Anda di halaman 1dari 11

Critical JurnalRiview

(CJR) Ekologi Tumbuhan


Prodi Pendidikan Biologi

Jurnal I “Interaksi Tanaman pada Sistem Tumpangsari Tomat dan Cabai di Dataran Tinggi” dan Jurnal II “
Pengaruh Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays)
dan Kacang Hijau (Vigna radiata)

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5

1. Lia Handayani
2. Maysaroh
3. Nya Lorens Lumban toruan
4. Natra Vilova BB
5. Nur Putri Aliyah
6. Risnauli Hutabarat

KELAS : Pendidikan biologi d 2017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Tuhan/Allah Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya kritikal jurnal
report sebagai ilmu pengetahuan bagi pembaca dalam mata kuliah Ekologi Tumbuhan. Mata
kuliah Ekologi Tumbuhan ini bertujuan untuk mengetahui interaksi tumbuhan contohnya
intraspesifik dan interspesifik. Dalam mempelajari sebuah ilmu umumnya pembaca memiliki
jurnal pegangan sebagai pemandu dalam memahami materi-materi interaksi tumbuhan,
jurnal-jurnal di pandang sebagai suatu sarana untuk mengomunikasikan ilmu pengetahuan.
Mudah-mudahan kritikal jurnal report dapat memahami dan memberikan manfaat berupa
ilmu pengetahuan yang luas, jika ada kesalahan-kesalahan saya mohon maaf sebesar-
besarnya.

Medan, 8 Oktober 2019

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I.PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya Critical Journal Review (CJR)


B. Tujuan Penulisan Critical Journal Review (CJR)
C. Manfaat Critical Journal Review (CJR)
D. Identitas Journal yang direview

BAB II. RINGKASAN ARTIKEL

A. Ringkasan Jurnal I
B. Ringkasan Jurnal II

BAB III. KEUNGGULAN dan KELEMAHAN PENELITIAN

a. Kelebihan Jurnal I
b. Kekurangan Jurnal I
c. Kelebihan Jurnal II
d. Kekurangan Jurnal II

BAB IV PENUTUP
a. Simpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I. PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya Critical Journal Review (CJR)


Critical Journal Review (CJR) sangat penting buat kalangan pendidikan terutama buat
mahasiswa maupun mahasiswi karena dengan mengkritik suatu jurnal maka mahasiswa/i
ataupun si pengkritik dapat membandingkan dua jurnal dengan tema yang sama, dapat
melihat mana jurnal yang perlu diperbaiki dan mana jurnal yang sudah baik untuk
digunakan berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis jurnal tersebut,
setelah dapat mengkritik jurnal maka diharapkan mahasiswa/i dapat membuat suatu jurnal
karena sudah mengetahui bagaimana kriteria jurnal yang baik dan benar untuk digunakan
dan sudah mengerti bagaimana cara menulis atau langkah-langkah apa saja yang
diperlukan dalam penulisan jurnal tersebut.
B. Tujuan Penulisan Critical Journal Review (CJR)
Critical journal Review ini dibuat bertujuan untuk belajar melalui pemenuhan tugas mata
kuliah Ekologi Tumbuhan sehingga dapat menambah pengetahuan untuk melihat atau
membandingkan dua atau beberapa jurnal yang baik dan yang benar. Setelah dapat
membandingkan maka akan dapat membuat suatu jurnal karena sudah dapat
membandingkan mana jurnal yang sudah baik dan mana jurnal yang masih perlu
diperbaiki dan juga karena sudah mengerti langkah-langkah dari pembuatan suatu jurnal.
C. Manfaat Critical Journal Review (CJR)
Manfaat penulisan Critical Journal Review ( CJR), yaitu :
1. Dapat membandingkan dua atau lebih jurnal yang direview.
2. Dapat meningkatkan analisis kita terhadap suatu jurnal.
3. Dapat mengetahui teknik-teknik penulisan CJR yang benar.
4. Dapat menulis bagaimana jurnal yang baik dan benar.
5. Dapat menambah pengetahuan kita tentang isi-isi dari jurnal-jurnal penelitian.
D. Identitas Journal yang direview
1. Jurnal I
1. Judul Artikel : Interaksi Tanaman pada Sistem Tumpangsari Tomat
dan Cabai di Dataran Tinggi
2. Nama Journal : Jurnal Hort
3. Tahun Terbit : 2003
4. ISSN :-
5. Pengarang artikel : Suwandi, R. Rosliani, N. Sumarni, dan W. Setiawati
6. Penerbit : Balai Penelitian Tanaman sayuran

7. Kota terbit : Bandung

8. Vol/ Hal : Vol 13 (3), hal : 1-5

9. Alamat Situs : https://www.googlecendekia.com


2. Jurnal II
1. Judul Artikel : Pengaruh Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays)
dan Kacang Hijau (Vigna radiata)
2. Nama Journal : Agroradix
3. Tahun terbit : 2018
4. e-ISSN : 2621-0665
5. Pengarang artikel : Dian Eka Kusumawati
6. Penerbit : Fakultas Pertanian Universitas Islam Darul Ulum
Lamongan
7. Kota terbit : Lamongan
8. Vol/ Hal : vol 1 (2): 28-33
9. Alamat Situs : https://www.googlecendekia.com
BAB II. RINGKASAN ARTIKEL
A. JURNAL I
Perkembangan pola tanam tumpangsari atau tumpanggilir sayuran di dataran tinggi
maupun di dataran rendah saat ini telah menjadi salah satu pilihan utama petani berlahan
sempit dalam upaya mengatasi risiko kegagalan usahataninya. Pilihan usahatani
tumpangsari/tumpanggilir selain didasarkan pada aspek pengendalian resiko (Adiyoga,
1985), juga produksi tanaman per satuan luas dan per satuan waktu umumnya lebih tinggi
dari sistem monokultur. Ciri-ciri usahatani semacam itu terkait dengan upaya petani
dalam mempertahankan keberlanjutan usahatani sebagai mata pencaharian pokoknya.
Masalah degradasi lahan usaha dan leveling-off produksi sayuran umumnya terkait
dengan fragmentasi lahan usaha, yaitu sempitnya lahan usahatani keluarga yang
menyebabkan terjadinya inefisiensi pengelolaan usahatani (Soetiarso et al. 1998) dan
tidak diterapkannya sistem pengelolaan tanah yang berwawasan konservasi fisik maupun
kesuburan (Sinukaban1998). Diketahui bahwa usahatani sayuran yang berorientasi
komersial merupakan suatu sistem usahatani yang intensif, frekuensi tanam sayuran pada
suatu lahan setiap tahunnya mencapai indeks pertanaman 300-400% (Suwandi 1996).
Oleh karena itu penerapan pola tanam /rotasi yang tidak tepat dapat berdampak antagonis
terhadap kegiatan usahatani dan lingkungan tumbuhnya.
Keuntungan dari sistem tumpangsari/ tumpanggilir, antara lain efisiensi pengolahan
tanah meningkat, pemanfaatan ruang secara ekonomis, efisiensi penggunaan pupuk
meningkat, menekan perkembangan hama dan penyakit, serta meningkatkan pendapatan
petani (Thompson & Kelly, 1957). Pemilihan kombinasi tanaman dapat didasarkan pada
perbedaan-perbedaan sistem perakaran tanaman, kebutuhan tanaman terhadap hara dan
sinar matahari ataupun cara pengendalian hama penyakit. Menurut Barker & Francis
(1986); Gomez & Gomez (1983), waktu penanaman yang berbeda di antara tanaman yang
ditumpangsarikan dan pengaturan jarak tanam dapat mengurangi kompetisi antartanaman
dan dapat meningkatkan pengaruh yang saling melengkapi antartanaman. Pengaturan
waktu tanam pada tanamaan kentang dan ercis yang dilaksanakan dengan tepat dapat
meningkatkan produktivitas lahan (Silalahi 1991).
Hasil-hasil penelitian tumpangsari sayuran di dataran medium (Asandhi 1997) dan
rendah (Abidin et al. 1996) dapat meningkatkan nilai kesetaraan lahan (NKL) lebih dari
satu. Di dataran tinggi sistem tanam ganda sayuran kentang+tomat+kubis+ercis rataan
memberikan hasil lebih tinggi dari monokropnya dengan peningkatan produktivitas lahan
25-99% (Silalahi 1991). Hasil identifikasi di lapangan menunjukkan bahwa tumpangari
tanaman tomat dan cabai dapat berinteraksi positif (kompatibel) pada ekosistem dataran
tinggi dan petani memperoleh keuntungan dari usahatani sayuran tumpangsari. Namun
demikian, mekanisme sinergis tanaman tumpangsari/tumpanggilir berdasarkan tipologi
lahannya perlu diketahui keragaannya baik fisiologis/agronomis maupun ekonomisnya.
Teknologi sinergisme tanaman ini diharapkan menjadi salah satu model pengelolaan
sumberdaya yang efisien dan berkelanjutan bagi usahatani sayuran. Sinergisme tanaman
didefinisikan sebagai suatu proses interaksi positif dari perpaduan suatu tanaman dengan
tanaman lain dalam suatu komunitas, sehingga memberikan respons yang lebih produktif
dan efisien karena interaksinya. Hipotesis yang diajukan dari penelitian ini adalah satu
atau lebih perpaduan tumpangsari tomat dan cabai bersinergi positif terhadap
pertumbuhantanaman cabai dan lebih menguntungkan dari sistem monokropnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mekanisme interaksi sinergis
tanaman terhadap optimasi pertumbuhan tanaman sayuran dalam suatu pola tanam.
Selanjutnya dapat diketahui peubah/parameter penciri terjadinya mekanisme sinergis pada
tanaman tomat dan cabai secara tumpangsari.
B. JURNAL II
Interaksi yang terjadi antarspesies anggota populasi akan mempengaruhi terhadap
kondisi populasi mengingat keaktifan atau tindakan individu mempengaruhi kecepatan
pertimbuhan ataupun kehidupan populasi. Menurut Odum (1993), setiap anggota populasi
dapat memakan anggota populasi yang lainnya, bersaing terhadap makanan,
mengeluarkan kotoran yang merugikan lainnya, dapat saling membunuh, dan interaksi
tersebut dapat searah ataupun dua arah (timbal balik). Oleh karena itu, dari segi
pertumbuhan atau kehidupan populasi, interaksi antarspesies anggota populasi dapat
merupakan interaksi yang positip, negatif, atau nol (Jumin, 1992). Mekanisme-
mekanisme ekstrinsik dari interaksi kompetitif melibatkan aksi-aksi individu yang
meningkatkan kemungkinannya untuk hidup dan melibatkan reproduksi dengan
mengurangi kesempatan saingannya untuk memperoleh suatu sumber makanan. Interaksi-
interaksi ini pada hewan dan tumbuh-tumbuhan mungkin melibatkan interferensi
langsung untuk memperoleh sumber makanan atau suatu penurunan umum kemampuan
saingnya untuk menggunakan sumber tersebut (Indriyanto, 2006). Persaingan terjadi
ketika organisme baik dari spesies yang sama maupun dari spesies yang berbeda
menggunakan sumber daya alam. Di dalam menggunakan sumber daya alam, tiap-tiap
organisme yang bersaing akan memperebutkan sesuatu yang diperlukan untuk hidup dan
pertumbuhannya. Menurut Gopal dan Bhardwaj (1979), persaingan yang dilakukan
organisme-organisme dapat memperebutkan kebutuhan ruang (tempat), makanan, unsure
hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau faktor-faktor ekologi
lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan
pertumbuhannya. Jagung dan kacang hijau merupakan jenis tumbuhan dengan habitat
yang berbeda. Akan tetapi, jika keduanya ditanam pada satu media bukan tidak mungkin
akan terjadi suatu interaksi. Interaksi tersebut tentu saja berupa kompetisi dimana
keduanya tidak hanya memperebutkan tempat tumbuh, tetapi juga saling memperebutkan
unsur hara, air dan cahaya matahari untuk berfotosintesis.Hal ini berarti terjadi tumpang
tindih relung ekologi antara jagung dan kacang hijau. Hasil rerata tinggi tanaman jagung
dan kacang hijau yang ditanam secara bersama-sama dalam satu polybag. Menunjukkan
bahwa pada perlakuan 1 dengan 1 tanaman jagung dan 1 tanaman kacang hijau dalam
satu polybag menghasilkan rerata tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan
perlakuan yang lain yaitu sebesar 36,8 cm dan 25,6 cm. Hal tersebut berbeda nyata
dengan 2 perlakuan lainnya yang mana terdapat tanaman jagung dan kacang hijau lebih
banyak jumlahnya dalam satu polybag.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Pertumbuhan tanaman jagung kontrol
dan juga tanaman kacang hijau kontrol lebih bagus dibandingkan dengan perlakuan
dengan banyak tanaman dalam satu polybag karena adanya pengaruh kompetisi
intraspesifik antar sesama tanaman jagung dan sesama tanaman kacang hijau.
Pertumbuhan tanaman jagung lebih baik dibandingkan dengan kacang hijau jika ditanam
secara bersama dalam satu polybag karena adanya persaingan interspesifik antara
tanaman jagung dan kacang hijau. Adanya kompetisi yang terjadi pada tanaman yang
berbeda jenis ini sesuai dengan hukum Gause yang menyatakan bahwa tidak ada spesies
dapat secara tak terbatas menghuni tempat yang sama secara serentak. Salah satu dari
spesies-spesies itu akan hilang atau setiap spesies menjadi makin bertambah efisien dalam
memanfaatkan atau mengolah bagian dari lahan tersebut, dengan demikian keduanya
akan mencapai keseimbangan (Michael, 1994).
BAB III. KEUNGGULAN dan KELEMAHAN PENELITIAN

a. Kelebihan Jurnal 1
Jurnal ini mencantumkan tujuan di abstrak. memberikan kajian mengenai tujuan
dilakukannya penelitian dengan jelas dan rinci.Pengantar materi banyak dan
lengkap.Bahasa yang digunakan mudah dimengerti. Dilengkapi dengan hasil dan
pembahasan yang mudah dipahami karena banyak diberi percobaan
b. Kekurangan Jurnal I
Jika dilihat dari segi jurnal, jurnal ini tidak memiliki ISSN, termasuk jurnal apa dan
penerbitnya juga tidak dicantumkan tidak seperti jurnal lain lengkap semua di dalam
jurnal tersebut. Dilihat dari segi isi, pada abstrak terdapat bahasa inggris abstraknya.
Namun di abstrak itu kata awalnya dimulai nama penulis sehingga pembaca yang tidak
teliti akan salah membaca dan sulit dipahami. Kemudian dalam jurnal ini ada melakukan
praktikum, alangkah baiknya diberi gambar hasil pengamatan pada praktikum ini agar
pembaca tau hasil percobaan yang dilakukan peneliti tersebut.
c. Kelebihan Jurnal II
d. Kekurangan Jurnal II
BAB IV PENUTUP

A. Simpulan
a. Jurnal I
- Interaksi sinergis pertanaman tumpangsari tomat dan cabai di dataran tinggi tercermin
pada kondisi visual pertanaman lapangan, yaitu terhadap komponen petumbuhan
tingkat tinggi (7 minggu), luas daun, bobot maksimum, dan hasil buah tomat dan
cabai yang sehat maupun rusak.
- Interaksi sinergis searah dari tanaman cabai untuk tanaman tomat nyata terjadi pada
setiap peubah tanaman tomat. Tumpangsari cabai pada tomat memberikan efek positif
terhadap penyakit serangan penyakit.
- Sinergis tanaman dalam sistem tumpangsari sayuran datarn tinggi sangat dipengaruhi
pengelolaan tanaman dilapangan, sehingga mekanisme interaksi dua arah masih perlu
dilakukan pengamatan.
b. Jurnal II
B. Saran
Sebaiknya pembaca memiliki beberapa referensi untuk memahami materi tentang
interkasi tumbuhan seperti simbiosis, intraspesifik dan interspesifik dan lain-lain
DAFTAR PUSTAKA

Suwandi, R. Rosliani, N. Sumarni, dan W. Setiawati. 2003. Interaksi Tanaman pada Sistem
Tumpangsari Tomat dan Cabai di Dataran Tinggi.Jurnal Hort. Vol.13. 4

Kusumawati,Dian Eka. 2018. Pengaruh Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik Terhadap


Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays) dan Kacang Hijau (Vigna radiata). Jurnal
Agroradix, vol 1 (2): 28-33

Anda mungkin juga menyukai