Disusun Oleh:
Kelompok 12
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Ekologi Hewan dengan judul “Populasi: Pertumbuhan Populasi, Struktur Populasi,
Spesies R dan K” ini tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dan
dorongan dari berbagi pihak, untuk itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar besarnya kepada :
1. Bapak Dini Afriansyah, M.Pd selaku dosen mata kuliah Ekologi Hewan yang
telah memberikan ilmunya.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan dalam perkuliahan.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna danmasih
banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Hal ini dikarenakan terbatasnya
pengetahuan dan kemampuan kami sebagai penyusun. Adapun demikian, kami
telah berusaha dengan kemampuan yang dimiliki untuk dapat menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan
dan bagi semua pihak yang membacanya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I .......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
BAB II ........................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3
PENUTUP ................................................................................................................ 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pertumbuhan populasi hewan?
2. Apakah yang dimaksud dengan spesies yang terseleksi-r dan yangterseleksi-K
pada hewan?
3. Apakah yang dimaksud dengan dinamika populasi hewan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mendiskripsikan pertumbuhan populasi hewan
2. Untuk mendiskripsikan spesies yang terseleksi-r dan yang terseleksi-Kpada
hewan
3. Untuk mendiskripsikan dinamika populasi hewan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
bawah kondisi populasi yang memungkinkan adalah maksimal, dan
karakteristik untuk suatu struktur populasi khusus dan merupakan petunjuk tunggal
mengenai kekuatan populasi untuk tumbuh. Nilai ini dinyatakan dengan simbol r,
yang merupakan perangkat dalam persamaan diferensial untuk pertumbuhan populasi
dalam lingkungan yang tidak terbatas di bawahkondisi fisik yang khusus :
dN/dt = r N ; maka r = dN/(Ndt). (1)
Simbol r yang yang terdapat pada persamaan (1) disebut juga sebagai
koefisien pertumbuhan populasi sesaat. Dengan manipulasi kalkulus akan
diperoleh :
Nt = No ert (2)
Dengan keterangan simbol No menyatakan cacah pada waktu nol, sedangkan
Nt cacah pada waktu t dan e adalah bilangan dasar logaritme alam. Jika kedua sisi
persamaan diambil logaritme alam In atau loge makan akan diperoleh :
In N t = In No + rt ; maka r = In N t - In No / t (3)
Dengan cara ini indeks r dapat dikalkulasikan dari 2 pengukuran populasi, No
dan Nt atau Nt1 dan Nt2 dapat untuk subtitusi, demikian pula (t2 - t1) dapat digunakan
untuk substitusi dalam t dalam persamaan (3).
Sesungguhnya indeks r adalah perbedaan antara laju natalitas spesifik sesaat
dan laju mortalitas spesifik sesaat, jadi dapat dinyatakan sebagai :
r=b-d (4)
Laju pertumbuhan populasi secara keseluruhan di bawah kondisi lingkungan
tidak terbatas (r) tergantung pada komposisi umur dan laju pertumbuhan spesifik
yang disebabkan oleh produksi komponen kelompok- kelompok umur. Jadi
dimungkinkan adanya beberapa nilai r untuk suatu spesies tergantung pada struktur
populasi.
Bilamana ada agihan umur yang stabil dan stasioner, maka laju pertumbuhan
spesifik disebut laju pertambahan alami intrisik, di beri simbol rmax. Nilai
maksimum r sering disebut potensi biotik, atau disebut juga potensi reproduktif.
perbedaan antara potensi biotik dan laju
4
pertumbuhan yang terjadi di dalam kondisi laboratorium atau kondisi
lapangan yang sesungguhnya sering dianggap sebagai ukuran perlawanan
lingkungan, yang merupakan jumlah keseluruhan faktor-faktor pembataslingkungan
yang mencegah potensi biotik untuk dapat direalisasikan (Soetjipta, 1993).
Suatu populasi akan mengalami pertumbuhan apabila kelahiran dalam
populasi itu lebih besar dari laju kematian dengan mengasumsikan bahwa laju
emigrasi diimbangi oleh laju imigrasi.
Ada dua macam bentuk pertumbuhan populasi, yaitu bentuk pertumbuhan
eksponensial (dengan bentuk kurva) dan bentuk pertumbuhan sigmoid/logistik
(dengan bentuk kurva S) seperti yang nampak pada Gambar 1.
1. Pertumbuhan eksponensial
Pertumbuhan populasi dengan bentuk eksponensial ini terjadi
bilamana populasi ada dalam suatu lingkungan yang ideal baik yaitu
ketersediaan makanan, ruang dan kondisi lingkungan lainnya beroperasi
membatasi, tanpa ada persaingan dan lain sebagainya. pada
5
pertumbuhan populasi yang demikian kerapatan bertambah dengan cepat
secara eksponensial dan kemudian berhenti mendadak saat berbagai
faktor pembatas mulai berlaku mendadak.
Laju peningkatan jumlah dalam suatu pertumbuhan populasi yang
berbentuk eksponensial dinyatakan sebagai :
dN/dt = r.N
; bentuk intergral kalkulusnya adalah
2. Pertumbuhan sigmoid/logistik.
Pada pertumbuhan populasi yang berbentuk sigmoid ini populasi
mula-mula meningkatnya sangat lambat (fase akselerasi positif)
kemudian makin meningkatnya tahanan lingkungan, misalnya yang
berupa persaingan antara spesies (fase akselerasi negatif) sehingga
akhirnya mencapai suatu tingkat yang kurang lebih seimbang (fase
keseimbangan). Tingkat populasi yaitu merupakan asimptet atas dari
kurva sigmoid, yang menandakan bahwa populasi tidak dapat
6
meningkat lagi, disebut daya dukung (K= suatu konstanta). Jadi daya
dukung suatu habitat ialah tingkat kemelimpahan populasi maksimal
(kerapatan jumlah atau biomassa) yang kelulusan hidupnya dapat
didukung sebagai berikut :
dN/dt = r. N - (r/k) N2
Harga K-N/K atau 1-N/k atau 1 - N/K atau (r/K)N2 dinamakan tahapan
lingkungan. Bentuk kalkulus (integral) dari pertumbuhan populasi
berbentuk sigmoid di atas adalah :
Nt = k / 1 + ea-rt
7
untuk keterlangsung hidupan dan kompetitif di bawah kerapatan yang
seimbang pada tahap tahap akhir (Soetjipta, 1993)
Jika r adalah laju pertambahan intrinsik dan K adalah asimtot atas atau cacah
individu yang menunjukkan daya dukung lingkungan, maka dapat dikatakan bahwa
spesies yang terseleksi-r predominan di awal kolonisasi, sedangkan spesies
terseleksi-K lebih menonjol pada akhir kolonisasi.
Makluk yang terlibat dalam jaringan persaingan hanya ada pilihan, yaitu
tinggal dan melawan ialah melawan dalam arti luas berarti mengembangkan
kemampuan kompetitif
Konsep kemampuan kompetitif dapat difahami melalui persamaan persaingan
LOKTA -VOLTERRA (lihatlah di bab berikutnya tentang persaingan) persamaan ini
didasarkan pada kurva logistik untuk masing- masing spesies yang bersaingan. Dua
parameter yang memberi karakteristik persamaan tersebut ialah r (laju pertambahan
intrinsik) dan K (kerapatan jenuh). kepentingan nisbi r dan K dalam daur hidup
makhluk dapat memberi karakteristik makhluk itu.
8
Dalam beberapa lingkungan maka makhluk eksis dekat kerapatan asimtotik
(K) untuk banyak tahun, dan makhluk ini menjadi subjek seleksi-
K. Dalam habitat lainnya makluk jarang menghampiri kerapatan asimtotik,
jadi tetap di bagian manajak di kurva selama bertahun-tahun, dan makhluk ini adalah
subjek seleksi-r.
Spesies yang terseleksi -r jarang menderita tekanan dari persaingan, sehingga
tidak mengembangkan mekanisme untuk kemampuan kompetitif yang kuat. Spesies
yang terseleksi -K exis dibawah tekanan kompetitif yang ada di dalam dan di antara
spesies tekanan seleksi-K mendorong makhluk untuk menggunakan sumber daya
lebih efisien (Soetjipta, 1993).
9
akal, malah mungkin masih rendah dan andaikata tidak ada batas untuk
pertumbuhan populasi akan tumbuh seperti di dalam tabel berikut:
10
Laju natalitas (b) = Cacah kelahiran per satuan waktu
Rerata populasi
11
penyakit. Tetapi mortalitas dapat juga cukup tinggi pada kerapatan yang
sangat rendah, oleh karena beberapa individu di dalam suatu spesies tertentu
seringkali dapat langsung hidup lebih baik di dalam melewati suatu periode beban
jikalau dibandingkan dengan individu tunggal melewati periode beban tersebut.
Misalnya, panas yang dihasilkan oleh suatu kelompok lebah madu sudah cukup untuk
memungkinkan kelangsung-hidupan kelompoktersebut di dalam suhu yang demikian
rendah yang mampu mematikanlebah madu tersebut andaikata tidak dalam keadaan
berkelompok.
Tidak ada kurva umum untuk menghubungkan laju vital dengan kerapatan
populasi untuk semua spesies. Banyak factor yang mempengaruhilaju vital populasi
menunjukkan hubungan dengan kerapatan, tetapi banyak juga factor yang tidak
menunjukkan hubungan tersebut.
Populasi yang berlainan memiliki karakteristik sejarah kehidupan yang
berbeda. Ada spesies besifat oportunistik, dalam arti kata bahwaspesies itu dapat
menemukan suatu habitat yang sesuai, lalu berkembang dengan cepat mencapai
kerapatan yang tinggi. Kemudian spesies tersebut mencari lagi habitat lain yang
sesuai sesudah kondisi optimal telah dilampaui atau spesies yang oportunistik itu
mampu langsung hidup melewati berbagai periode bahan dengan kerapatan yang
sanagt rendaha atau dalam keadaan dorman.
Oportunisme di dalam spesies biasanya diwujudkan sebagai karakteristik
suatu potensi untuk pertumbuhan populasi dengan laju yang tinggi. Individu d dalam
populasi yang demikian itu cenderung menjadi dewasa lebih awal, menyediakan
aloaksi energy sebagian besar untuk reproduksi, dan menghasilkan anakan dalam
cacah yang banyak Makhluk yang demikian oportunistik ini dapat mengkoloni suatu
daerah dengan cepat, tumbuh serta mencapai kerapatan yang tinggi. Mereka dapat
memelihara suatu populasi di dalam lingkungan yang berfluktuasi bilamana
mortalitas makluk dewasa tinggi.
Ada spesies lain yang cenderung untuk memelihara keseimbanganyang stabil
dalam populasi dalam waktu yang lama. Spesies jenis ini
12
terbiasa dalam persaingan secara berhasil dengan kerapatan yang kurang lebih
konstan, tanpa mengingat perbedaan minor dalam faktor lingkungan. Spesies tersebut
disebut sebagai spesies yang mantap, yang diatur oleh mekanisme umpan-balik yang
berkembang dengan baik dengan kerapatan populasi berkeseimbangan pada atau di
dekat daya dukung.
Dari perspektif suatu ekosistem, di antara spesies oportunistik yang bercirikan
suatu pertumbuhan populasi eksponensial yang cepat serta spesies mantap yang
dicirikan oleh pertumbuhan logistik, ada perbedaan utama adalah eksestensi suatu
mekanisme umpan balik negatif yang mampu mengatur pertumbuhan dan didasarkan
pada kerapatan populasi.
Dalam pengaturan kerapatan populasi maka mekanisme umpan-balik yang
terlibat rupanya berlangsung secara nisbi pada kerapatan itu sendiri. Faktor
lingkungan menimpa populasi yang lain pada kerapatan yang berbeda. Banyak faktor
intraspesifik dan faktor interspesifik yang berlangsungnya dengan cara demikian ini,
meskipun sedikit faktor abiotik dan beberapa faktor biotik tidak secara demikian
berlangsungnya. Ada mekanisme ini, meskipun sedikit faktor disebut sebagai
"density- dependent" (tergantung pada kerapatan) yang didasarkan pada umpan-
balik, yang dibedakan dari mekanisme yang "density-independent" (mekanisme
yang tidak tergantung pada kerapatan) yaitu mekanisme tidak berhubungan dengan
umpan-balik.
Suatu contoh spesies oportunistik yang terkendali oleh umpan-balik ditujukan
di dalam percobaan yang melibatkan tungau herbivorEotetranychus sexmaculatus,
dan tungau yang predatorik, Typhlodromus occidentalis (Huffaker 1958 dalam
Clapham 1983). Di dalam ruang percobaan dipelihara E. sexmaculatus, dengan
sejumlah jeruk orange sebagai persedian makanannya. Setelah populasi cukup
berkembang, maka
T. occidentalis dilepas sehingga dapat memangsa terhadap tungau E.
sexmaculatus. Rancangan percobaan dibuat sedemikian sehingga terjadi
heterogenitas yang cukup, dan E. sexmaculatus dapat bersembunyi. Pada awalnya
kerapatan E. sexmaculatus bertambah secara cepat. Berarti
13
persediaan makanan akan bertambah bagi T. occidentalis, yang kemudian
memberi tanggapan berupa kerapatan populasi juga bertambah. Pertambahan
tekanan oleh predator akan menekan populasi E. sexmaculatusdan berarti turunnya
persediaan makanan yang berarti menurunnya populasi
T. occidentalis menurunkan tekanan pemangsaan dan memungkinkan
populasi tungau yang herbivor E. sexmaculatus berkembang lagi. Para pembaca yang
berminat mengenai percobaan ini yang dapat pembaca lebih laniut dan lebih
terperinci dalam buku acuan.
Mengenai evalusi pengaturan populasi dituliskan bahwa faktor yang mengatur
populasi sama bersifat tidak konstan seperti populasi itu sendiri. Faktor-faktor itu
berbeda menurut iklim dan anasir abiotik azasi lainnya. Faktor biologik juga beruba
sebagai akibat evolusi. Seleksi alami cenderung mengubah variabilitas genetik suatu
populasi ketika suatu individu tertentu mewariskan gene mereka yang memberi
keuntungan kepada individu yang memilikinya menyebabkan bertambahnya frekuen
dan gene yang memberi kerugian cenderung mengurangi frekuensi.
David Pimentel (1961 dalam Clapham 1983) menyebut tentang umpan-balik
genetik yang berhubungan dengan frekuensi gene tersebut. Suatu contoh klasik
dibicarakan oleh Pimentel ialah tentang kelinci Eropa (Oryctolagus cuniculus) yang
dikenalkan ke Australia di akhir tahun 1859. Terjadi peledakan populasi kelinci yang
kemudian dianggap sebagai hama.
Suatu strain virus Myxoma diperoleh dari populasi Amerika Selatan dan
dikenalkun ke Australia pada tahun 1950. Epidemi myxomatosis yang diakibatkan
ternyata fatul bagi 97-99% kelinci. Serangan keduamycomatosis yang bersifat fatal
85-95% populasi. dan serangan yang ketiga fatal untuk 40-60%. Keefektifan virus
yang makin berkurang menunjukkan bahwa terjadi evolusi dalam kedua populasi.
Kelinci menjadi kurang rentan terhadap penyakit dan strain virus menjadi kurang
virulen.
Toleransi terhadap penyakit fatal menuntun ke arah kelangsung- hidupan
lebih besar. Mekanisme pergeseran genetik di dalam populasi kelinci jelas tampak,
yaitu beberapa individu kelinci lebih resisten terhadap
14
virus daripada kelinci lainnya, disebabkan oleh karena adanya perbedaan
genetik yang normal. Kelinci yang dapat langsung hidup itu mewariskan gene yang
mendukung sifat resisten terhadap myxomatosis kepada generasi berikut.
15
2.4 Keterkaitan Populasi Hewan dengan Hasil Praktikum di Lapangan
Data Annura kelompok 1 angkatan 2017
Dari data annura diatas dapat dilihat data spesies yang sama yaitu hanya pada spesies Euphylctis cyanophylctis dimana pada
angkatan 2017 jumlah indvidu pada spesies tersebut sebanyak 12 individu sedangkan pada angkaktan 2016 jumlah individu nya
sebanyak 30 individu, untuk keragaman jenisnya pun pada angkatan 2017 terlihat lebih sedikit dibandingkan pada angkatan
16
2016, hal ini kemungkinan dikarenakan ordo annura yang ada banyak yang mati atau berimigrasi ke lain sehingga hanya
ditemukan lebih sedikit.
17
Dari data burung siang diatas dapat dilihat data spesies yang tidak ada yang sama, namun jika dilihat dari jumlah spesies dan
jumlah individunya pada angkatan 2017 jumlah spesies yang ditemukan sebanyak 8 spesies dan total indvidu yang didapat
sebanyak 48 individu sedangkan pada angkatan 2016 jumlah spesies yang ditemukan sebanyak 5 spesies dan total indvidu yang
didapat sebanyak 24 individu, hal ini kemungkinan dikarenakan burung siang yang ada banyak yang berimigrasi ke lain dan ada
juga burung siang dari daerah lain yang berimigrasi ke desa Tabanio sehingga tidak ditemukan spesies yang sama.
Nama Titik
No Spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nasalis
1 larvatus 3 5 5
Trachypith
2 ecus
cristatus 1 4
Callosciuru
3 s notatus 1 4 1 1 1 1 1 2
Tupaia
4 javanica 1 1 1 1
Macaca
5 Fasciculari
s 2 6 5 18 5
6. Bos aurus 8 3 6 3 5
18
∑ 0 0 1 3 1 12 2 7 8 5 18 1 1 0 1 0 0 13 1 1 0 4 0 5 5 2 4
K KR F FR NP
No Nama Spesies ∑ Ind ∑ Cup (Ind/titik) (%) (Cup/titik) (%) (%) Pi – Pi ln Pi
Nasalis
1. larvatus 13 3 0.48 13.68 0.11 11.11 24.80 0.14 0.27
Trachypithecu
2. s cristatus 5 2 0.19 5.26 0.07 7.41 12.67 0.05 0.15
Callosciurus
3. notatus 12 8 0.44 12.63 0.30 29.63 42.26 0.13 0.26
Tupaia
4. javanica 4 4 0.15 4.21 0.15 14.81 19.03 0.04 0.13
Macaca
5. Fascicularis 36 5 1.33 37.89 0.19 18.52 56.41 0.38 0.37
Bos Taurus
6. 25 5 0.93 26.32 0.19 18.52 44.83 0.26 0.35
∑ 95 27 3.52 100.00 1.00 100.00 200.00 1.00 1.54
19
Data Mamalia kelompok 9 angkatan 2016
Dari data mamalia diatas dapat dilihat data spesies yang sama yaitu pada spesies Macaca fascicularis dan Tracypithecus cristatus
dimana pada angkatan 2017 jumlah indvidu pada spesies Macaca fascicularis tersebut sebanyak 36 individu dan pada spesies
Tracypithecus cristatus sebanyak 5 individu sedangkan pada angkaktan 2016 pada spesies Macaca fascicularis jumlah individunya
sebanyak 3 individu dan pada spesies Tracypithecus cristatus sebanyak 6 individu, untuk keragaman jenisnya pun pada angkatan
2017 terlihat lebih banyak dibandingkan pada angkatan 2016, hal ini kemungkinan dikarenakan mamalia yang ada banyak mengalami
tingkat kelahiran yang tinggi sehingga spesies yang ditemukan lebih banyak.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Populasi adalah sekelompok individu dari spesies yang sama yang hidup pada
regio yang sama pada saat tertentu yang selalu berubah dalam ukuran besarnya
dan komposisinya pada saat yang manapun, tetapi juga bagaimanakah populasi
itu berubah.
2. Ada dua macam bentuk pertumbuhan populasi, yaitu bentuk pertumbuhan
eksponensial (dengan bentuk kurva) dan bentuk pertumbuhan sigmoid/logistik
(dengan bentuk kurva S).
3. Species dengan laju reproduksi dan laju pertumbuhan tinggi tampaknya lebih
dapat berlangsung hidup pada kolonisasi pulau tahap awal dan belum berdesakan
(spesises r). Sebaliknya, tekanan seleksi memungkinkan spesies dengan potensi
pertumbuhan yang lebih rendah tetapi dengan kapabilitas yang lebih baik untuk
keterlangsung hidupan dan kompetitif di bawah kerapatan yang seimbang pada
tahap tahap akhir (spesies K).
3.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Sumarto, S., & Koneri, R. (2016). Ekologi Hewan. Bandung: CV. Patra Media
Grafindo Bandung.
22