2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. 3) Pengaruh kebudayaan, kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Kebudayaan telahn mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat. 4) Media massa, adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. 5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama, sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertiandan konsep moral dalam diri individu. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. 6) Pengaruh faktor emosional.35

35

Saefudin Azwar, Op.cit, h.30-36

20

Faktor yang merupakan determinan sikap antara lain yang penting adalah faktor genetik, faktor fisiologis, faktor pengalaman langsung dengan obyek sikap, dan faktor komunikasi sosial.36 Faktor-faktor lain yang turut memegang peranan adalah Faktor internal dalam diri pribadinya itu yaitu selektivitasnya sendiri, daya pilihnya sendiri atau minat perhatiannya untuk menerima dan mengelola pengaruh-pengaruh yang datang dari luar dirinya itu dan factor-faktor itu turut ditentukan oleh motif-motif dan attitude lainnya yang sudah terdapat dalam pribadi orang itu.37 Selain itu ada juga faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap yang berasal dari luar antara lain yaitu sifat objek yang dijadikan sasaran sikap, kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap, sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut, media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap (seperti televisi, Koran, majalah, buku) dan faktor situasi pada saat sikap itu dibentuk 38 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, pengertian sikap adalah: Pertama, sikap merupakan kecenderungan bertingkah laku untuk bertindak terhadap obyek, terhadap situasi atau nilai tertentu. Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Ketiga, sikap relatif lebih menetap. Keempat, sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan baik atau buruk, penting atau tidak penting. Kelima, sikap timbul dari pengalaman,
36 37

Deetje Nento, Sikap Masyarakat Daerah Industri (jurnal Parameter no. 19 th. XXI, 2004) h.4 W.A. Gerungan, Psikologi Sosial (Bandung: PT. Replika Aditama, 2004) h. 167 38 Sarlito W. Sarwono, Pengantar umum Psikologi (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2000) h. 97

21

tidak dibawa sejak lahir tetapi merupakan hasil belajar, oleh karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah-ubah.39

b. Hakikat Kesehatan Kesehatan adalah keadaan sehat atau kebaikan keadaan (badan dan sebagainya). 40 Menurut Galen dan Kaum Ningrat (Aristokrat) pada zaman Yunani Kuno kesehatan merupakan bagian dari kegiatan atau aktivitas yang cukup beralasan untuk bebas dari rasa sakit. 41 Konstitusi World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa kesehatan itu meliputi atau mencakup kesehatan fisik (jasmani), mental (rohani) dan sosial serta tidak adanya penyakit atau kelemahan. 42 Menurut pasal 1 butir 1 UU 23 / 1992 tentang kesehatan, yang dimaksud kesehatan adalah : Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.43 Pernyataan tersebut mengandung implikasi bahwa kesehatan mempunyai kepositifan, kualitas alat-alat tubuh yang vital, yang tidak hanya tahan terhadap

39 40

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2003) h.40 Tim Penyusun,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta:Depdiknas &Balai Pustaka,2005), h.1011 41 Sri.W.M,Studi Korelasi antara Motivasi Kerja& Kesehatan,Jurnal ParameterUNJNo.8 2000 h.36 42 Ibid,h.36 43 http://www.kompas.com, 25 Juli 2005

22

penyakit dan memiliki kekuatan untuk pulih kembali dengan cepat, tapi lebih lanjut dapat memberi semangat hidup. 44 International preparatory commission dari kongres internasional ketiga mengenai kesehatan mental di London mencoba mendefinisikan kesehatan mental yang mana meliputi : (1) Kesehatan mental adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan secara optimal fisik intelektual dan emosional. Yang selanjutnya hal ini diselaraskan dengan individu-individu lain; (2) suasana masyarakat yang baik adalah yang memungkinkan perkembangan mental untuk setiap warganya, sementara pada saat yang sama menjamin perkembangannya sendiri dan menjadi toleran terhadap masyarakat lain. 45 Kesehatan lingkungan pada hakikatnya suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. 46 Status kesehatan merupakan refleksi dari hasil akhir interaksi kompleks antara sistem biologis internal dan sistem lingkungan eksternal secara keseluruhan. 47 Kondisi atau kualitas lingkungan hidup yang jelek dapat mempengaruhi kesehatan fisik, mental maupun sosial masyarakat di sekitarnya. Dalam interaksi antara manusia dan lingkungannya ditunjukkan bahwa manusia merupakan faktor
Sri.W.M,op.cit.h.36 Ibid,h.36-37 46 Soekidjo Notoatmodjo, opcit, h. 147 47 S. Keman,Pengaruh Lingkungan terhadap kesehatan, jurnal kesehatan lingkungan Vol. 1 No. 1 Juli 2004 h. 32
45 44

23

dominan. Kualitas hidup secara langsung berhubungan dengan kulitas lingkungan. Konsep air minum, makanan sehat, udara bersih dan lingkungan bersih merefleksikan konsep yang lebih baru tentang sehat, berarti lebih dari sekedar bebas dari penyakit. Dengan demikian, lingkungan harus dapat memuaskan tidak hanya kebutuhan fisiologis manusia, tetapi juga harus dapat memuaskan kebutuhan psikologis 48 Dalam sudut pandang ilmu kesehatan, komponen lingkungan merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kesehatan seorang manusia. Apabila komponen lingkungan bertambah baik kualitasnya, maka manusia menjadi lebih sehat, dan penyebab penyakit menjadi kalah; apabila komponen lingkungan menjadi buruk kualitasnya maka manusia menjadi lemah dan penybab penyakit menang. 49 Peranan lingkungan dalam menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia ada dua kemungkinan, yaitu : (1) dapat bersifat akut, artinya apabila terdapat faktor lingkungan (terutama faktor lingkungan biologis) yang kurang menguntungkan akan segera terjadi penyakit infeksi atau intoksikasi; (2) dapat bersifat khronis, dimana faktor lingkungan (terutama faktor lingkungan kimia dan fisik) seara terus menerus dalm waktu yang lama baru menimbulkan gejala penyalit yang nyata seperti teratogenetis, mutagenesis, ataupun kanker.50

48 49

Ibid h. 31 Ibid h. 37 50 Ibid h. 40

24

Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup : perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air limbah, kebersihan badan, sanitasi dan pengolahan makanan dan minuman, dan sebagainya.51 Dari proposisi-proposisi yang telah menjelaskan tentang organisasi sikap maka dapat diartikan bahwa, hakekat sikap siswa terhadap kesehatan adalah derajat perasaan positif-negatif seseorang yang ditujukan terhadap kesehatan yang ditunjukkan oleh keyakinan berdasarkan pengetahuan tentang mikrobiologi (aspek kognitif), perasaan untuk melakukan penilaian terhadap kesehatan (aspek afektif) dan kecenderungan bertindak (aspek konasi) yang relatif tetap pada diri seseorang terhadap kesehatan.

B. Kerangka Pikir Proses belajar mengajar biologi akan menjadi efektif bila bahan yang dipelajari dikaitkan langsung dengan tujuan yang akan dicapai dan dihubungkan dengan masalah kehidupan sehari-hari. Berdasarkan teori-teori yang ada, hasil belajar diharapkan dapat membentuk terjadinya perubahan tingkah laku yang positif. Perubahan tersebut misalnya pengetahuan yang merupakan matra kognitif. Perubahan sikap sebagai matra afektif dan keterampilan sebagai psikomotor.

51

Soekidjo Notoatmodjo, loc.cit, h. 147

25

Mikrobiologi sebagai bagian dari biologi di dalamnya terkandung berbagai aspek yang memberikan informasi tentang mikroorganisme yang merupakan penyebab timbulnya suatu penyakit, seperti virus demam berdarah menyebabkan penyakit demam berdarah, bakteri Vibrio cholera yang

menyebabkan penyakit kolera, Entamoeba histolitica yang menyebabkan penyakit disentri. Kebanyakan dari mikroorganisme tersebut penularannya melalui makanan dan minuman serta lingkungan. Dengan demikian mereka yang mempelajari mikrobiologi diharapkan akan lebih hati-hati dalam bertindak untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan. Berarti pembentukan sikap siswa terhadap kesehatan akan lebih tampak pada siswa yang telah memahami konsep mikrobiologi mikrobiologi. Pada umumnya orang yang tidak mempunyai pengetahuan tentang suatu obyek tidak akan mempunyai sikap positif terhadap obyek tersebut. Aspek afektif mendahului tingkah laku dan didasarkan pada proses kognitif (pengetahuan). Dalam penilaian yang bersifat obyektif diperlukan pengetahuan yang relevan dengan maksud penilaian itu agar seseorang dapat menanggapi obyek sikap tersebut secara sewajarnya. Hal itu berarti bahwa aspek kognitif yang diwujudkan melalui pengaruh pemikiran dan keyakinan seseorang memerlukan landasan pengetahuan yang relevan untuk menanggapi obyek sikap. Selanjutnya dampak dari penguasaan aspek-aspek tersebut akan berpengaruh pada perilaku yang bersangkutan dalam bertindak. Perilaku seseorang merupakan daripada siswa yang kurang memahami konsep tentang

26

kecenderungan untuk bertindak sedemikian rupa dalam menghadapi obyek sikap. Perkembangan sikap ditentukan oleh tersedianya pengetahuan yang berhubungan dengan sikap yang dihadapkan. Selanjutnya informasi yang diperoleh seseorang mengenai suatu obyek berpengaruh terhadap pembentukan sikap mengenai obyek tersebut. Menyadari hal itu maka materi mikrobiologi sebagai bagian dari mata pelajaran biologi sudah tentu dapat memberikan pengaruhnya terhadap pembentukan sikap antara lain, sikap terhadap kesehatan. Memang tidak mudah untuk mengukur perubahan sikap secara reliabel namun dapat diketahui melalui sistem beliefe. Di sisi lain bahwa sikap lebih merupakan hubungan yang erat dengan fungsi kognitif, karena sistem beliefe sendiri dipengaruhi oleh pengetahuan yang telah dimiliki, walaupun sebenarnya pengaruh norma juga ikut membentuk sistem beliefe.Yang dimaksud sistem beliefe disini adalah rasa percaya diri yang terbentuk akibat adanya pengetahuan yang dimilikinya. Diduga pengetahuan siswa tentang mikrobiologi akan mengarahkan sikap siswa terhadap kesehatan. Karena sikap perilaku manusia bersumber pada pengetahuan yang didapat lewat kegiatan berpikir. Artinya semakin baik pengetahuan tentang mikrobiologi, maka akan semakin positif sikap siswa terhadap kesehatan.

27

C. Perumusan Hipotesis Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka pikir yang telah dikemukakan dapat dirumuskan sebagai berikut: Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengetahuan tentang mikrobiologi dengan sikap siswa terhadap kesehatan. Jika dituliskan dalam bentuk statistik adalah: Ho = xy = 0 Ha = xy > 0 Keterangan: Ho : Hipotesis nol. Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengetahuan tentang mikrobiologi dengan sikap siswa terhadap kesehatan. Ha : Hipotesis alternatif. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengetahuan tentang mikrobiologi dengan sikapsiswa terhadap kesehatan. xy :

Angka

indeks

korelasi

antara

variabel

pengetahuan

tentang

mikrobiologi dengan sikap terhadap kesehatan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tujuan Operasional Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan positif antara pengetahuan tentang mikrobiologi dengan sikap siswa terhadap kesehatan, serta berapa besar kontribusi yang diberikan.

B.

Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2006, dan dilakukan di MAN Leuwiliang Kabupaten Bogor.

C.

Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan analisis korelasional, dengan mengumpulkan data mengenai sikap terhadap kesehatan melalui tes sikap atau skala sikap. Pengetahuan tentang mikrobiologi diperoleh melalui tes mikrobiologi. Variabel penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas (X) yaitu pengetahuan tentang mikrobiologi, dan satu variabel terikat (Y) sikap siswa terhadap kesehatan.

28

29

D.

Populasi danTeknik Pengambilan Sampel Populasi yang diambil oleh peneliti adalah seluruh siswa MAN Leuwiliang-Bogor, populasi terjangkau yang dipilih adalah siswa kelas X MAN Leuwiliang-Bogor, sebanyak 60 orang untuk sampel penelitian.

E.

Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dilakukan terlebih dahulu untuk menentukan populasi dan sampel yang akan diteliti, kemudian dilakukan tes uji coba. Data yang berkaitan dengan pengetahuan tentang mikrobiologi dikumpulkan melalui tes. Data yang berkaitan sikap siswa terhadap kesehatan dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Setelah hasil diperoleh selanjutnya adalah pemberian skor tes sebagai berikut : 1. Tes pengetahuan tentang mikrobiologi, berjumlah 60 soal dengan lima alternatif jawaban. Tiap butir diberi skor 1 jika jawaban benar dan 0 jika jawaban salah. 2. Tes berskala 5 untuk sikap siswa terhadap kesehatan. Untuk penyataan positif atau mendukung skor 5 sangat setuju, 4 setuju, 3 ragu-ragu, 2 tidak setuju, dan 1 sangat tidak setuju. Untuk pernyataan negatif atau tidak mendukung 1 sangat setuju, 2 setuju, 3 ragu-ragu, 4 tidak setuju, 5 sangat tidak setuju.

30

F.

Instrumen Penelitian 1. Instrumen Sikap Siswa Terhadap Kesehatan (Y) a. Definisi Konseptual Sikap siswa terhadap kesehatan adalah derajat perasaan positifnegatif seseorang yang ditujukan terhadap kesehatan yang ditunjukkan oleh keyakinan berdasarkan pengetahuan tentang mikrobiologi ( aspek kognitif), perasaan untuk melakukan penilaian terhadap kesehatan (aspek afektif) dan kecenderungan bertindak (aspek konasi) yang relatif tetap pada diri seseorang terhadap kesehatan b. Definisi Operasional Sikap siswa terhadap kesehatan adalah skor yang diperoleh setelah siswa mengerjakan instrumen penelitian tentang sikap terhadap kesehatan yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi sikap dengan rentang skor 1 5. c. Kisi-kisi Instrumen Sikap Siswa Terhadap Kesehatan Kisi-kisi instrumen sikap siswa terhadap kesehatan dipergunakan sebagai pedoman dalam pengukuran sikap terhadap kesehatan. Adapun aspek yang diukur ditampilkan pada tabel 1 berikut ini.

31

Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Sikap Siswa Terhadap Kesehatan DIMENSI No Aspek Higienis Kognisi 1 2 3 4 5 6 7 Kebersihan Badan Penggunaan Jamban Pemanfaatan Air Bersih Pengolahaan Makanan dan Minuman Konsumsi Makanan dan Minuman Penanganan Sampah Penanganan Air Limbah Jumlah 1, 8 11,13,16 26,30 32 20,27 22 5,10 13 Afeksi 2 17,25 18 14,21 23 7 Konasi 3,9,15 19,33 4,6,31 29 28 12 7,24 13

d. Kalibrasi 1) Uji validitas Untuk mengetahui kualitas suatu pengukuran instrumen penelitian sebaiknya diketahui kevalidan instrumen tersebut. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan validitas konsep dan validitas butir. Validitas konsep didapat dengan melalui analisis konten terhadap tes yang telah di buat, sedangkan uji validitas butir di peroleh dengan mengkorelasikan skor-skor yang ada pada setiap butir dengan skor total. Berdasarkan pengujian validitas yang dilakukan

32

pada 40 item soal diperoleh 33 item soal dengan validitas baik dan 07 item soal dengan validitas buruk.1 2) Uji Reliabilitas Untuk menguji reliabilitas soal dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha.2

r11 =

k k-1

1 S12 St2

Keterangan : r11 k = Reliabilitas instrumen = Banyaknya butir soal

S12 = Jumlah varians butir St2 = Varians total

Dari hasil analisis reliabilitas diperoleh harga r alpha positif sebesar 0,825 sehingga ke-33 butir tersebut adalah reliabel

2. Variabel Pengetahuan Tentang Mikrobiologi (X) a. Definisi konseptual Pengetahuan siswa tentang Mikrobiologi adalah segenap apa yang diketahui oleh siswa dan kemampuan mengingat kembali tentang

1 2

Lampiran 4, hal. 78 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta : Rineka Cipta, 2002) h. 171

33

konsep, situasi, serta fakta dari Mikrobiologi yang menyangkut ilmu tentang seluk beluk Mikroba (bakteri, virus, protozoa dll ) secara umum baik yang bersifat parasit maupun yang penting bagi industri pertanian kesehatan dan sebagainya. b. Definisi operasional Skor yang diperoleh siswa setelah mengerjakan tes aspek Mikrobiologi. Bentuk soal merupakan pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban dengan penskoran 1 dan 0. c. Kisi-kisi intrumen pengetahuan tentang mikrobiologi. Pada penelitian ini pengetahuan tentang mikrobiologi di ukur melalui tes yang diberikan peneliti aspek yang dinilai dari tes ini terdapat pada tabel berikut ini. Tabel 2. Spesifikasi Butir-Butir Soal Untuk Mengukur Pengetahuan Tentang Mikrobiologi
Aspek Mikrobiologi ASPEK PENGETAHUAN Tahu (C1) Pemahaman (C2) Aplikasi (C3) 3,34 13*,16,19, 41,48* 11,27,35*, 37,49 54* 21,23*,32, 38 17 Analisis (C4) 18,33 4*,5,7,53* 26 40,57* 47,60 11

No

1 Virus 2 Bakteri 3 Protozoa 4 Alga 5 Jamur Jumlah

6,28,29,31,46,51 1,17,30,36*,39,55 2*,9,20,43 44 14 25,26 14 8,15,58 10*,24,45* 42,50*,52 12,22,59* 18

* Setelah melalui analisis item ( Lampiran 3 ) nomor-nomor item tersebut tidak valid.

34

d.

Kalibrasi 1) Uji validitas Untuk mengetahui bahwa tes yang dibuat valid atau sahih, maka dilakukan uji validitas. Pengujian validitas ini menggunakan uji validitas butir dengan menggunakan rumus point biserial correlation.3 rbis = Mp-Mt St x P q

Keterangan : rbis Mp = Koefisien poin biserial = Mean skor dari subyek yang menjawab betul item yang bersangkutan Mt St P q = Mean skor total = Standar deviasi skor total = Proporsi subyek yang menjawab betul item tersebut = 1- P

Berdasarkan perhitungan validitas instrumen pada tes pengetahuan tentang mikrobiologi yang terdiri dari 60 soal, di dapat 46 item soal dengan validitas baik dan 14 item soal dengan validitas buruk.4

3 4

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003) h.185 Lampiran 3, hal. 71

35

2) Uji Relibialitas Untuk menguji ke Relibialitasan soal tes dengan menggunakan metode kuder-richadson yaitu dengan menggunakan rumus KR-20.5

r11 =

n n-1

St2 P.q1 St2

Keterangan : r11 n I St2 Pi = Koefisien reliabilitas soal = Banyaknya butir item = Bilangan konstan = Varians total = Proporsi testee yang menjawab betul butir item yang bersangkutan q1 = Proporsi testee yang menjawab salah (1-Pi)

P1 q1 = Jumlah dari hasi perkalian antara Pi dan q1

Berdasarkan perhitungan Relibialitas soal tes diperoleh nilai Reliabilitas senilai 0,73 sehingga ke 46 butir item tes pengetahuan tentang mikrobiologi adalah reliabel.

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2005) h. 100-101

36

G.

Teknik Analisis Data Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan yaitu dengan melakukan uji normalitas dan homogenitas. 1. Uji normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan yaitu uji Lilliefors. 2. Uji homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk membuktikan apakah sampel yang diambil berasal dari populasi yang homogen, dalam uji homogenitas menggunakan uji Bartlett. 3. Uji keberartian dan linieritas model regresi sederhana Untuk mengetahui model regresi dan bentuk hubungan antara pengetahuan tentang mikrobiologi (X) dengan sikap terhadap kesehatan (Y), maka digunakan analisis regresi sederhana yang dilambangkan dengan model != a + b X 4. Uji Hipotesis Uji hipotesis digunakan untuk menghitung koefisien korelasi antara variabel X dan Y dengan menggunakan rumus korelasi product moment r xy = {NX (X)2} - {NY2 (Y)2}
2

N XY (X) (Y)

37

Keterangan : rxy N = Angka indeks korelasi r product moment = Jumlah responden

xy = Jumlah hasil perkalian atara skor x dan y X = jumlah skor X Y = Jumlah skor Y Uji hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 5% dan 1% hipotesis statistik : Ho = xy = o

H a = xy >o

Dengan kriteria pengujian : jika r-hitung > r-tabel maka Ho ditolak jika r-hitung <r-tabel maka Ho diterima. Untuk mengetahui signifikansi korelasi antara pengetahuan tentang mikrobiologi dengan sikap terhadap kesehatan digunakan rumus uji-t t = r n2 1 r2 Dengan kriteria pengujian : jika r-hitung > r-tabel maka Ho ditolak jika r-hitung < r-tabel maka Ho diterima.

38

Menentukan koefisien determinasi ditentukan dalam rumus (rxy)2 hasilnya dinyatakan dengan % yang menunjukan besarnya hubungan antara pengetahuan tentang mikrobiologi (X) dengan sikap terhadap kesehatan (Y).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan positif antara pengetahuan tentang Mikrobiologi dengan sikap siswa terhadap kesehatan. Untuk mengetahui ketercapaian tersebut, dalam bab ini akan dibahas secara berturut turut mengenai : 1) Deskripsi data ; 2) penyajian persyaratan analisis (uji normalitas dan uji homogenitas ) ; 3) pengujian hipotesis ; 4) pembahasan. A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Data yang diperoleh dari hasil pengukuran hubungan antara pengetahuan tentang mikrobiologi (X) dengan siswa terhadap kesehatan (Y) dideskripsikan dalam bentuk deskriptif statistik. Deskriptif data masing-masing variabel yaitu : skor ratarata (Mean), nilai tengah, standar deviasi (SD), nilai maksimum dan nilai minimum, rentang antara skor maksimum dan minimum varians sample, skor total, banyak kelas, dan rentang kelas. 1.1 Variabel Sikap Siswa Terhadap Kesehatan Berdasarkan hasil perhitungan tentang sikap terhadap kesehatan, didapatkan data dengan rata-rata (mean) 112,6 nilai tengah (median) 113, nilai yang sering muncul (Modus) 113, standar deviasi (SD) 6,7, varians sample 45,6 nilai maksimum 123, nilai minimum 96, rentang skor (range) 27, skor Total 6760, dengan jarak kelas 4.1

Lampiran 6, hal. 86-89

39

40

Adapun distribusi Frekuensi data sikap siswa terhadap kesehatan, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3 gambar 1.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Variabel sikap siswa terhadap kesehatan. No 1 2 3 4 5 6 7 ! Kelas Interval 96 99 100 103 104 107 108 111 112 115 116 119 120 123 Frekuensi Absolut 4 1 8 11 11 15 10 60 Frekuensi Relatif % 6,67 1,67 13,34 18,34 18,34 25 16,67 100 Positif Kualifikasi Kurang positif

16 14 12 10 8 6 4 2 0 95.5 103.5 107.5 111.5 111.5 115.5 115.5 119.5 119.5 123.5 123.5 95.5 99.599.5 103.5 107.5

Sikap Siswa Terhadap Kesehatan Gambar 1. Grafik histogram data sikap siswa terhadap kesehatan

41

Berdasarkan grafik histogram tersebut dapat disimpulkan bahwa frekuensi tertinggi terletak pada kelas interval ke 6 yaitu skor 116 119 dengan frekuensi absolut 15. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut dikategorikan bahwa siswa yang memiliki skor di atas nilai rata-rata adalah siswa dengan kategori sikap positif terhadap kesehatan, sedangkan siswa dengan skor di bawah rata-rata adalah siswa dengan kategori sikap kurang positif terhadap kesehatan. Memperhatikan histogram data sikap siswa terhadap kesehatan diperoleh gambaran bahwa sebagian besar siswa (60%) memiliki sikap positif terhadap kesehatan.

1.2 Variabel Pengetahuan Tentang Mikrobiologi Berdasarkan hasil perhitungan data mengenai pengetahuan tentang

mikrobiologi didapatkan data dengan rata-rata (mean) 20, nilai tengah (median) 19,nilai yang sering muncul (Modus) 19, standar deviasi (SD) 5,25 nilai maksimum 14, rentang skor (range) 19 Varians Sample 27,63, skor Total 1207 dengan jarak kelas 2,7.2 Adapun distribusi frekuensi data pengetahuan tentang mikrobiologi selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4 gambar 2.

Lampiran 6, hal. 86-89

42

Tabel 4. Distribusi pengetahuan siswa tentang mikrobiologi No 1 2 3 4 5 6 7 ! Kelas Interval 14 16 17 19 20 22 23 25 26 28 29 31 32 34 Frekuensi Absolut 17 18 10 4 3 6 2 Frekuensi Relatif % 28,3 % 30 16,67 6,67 5 10 3,33 Baik Kualifikasi Kurang Cukup

60 100 Dari tabel distribusi frekuensi Variabel pengetahuan tentang mikrobiologi

dapat dilukiskan grafik Histogram sebagai berikut :

18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 13.5 25.5 25.5 28.5 28.5 31.5 31.5 34.5 34.5 13.5 16.516.519.5 19.522.5 22.5

Gambar 2.Grafik Histogram data pengetahuan tentang mikrobiologi

Berdasarkan grafik histogram di atas dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi berada pada kelas interval 17-19 dengan frekuensi Absolut 18, sedangkan frekuensi terendah berada pada kelas Interval 32 34 dengan frekuensi absolut 2.

43

Berdasarkan skor rata-rata tersebut dikategorikan bahwa siswa yang memiliki skor di atas 25,25 (mean + 1 SD) adalah siswa dengan kategori baik mengenai pengetahuan tentang mikrobiologi. Dan responden yang memiliki skor antara 1625,25 (antara mean-1SD dan mean + 1 SD) adalah siswa dengan kategori cukup. Sedangkan siswa yang mempunyai skor mean 1 SD dan yang kurang dari itu adalah siswa dengan kategori kurang mengenai pengetahuan tentang mikrobiologi. Memperhatikan histogram data pengetahuan tentang mikrobiologi diperoleh gambaran bahwa sebagian besar siswa (61,66 %) memiliki pengetahuan tentang mikrobiologi dengan kategori cukup.

B. Pengujian Persyaratan Analisis 2.1.Uji Normalitas Untuk mengetahui sampel berdistribusi normal atau tidak dilakukan uji normalitas. Uji normalitas Galat Baku taksiran Y Yi dengan menggunakan Uji Lilliefors, dengan hipotesis : Ho = Data berasal dari populasi berdistribusi normal Ha = Data tidak berasal dari populasi berdistribusi normal Dan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut Ho Diterima jika Lo < Lt Ho ditolak jika Lo > Lt Berdasarkan hasil perhitungan normalitas diperoleh Lo sebesar 0,1105 sedangkan Lt dengan n = 60 dan taraf nyata 0,05 diperoleh 0,11438, dan dengan n =

44

60 dan taraf nyata 0,01 diperoleh 0,1331.3 Dan berdasarkan perbandingan antara Lo dengan Lt berarti Ho diterima sebab Lo < Lt. Dengan demikian sampel sikap siswa terhadap kesehatan atas pengetahuan tentang mikrobiologi disimpulkan berdistribusi normal.

Tabel 5. Rangkuman Uji normalitas Data Galat (Y-Yi) Galat Y Yi N 60 Lo 0,1105 Lt = 0,01 0,1331 Lt = 0,05 0,11438 Kesimpulan Terima Ho

Penyebaran data dari skor pengetahuan tentang mikrobiologi dengan sikap siswa terhadap kesehatan adalah normal, maka statistik yang digunakan adalah statistik parametrik.

2.2. Uji Homogenitas Uji Homogenitas pengelompokan Y atas X, Homogenitas kelompok data sikap siswa terhadap kesehatan atas pengetahuan tentang mikrobiologi dilakukan dengan menggunakan Uji Bartlett. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh X 23,4 dan X
tabel 4 hitung

28,9 pada taraf signifikasi 0,05 dan X


hitung

tabel

34,8 pada taraf

signifikansi 0,01. Karena X bersifat homogen.

< X

tabel

maka Ho diterima artinya kedua varians

3 4

Lampiran 7, hal. 90-92 Lampiran 8, hal. 93-96

45

Tabel 6. Uji homogenitas kelompok (Y) dengan kelompok X Varians kelompok Skor Y dihitung dari X Y atas X X hitung 23,4 X tabel " =0,01 34,8 Xtabel " 0,05 28,9

N 60

Kesimpulan Ho Diterima

C. Pengujian Hipotesis Dalam penelitian ini terdapat dua hipotesis yang akan diuji melalui metode statistik berupa uji korelasi dan regresi. Adapun data yang diuji terdiri dari data pengetahuan tentang mikrobiolgi (X), dan sikap siswa terhadap kesehatan (Y) Setelah data diperoleh dinyatakan normal dan homogen. Langkah selanjutnya yaitu pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui apakah hipotesis nol (Ho) yang diajukan diterima atau sebaliknya pada taraf kepercayaan. = 0,05 dan = 0,01.

3.1 Hubungan antara pengetahuan tentang mikrobiologi (X) dengan sikap siswa terhadap kesehatan (Y). 3.1.1 Analisis regresi linear sederhana Pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara pengetahuan siswa tentang mikrobiologi (X) dengan sikap siswa terhadap kesehatan (Y). untuk hipotesis ini maka disusun hipotesis statistik sebagai berikut:

46

Ho : xy = o, Ha : xy >o pengujian hipotesis menggunakan regresi sederhana dan korelasi sederhana, umumnya dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi yaitu ! = a + bx. Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi dan linieritas sederhana antara pengetahuan tentang mikrobiologi (X) dengan sikap siswa terhadap kesehatan (Y). menghasilkan koefisien korelasi b1 sebesar 0,6 dan menghasilkan bo sebesar 100 hubungan antara pengetahuan tentang mikrobiologi (X) dengan sikap siswa terhadap kesehatan (Y). disajikan dalam bentuk persamaan regresi sebagai berikut ! = 100 + 0,6 x (perhitungan selengkapnya dapat dilihat di lampiran). Garis uji regresi linear berbentuk atas dasar perhitungan variabel perhitungan tentang mikrobiologi (X) dan variabel sikap siswa terhadap kesehatan (Y). yang menghubungkan satu titik potong dari hasil persamaan regresi linier sikap siswa terhadap kesehatan (Y) dan pengetahuan siswa tentang mikrobiologi (X), secara grafik persamaan regresi tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
DIAGRAM CHARTER Sikap Terhadap Kesehatan (Y)

150 100 50 0 0 10 20 30 40
Pengetahuan Tentang Mikrobiologi (X)

Gambar 3. Garis regresi hubungan antara pengetahuan tentang mikrobiologi (X) dengan sikap terhadap kesehatan (Y)

47

3.1.2. Uji keberartian Regresi Setelah diperoleh persamaan regresi kemudian dilakukan uji keberartian regresi, hasil perhitungan uji keberartian menunjukkan bahwa Flebih besar dari F
tabel 6 5 hitung

sebesar 16.7
tabel

sebesar 4.02 dengan taraf nyata " = 0,05 dan F

sebesar

7,12 pada taraf nyata " = 0.01 (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran) Hal ini menunjukkan bahwa regresi ! = 100 + 0,6 X adalah berarti (signifikan ) 3.1.3. Uji linieritas Regresi Pengujian linieritas regresi bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi sikap siswa terhadap kesehatan (Y) atas pengetahuan tentang mikrobiologi (X) yang digunakan bentuk linier atau tidak. Dari hasil uji linieritas yang telah dilakukan diperoleh F
7 hitung

sebesar 0.13. F

hitung

dikonsultasikan pada F

tabel

dengan db

pembilang 17 dan db penyebut 41, pada taraf signifikan " = 0,01 dari tabel distribusi F diperoleh F tabel = 2,49.Dan pada taraf signifikansi " = 0,05 diperoleh F tabel sebesar 1,90. Jadi, F
hitung

lebih kecil dari F tabel. Hal ini berarti Ho diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa model regresi sikap siswa terhadap kesehatan (Y) atas pengetahuan tentang mikrobiologi (X) adalah linier. Untuk hasil pengujian derajat Linieritas persamaan regresi sederhana tersebut, dilakukan uji F seperti pada tabel 8

5 6

Lampiran 9, hal. 101-102 Tabel bantuan, hal. 113 7 Lampiran 9, hal. 101-102 8 Tabel bantuan, hal. 112

48

Tabel. 7. Analisis Varians (ANAVA) Uji signifikasi dan linieritas regresi variable pengetahuan tentang mikrobiologi dengan sikap terhadap kesehatan. K Sumber Variasi Total Koefisien (a) Koefisien (bla) Sisa Tuna Cocok (TC) Galat (G) Dk 60 1 1 58 17 41 JK 764318
761626.6 761626.6

KT

Fhit

Ftab "=0,05

Ftab "=0,01

Ket

601 2090 113.34 1977,63

601 36 6.67

16.7

4.02

7.12

Signifikan

0.13 48.23

1.90

2.49

Linier

Berdasarkan hasil uji keberartian dan Uji linieritas di atas dapat disimpulkan bahwa analisis regresi sederhana dengan persamaan regresi ! = 100 + 0,6 x adalah signifikan dan linier

3.1.4. Uji Koefisien Korelasi dan koefisien determinasi Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi pearson product moment. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi positif antara pengetahuan tentang mikrobiologi (x) dengan sikap siswa terhadap kesehatan

49

adalah 0.5.9 Ini berarti terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan tentang mikrobiologi dengan sikap terhadap kesehatan. Tabel 8. Hasil uji koefisien korelasi r table r hitung 5% 0.5 0.254 1% 0.33 Ho. ditolak Kesimpulan

Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya hubungan antara variabel x dengan variabel y, maka koefisien korelasi yang didapat diuji dengan uji-t dengan kriteria pengujian : Ho = ditolak jika t hitung > t tabel Ha = diterima jika t hitung > t tabel Hasil perhitungan bahwa harga t hitung sebesar 4.4 dan harga t tabel dengan db = 58 pada taraf nyata 0,05 diperoleh nilai 2,00 dan pada taraf nyata " = 0,01 diperoleh t
tabel

sebesar 2,66 dengan demikian t

hitung

> dari t

tabel,

ini berarti hipotesis nol ditolak

sehingga hipotesis penelitian diterima dengan variabel Y ialah signifikan/berarti.

yang berarti hubungan antara variabel X

Lampiran 9, hal. 103

50

Tabel 9. Hasil Uji Signifikan Koefisien korelasi (Uji-t) N 60 t hitung 4.4 t -tabel " = 0.01 2.66 t tabel " = 0.05 2.00 kesimpulan Ho ditolak

Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan uji koefisien determinasi dengan rumus sebagai berikut: (r2 X 100%) = (0.5) X 100% = 25% Ini berarti bahwa 25 % dari varians sikap siswa terhadap kesehatan (Y) dapat dijelaskan oleh pengetahuan tentang mikrobiologi (x), melalui persamaan regresi sederhana ! = 100 + 0.6 X.

D.

Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil analisis data dan pengujian hipotesis diperoleh data bahwa terdapat

hubungan yang positif antara pengetahuan tentang Mikrobiologi dengan sikap siswa terhadap kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian dapat diterima, berarti pengetahuan tentang Mikrobiologi memberikan kontribusi dalam

menumbuhkan sikap siswa terhadap kesehatan. Derajat kekuatan hubungan yang ditunjukkan oleh hasil persamaan regresi ! = 100 + 0.6 x dapat diinterpretasikan bahwa siswa yang mendapatkan pengetahuan tentang Mikrobiologi telah memiliki sikap terhadap kesehatan sebesar 100. setiap kenaikan satu unit nilai pengetahuan siswa tentang Mikrobiologi menyebabkan

51

pertambahan sikap siswa terhadap kesehatan sebesar 0,6 unit, maksudnya pengetahuan siswa tentang Mikrobiologi dapat meningkatkan atau mengembangkan kemampuan intelektual siswa. Harga r-hitung yang didapat, memberikan gambaran bahwa pengetahuan tentang Mikrobiologi dapat meningkatkan sikap siswa terhadap kesehatan. Hal ini terjadi karena pengetahuan siswa tentang Mikrobiologi dapat mendukung proses pemahaman dan penilaian siswa terhadap keberadaan kebersihan lingkungan dan kesehatan, sehingga sikapnya akan menjadi positif. Dengan lingkungan yang baik dan memberikan pengetahuan tentang Mikrobiologi yang cukup kepada siswa maka akan tertanam kuat aspek moral dan etika yang cukup baik dalam menjaga kesehatan. Pengetahuan tentang Mikrobiologi yang dimiliki oleh siswa dapat menjadikan siswa lebih menghargai dan memelihara kebersihan dan kesehatan, guna membedakan mana yang baik dan mana yang buruk sebelum mengambil keputusan atau tindaknya, dengan begitu mereka menjadi lebih memelihara dan menjaga kesehatan. Agar pengetahuan dan pemahaman siswa lebih tinggi tentang Mikrobiologi, maka sangat tergantung dari situasi dan kondisi penyampaian materi, dalam hal ini guru dapat menggunakan metode yang tepat supaya murid tidak jenuh dengan materi yang disampaikan. Selain itu juga bisa melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh siswa selama siswa dalam proses belajar seperti diadakan praktikum yang diadakan sekolah. Dengan demikian diharapkan siswa mempunyai pengetahuan yang lebih dan akhirnya dapat membentuk sikap yang positif.

52

Besarnya koefisien

determinasi

antara pengetahuan

siswa tentang

Mikrobiologi dengan sikap siswa terhadap kesehatan sebesar 25 % mengandung makna bahwa kenaikan atau penurunan sikap siswa terhadap kesehatan dapat ditentukan oleh variabel pengetahuan tentang Mikrobiologi sebesar 25 %, sedangkan sisanya sebesar 75 % merupakan hasil bekerjanya faktor-faktor lain yang turut berperan dalam merangsang atau menumbuhkan sikap. Hasil penelitian ini sejalan dengan deskripsi teori bahwa pembentukan sikap dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor yang merupakan determinan sikap antara lain yang penting adalah faktor genetik, faktor fisiologis, faktor pengalaman langsung dengan obyek sikap, dan faktor komunikasi sosial.10 Faktor-faktor lain yang turut memegang peranan adalah faktor-faktor internal di dalam diri pribadinya itu, yaitu selektivitasnya sendiri, daya pilihnya sendiri, atau minat perhatiannya untuk menerima dan mengelola pengaruh-pengaruh yang datang dari luar dirinya itu. Faktor-faktor internal itu turut ditentukan oleh motif-motif dan attitude lainnya yang sudah terdapat dalam pribadi orang itu.11 Selain itu ada juga faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap yang berasal dari luar antara lain yaitu sifat objek yang dijadikan sasaran sikap, kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap, sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut, media komunikasi yang digunakan dalam

10 11

Deetje Nento, Sikap Masyarakat Daerah Industri (jurnal Parameter no. 19 th. XXI, 2004) h.4 W.A. Gerungan, Psikologi Sosial (Bandung: PT. Replika Aditama, 2004) h. 167

53

menyampaikan sikap (seperti televisi, Koran, majalah, buku ) dan faktor situasi pada saat sikap itu dibentuk 12 Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah sebagai berikut: 1) Pengalaman pribadi, apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dalam objek psikologi. Sehubungan dengan hal ini, Middlebrook (1974) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. 2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. 3) Pengaruh kebudayaan, kebudayaan di mana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Kebudayaan telahn mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat.
12

Sarlito W. Sarwono, Pengantar umum Psikologi (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2000) h. 97

54

4) Media massa, adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. 5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama, sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. 6) Pengaruh faktor emosional.13

Saefudin Azwar, Sikap manusia teori dan pengukurannya (Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2003)h.30-36

13

55

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Ada hubungan positif dan signifikan antara pengetahuan tentang mikrobiologi dengan sikap siswa terhadap kesehatan, hubungan tersebut mengandung makna bahwa semakin tinggi pengetahuan tentang mikrobiologi maka akan semakin positif sikap siswa terhadap kesehatan. Dalam hal ini ditemukan bahwa kontribusi pengetahuan tentang mikrobiologi pada sikap siswa terhadap kesehatan adalah sebesar 25%.

B. SARAN Karena hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang mikrobiologi dengan sikap siswa terhadap kesehatan, sedangkan pengetahuan tentang mikrobiologi dan sikap terhadap kesehatan sebagian besar masih berada pada kategori cukup, maka disarankan sebagai berikut: 1. Guru dalam proses belajar mengajar khususnya biologi sebaiknya menggunakan metode yang tepat terutama dalam penyampaian materi tentang mikrobiologi, sehingga siswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang mikrobiologi sekaligus sikap yang positif terhadap kesehatan. Serta guru hendaknya dalam penyampaian materi tidak hanya menekankan pada aspek

55

56

kognitif saja tetapi juga pada aspek afektif, sehingga siswa dapat menerapkan secara langsung tindakan nyata yang positif. 2. Siswa hendaknya dapat terus berusaha meningkatkan pengetahuan tentang mikrobiologi melalui media massa dan media elektronik, serta mengembangkan sikap dan perilaku positif terhadap kesehatan. 3. Untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan penelitian terhadap variabel yang mempengaruhi sikap siswa terhadap kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. __________, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2003 Azwar, Saefuddin. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003. ______________, Sikap Manusia: Teori dan Perubahannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003 Dwidjoseputro, D. Dasar-dasar Mikrobiologi, Jakarta: Djambatan, 2003. Gerungan, W.A. Psikologi Sosial, Bandung: PT Replika Aditama, 2004. Gunawan, Ary. H. Sosiologi Pendidikan; Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problema Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Harahap, Marabangun, Epistimologi Konstruktifisme Kognitif Sosiocultural dalam Pengajaran IPA, Jurnal Pelangi Pendidikan, Vol. 6, Desember 1999 Hudojo, Herman. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Malang: JICA, 2003.

http://www.depkes.go.id, 25 Juli 2005 http://www.kompas.com, 25 Juli 2005 Keman, S., Pengaruh Lingkungan Terhada Lingkungan, Vol. 1, No. 1, Juli 2004 Kesehatan, Jurnal Kesehatan

Matondang, M. H dan Sri. H. Prestasi Kerja dikaitkan dengan Tanggung Jawab dan sikap Parameter, Jurnal Ilmu Pendidikan, Jakarta: UNJ No. 14 th XIX April 2002. M. Sri. W., Studi Korelasi antara Motivasi Kerja dan Kesehatan, Jurnal Parameter UNJ, No. 8, 2000

57

58

Nento, Deetje. Sikap Masyarakat daerah Indusri, Parameter Jurnal Pendidikan. Jakarta: UNJ No. 19 th XXI 2004. Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Nurdjaya, I Gde, Sikap dan Motivasi Pembelajaran Bahasa, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIPN Singaraja Vol. 38 No. 3 Juli 2005. Pane, Masdalina, Aspek Klinis dan Epidemiologis DD dan DBD, Jurnal Kesehatan Bina Husada, Palembang: STIK Bina Husada, Vol. 1, No. 1, Oktober 2004 Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003. Rakhmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003. Sarwono, Sarlito. W., Pengantar Umum Psikologi, Jakarja: PT Bulan Bintang, 2006. Soekanto, Soejono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: CV. Rajawali Press, 2003. Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003. _____________, Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003. Suriasumantri, Jujun, Filsafat Ilmu seuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka sinar Harapan, 2003. Sudjana, Metode Statiska, Bandung: Tarsito, 2002 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003. Tim Penyusun, Penyusunan Ranah Afektif, Jakarta: Depdiknas, 2003. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka dan Depdiknas, 2005. Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2002 Usman, Moh Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999

Anda mungkin juga menyukai