Anda di halaman 1dari 2

Kehidupan hewan sangat tergantung pada habitatnya, karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu

jenis hewan tanah di suatu daerah sangat ditentukan keadaan daerah itu. Dengan perkataan lain
keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis hewan tanah disuatu daerah tergantung dari faktor
lingkungan, yaitu lingkungan abiotik dn lingkungan biotik. Dalam studi ekologi hewan, pengukuran faktor
lingkungan abiotik penting dilakukan karena besarnya pengaruh faktor abiotik itu terhadap keberadaan
dan kepadatan populasi kelompok hewan ini. Dengan dilakukan pengukuran faktor lingkungan abiotik,
maka akan dapat diketahui faktor besar yang besar pengaruhnya terhadap keberadaan dan kepadatan
populasi hewan yang diteliti. Pada studi tentang cacing tanah, misalnya, pengukuran pH tanah akan
dapat memberikan gambaran tentang penyebaran suatu jenis cacing tanah (Wirakusumah, 2003 hal:
101).

Bekicot (Achatina fulica) merupakan hewan yang paling banyak ditemukan diberbagai daerah di
Indonesia, meskipun demikian hewan ini bukan spesies pribumi Indonesia melainkan merupakan
pendatang dari benua Afrika yang telah menetap ± 50 tahun lamanya. Bekicot bersifat hermaprodit
namun perkawinan tidak dapat dilakukan oleh satu individu saja melainkan membutuhkan individu lain
pada proses kawinnya. Pada waktu kopulasi penis masing-masing individu yang berwarna keputih-
putihan dan lembab, akan masuk ke dalam lubang genital individu pasangan kawinnya. Bekicot dikenal
sebagai hewan nokturnal dan herbivora, karena kebiasaan makannya itu, sehingga bekicot digolongkan
dalam sebagai kelompok hewan yang berpotensi sebagai hama bagi kebun sayuran dan bunga-bungaan.
Bekicot termasuk dalam golongan hewan lunak dan biasanya disebut Molusca. Anggota bekicot ini
sangat banyak hidup di bebagai alam (darat, air tawar, air payau dan di laut) misalnya cumi-cumi, gurita
dan kerang-kerangan. Bekicot termasuk ke dalam kelas Gastropoda atau berkaki perut. Di Indonesia
dikenal ada dua jenis (spesies) bekicot yaitu Achatina fulicad dan Achatina fariegata. Secara garis besar
tubuh bekicot terdiri atas dua bagian yaitu cangkang bekicot; berfungsi sebagai alat untuk melindungi
tubuhnya dari mangsanya. Cangkang bekicot dewasa dapat mencapai 7,5 – 11,5 cm diukur dari ujung
cangkang sampai kedasar cangkang. Achatina fulica mempunyai cangkang bergaris-garis semar, ramping
dan runcing, sedangkan Achatina fariegata memiliki cangkang bergaris tebal, lebih gemuk, dan
membulat, dan badan bekicot; yang sederhana terdiri atas kepala dan perut (Majidsyahreza, 2012).

Faktor yang berpengaruh dalam interaksi populasi adalah faktor biotik lingkungan yang pada dasarnya
bersifat acak tidak langsung terkait dengan perubahan komunitas, terutama faktor iklim dan curah
hujan. Banyak data mengarahkan perubahan acak iklim itulah yang pertama-tama menentukan
kerapatan populasi. Perubahan yang cocok dapat meningkatkan kerapatan populasi, sebaliknya
poipulasi dapat mati kalau tidak cocok. Pada dasarnya pengaruh yang baru diuraikan berlaku bagi
kebanyakan organisme tetapi pengaruh yang sebenarnya malah dapat memicu perubahan mendasar
sampai kepada variasai. Persaingan dalam komunitas dalam artian yang luas persaingan ditunjukan pada
interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Persaingan ini dapat terjadi
antara indifidu yang sejenis ataupun antara indifidu yang berbeda jenis. Persaingan yang terjadi antara
individu yang sejenis disebut dengan persaingan intraspesifik sedangkan persaingan yang terjadi antara
individu yang berbeda jenisnya disebut sebagai persaingan interspesifik (Herliani, 2013).

Perilaku atau kelakuan dalam arti luas ialah tindakan yang tampak yang
dilaksanakan oleh makhluk hidup dalam usaha peyesuaian diri terhadap keadaan

lingkungan yang sedemikian rupa sehingga mendapat kepastian dalam kelangsungan

hidupnya. Menurut Taavolga (1969) semua makhluk hidup melaksanakan aktivitas

kompleks yang timbul berdasarkan sifat dasar kehidupan sitoplasmik ialah iritabilitas,

yaitu kemampuan untuk menghadapi perubahan di lingkungan

Mica Herliani. 2008. Pengetahuan Blog. Kompetisi Intraspesifik. http://Pengetahuan Blog.com (Tanggal
akses 30 Mei 2013).

Majidsyahreza, 2012. Kinerja Hewan di Lingkungannya dengan menentukan pola aktifitas dan jarak edar
serta luas daerah harian hewan. http://majidsyahreza89.wordpress.com (30 Mei 2013).

Sambas, Wirahadikusumah. Dasar-Dasar ekologi, Jakarta, 2003

Anda mungkin juga menyukai