Anda di halaman 1dari 25

MERANCANG PEMBELAJARAN DALAM KAITANNYA DENGAN

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Ekologi dan Manajemen Lingkungan


yang diampu oleh Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si dan Dr. Fatchur Rohman, M.Si

Disusun Oleh Kelompok 10 Off-A 2020:

1. Abdul Rasyid Fakhrun Gani 200341762501

2. Zhangswe Ariandina Putri 200341862535

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN BIOLOGI
JANUARI
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya berupa kesehatan, waktu, dan kelancaran
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Merancang
Pembelajaran Dalam Kaitannya Dengan Pengelolaan Lingkungan Hidup”.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si dan Dr. Fatchur
Rohman, M.Si selaku Dosen Pengampu Matakuliah Ekologi dan Manajemen
Lingkungan.
Kami berharap makalah sederhana ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan terutama tentang adaptasi hewan dari ilmu ekologi.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih ditemukan kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap bagi pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang konstruktif dan logis agar tercipta makalah yang baik.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan bisa menjadi wawasan baru yang
menambah ilmu pengetahuan. Sebelumnya kami memohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata yang kurang berkenan. Kami mengucapkan terimakasih atas
perhatiannya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, 10 Januari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah2

1.3 Tujuan Makalah 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembelajarannya 3


2.2 Rancangan Pembelajaran Pengelolaan Lingkungan Hidup 5
2.3 Pengertian Pembelajaran Berbasis Lingkungan 9
2.4 Pengelolaan Pembelajaran Berbasis Lingkungan 11
BAB III PENUTUP 18
3.1 Kesimpulan 18
3.2 Saran 18
DAFTAR RUJUKAN 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perguruan tinggi di Indonesia menerapkan kurikulum berbasis Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dalam segala aspek perkuliahannya. Berdasarkan
kurikulum tersebut, mahasiswa dituntut untuk cerdas dalam pengetahuan, sikap dan
keterampilan dalam bidang ilmunya. Lulusan perguruan tinggi dituntut untuk memiliki
profil yang sesuai dengan bidang ilmu yang dipelajarinya (Nugrahadi et al., 2018).
Kurikulum berbasis KKNI mengintegrasikan keterampilan, pengetahuan, dan pasar kerja
dalam perkuliahan mahasiswa (Siagian & Siregar, 2018). Sedangkan aspek sikap
dicantumkan di awal dokumen kurikulum terpisah dengan capaian pembelajaran yang
lain. Hal tersebut dikarenakan capaian sikap tidak secara langsung dibuat sebagai bahan
kajian, namun menjadi satu kesatuan dengan capaian pembelajaran yang lain (Waseso &
Hidayat, 2017).
Banyak sekali program yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran,
salah satunya adalah pembelajaran berbasis lingkungan. Rata-rata perguruan tinggi
memberikan topik perkuliahan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) untuk
meciptakan manusia berpendidikan yang peduli terhadap lingkungan. Dan pembelajaran
lingkungan lainnya akan dipelajari lebih mendalam oleh jurusan yang terkait lingkungan,
seperti biologi, pertanian, kehutanan, dan kelautan. Pembelajaran analisis dampak
lingkungan tersebut merupakan alat untuk meningkatkan kesadaran lingkungan
mahasiswa (Ibáñez et al., 2020). Dan semakin tinggi tingkatan pendidikannya maka
semakin dalam pengetahuan lingkungan yang diajarkan (Regmi et al., 2020).
Pembelajaran lingkungan harus diajarkan sesuai dengan konsep etika lingkungan.
Konsep etika lingkungan memahami bahwa manusia bukan subjek tunggal di alam, teori
ini juga mengembangkan bahwa manusia bukanlah pusat alam tetapi bagian darinya, dan
keseluruhan subjek di alam saling terintegrasi (Prazeres et al., 2020). Konsep dasar dari
lingkungan sangat perlu diajarkan pada mahasiswa di setiap jurusan. Mahasiswa akan
bekerja di bagiannya masing-masing, dengan mengajarkan lingkungan di setiap bidang
ilmu akan mengurangi permasalahan lingkungan yang terjadi dan menimbulkan sikap
yang ramah lingkungan dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Sehingga pembelajaran

1
lingkungan berdampak positif dalam pembentukan pengetahuan dan sikap peduli
terhadap lingkungan (Amin et al., 2020). Hal ini menyebabkan pentingnya seorang
pendidik untuk mengajarkan pembelajaran berbasis lingkungan. Oleh sebab itu, penulis
merancang dan menjabarkan pembelajaran lingkungan pada makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun rumusan makalah teori ini, sebagai
berikut:
1. Apakah pengertian pengelolaan lingkungan hidup?
2. Bagaimanakah merancang pembelajaran pengelolaan lingkungan hidup?
3. Apakah pengertian pembelajaran berbasis lingkungan?
4. Bagaimanakah pengelolaan pembelajaran berbasis lingkungan?

1.3 Tujuan Makalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun tujuan makalah teori ini, sebagai
berikut:
1. Untuk menjelaskan pengertian pengelolaan lingkungan hidup
2. Untuk mengetahui rancangan pembelajaran pengelolaan lingkungan hidup
3. Untuk menjelaskan pengertian pembelajaran berbasis lingkungan
4. Untuk mengetahui pengelolaan pembelajaran berbasis lingkungan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembelajarannya

2.1.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Menurut Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan


Hidup dijelaskan bahwa Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan
pengendalian lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan
dengan asas tanggung jawab Negara, asas berkelanjutan dan asas manfaat bertujuan
untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup
dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang
Maha Esa. Adapun sasaran pengelolaan lingkungan lidup.
1. Tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia
dan lingkungan hidup
2. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang
memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup
3. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan
4. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup
5. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana
6. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak
usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah Negara yang menyebabkan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup.
Pengelolaan lingkungan hidup bukan semata-mata menjadi tanggung jawab
pemerintah. Swasta dan masyarakat juga sangat penting peran sertanya dalam
melaksanakan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan hidup. Setiap orang mempunyai
hak dan kewajiban berperan serta dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup,
sehingga dapat tercapai kelestarian fungsi lingkungan hidup. Pelestarian fungsi
lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya

3
dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Daya dukung muerupakan kemampuan
lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain,
sedangkan daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup
untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke
dalamnya.
Upaya perlindungan lingkungan dilakukan berdasarkan baku mutu lingkungan,
baik berupa criteria kualitas lingkungan (ambient) maupun kualitas buangan atau
limbah (effluent). Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar
makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai
unsure lingkungan hidup. Baku mutu sebagai tolok ukur untuk menetapkan apakah
lingkungan telah rusak atau apakah suatu kegiatan telah merusak lingkungan perlu
dilaksanakan dan diacu dalam kegiatan pembangunan nasional. Baku mutu lingkungan
dapat berbeda untuk setiap wilayah atau waktu yang berbeda mengingat adanya
perbedaan kondisi lingkungan, tata ruang dan teknologi.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan lingkungan adalah
mengembangkan pembelajaran pengelolaan lingkungan. Pembelajaran tersebut
dilakukan dengan pemberian konsep dan praktik sehingga peserta didik memahami
berbagai konsep lingkungan (Ichsan et al., 2020). Pengetahuan, sikap, dan perilaku
peduli lingkungan merupakan tiga konstruksi utama pelestarian lingkungan (Mohamad
et al., 2020). Dalam pendidikan formal, salah satu upaya untuk meningkatkan
pengetahuuan sikap peduli lingkungan adalah melalui pengajaran yang dapat
diterapkan melalui mata pelajaran maupun mata kuliah (Kumurur, 2008). Adanya
mata kuliah yang mengajarkan lingkungan diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan
pengetahuan dan sikap peduli terhadap lingkungan serta dapat memanfaatkannya
untuk mengelola lingkungan dengan baik (Purnamasari et al., 2019). Karakter
kepedulian terhadap lingkungan yang diajarkan sangat penting untuk membentuk
perilaku manusia yang memiliki tanggung jawab terhadap pengelolaan lingkungan
(Fua et al., 2018).
Pembelajaran lingkungan hidup memiliki peran penting dalam memberikan
berbagai ilmu pengelolaan lingkungan kepada peserta didik (Ichsan & Rahmayanti,
2020). Mempelajari sikap lingkungan hidup dapat menumbuhkan sikap peduli

4
lingkungan (Rahmayanti et al., 2020). Dengan menumbuhkan sikap peduli
lingkungan, peserta didik dapat mengurangi permasalahan lingkungan yang ada.
Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan manusia dengan penurunan kualitas
lingkungan (Puspita et al., 2016). Oleh sebab itu dibutuhkan manusia yang memiliki
rasa tanggung jawab dan rasa saling membutuhkan terhadap lingkungan untuk
mengatasi permasalahan lingkungan yang cukup kompleks (Zulfa et al., 2015).

2.1.2. Rancangan Pembelajaran Pengelolaan Lingkungan


Pembelajaran pengelolaan lingkungan yang dirancang adalah pengelolaan
lingkungan oleh masyarakat adat Mandailing. Pembelajaran ini dilakukan berdasarkan
analisis permasalahan lingkungan yang ada di Mandailing dan solusinya berdasarkan
kajian etnobiologi. Pembelajaran ini dirancang berdasarkan rencana pembelajaran
semester (RPS) Etnobiologi Universitas Negeri Medan. Adapun rancangan
pembelajarannya sebagai berikut :

A. IDENTITAS MATA KULIAH


1. Mata kuliah : Etnobiologi
2. Kode MK : 3BIO47145
3. Disajikan pada jenjang : S1 Prodi Biologi
4. Pertemuan : 11 dan 12
5. Alokasi Waktu : (4 x 50 menit)
6. Nama Dosen Pengampu : Abdul Rasyid Fakhrun Gani, S.Pd.
7. Topik : Pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan
masyarakat lokal

B. STANDAR CAPAIAN PEMBELAJARAN LULUSAN


Mahasiswa memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu etnobiologi yang
bermanfaat bagi konservasi.

C. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH


1. Menjelaskan bentuk pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan oleh masyarakat
lokal

5
D. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH
1. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan
oleh masyarakat lokal
2. Mahasiswa mampu menjelaskan peran etnobiologi dalam konservasi

E. Materi Pembelajaran
1. Bentuk pemanfaatan lingkungan oleh masyarakat lokal adalah Pemanfaatan
(praxis) sumber daya alam yang dilandasi oleh pengetahuan tradisional menyebabkan
terbentuknya satuansatuan lingkungan buatan (antropik) seperti pemukiman serta lahan
garapan seperti lahan pertanian dan perkebunan.
2. Bentuk pengelolaan lingkungan oleh masyarakat lokal adalah upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian
lingkungan berdasarkan kepercayaan dan pengetahuan masyarakat lokal.
3. Peran etnobiologi dalam konservasi adalah upaya pelestarian dan perlindungan
alam oleh masyarakat adat berdasarkan kepercayaan, pengetahuan dan kearifan lokal.

F. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan saintifik yang dijalankan dengan penerapan Problem Based Learning
(PBL)
Beberapa metode yang pakai: studi literatur, diskusi kelompok, penugasan.

G. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR


- Media
1. video pembelajaran
2. google meet
3. google form
4. google doc

- Sumber Belajar (Pokok)


1. Buku pegangan mahasiswa

6
2. Modul Pengelolaan Lingkungan Masyarakat Adat Mandailing
3. Walujo EB. 2011. Sumbangan ilmu etnobiologi dalam memfasilitasi hubungan
manusia dengan tumbuhan dan lingkungannya. J Biologi Indonesia. 7(2):375-391.

H. SKENARIO PEMBELAJARAN
Pertemuan I: pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan oleh masyarakat
lokal
Tahap Kegiatan Kegiatan Belajar Bantuan Alternatif Dosen
Belajar
Pra 1. Dosen mengatur seting kelompok dan
Pembelajaran peralatan/media pembelajaran (google meet,
(10 menit) google form, video, dan google doc)
2. Mahasiswa melakukan pretest di google
form.
Kegiatan Awal1.4.1. Mahasiswa mengamati tayangan video rusaknya  Menunjukkan bagian-
(Apersepsi) hutan di Mandailing akibat perusahaan bagian penting dari
tambang jurnal agar mahasiswa
Organisasi dapat merumuskan
https://www.youtube.com/watch? pertanyaan
mahasiswa
v=Uha9GGD3EmU
terhadap masalah

a) Mengapa masyarakat menolak perusahaan


(5 menit)
tambang? Apa penyebabnya?
b) Apa dampak jika hutan menjadi gundul?
c) Apa peran masyarakat lokal dalam
mengelola dan menjaga hutan yang telah
gundul tersebut?

Kegiatan Inti 1. Dosen menjelaskan rencana kegiatan critical  Dosen menyiapkan


journal review beberapa jurnal terkait
Organisasi 2. Mahasiswa masuk ke link google doc setiap pemanfaatan dan
kelompok pengelolaan lingkungan
mahasiswa untuk
3. Setiap kelompok mahasiswa mencari dua oleh masyarakat lokal
belajar buah Jurnal terindeks sinta terkait
pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan
(15 menit) oleh masyarakat lokal untuk dianalisis.

Penyelidikan 1. Mahasiswa membaca dua jurnal yang  Dosen mengecek


Berkelompok membahas topik yang sama terkait mahasiswa berdiskusi
menggunakan pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan dan menuliskan hasil
oleh masyarakat lokal. diskusinya di google
Studi Literatur(15
2. Mahasiswa berdiskusi secara berkelompok di doc
menit) google doc

7
Mengembangkan 3. Mahasiswa perkelompok menganalisis dan  Dosen mengecek dan
dan menyajikan membandingkan kedua jurnal tersebut mahasiswa berdiskusi
hasil penyelidikan dengan pertanyaan sebagai berikut. dan menuliskan hasil
(20 menit)  Apa peran masyarakat dalam diskusinya di google
pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan doc
yang terkandung di dalam teks tersebut ?
 Apa yang menjadi kekuatan dan
kelemahan peran masyarakat dalam
pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan
pada jurnal?
 Apa manfaatnya mengetahui hal tersebut
di atas ?
 Apa gagasan reviewer terhadap
pengelolaan lingkungan masyarakat lokal
berdasarkan jurnal tersebut?
4. Mahasiswa menuliskan hasil diskusi dalam
bentuk tabel

Menganalisis dan 1. Mahasiswa dan dosen kembali ke google Dosen mengecek kebenaran
Mengevaluasi meet. konsep yang dijelaskan
Proses Pemecahan 2. Setiap perwakilan kelompok mahasiswa oleh mahasiswa,
melakukan presentasi selama 3 menit dan
Masalah mengarahkan dan
tanggapan dari teman selama 2 menit
memberikan masukan jika
(25 menit) diperlukan

Kegiatan Penutup 1. Perwakilan mahasiswa diminta memberikan Dosen mengecek kebenaran


(10 menit) kesimpulan yang terkait peran masyarakat konsep pada rumusan
lokal dalam pemanfaatan dan pengelolaan kesimpulan yang dibuat
lingkungan (kepercayaan, pengetahuan, dan
oleh mahasiswa,
praktik)
2. Perwakilan mahasiswa diminta memberikan mengarahkan dan
komentar tentang kegiatan perkuliahan hari memberikan masukan jika
ini diperlukan
3. Dosen menyampaikan materi untuk minggu
depan
4. Dosen menutup perkuliahan

8
2.2 Pengertian Pembelajaran Berbasis Lingkungan
Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang
berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya
baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka mewujudkan
potensi diri menjadi multiple kompetensi harus melewati proses pendidikan yang
diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran adalah proses untuk
membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Menurut UU No. 20 Tahun 2003,
pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada
lingkungan belajar.
Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar.
Sesungguhnya pembelajaran tidak terbatas pada tempat dinding kelas. Pembelajaran
dapat dilakukan dengan pendekatan lingkungan yang diharapkan dapat menghapus
kejenuhan dan menciptakan siswa yang cinta lingkungan. Pembelajaran berbasis
lingkungan adalah pembelajaran yang menekankan lingkungan sebagai media atau
sumber belajar. Pembelajaran berbasis lingkungan merupakan implementasi dari
pendidikan lingkungan yang dilakukan secara formal.
Ada beberapa alasan yang menjadikan lingkungan itu sangat penting dalam interaksi
belajar mengajar, yaitu bernama lingkungan:
a. Sebagai sasaran belajar, lingkungan adalah alam sekitar yang merupakan obyek
untuk menjadi sasaran belajar bagi siswa
b. Sebagai sumber belajar. lingkungan merupakan salah satu sumber belajar.
c. Sebagai sarana belajar, lingkungan dapat menjadi suatu sarana belajar yang baik,
bahkan lingkungan menyediakan bahan belajar yang tidak perlu dibeli, seperti udara,
cahaya, matahari yang lebih ekonomis (Wuryastuti & Ima, 2013).

Pembelajaran berbasis lingkungan atau Environmental Learning adalah pembelajaran


yang mengedepankan pengalaman siswa dalam hubungannya dengan alam sekitar,
sehingga siswa dapat dengan mudah memahami isi materi yang disampaikan. Dimana
pembelajaran berbasis lingkungan tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi juga
diluar kelas dengan tujuan agar siswa lebih nyaman dan aktif dalam proses pembelajaran.

9
Model pembelajaran berbasis lingkungan ini menerapkan sistem permainan dan
belajar diluar kelas. Beberapa hal yang harus diperharikan dalam penerapannya adalah
mengenai isi dan prosedur pembelajaran yang harus sesuai dengan lingkungan siswa,
pengetahuan yang diberikan harus memberikan jalan keluar dalam menanggapi
lingkungan. Pembelajaran berbasis lingkungan digagas pertama kali oleh Jan Lighthart
pada tahun 1859. Tokoh ini menyajikan suatu bentuk model pembelajaran yang dikenal
dengan “pengajaran barang sesungguhnya”. Konsep ini menjadi landasan lahirnya konsep
pendidikan yang berbasis pada alam atau “back to nature school” (Khoiriyah, 2015) .
Pendidikan yang berkaitan dengan lingkungan hidup didasarkan pada empat pilar antara
lain :

1. learning to know, pendidikan untuk mengetahui dan memahami lingkungan hidup


dengan aspeknya
2. learning to do, pendidikan untuk menanamkan sikap, kemampuan dan
keterampilan dalam melestarikan lingkungan
3. learning to live together, pendidikan untuk menanamkan cara hidup bersama
dibumi yang harus diamankan kelestarian bagi generasi yang akan datang
4. learning to be, pendidikan untuk menanamkan keyakinan mendalam bahwa
manusia merupakan bagian dari alam, bahwa manusia merupakan teman dan bukan
lawan alam, serta dalam kehidupannya harus bertindak secara ramah dan bijaksana
memperlakukan alam (Simarmata et al., 2018) (Adriansyah et al., 2016).
Pembelajaran dengan lingkungan mengarah pada pembelajaran yang memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar, guru harus dapat mengaitkan materi dengan situasi
dunia nyata siswa, sehingga dapat mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
dengan alam sekitar atau lingkungan terbukti dapat memberikan kesempatan sebanyak-
banyaknya agar siswa aktif dan giat, pembelajaran dengan alam sekitar memungkinkan
untuk memberikan pengajaran totalitas serta memberikan apersepsi emosional pada
siswa. Hamzah (2011) juga mengungkapkan bahwa konsep pembelajaran dengan
menggunakan lingkungan memberikan peluang yang sangat besar kepada siswa untuk
meningkatkan hasil belajarnya, dan meningkatkan motivasi belajar dari siswa, sehingga
bimbingan dan motivasi guru serta lingkungan berperan penting dalam pembentukan

10
karakter siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran ke arah sikap yang lebih baik
(Cholvistaria, 2012).
Pembelajaran berbasis lingkungan ini diperlukan untuk mengupayakan peningkatan
kepedulian manusia terhadap lingkungan hidup yang nantinya akan tercermin dalam
perilaku sehari-harinya, dan dapat mewujudkan kesadaran lingkungan dengan
menciptakan lingkungan belajar yang ideal untuk proses pembelajaran, sehingga di masa
depan dapat turut serta dalam tanggung jawab pelestarian lingkungan hidup dan
pembangunan berkelanjutan (Hidayanti et al., 2018).

2.3 Rancangan Pembelajaran Berbasis Lingkungan


Pembelajaran berbasis lingkungan diharapkan dapat mengubah paradigma, bahwa
sekolah yang bagus atau sekolah berkualitas tidak selalu mahal serta tidak bergantung
pada alat peraga yang mahal, tetapi dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai
sumber pengetahuan. Hal ini selaras dengan penelitian dari Suprihatiningrum (2017:92)
yang menyatakan bahwa lingkungan sangat berpengaruh dalam pencapaian keberhasilan
belajar lingkungan dapat diciptakan sesuai dengan yang dikehendaki seperti membuat
lingkungan buatan berupa taman, berbagai tanaman untuk mendukung proses kegiatan
pembelajaran (Sriyono, 2016). Pembelajaran berbasis lingkungan sangat erat kaitanya
dengan pemanfaatan lingkungan alam sekitar dalam kehidupan sehari-hari ke dalam
konteks pembelajaran, khususnya pembelajaran sains/biologi. Pembelajaran sains/biologi
berupaya untuk dapat menampilkan gejala-gejala alam agar dapat dipelajari oleh siswa
melalui sebuah proses pengamatan dan metode ilmiah lain agar mampu merangsang dan
menumbuhkan rasa ingin tahu siswa. Selain itu pembelajaran sains/biologi berupaya
untuk menumbuhkan rasa syukur siswa akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Oleh
karena itu pembelajaran berbasis lingkungan harus dijalankan dan dikelola dengan baik
agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran berbasis lingkungan
membutuhkan pengelolaan yang baik, meliputi :

1. Perencanaan
Purwanto, (2008:36), mengemukakan langkah dalam perencanaan meliputi hal-
hal sebagai berikut; (1) menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai,

11
(2) meneliti masalah yang akan dilakukan, (3) mengumpulkan data dan informasi
yang diperlukan, (4) menentukan tahap atau rangkaian tindakan, (5) merumuskan
bagaimana masalah itu akan dipecahkan dan bagaimana masalah itu akan selesai.
Perencanaan pembelajaran dapat berfungsi sebagai pedoman dan petunjuk dalam
menyusun perangkat pembelajaran senada dengan pendapat Hidayat, (2006:21)
mengemukakan bahwa perangkat yang harus dipersiapkan dalam perencanaan
pembelajaran antara lain: (1) memahami kurikulum; (2) menguasai bahan ajar; (3)
menyusun program pengajaran; (4) melaksanakan program pengajaran; (5) menilai
program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar (Sriyono, 2016). Hal yang
harus disiapkan dalam pembelajaran meliputi: silabus, RPP, media pembelajaran.
Perlunya perencanaan pembelajaran agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran
biologi berbasis lingkungan serta dapat memainkan peran penting dalam memandu
guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar
siswanya, hal tersebut di atas dapat dimaknai bahwa ternyata lingkungan sekitar
dapat dapat dijadikan sebagai media pembelajaran biologi, yang dapat membantu
guru dan siswa dalam interaksi pelaksanaan pembelajaran biologi berbasis
lingkungan. Contoh perencanaan pembelajaran biologi berbasis lingkungan, guru
mempersiapkan materi yang berhubungan dengan lingkungan, misalnya sistem gerak
pada hewan kucing, guru membentuk kelompok kerja, guru menyusun lembar kerja
siswa (LKS), guru membuat tabel pengamatan, guru menyiapkan obyek yang akan
diamati oleh siswa yaitu seekor kucing, ekosistem sawah.

2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran merupakan kegiatan mengembangkan kemampuan
mengetahui, memahami, melaksanakan sesuatu dalam kebersamaan dan
mengaktualisasi diri. Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran perlu: (a) terpusat
pada peserta didik, (b) mengembangkan kreatifitas peserta didik, (c) menciptakan
kondisi yang menyenangkan dan menantang, (d) bermuatan nilai,etika estetika,
logika dan kinestika, (e) menyediakan pengalaman belajar yang beragam. Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007, disebutkan bahwa pada kegiatan
pembelajaran meliputi (1) kegiatan pendahuluan dalam hal ini seorang guru
memberikan salam, motivasi dan apersepsi kepada peserta didik, mengabsen peserta

12
didik, menjelaskan tujuan pembelajaran dan Kompetensi Dasar yang akan dicapai
oleh peserta didik (2) kegiatan inti dalam hal ini seorang guru menyampaikan materi
pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan dan memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif pada peserta didik dan dalam kegiatan inti juga guru
melaksanakan pembelajaran secara sistematis yaitu melalui eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi, (3) kegiatan penutup dalam hal ini seorang guru bersama-sama dengan
peserta didik membuat kesimpulan terhadap materi yang disampaikan oleh guru, dan
melakukan penilaian dan atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
pada kegiatan inti diatas, memberikan tugas rumah (PR).
Mevea (2007), melaporkan hasil penelitiannya bahwa pelaksanaan pembelajaran
kontektual dapat diterapkan pada lingkungan apapun, misalnya dalam pembelajaran
proses gerak pada persendian manusia, guru dapat memanfaatkan cara jalan kucing.
Pola dasar daya penggerak dalam persendian cara jalan binatang dimodifikasi untuk
merespon konteks dimana proses jalan itu terjadi. Modifikasi ini mengoptimalkan
daya penggerak tangan dan tidak dipengaruhi oleh kaki belakang. daya penggerak
juga dibentuk untuk mengakomodasi penghalang lingkungan.Seorang biologi dapat
mengadakan kegiatan pengamatan bersama-sama siswa dalam satu kelas dengan
melihat secara langsung sistem gerak pada seekor kucing yang sedang berjalan.
Santyasa (2009 ), mengemukakan hasil penelitiannya bahwa pembelajaran berbasis
lingkungan sebenarnya dapat secara fleksibel dilakukan, tidak harus dalam bentuk
outbond, tetapi dapat dilakukan dilingkungan sekitar sekolah yang terdekat (Sriyono,
2016). Selain itu juga bahwa pembelajaran berbasis lingkungan akan membawa
peserta didik pada alam nyata, yang dapat langsung diindera secara visual oleh
peserta didik. Peserta didik akan dapat memperoleh pengalaman nyata serta dapat
memadukan antara teori dan dunia nyata yang ada dilapangan, sehingga mudah
diingat dan akan melekat kuat dan tahan lama dalam diri peserta didik.
Johnson (2007) dalam penelitiannya secara biologis dan psikologis, lingkungan
memberikan informasi yang membentuk struktur fisik otak.Lingkungan akan
menjadi stimulus bagi terbentuknya hubungan sinapsis sehingga terbangun jalur-jalur
saraf yang kompleks sehingga akan meningkatkan kekuatan, kecepatan, dan
kecerdasan (Algozzine et al., 2007). Dengan demikian, komunikasi antar alat indera
dengan lingkungan akan membentuk konteks belajar akan membentuk stuktur

13
berpikir, bersikap dan bertindak yang dalam jangka waktu tertentu akan membentuk
karakter bagi diri siswa. Memang dengan pembelajaran yang selalu melibatkan
lingkungan, akan mempengaruhi psikologis, siswa akan cepat komunikatif, mudah
memahami materi yang disampaikan oleh guru. Dari beberapa penelitian yang
relevan diatas, maka dapat kami tarik kesimpulan, bahwa untuk mencapai tujuan
pembelajaran biologi yang maksimal sangat didukung suasana atau lingkungan, baik
lingkungan luar kelas maupun lingkungan dalam kelas, dan ternyata pembelajaran
kita belum maksimal dan belum melibatkan lingkungan sebagai media pembelajaran,
sehingga pembelajaran masih terkesan monoton dan menjenuhkan. Berdasarkan
laporan penelitian diatas maka erat sekali hubungan dengan penelitian yang akan
dilakukan, bahwa pembelajaran akan lebih menarik, menyenangkandan bermakna
jika seorang guru dalam pembelajarannya selalu menggunakan media
pembelajarannya dengan lingkungan sekitar baik didalam maupun diluar kelas.
Contoh pelaksanaan pembelajaran biologi berbasis lingkungan, guru mengajak
peserta didik lingkungan sawah yang letaknya dekat dengan sekolah dan guru sudah
membentuk kelompok belajar yang akan melakukan pengamatan tentang komponen
biotik maupun abiotik penyusun ekosistem sawah disekitar sekolah dan peserta didik
bekerja sesuai dengan kelompoknya masing-masing, setelah mendapat data
komponen biotik maupun abiotik penyusun ekosistem, kemudian didiskusikan
dengan kelompok lain dan hasilnya diserahkan pada guru dalam bentuk laporan.

Gambar 1. Peserta didik sedang melakukan pengamatan di sawah

14
Dalam kegiatan ini siswa mengamati dan menulis komponen biotik air
dipersawahan, dalam satu kelompok itu ada yang bertugas mengamati, ada pula yang
menulis hasil pengamatan, kemudian data hasil pengamatan tersebut terkumpul
dibawa kekelas untuk didiskusikan dengan kelompok lain, kemudian menyusun
kesimpulan dan dilaporkan keguru dalam bentuk laporan.

3. Evaluasi

Menurut Sudrajad, (2008:201), evaluasi merupakan kegiatan identifikasi untuk


melihat apakah suatu program yang direncanakan telah tercapai atau belum. Menurut
Dimyati (2009:209), dalam mempersiapkan evaluasi terdapat tiga tahap kegiatan yaitu :
(1) Menetapkan pertimbangan dan keputusan yang dibutuhkan;(2) menggambarkan
informasi yang dibutuhkan;(3) menetapkan informasi yang tersedia. evaluasi terhadap
hasil belajar siswa akan memberikan informasi tentang; (a) kelemahan dalam
perencanaan pembelajaran yaitu mengenai materi pelajaran, langkah-langkah
pembelajaran dan juga media pembelajaran yang digunakan, (b) kekeliruan mendiagnosis
peserta didik tentang kesiapan mengikuti pengalaman belajar, (c) kelengkapan tujuan
pembelajaran khusus, (d) kelemahan instrumen yang digunakan untuk mengukur
kemampuan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran (Nugraha, 2019).
Hal tersebut di atas didukung oleh Johnson (2002:1) hasil penelitiannya untuk
menentukan kegunaan nilai dalam pembelajaran biologi berbasis lingkungan mencakup
tiga ranah yaitu ranah pengetahuan (cognitive), ranah ketrampilan (skill) dan ranah nilai-
nilai (value) (Algozzine et al., 2007). Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi dilapangan bahwa proses evaluasi dapat dilakukan oleh guru didalam kelas
maupun diluar kelas yang berupa penilaian ketrampilan (psikomotor), karena pelaksanan
kegiatan pembelajarannya dilaksanakan juga diluar kelas yaitu mengamati komponen
penyusun ekosistem disawah.
Salah satu penerapan pembelajaran berbasis lingkungan lainnya dalam mata
pelajaran sains/biologi yaitu pembelajaran yang menggunakan pendekatan
konstruktivisne dan aplikasi model Contextual Teaching Learning (CTL), yang disebut
juga dengan pembelajaran sains teknologi dan masyarakat yang dikaitkan dengan STM.
Pembelajaran berbasis lingkungan dengan pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat
(STM) mempunyai tahapan sebagai berikut:

15
1. Invitasi, pada tahapan ini siswa didorong untuk mengemukakan pengetahuan awalnya
tentang konsep yang akan dibahas yang berhubungan dengan masalah-masalah yang
berhubungan dengan isu-isu di daerah sekitar lingkungan siswa, nasional atau global.
2. Eksplorasi, pada tahapan ini siswa dilibatkan secara aktif untuk membentuk konsep
melalui konstruksi pengetahuannya sendiri melalui Observasi, Eksperimen, Diskusi atau
Surfing di internet. Pada tahap ini siswa diajak untuk memenuhi rasa keingintahuannya
tentang masalah atau isu yang sedang hangat di masyarakat. Pada tahap ini pula siswa
didorong untuk menggunakan keterampilan proses sains dalam mencari solusi terhadap
permasalahan.
3. Penjelasan dan solusi, konsep yang telah dibangun oleh siswa digunakan untuk
menyelesaikan masalah atau menganalisis masalah yang telah dilontarkan pada awal
pembelajaran. Siswa dapat melaksanakan tindakan-tindakan konkrit yang didasari atas
kepeduliannya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya.
4. Pengambilan tindakan, siswa menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk
mengambil keputusan berupa kampanye atau ajakan untuk berbuat laporan lisan atau tertulis.
(Nugraha, 2019).

Keuntungan memanfaatkan pembelajaran dengan media lingkungan antara lain; (1)


Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda- benda yang telah ada di lingkungan, (2)
Memberikan pengalaman yang riil kepada siswa, pelajaran menjadi lebih konkrit, tidak
verbalistik, (3) Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka benda-
benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Hal ini juga sesuai
dengan konsep pembelajaran kontekstual (contextual learning), (4) Pelajaran lebih
aplikatif, materi belajar yang diperoleh siswa melalui media lingkungan kemungkinan
besar akan dapat diaplikasikan langsung, karena siswa akan sering menemui benda-
benda atau peristiwa serupa dalam kehidupannya sehari-hari, (5) Dengan media
lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan benda, lokasi atau peristiwa
sesungguhnya secara alamiah, (6) Lebih komunikatif, sebab benda dan peristi wa yang
ada di lingkungan siswa biasanya mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan media
yang dikemas (didesain) (Erviana, 2015).

16
17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi yang dsains/biologiparkan dalam makalah ini maka, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian
lingkungan hidup.
2. Rancangan pembelajaran pengelolaan dilakukan berdasarkan analisis
permasalahan lingkungan yang ada di Mandailing dan solusinya berdasarkan kajian
etnobiologi, berdasarkan rencana pembelajaran semester (RPS) Etnobiologi
Universitas Negeri Medan.
3. Pembelajaran berbasis lingkungan atau Environmental Learning adalah
pembelajaran yang mengedepankan pengalaman siswa dalam hubungannya dengan
alam sekitar, sehingga siswa dapat dengan mudah memahami isi materi yang
disampaikan.
4. Pengelolaan pembelajaran berbasis lingkungan meliputi perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.

3.2 Saran
Diharapkan kedepannya dalam penyusunan makalah penulis berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, diksusi sharing antar
materi juga perlu mengingat informasi bisa saja menjadi simpang siur dan tumpang
tindih. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan
makalah dalam di atas.

18
DAFTAR RUJUKAN

Adriansyah, M. A., Sofia, L., & Rifayanti, R. (2016). Pengaruh Pelatihan


Pendidikan Lingkungan Hidup terhadap Sikap Peduli Anak akan Kelestarian
Lingkungan. Jurnal Psikostudia, 5(2), 86–106.
Algozzine, B., Gretes, J., Queen, A. J., & Cowan-Hathcock, M. (2007). Beginning
Teachers’ Perceptions of Their Induction Program Experiences. The
Clearing House: A Journal of Educational Strategies, Issues and Ideas,
80(3), 137–143. https://doi.org/10.3200/tchs.80.3.137-143.
Amin, S., Utaya, S., Bachri, S., Sumarmi, & Susilo, S. (2020). The Effects of
Problem-Based Learning on Critical Thinking Skills and Student Science
Literacy. Journal for the Education of Gifted, 8(2), 743–755.
https://doi.org/10.33394/j-lkf.v8i1.2794
Cholvistaria, M. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Keterampilan
Proses Sains Siswa SMA Metro. Bioedukasi, 3(1).
Dimyati dan Mujiono, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. PT Rineka Cipta.
Erviana, L. (2015). Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbasis Lingkungan
Sebagai Sarana Praktikum IPA Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Siswa Di SMP-It Ar Rahmah Pacitan. Jurnal Dinamika Pendidikan Dasar,
7(2), 71–77.
http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/Dinamika/article/view/936.
Fua, J. L., Wekke, I. S., Sabara, Z., & Nurlila, R. U. (2018). Development of
Environmental Care Attitude of Students through Religion Education
Approach in Indonesia. IOP Conference Series: Earth and Environmental
Science, 175(1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/175/1/012229.
Hidayanti, N., Abidin, Z., & Susilaningsih, S. (2018). Implementasi Pendidikan
Lingkungan Hidup Sebagai Kurikulum Muatan Lokal Ekopedagogi dalam
Membangun Karakter Siswa Di SDN Lowokwaru 2 Malang. JINOTEP
(Jurnal Inovasi Dan Teknologi Pembelajaran) Kajian Dan Riset Dalam
Teknologi Pembelajaran, 4(2), 106–112.
https://doi.org/10.17977/um031v4i22018p106.
Ibáñez, M. E., Ferrer, D. M., Muñoz, L. V. A., Claros, F. M., & Ruiz, F. J. O.
(2020). University as change manager of attitudes towards environment (The

19
importance of environmental education). Sustainability (Switzerland),
12(11). https://doi.org/10.3390/su12114568.
Ichsan, I. Z., & Rahmayanti, H. (2020). HOTSEP: Revised Anderson’s taxonomy
in environmental learning of COVID-19. European Journal of Educational
Research, 9(3), 1257–1265. https://doi.org/10.12973/eu-jer.9.3.1257.
Ichsan, I. Z., Sigit, D. V., Miarsyah, M., Ali, A., Suwandi, T., & Titin. (2020).
Implementation supplementary book of green consumerism: Improving
students hots in environmental learning. European Journal of Educational
Research, 9(1), 227–237. https://doi.org/10.12973/eu-jer.9.1.227.
Khoiriyah, L. F. (2015). Implementasi Model Environmental Learning dalam
Mewujudkan Kepedulian Terhadap Lingkungan Pada Siswa Kelas IV Di
SDN Dinoyo 2 Malang. UIN Malang.
Kumurur, V. A. (2008). Pengetahuan, Sikap Dan Kepedulian Mahasiswa
Pascasarjana Ilmu Lingkungan Terhadap Lingkungan Hidup Kota Jakarta.
EKOTON, 8(2), 1–24.
McVea, D. A. &K.G. Pearson. 2007 “Contextual Learning and Obstacle
MemoryIn The Walking Cat”. Integrative and Comperative Biologi. Volume
47Numbe 4: 457- 465.
Mohamad, M. M., Ibrahim, B., Lai, C. S., Ahmad, A., & Nasir, A. N. M. D.
(2020). Reflection on environmental awareness for school management.
Journal of Critical Reviews, 7(6), 265–268.
https://doi.org/10.31838/jcr.07.06.46
Nugraha, I. K. A. (2019). Penerapan Pembelajaran Berbasis Lingkungan Kelas
IV Tema 9 Sub Tema 4 Di SDN 1 Kenteng Boyolali. UMS.
Nugrahadi, E. W., Maipita, I., Ane, L., & Putra, P. D. (2018). Analisis
Implementasi Kurikulum Berbasis Kkni Di Fakultas Ekonomi Unimed.
Niagawan, 7(1), 8–13. https://doi.org/10.24114/niaga.v7i1.9349
Prazeres, P. J. A. dos, Luzia, K., & Pino, M. Del. (2020). Environmental Ethics
and Ecological Crisis in Order To a Sustainability Paradigm. 3(1), 1–6.
Purnamasari, I., Alfiandra, A., & Kurnisar, K. (2019). Perbandingan Sikap Peduli
Lingkungan Antara Mahasiswa Yang Mempelajari Mata Kuliah Pklh Dengan
Mahasiswa Yang Tidak Mempelajari Mata Kuliah Pklh Fkip Universitas

20
Sriwijaya. Bhineka Tunggal Ika: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan PKn,
6(1), 117–133. https://doi.org/10.36706/jbti.v6i1.7927
Puspita, I., Ibrahim, L., & Hartono, D. (2016). Pengaruh Perilaku Masyarakat
Yang Bermukim Di Kawasan Bantaran Sungai Terhadap Penurunan Kualitas
Air Sungai Karang Anyar Kota Tarakan (Influence of The Behavior of
Citizens Residing in Riverbanks to The Decrease of Water Quality in The
River of Karang). Jurnal Manusia dan Lingkungan, 23(2), 249–258.
https://doi.org/10.22146/jml.18797
Rahmayanti, H., Ichsan, I. Z., Oktaviani, V., Syani, Y., Hadi, W., & Marhento, G.
(2020). Environmental attitude for smart city technology: Need assessment to
develop smart trash in environmental education. International Journal of
Advanced Science and Technology, 29(3), 8374–8383.
Regmi, S., Johnson, B., & Dahal, B. M. (2020). Analysing the environmental
values and attitudes of rural Nepalese children by validating the 2-MEV
model. Sustainability (Switzerland), 12(1).
https://doi.org/10.3390/SU12010164
Siagian, B. A., & Siregar, G. N. S. (2018). Analisis Penerapan Kurikulum
Berbasis Kkni Di Universitas Negeri Medan. Pedagogia : Jurnal Ilmu
Pendidikan, 16(3), 327. https://doi.org/10.17509/pdgia.v16i3.12378
Simarmata, B., Daulae, A. H., & Raihana. (2018). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Lingkungan Hidup dengan Sikap Peduli Lingkungan Siswa.
Jurnal Pelita Pendidikan, 6(4), 204–210.
Sriyono. (2016). Pengelolaan Pembelajaran Biologi Berbasis Lingkungan Di
MTS Negeri 1 Sragen. UMS.
Waseso, H. P., & Hidayat, M. S. (2017). Penerapan Kurikulum Berbasis KKNI
pada Prodi PGMI Unsiq Jawa Tengah. JIP: Jurnal Ilmiah PGMI, 3(1), 33–
48. https://doi.org/10.19109/jip.v3i1.1376.
Wuryastuti, S., & Ima, N. (2013). Model Pembelajaran Berbasis Lingkungan
Untuk Pembuatan Kompor Biogas (Penelitian pada Pembelajaran Mata
Kuliah Konsep Dasar Biologi di UPI Kampus Serang). EduHumaniora |
Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru, 5(2), 113–120.
Zulfa, V., Max, M., Hukum, I., & Ilyas, I. (2015). Isu-Isu Kritis Lingkungan Dan

21
Perspektif Global. Jurnal Green Growth Dan Manajemen Lingkungan, 5(1),
29–40. https://doi.org/10.21009/jgg.051.03.

22

Anda mungkin juga menyukai