Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH EKOLOGI HEWAN

“POPULASI: PERTUMBUHAN POPULASI, STRUKTUR POPULASI,


SPESIES R DAN K’’

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kulah: Ekologi Hewan
Dosen Pengampu: Dini Afriansyah, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 12

Salshabila Maulidiana (2020207037)


Rizky Dwi Apriana (2020207047)
Zuhdi As’ad (2020207067)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Ekologi Hewan dengan judul “Populasi: Pertumbuhan Populasi, Struktur Populasi,
Spesies R dan K” ini tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dan
dorongan dari berbagi pihak, untuk itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar besarnya kepada :
1. Bapak Dini Afriansyah, M.Pd selaku dosen mata kuliah Ekologi Hewan yang
telah memberikan ilmunya.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan dalam perkuliahan.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna danmasih
banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Hal ini dikarenakan terbatasnya
pengetahuan dan kemampuan kami sebagai penyusun. Adapun demikian, kami
telah berusaha dengan kemampuan yang dimiliki untuk dapat menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan
dan bagi semua pihak yang membacanya.

Palembang, November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I .......................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2

1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II ........................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3

2.1 Pertumbuhan Populasi ....................................................................................... 3

2.2 Spesies yang terseleksi-r dan yang terseleksi-K ................................................ 7

2.3 Dinamika Populasi............................................................................................. 9

2.4 Keterkaitan Populasi Hewan dengan Hasil Praktikum di Lapangan ............... 16

BAB III ..................................................................................................................... 21

PENUTUP ................................................................................................................ 21

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 21

3.2 Saran ................................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang
mempunyai kuantitas serta karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari serta juga kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi di sini maksudnya
bukan hanya orang atau makhluk hidup, namun juga benda-benda alam yang lainnya.
Populasi juga bukan hanya sekedar mengetahui jumlah yang ada pada obyek atau
subyek yang dipelajari, namun juga melingkupi semua karakteristik, sifat-sifat yang
dimiliki oleh obyek atau juga subyek tersebut.
Untuk dapat mengenali suatu populasi, maka kita harus mengenali dulu ciri-
cirinya. Populasi ini memiliki dua ciri, yaitu ciri-ciri biologi serta ciri-ciri statistik.
Ciri-ciri biologi merupakan ciri-ciri yang terdapat pada sekelompok individu yang
membangun populasi. Sedangkan ciri-ciri statistik adalah ciri-ciri kelompok serta
juga merupakan hasil penggabungan berbagai karakteristik dari individu di dalam
populasi.
Secara umum populasi ini dapat diklasifikasikan dalam tiga (3) jenis, yakni
1) berdasarkan jumlah populasi, 2) berdasarkan sifat populasi, dan 3) berdasarkan
perbedaan lain. Sedangkan perubahan dari jumlah populasi yang terjadi biasanya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu natalitas, mortalitas, dan densitas. Natalitas
merupakan kemampuan suatu populasi untuk meningkatkan jumlahnya dengan
bereproduksi. Pada dasarnya, natalitasi ini dinyatakan dalam bentuk angka jumlah
kelahiran individu baru dibagi dengan waktu. Mortalitas merupakan sebuah tingkat
angka kematian individu di dalam suatu populasi dalam kurun waktu tertentu. ensitas
merupakan tingkat kepadatan populasi yang berhubungan dengan satuan ruang atau
juga area.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pertumbuhan populasi hewan?
2. Apakah yang dimaksud dengan spesies yang terseleksi-r dan yangterseleksi-K
pada hewan?
3. Apakah yang dimaksud dengan dinamika populasi hewan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mendiskripsikan pertumbuhan populasi hewan
2. Untuk mendiskripsikan spesies yang terseleksi-r dan yang terseleksi-Kpada
hewan
3. Untuk mendiskripsikan dinamika populasi hewan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pertumbuhan Populasi


Populasi adalah sekelompok individu dari spesies yang sama yang hidup pada
regio yang sama pada saat tertentu. Populasi, sebagaimana organisme tunggal,
memiliki ciri atau atribut yang unik seperti laju pertumbuhan, struktur umur, rasio
jenis kelamin, dan laju mortalitas. Populasi selalu mengalami perubahan dari waktu
ke waktu karena faktor kelahiran, kematian, dan migrasi atau dispersal individu di
antara populasi yang terpisah. Jika sumber daya yang diperlukan organisme cukup
melimpah dan kondisi lingkungan sesuai, populasi dapat meningkat secara cepat.
Kemampuan populasi untuk meningkat secara maksimum pada kondisi optimal
disebut potensial biotik. Potensial biotik ditunjukkan dengan huruf r jika digunakan
dalam persamaan matematis (Sumarto & Koneri, 2016).
Populasi adalah suatu kesatuan yang selalu berubah dan yang menarik
perhatian adalah bukan hanya perubahan dalam ukuran besarnya dan komposisinya
pada saat yang manapun, tetapi juga bagaimanakah populasi itu berubah. Ada
beberapa karakteristik populasi yang berhubungan dengan istilah laju, yang
diperoleh dengan membagi perubahan dengan periode waktu berlangsungnya
perubahan. Jadi laju menunjukkan kecepatan suatu berubah dalam satuan waktu.
Cacah kelahiran per tahun adalah laju kelahiran. Istilah "per" berarti "dibagi oleh".
Untuk rerata perubahan populasi dapat dinyatakan dengan notasi baku delta N per
delta t, dengan keterangan N = ukuran besarnya populasi, sedangkan t = waktu.
Lokasi untuk laju sesaat adalah dN/dt.
Bilamana lingkungan tidak terbatas (ruang, makanan, atau makhluk lain yang
tidak berpengaruh membatasi) maka laju pertumbuhan spesifik (ialah laju
pertumbuhan populasi per individu) menjadi tetap dan maksimum untuk kondisi
mikroklimat yang ada di saat itu. nilai laju pertumbuhan di

3
bawah kondisi populasi yang memungkinkan adalah maksimal, dan
karakteristik untuk suatu struktur populasi khusus dan merupakan petunjuk tunggal
mengenai kekuatan populasi untuk tumbuh. Nilai ini dinyatakan dengan simbol r,
yang merupakan perangkat dalam persamaan diferensial untuk pertumbuhan populasi
dalam lingkungan yang tidak terbatas di bawahkondisi fisik yang khusus :
dN/dt = r N ; maka r = dN/(Ndt). (1)
Simbol r yang yang terdapat pada persamaan (1) disebut juga sebagai
koefisien pertumbuhan populasi sesaat. Dengan manipulasi kalkulus akan
diperoleh :
Nt = No ert (2)
Dengan keterangan simbol No menyatakan cacah pada waktu nol, sedangkan
Nt cacah pada waktu t dan e adalah bilangan dasar logaritme alam. Jika kedua sisi
persamaan diambil logaritme alam In atau loge makan akan diperoleh :
In N t = In No + rt ; maka r = In N t - In No / t (3)
Dengan cara ini indeks r dapat dikalkulasikan dari 2 pengukuran populasi, No
dan Nt atau Nt1 dan Nt2 dapat untuk subtitusi, demikian pula (t2 - t1) dapat digunakan
untuk substitusi dalam t dalam persamaan (3).
Sesungguhnya indeks r adalah perbedaan antara laju natalitas spesifik sesaat
dan laju mortalitas spesifik sesaat, jadi dapat dinyatakan sebagai :
r=b-d (4)
Laju pertumbuhan populasi secara keseluruhan di bawah kondisi lingkungan
tidak terbatas (r) tergantung pada komposisi umur dan laju pertumbuhan spesifik
yang disebabkan oleh produksi komponen kelompok- kelompok umur. Jadi
dimungkinkan adanya beberapa nilai r untuk suatu spesies tergantung pada struktur
populasi.
Bilamana ada agihan umur yang stabil dan stasioner, maka laju pertumbuhan
spesifik disebut laju pertambahan alami intrisik, di beri simbol rmax. Nilai
maksimum r sering disebut potensi biotik, atau disebut juga potensi reproduktif.
perbedaan antara potensi biotik dan laju

4
pertumbuhan yang terjadi di dalam kondisi laboratorium atau kondisi
lapangan yang sesungguhnya sering dianggap sebagai ukuran perlawanan
lingkungan, yang merupakan jumlah keseluruhan faktor-faktor pembataslingkungan
yang mencegah potensi biotik untuk dapat direalisasikan (Soetjipta, 1993).
Suatu populasi akan mengalami pertumbuhan apabila kelahiran dalam
populasi itu lebih besar dari laju kematian dengan mengasumsikan bahwa laju
emigrasi diimbangi oleh laju imigrasi.
Ada dua macam bentuk pertumbuhan populasi, yaitu bentuk pertumbuhan
eksponensial (dengan bentuk kurva) dan bentuk pertumbuhan sigmoid/logistik
(dengan bentuk kurva S) seperti yang nampak pada Gambar 1.

Gambar 1. Pertumbuhan Populasi


(Dharmono, 2012)

1. Pertumbuhan eksponensial
Pertumbuhan populasi dengan bentuk eksponensial ini terjadi
bilamana populasi ada dalam suatu lingkungan yang ideal baik yaitu
ketersediaan makanan, ruang dan kondisi lingkungan lainnya beroperasi
membatasi, tanpa ada persaingan dan lain sebagainya. pada

5
pertumbuhan populasi yang demikian kerapatan bertambah dengan cepat
secara eksponensial dan kemudian berhenti mendadak saat berbagai
faktor pembatas mulai berlaku mendadak.
Laju peningkatan jumlah dalam suatu pertumbuhan populasi yang
berbentuk eksponensial dinyatakan sebagai :

dN/dt = r.N
; bentuk intergral kalkulusnya adalah

Nt = No.en ; bentuk persamaan liniernya adalah

In Nt = In No + rt atau log Nt = log No + 0,4343 rt

Itu berarti r = In Nt - In No / t ; t = t2-t1

Selanjutnya waktu penggandaan populasi* (Nt/No = 2) adalah :


t In 2/r = 0,6931/r

*Pada persamaan persamaan di atas, dN/dt = laju sesaat dari perubahan


populasi ; N= jumlah anggota populasi ; t= waktu ; No= jumlahanggota
populasi awal ; r = laju pertumbuhan populasi (potensi biotik, koef,
pertumbuhan populasi sesaat ; e = konstanta bilangan dasar log =
2,71828.

2. Pertumbuhan sigmoid/logistik.
Pada pertumbuhan populasi yang berbentuk sigmoid ini populasi
mula-mula meningkatnya sangat lambat (fase akselerasi positif)
kemudian makin meningkatnya tahanan lingkungan, misalnya yang
berupa persaingan antara spesies (fase akselerasi negatif) sehingga
akhirnya mencapai suatu tingkat yang kurang lebih seimbang (fase
keseimbangan). Tingkat populasi yaitu merupakan asimptet atas dari
kurva sigmoid, yang menandakan bahwa populasi tidak dapat

6
meningkat lagi, disebut daya dukung (K= suatu konstanta). Jadi daya
dukung suatu habitat ialah tingkat kemelimpahan populasi maksimal
(kerapatan jumlah atau biomassa) yang kelulusan hidupnya dapat
didukung sebagai berikut :

dN/dt = r.N [ (k-N)/K] atau dN/dt = r.t N (1-N)/K atau

dN/dt = r. N - (r/k) N2

Harga K-N/K atau 1-N/k atau 1 - N/K atau (r/K)N2 dinamakan tahapan
lingkungan. Bentuk kalkulus (integral) dari pertumbuhan populasi
berbentuk sigmoid di atas adalah :
Nt = k / 1 + ea-rt

Pada persamaan diatas K = daya dukung ; a = suatu bilangan


konstan yanh menunjukkan posisi kurva terhadap suatu asal atau nilai
In K-N/ N bila t = 0; r,N dan dN/dt keterangannya sama dengan
pertumbuhan populasi yang eksponensial.
Kurva sigmoid didapatkan pada pertumbuhan populasi falam
kondisi laboratorium dari jenis-jenis hewan dengan siklus hidup
sederhana seperti misalnya paramecium sp.

2.2 Spesies yang terseleksi-r dan yang terseleksi-K


MacArthur dan Wilson (1967) dalam Odum (1971) telah maninjau tingkatan
tingkatan kolonisasi pada pulau-pulau yang ternyata menunjukkan kesejajaran
langsung dengan suksesi ekologi yang terjadi di benua. Species dengan laju
reproduksi dan laju pertumbuhan tinggi tampaknya lebih dapat berlangsung hidup
pada kolonisasi pulau tahap awal dan belum berdesakan. Sebaliknya, tekanan seleksi
memungkinkan spesies dengan potensi pertumbuhan yang lebih rendah tetapi
dengan kapabilitas yang lebih baik

7
untuk keterlangsung hidupan dan kompetitif di bawah kerapatan yang
seimbang pada tahap tahap akhir (Soetjipta, 1993)

Gambar 2. Spesies yang terseleksi-r dan yang terseleksi-K

Jika r adalah laju pertambahan intrinsik dan K adalah asimtot atas atau cacah
individu yang menunjukkan daya dukung lingkungan, maka dapat dikatakan bahwa
spesies yang terseleksi-r predominan di awal kolonisasi, sedangkan spesies
terseleksi-K lebih menonjol pada akhir kolonisasi.
Makluk yang terlibat dalam jaringan persaingan hanya ada pilihan, yaitu
tinggal dan melawan ialah melawan dalam arti luas berarti mengembangkan
kemampuan kompetitif
Konsep kemampuan kompetitif dapat difahami melalui persamaan persaingan
LOKTA -VOLTERRA (lihatlah di bab berikutnya tentang persaingan) persamaan ini
didasarkan pada kurva logistik untuk masing- masing spesies yang bersaingan. Dua
parameter yang memberi karakteristik persamaan tersebut ialah r (laju pertambahan
intrinsik) dan K (kerapatan jenuh). kepentingan nisbi r dan K dalam daur hidup
makhluk dapat memberi karakteristik makhluk itu.

8
Dalam beberapa lingkungan maka makhluk eksis dekat kerapatan asimtotik
(K) untuk banyak tahun, dan makhluk ini menjadi subjek seleksi-
K. Dalam habitat lainnya makluk jarang menghampiri kerapatan asimtotik,
jadi tetap di bagian manajak di kurva selama bertahun-tahun, dan makhluk ini adalah
subjek seleksi-r.
Spesies yang terseleksi -r jarang menderita tekanan dari persaingan, sehingga
tidak mengembangkan mekanisme untuk kemampuan kompetitif yang kuat. Spesies
yang terseleksi -K exis dibawah tekanan kompetitif yang ada di dalam dan di antara
spesies tekanan seleksi-K mendorong makhluk untuk menggunakan sumber daya
lebih efisien (Soetjipta, 1993).

2.3 Dinamika Populasi


Clapham (1983) menyebutkan bahwa yang dimaksudkan dinamika populasi
adalah ilmu yang mempelajari pertumbuhan serta pengaturan populasi. Suatu
tegangan terdapat di antara kecenderungan suatu populasi untuk tumbuh dan batas
terhadap pertumbuhan tersebut yang ditentukanoleh lingkungan (Gambar 3).

Gambar 3. Dinamika Populasi

Jikalau diandaikan seekor kerang ayster tunggal dapat menghasilkansatu


juta (106) ova setiap tahun angka satu juta adalah angka yang masuk

9
akal, malah mungkin masih rendah dan andaikata tidak ada batas untuk
pertumbuhan populasi akan tumbuh seperti di dalam tabel berikut:

Generasi Cacah anakan betina


0 1
1 106
2 1012
3 1018
4 1024
5 1030

Pertumbuhan populasi kerang oyster dengan asumsi bahwa tiap-tiap betina


menghasilkan 1 juta (106) anakan betina dan masing-masing dapat hidup untuk
reproduksi jika tidak ada pembatasan oleh lingkungan dalam bentuk apapun terhadap
populasi (Clapham, 1983).
Jikalau rerata berat seekor kerang oyster adalah 500 gram, cacah kerang oyster
yang dihasilkan sesudah lima generasi, akan memiliki bobot limaratus kali berat
matahari. Jelas bahwa kendala yang ditimbulkan oleh lingkunga mencegah hal
tersebut terjadi untuk menjadi kenyataan, tetapi kecenderungan populasi untuk
tumbuh pada laju eksponensial adaikata tidak ada hambatan oleh lingkungan adalah
karakteristik semua populasi, malahan populasi yang produksinya individu muda
tidak sehebat yang digambarkan dengan populasi kerang tersebut. Tendensi tersebut
disebut potensi biotik. Populasi menunjukkan pertumbuhan terbatas disebabkan oleh
perlawanan lingkungan terhadap pertumbuhan.
Pertumbuhan populasi bersangkutpaut dengan konsep laju natalitasdan
laju mortalitas, yang disebut sebagai laju vital populasi. Dan bersangkutan juga
dengan kerapatan atau cacah individu di dalam populasi,. Berikut ini adalah yang
disebut laju kasar natalitas, laju kasar mortalitasdan laju kasar pertumbuhan.

10
Laju natalitas (b) = Cacah kelahiran per satuan waktu
Rerata populasi

Laju mortalitas (d) = Cacah kematian per satuan waktu


Rerata populasi

Laju pertumbuhan = (Cacah yang lahir) – (Cacah yang mati)


Rerata populasi dalam selang waktu

Nt = N0 * ert, dengan e = 2.71828 ….. bilangan dasar logaritma alami. Dengan


rumus tersebut dapat dihitung besarnya nilai r.
Andaikata r konstan, maka pertumbuhan populasi akan bersifat
eksponensial, seperti telah digambarkan pada populasi akan bersifat eksponensial,
seperti telah digambarkan pada populasi kerang oyster tersebut di atas. Tetapi tidak
ada populasi yang dapat tumbuh secara eksponensial dalam waktu lama, serta r tidak
pernah konstan. Oleh sebab r adalah selisih antara laju natalitas dan laju mortalitas
(dapat ditulis r=b-d), perubahan dapat diakibatkan oleh perbedaan dalam salah satu
laju ataukedua-dua laju.
Untuk banyak makhluk, tampaknya laju natalitas dan laju mortalitas
berhubungan dengan kerapatan individu dalam populasi. Jika kerapatan individu
tinggi, maka laju natalitas rendah, karena gizi tidak cukup atau penyimpangan yang
bersamaan dengan keadaan berdesakan. Laju natalitas cenderung lebih tinggi pada
kerapatan lebih rendah, kecuali bahwa individu mungkin memperoleh kesukaran
dalam bertemu dengan individu yang lain dan melaksanakan reproduksi jika
kerapatan rendah secara ekstrem. Seringkali kerapatan harus optimum agar laju
natalitas menjaditermaksimumkan.
Mortalitas adalah hampir selalu paling tinggi pada kerapatan yang sangat
tinggi disebabkan oleh bahaya berdesakan berlebihan dan kemungkinan makin besar
akan terjadinya pemangsaan serta penyebaran

11
penyakit. Tetapi mortalitas dapat juga cukup tinggi pada kerapatan yang
sangat rendah, oleh karena beberapa individu di dalam suatu spesies tertentu
seringkali dapat langsung hidup lebih baik di dalam melewati suatu periode beban
jikalau dibandingkan dengan individu tunggal melewati periode beban tersebut.
Misalnya, panas yang dihasilkan oleh suatu kelompok lebah madu sudah cukup untuk
memungkinkan kelangsung-hidupan kelompoktersebut di dalam suhu yang demikian
rendah yang mampu mematikanlebah madu tersebut andaikata tidak dalam keadaan
berkelompok.
Tidak ada kurva umum untuk menghubungkan laju vital dengan kerapatan
populasi untuk semua spesies. Banyak factor yang mempengaruhilaju vital populasi
menunjukkan hubungan dengan kerapatan, tetapi banyak juga factor yang tidak
menunjukkan hubungan tersebut.
Populasi yang berlainan memiliki karakteristik sejarah kehidupan yang
berbeda. Ada spesies besifat oportunistik, dalam arti kata bahwaspesies itu dapat
menemukan suatu habitat yang sesuai, lalu berkembang dengan cepat mencapai
kerapatan yang tinggi. Kemudian spesies tersebut mencari lagi habitat lain yang
sesuai sesudah kondisi optimal telah dilampaui atau spesies yang oportunistik itu
mampu langsung hidup melewati berbagai periode bahan dengan kerapatan yang
sanagt rendaha atau dalam keadaan dorman.
Oportunisme di dalam spesies biasanya diwujudkan sebagai karakteristik
suatu potensi untuk pertumbuhan populasi dengan laju yang tinggi. Individu d dalam
populasi yang demikian itu cenderung menjadi dewasa lebih awal, menyediakan
aloaksi energy sebagian besar untuk reproduksi, dan menghasilkan anakan dalam
cacah yang banyak Makhluk yang demikian oportunistik ini dapat mengkoloni suatu
daerah dengan cepat, tumbuh serta mencapai kerapatan yang tinggi. Mereka dapat
memelihara suatu populasi di dalam lingkungan yang berfluktuasi bilamana
mortalitas makluk dewasa tinggi.
Ada spesies lain yang cenderung untuk memelihara keseimbanganyang stabil
dalam populasi dalam waktu yang lama. Spesies jenis ini

12
terbiasa dalam persaingan secara berhasil dengan kerapatan yang kurang lebih
konstan, tanpa mengingat perbedaan minor dalam faktor lingkungan. Spesies tersebut
disebut sebagai spesies yang mantap, yang diatur oleh mekanisme umpan-balik yang
berkembang dengan baik dengan kerapatan populasi berkeseimbangan pada atau di
dekat daya dukung.
Dari perspektif suatu ekosistem, di antara spesies oportunistik yang bercirikan
suatu pertumbuhan populasi eksponensial yang cepat serta spesies mantap yang
dicirikan oleh pertumbuhan logistik, ada perbedaan utama adalah eksestensi suatu
mekanisme umpan balik negatif yang mampu mengatur pertumbuhan dan didasarkan
pada kerapatan populasi.
Dalam pengaturan kerapatan populasi maka mekanisme umpan-balik yang
terlibat rupanya berlangsung secara nisbi pada kerapatan itu sendiri. Faktor
lingkungan menimpa populasi yang lain pada kerapatan yang berbeda. Banyak faktor
intraspesifik dan faktor interspesifik yang berlangsungnya dengan cara demikian ini,
meskipun sedikit faktor abiotik dan beberapa faktor biotik tidak secara demikian
berlangsungnya. Ada mekanisme ini, meskipun sedikit faktor disebut sebagai
"density- dependent" (tergantung pada kerapatan) yang didasarkan pada umpan-
balik, yang dibedakan dari mekanisme yang "density-independent" (mekanisme
yang tidak tergantung pada kerapatan) yaitu mekanisme tidak berhubungan dengan
umpan-balik.
Suatu contoh spesies oportunistik yang terkendali oleh umpan-balik ditujukan
di dalam percobaan yang melibatkan tungau herbivorEotetranychus sexmaculatus,
dan tungau yang predatorik, Typhlodromus occidentalis (Huffaker 1958 dalam
Clapham 1983). Di dalam ruang percobaan dipelihara E. sexmaculatus, dengan
sejumlah jeruk orange sebagai persedian makanannya. Setelah populasi cukup
berkembang, maka
T. occidentalis dilepas sehingga dapat memangsa terhadap tungau E.
sexmaculatus. Rancangan percobaan dibuat sedemikian sehingga terjadi
heterogenitas yang cukup, dan E. sexmaculatus dapat bersembunyi. Pada awalnya
kerapatan E. sexmaculatus bertambah secara cepat. Berarti

13
persediaan makanan akan bertambah bagi T. occidentalis, yang kemudian
memberi tanggapan berupa kerapatan populasi juga bertambah. Pertambahan
tekanan oleh predator akan menekan populasi E. sexmaculatusdan berarti turunnya
persediaan makanan yang berarti menurunnya populasi
T. occidentalis menurunkan tekanan pemangsaan dan memungkinkan
populasi tungau yang herbivor E. sexmaculatus berkembang lagi. Para pembaca yang
berminat mengenai percobaan ini yang dapat pembaca lebih laniut dan lebih
terperinci dalam buku acuan.
Mengenai evalusi pengaturan populasi dituliskan bahwa faktor yang mengatur
populasi sama bersifat tidak konstan seperti populasi itu sendiri. Faktor-faktor itu
berbeda menurut iklim dan anasir abiotik azasi lainnya. Faktor biologik juga beruba
sebagai akibat evolusi. Seleksi alami cenderung mengubah variabilitas genetik suatu
populasi ketika suatu individu tertentu mewariskan gene mereka yang memberi
keuntungan kepada individu yang memilikinya menyebabkan bertambahnya frekuen
dan gene yang memberi kerugian cenderung mengurangi frekuensi.
David Pimentel (1961 dalam Clapham 1983) menyebut tentang umpan-balik
genetik yang berhubungan dengan frekuensi gene tersebut. Suatu contoh klasik
dibicarakan oleh Pimentel ialah tentang kelinci Eropa (Oryctolagus cuniculus) yang
dikenalkan ke Australia di akhir tahun 1859. Terjadi peledakan populasi kelinci yang
kemudian dianggap sebagai hama.
Suatu strain virus Myxoma diperoleh dari populasi Amerika Selatan dan
dikenalkun ke Australia pada tahun 1950. Epidemi myxomatosis yang diakibatkan
ternyata fatul bagi 97-99% kelinci. Serangan keduamycomatosis yang bersifat fatal
85-95% populasi. dan serangan yang ketiga fatal untuk 40-60%. Keefektifan virus
yang makin berkurang menunjukkan bahwa terjadi evolusi dalam kedua populasi.
Kelinci menjadi kurang rentan terhadap penyakit dan strain virus menjadi kurang
virulen.
Toleransi terhadap penyakit fatal menuntun ke arah kelangsung- hidupan
lebih besar. Mekanisme pergeseran genetik di dalam populasi kelinci jelas tampak,
yaitu beberapa individu kelinci lebih resisten terhadap

14
virus daripada kelinci lainnya, disebabkan oleh karena adanya perbedaan
genetik yang normal. Kelinci yang dapat langsung hidup itu mewariskan gene yang
mendukung sifat resisten terhadap myxomatosis kepada generasi berikut.

15
2.4 Keterkaitan Populasi Hewan dengan Hasil Praktikum di Lapangan
Data Annura kelompok 1 angkatan 2017

Data Annura kelompok 9 angkatan 2016

Dari data annura diatas dapat dilihat data spesies yang sama yaitu hanya pada spesies Euphylctis cyanophylctis dimana pada
angkatan 2017 jumlah indvidu pada spesies tersebut sebanyak 12 individu sedangkan pada angkaktan 2016 jumlah individu nya
sebanyak 30 individu, untuk keragaman jenisnya pun pada angkatan 2017 terlihat lebih sedikit dibandingkan pada angkatan

16
2016, hal ini kemungkinan dikarenakan ordo annura yang ada banyak yang mati atau berimigrasi ke lain sehingga hanya
ditemukan lebih sedikit.

Data Burung siang kelompok 1 angkatan 2017

Data Burung siang kelompok 9 angkatan 2016

17
Dari data burung siang diatas dapat dilihat data spesies yang tidak ada yang sama, namun jika dilihat dari jumlah spesies dan
jumlah individunya pada angkatan 2017 jumlah spesies yang ditemukan sebanyak 8 spesies dan total indvidu yang didapat
sebanyak 48 individu sedangkan pada angkatan 2016 jumlah spesies yang ditemukan sebanyak 5 spesies dan total indvidu yang
didapat sebanyak 24 individu, hal ini kemungkinan dikarenakan burung siang yang ada banyak yang berimigrasi ke lain dan ada
juga burung siang dari daerah lain yang berimigrasi ke desa Tabanio sehingga tidak ditemukan spesies yang sama.

Data Mammalia kelompok 1 angkatan 2017

Nama Titik
No Spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nasalis
1 larvatus 3 5 5

Trachypith
2 ecus
cristatus 1 4

Callosciuru
3 s notatus 1 4 1 1 1 1 1 2

Tupaia
4 javanica 1 1 1 1

Macaca
5 Fasciculari
s 2 6 5 18 5

6. Bos aurus 8 3 6 3 5

18
∑ 0 0 1 3 1 12 2 7 8 5 18 1 1 0 1 0 0 13 1 1 0 4 0 5 5 2 4

K KR F FR NP
No Nama Spesies ∑ Ind ∑ Cup (Ind/titik) (%) (Cup/titik) (%) (%) Pi – Pi ln Pi

Nasalis
1. larvatus 13 3 0.48 13.68 0.11 11.11 24.80 0.14 0.27

Trachypithecu
2. s cristatus 5 2 0.19 5.26 0.07 7.41 12.67 0.05 0.15

Callosciurus
3. notatus 12 8 0.44 12.63 0.30 29.63 42.26 0.13 0.26

Tupaia
4. javanica 4 4 0.15 4.21 0.15 14.81 19.03 0.04 0.13

Macaca
5. Fascicularis 36 5 1.33 37.89 0.19 18.52 56.41 0.38 0.37

Bos Taurus
6. 25 5 0.93 26.32 0.19 18.52 44.83 0.26 0.35
∑ 95 27 3.52 100.00 1.00 100.00 200.00 1.00 1.54

19
Data Mamalia kelompok 9 angkatan 2016

Dari data mamalia diatas dapat dilihat data spesies yang sama yaitu pada spesies Macaca fascicularis dan Tracypithecus cristatus
dimana pada angkatan 2017 jumlah indvidu pada spesies Macaca fascicularis tersebut sebanyak 36 individu dan pada spesies
Tracypithecus cristatus sebanyak 5 individu sedangkan pada angkaktan 2016 pada spesies Macaca fascicularis jumlah individunya
sebanyak 3 individu dan pada spesies Tracypithecus cristatus sebanyak 6 individu, untuk keragaman jenisnya pun pada angkatan
2017 terlihat lebih banyak dibandingkan pada angkatan 2016, hal ini kemungkinan dikarenakan mamalia yang ada banyak mengalami
tingkat kelahiran yang tinggi sehingga spesies yang ditemukan lebih banyak.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Populasi adalah sekelompok individu dari spesies yang sama yang hidup pada
regio yang sama pada saat tertentu yang selalu berubah dalam ukuran besarnya
dan komposisinya pada saat yang manapun, tetapi juga bagaimanakah populasi
itu berubah.
2. Ada dua macam bentuk pertumbuhan populasi, yaitu bentuk pertumbuhan
eksponensial (dengan bentuk kurva) dan bentuk pertumbuhan sigmoid/logistik
(dengan bentuk kurva S).
3. Species dengan laju reproduksi dan laju pertumbuhan tinggi tampaknya lebih
dapat berlangsung hidup pada kolonisasi pulau tahap awal dan belum berdesakan
(spesises r). Sebaliknya, tekanan seleksi memungkinkan spesies dengan potensi
pertumbuhan yang lebih rendah tetapi dengan kapabilitas yang lebih baik untuk
keterlangsung hidupan dan kompetitif di bawah kerapatan yang seimbang pada
tahap tahap akhir (spesies K).

3.2 Saran

21
DAFTAR PUSTAKA

Dharmono. (2012). Buku Ajar Ekologi Hewam. Banjarmasin: Universitas


Lambung Mangkuta Press.

Soetjipta. (1993). Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Yogyakarta: Fakultas Biologi -


UGM.

Sumarto, S., & Koneri, R. (2016). Ekologi Hewan. Bandung: CV. Patra Media
Grafindo Bandung.

22

Anda mungkin juga menyukai