Anda di halaman 1dari 26

EKOSISTEM TERUMBU KARANG

(Makalah Biologi Kelautan)

Oleh:
Rina Athiyah Fitriyanti 1513024013
Maulida Siti Rohmah 1513024081
Umu Sulaim Masluha 15130240
Angela Listiawati 15130240
Monika Nursalim 15130240
Nabila Nur Ikariza 15130240

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. yang telah
memberikan kekuatan dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Ekosistem Terumbu Karang” ini sebagai tugas p ad a
m at a ku li ah B io lo gi K el au ta n F a ku lt as K e gu ru an da n Il mu
P en di di ka n P ro gr am S tu di P en di di ka n Bi ol og i U n iv er s i ta s
L am pu ng Ta hu n 2 01 8 .
P en ul is m en ya da ri b ahw a da la m p en ul is an ma ka la h in i ma s i h ja uh
d ar i s em pu rn a, ha l i ni d ik ar en ak an keterbatasan kemampuan yang
penulis miliki baik dari pengumpulan, penyusunan maupun penulisan makalah ini.
Namun besar harapan saya, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
P en ul is ti da k lu pa me ng uc ap ka n te ri ma ka s i h k ep ad a b er ba ga i
p ih ak y an g te la h memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini. Penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik demi kemajuan penulis kedepannya.

Bandarlampung, 24 Oktober 2018

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv

2
I. PENDAHULUAN................................................................................................v

1.1 Latar Belakang...............................................................................................v

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................vi

1.3 Tujuan............................................................................................................vi

II. PEMBAHASAN...............................................................................................vii

2.1 Pengertian Ekosistem Terumbu Karang.......................................................vii

2.2 Tipe-Tipe Terumbu Karang.........................................................................viii

2.3 Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan................xii

2.4 Penghuni Ekosistem Terumbu Karang.........................................................xv

2.5 Wilayah Sebaran Terumbu Karang............................................................xvii

2.6 Manfaat dan Peran Ekosisem Terumbu Karang...........................................xx

I. PENUTUP.......................................................................................................xxiv

3.1 Simpulan....................................................................................................xxiv

3.2 Saran..........................................................................................................xxiv

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................xxv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.
Gambar 2.

3
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Gambar 10.
Gambar 11.
Gambar 12.
Gambar 13.
Gambar 14.

I. PENDAHULUAN

4
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya
yang menjapai 17.508 pulau dengan luas lautnya sekitar 3,1 juta km2. Wilayah
lautan yang luas tersebut menjadikan Indonesia mempunyai kekayaan dan
keanekaragaman hayati terbesar di dunia, salah satunya adalah ekosistem
terumbu karang. Terumbu karang merupakan ekosistem khas daerah tropis
dengan pusat penyebaran di wilayah Indo-Pasifik. Diperkirakan luas terumbu
karang yang terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang
tersebar luas dari perairan Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur
Indonesia.
Potensi sumberdaya alam kelautan ini tersebar di seluruh Indonesia dengan
beragam nilai dan fungsi, antara lain nilai rekreasi (wisata bahari), nilai
produksi (sumber bahan pangan dan ornamental) dan nilai konservasi (sebagai
pendukung proses ekologis dan penyangga kehidupan di daerah pesisir,
sumber sedimen pantai dan melindungi pantai dari ancaman abrasi). Ditinjau
dari aspek ekonomi, ekosistem terumbu karang menjadi tumpuan hidup bagi
masyarakat pesisir di sekitarnya (Suharsono, 1998: 155).
Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang
penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di
dalam ekosistem terumbu karang ini pada umumnya hidup lebih dari 300 jenis
karang, yang terdiri dari sekitar 200 jenis ikan dan berpuluh‐puluh jenis
moluska, crustacean, sponge, alga, lamun dan biota lainnya. Terumbu karang
bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di
laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat
penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.
Terumbu karang memiliki peranan sebagai sumber makanan, habitat biota-
biota laut yang bernilai ekonomis tinggi. Nilai estetika yang dapat
dimanfaatkan sebagai kawasan pariwisata dan memiliki cadangan sumber
plasma nutfah yang tinggi. Selain itu juga dapat berperan dalam menyediakan
pasir untuk pantai, dan sebagai penghalang terjangan ombak dan erosi pantai.
Menurut Sawyer (dalam Dahuri 2003: 44), bahwa terumbu karang
diidentifikasi sebagai sumberdaya yang memiliki nilai konservasi yang tinggi

5
karena memiliki keanekaragaman biologis yang tinggi, keindahan, dan
menyediakan cadangan plasma nutfah.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian ekosistem terumbu karang?
2. Apa saja tipe-tipe terumbu karang?
3. Apa saja factor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan ekosistem
terumbu karang?
4. Apa saja organisme penghuni ekosistem terumbu karang?
5. Bagaimana wilayah persebaran terumbu karang?
6. Apa saja manfaat dan peran ekosistem terumbu karang?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian ekosistem terumbu karang.
2. Untuk mengetahui tipe-tipe terumbu karang.
3. Untuk mengetahui faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan
ekosistem terumbu karang.
4. Untuk mengetahui organisme penghuni ekosistem terumbu karang.
5. Untuk mengetahui wilayah persebaran terumbu karang.
6. Untuk mengetahui manfaat dan peran ekosistem terumbu karang.

II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekosistem Terumbu Karang


Terumbu karang adalah suatu kumpulan hewan bersel satu yang membentuk
koloni dan mempunyai rumah yang terbuat dari bahan kapur (Ca-karbonat).
Mengingat dalam ekosistem terumbu terdapat berbagai jenis organism, maka
dapat pula dikatakan sebagai berikut : Terumbu karang merupakan sebuah
komunitas biologis yang berda di dasar laut yang membentuk struktur padat

6
yang kokoh dan terbuat dari bahan kapur. Organisme utama kebanyakan
terdiri dari koral dan algae (Wibisono, 2005: 198).
Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem didasar laut tropis yang dibangun
terutama oleh biota laut penghasil kapur CaCO 3, khususnya jenis-jenis karang
batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup didasar
lainnya sepertu jenis-jenis moluska, crustacea, echinodhermata, policeaeta,
porifera, dan tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan
disekitarnya, termasuk jenis dari plankton dan jenis nekton. (Hartiko, 1995:
12).
Dalam peristilahan 'terumbu karang', "karang" yang dimaksud adalah koral,
sekelompok hewan dari ordo Scleractinia yang menghasilkan kapur sebagai
pembentuk utama terumbu. Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut,
yang juga meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel pada batuan
kapur tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang
maupun dari alga. Secara fisik terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk
dari kapur yang dihasilkan oleh karang. Di Indonesia semua terumbu berasal
dari kapur yang sebagian besar dihasilkan koral. Kerangka karang
mengalami erosi dan terakumulasi menempel di dasar terumbu.
Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat
sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas,
sedimentasi, Eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine).
Demikian halnya dengan perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global
yang melanda perairan tropis pada tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan
karang (coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-
95%. Selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan air di
perairan Indonesia adalah 2-3 °C di atas suhu normal.

2.2 Tipe-Tipe Terumbu Karang


Tipe- Tipe Terumbu Karang Berdasarkan Jenisnya
Terumbu karang dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Terumbu karang keras (seperti brain coral dan elkhorn coral)
merupakan karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu

7
karang. Karang batu ini menjadi pembentuk utama ekosistem terumbu
karang. Walaupun terlihat sangat kuat dan kokoh, karang sebenarnya
sangat rapuh, mudah hancur dan sangat rentan terhadap perubahan
lingkungan (Supriharyono, 2000).
Tipe-tipe koloni karang keras (hard corals) membentuk koloni:
a. Bercabang (branching)
Tipe bercabang (branching); karang seperti ini
memiliki cabang dengan ukuran cabang lebih
panjang dibandingkan dengan ketebalan atau
diameter yang dimilikinya.

Gambar 1. Tipe bercabang

b. Padat (massive karang otak)


Tipe padat (massive); karang ini berbentuk
seperti bola, ukurannya bervariasi mulai dari
sebesar telur sampai sebesar ukuran rumah. Jika
pada beberapa bagian karang itu mati, karang ini
akan berkembang menjadi tonjolan sedangkan
Gambar 2. Tipe padat bila berada di daerah dangkal di bagian atasnya
c. Plate (karang meja) akan berbentuk seperti cincin. Permukaan
Tipe meja
terumbu halus(tabulate);
dan padat. karang ini berbentuk
menyerupai meja dengan permukaan yang lebar
dan datar. Karang ini ditopang oleh sebuah
batang yang berpusat atau bertumpu pada satu
Gambar 3. Tipe meja sisi membentuk sudut atau datar.

d. Lembaran (karang daun)


Bentuk daun (foliaceous), yang tumbuh dalam
bentuk lembaran-lembaran yang menonjol pada
dasar terumbu, berukuran kecil dan membentuk
lipatan atau melingkar. Terutama terdapat pada
lereng terumbu dan daerah-daerah yang
8
terlindung, memberikan perlindungan bagi ikan
dan hewan lain.
Gambar 4. Tipe lembaran

e. Kerak (karang encrusting)


Tipe kerak/merayap (encrusting); karang seperti
ini tumbuh menutupi permukaan dasar terumbu.
Karang ini memiliki permukaan kasar dan keras
serta lubang-lubang kecil.

Gambar 5. Tipe kerak

2. Terumbu karang lunak (seperti sea fingers dan sea whips) tidak
membentuk karang. jenis terumbu karang ini adalah terumbu karang yang
tumbuh di sepanjang pantai. Jenis terumbu ini tidak membentuk karang,
dan cenderung subur karena mendapatkan sinar matahari yang cukup.
Terdapat beberapa tipe terumbu karang yaitu terumbu karang yang tumbuh
di sepanjang pantai di continental shelf yang biasa disebut sebagai
fringing reef, terumbu karang yang tumbuh sejajar pantai tapi agak lebih
jauh ke luar (biasanya dipisahkan oleh sebuah laguna) yang biasa disebut
sebagai barrier reef dan terumbu karang yang menyerupai cincin di sekitar
pulau vulkanik yang disebut coral atoll (Supriharyono, 2000).

sea fingers sea whips

Gambar 6. Terumbu karang lunak

9
Tipe- Tipe Terumbu Karang Berdasarkan Bentuknya
Terumbu karang umunya dikelompokkan ke dalam empat bentuk, yaitu :

1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)

Gambar 7. Terumbu karang tepi

Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir


pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman
40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas.
Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang
ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati
yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu
jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau
Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).

2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)

Gambar 8. Terumbu karang penghalang

10
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar
0.52 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman
hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah
perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang
penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan
membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Batuan
Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan),
Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).

3. Terumbu karang cincin (atolls)

Gambar 9. Terumbu karang cincin

Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau
pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan
daratan.

4. Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)


Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar
(flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan
dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar.
Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal
dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI
Jakarta), Kepulauan Ujung Batu.

2.3 Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan


Ekosistem Terumbu Karang
1. Kedalaman

11
Terumbu karang tidak dapat berkembang di perairan yang lebih dalam dari
50-70 meter. Kebanyakan terumbu tumbuh pada kedalaman 25 meter atau
kurang, contohnya Zooxanthellae sebagai alga simbiotik memerlukan
cahaya. Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang
sehingga bersama dengan itu kemampuan karang dalam menghasilkan
kalsium karbonat akan berkurang pula. Titik kompensasi untuk karang
nampaknya merupakan kedalaman dimana intensitas cahaya kurang
sampai 15-20% dari intensitas permukaan (Nybakken 1992). Faktor
kedalaman juga membatasi kehidupan binatang karang. Perairan yang
jernih memungkinkan penetrasi cahaya bisa sampai pada lapisan yang
sangat dalam, sehingga binatang karang juga dapat hidup pada perairan
yang cukup dalam. Namun secara umum karang tumbuh baik pada
kedalaman kurang dari 20 meter (Kinsman, 1964 dalam Supriharyono
2007). Distribusi vertikal terumbu karang hanya mencapai kedalaman
efektif sekitar 10 meter dari permukaan laut. Hal ini disebabkan karena
kebutuhan sinar matahari masih dapat terpenuhi pada kedalaman tersebut
(Dahuri et al. 1996).

2. Temperatur
Supriharyono (2007) menyatakan, pertumbuhan karang optimal pada
kisaran temperatur antara 25oC–32oC. Suhu ini masih baik untuk
kehidupan dan perkembangbiakan terumbu karang dan masih sesuai
dengan suhu yang dijumpai di lapisan permukaan laut yang normal.
Terumbu karang masih dapat tumbuh pada suhu di atas dan di bawah
kisaran suhu tersebut, tetapi pertumbuhannya akan sangat lambat. Itulah
sebabnya terumbu karang banyak ditemukan di perairan tropis seperti
Indonesia dan juga di daerah subtropis yang dilewari aliran arus hangat
dari daerah tropis seperti Florida, Amerika Serikat dan bagian selatan
Jepang.

3. Salinitas
Salinitas air laut tropis kurang lebih berkisar 35 0/00 Menurut Kinsman
(1964) dalam Supriharyono (2007) menyatakan, binatang karang hidup

12
subur pada kisaran salinitas antara 34 –360/00. Namun pengaruh salinitas
terhadap kehidupan karang sangat bervariasi tergantung pada kondisi
perairan laut sekitar dan pengaruh alam seperti hujan. Karang memerlukan
salinitas yang tinggi untuk tumbuh, oleh karena itu, disekitar mulut sungai
atau pantai atau sekitar pemukiman penduduk akan lambat karena karang
membutuhkan perairan yang kadar garamnya sesuai untuk hidup.

4. Derajat Keasaman (pH)


pH atau derajat keasaman yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan terumbu karang yang ditetapkan oleh Dahuri et al., (1996),
yakni 6-9.

5. Oksigen Terlarut (DO)


Menurut Sukarno (1995), kadar oksigen di permukaan laut yang normal
untuk pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang berkisar antara
4,0-6,0 mg/l. Kadar oksigen di perairan kadarnya dipengaruhi oleh proses
fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan air yang lainnya berlangsung
optimal karena ketersediaan cahaya matahari yang cukup. Proses lainnya
yang mendukung tingginya kadar oksigen terlarut di perairan adalah di
daerah pantai air dasar perairan yang mengandung banyak nutrien mudah
teraduk ke badan air yang lebih atas sehingga nutrien dapat dimanfaatkan
oleh fitoplankton untuk berfotosintesis.

6. Kecepatan Arus
Arus sangat diperlukan oleh terumbu karang sebagai media yang
membawa nutrien dan oksigen serta mencegah terjadinya sedimentasi
yang tidak baik untuk pertumbuhan karang. Besarnya kecepatan arus akan
mempengaruhi pertumbuhan biota karang, karena kuatnya arus akan
memberikan suplai oksigen dan nutisi dalam air laut yang dibutuhkan oleh
biota karang (Nybakken, 1992). Rachmawati (2001) menyatakan bahwa
gelombang yang cukup kuat akan menghalangi pengendapan sedimen
pada koloni karang. Struktur terumbu karang yang masif, cukup kuat
menahan gelombang yang besar. Pada daerah yang terkena gelombang

13
yang cukup kuat, bagian ujung sebelah luar terumbu akan membentuk
karang masif atau bentuk bercabang dengan cabang yang sangat tebal dan
ujung yang datar. Sebaliknya pada perairan yang lebih tenang akan
berbentuk koloni yang berbentuk memanjang dan bercabang yang lebih
ramping. Gelombang berpengaruh terhadap perubahan bentuk koloni
terumbu. Karang yang hidup di daerah terlindung dari gelombang (leeward
zones) memiliki bentuk percabangan ramping dan memanjang, berbeda
pada gelombang yang kuat(windward zones) kecenderungan pertumbuhan
berbentuk percabangan pendek, kuat, merayap atau submasif.

Gambar 10. Persebaran bentuk terumbu karang

2.4 Penghuni Ekosistem Terumbu Karang

1. Tumbuh-tumbuhan
Ganggang (Algae) merupakan suatu kelompok tumbuh-tumbuhan yang
besar dan beraneka ragam yang biasanya terdapat di dalam lingkungan
akuatik. Mereka adalah produsen primer, seperti yang telah diterangkan,
mampu menangkap energi surya dan menggunakannya untuk
menghasilkan gula dan senyawa majemuk lainnya dengan menyimpan
energi. Lamun adalah salah satu vegetasi yang hidup di sekitar terumbu
karang. Lamun mempunyai manfaat sebagai perangkap sedimen.

14
2. Avertebrata
Hewan karang dari filum Cnidaria merupakan kelompok- kelompok utama
dari dunia hewan yang sangat penting dalam ekologi terumbu karang.
Filum Cnidaria itu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu hydroid, ubur-
ubur dan Anthozoa.
Berbagai jenis cacing hidup di terumbu karang. Kebanyakan memiliki
ukuran kecil dan tidak kelihatan. Cacing berperan dalam proses erosi yang
dilakukan oleh hewan secara alami, yang disebut bioerosi, dari batuan
kapur menjadi pecahan kapur sampai ke pasir dengan mliang pada batuan
tadi.
Crustacea merupakan klompok yang amat terkenal dari filum Arthropoda
yang hidup dalam terumbu karang. Mereka terdiri dari teritip, kepiting,
udang, lobster dan udang karang.
Banyak hewan Crustacea ini mempunyai hubungan khusus dengan hwan
lain di terumbu karang. Teritip menempel pada beberapa substrat seperti
penyu dan kepiting; udang pembersih dengan beberapa ikan; atau udang
kecil bwarna dengan anemone.
Mollusca menyumbangkan cukup banyak kapur kepada ekosistem
terumbu yang merupakan penyumbang penting terbentuknya pasir laut.
Keanekaragaman Mollusca memainkan peranan penting di dalam jaringan
makanan terumbu karang yang rumit ini. Mereka juga menjadi dasar bagi
perdagangan besar cangkang hias dan penunjang utama perikanan kerang
dan cumi- cumi.
Echinodermata adalah penghuni perairan dangkal dan umumnya terdapat
di terumbu karang dan padang lamun. Bintang laut yang omnivora
memakan apa saja mulai dari sepon, teritip, keong dan kerang.Teripang
mendiami sebagain besar terumbu karang dan memakan alga dan detritus
dasar. Mereka mempunyai alami sedikit dan manusia barangkali yang
menjadi pemangsa yang rakus.
3. Ikan Karang
Ikan karang terbagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu:

15
(1) ikan target yaitu ikan-ikan yang lebih dikenal oleh nelayan sebagai
ikan konsumsi seperti Famili Serranide, Lutjanidae, Haemulidae,
Lethrinidae;
(2) kelompok jenis indikator yaitu ikan yang digunakan sebagai indikator
bagi kondisi kesehatan terumbu karang di suatu perairan seperti Famili
Chaetodontidae; dan
(3) kelompok ikan yang berperan dalam rantai makanan, karena peran
lainnya belum diketahui seperti Famili Pomacentridae, Scaridae,
Acanthuridae, Caesionidae, Siganidae, Muliidae, Apogonidae (Adrim,
1993).
Banyak ikan yang mempunyai daerah hidup di terumbu karang dan jarang
dari ikan-ikan tersebut keluar daerahnya untuk mencari makanan dan
tempat perlindungan. Batas wilayah ikan tersebut didasarkan pada pasokan
makananan, keberadaan predator, daerah tempat hidup, dan daerah
pemijahan.
4. Reptilia
Reptiilia yang terdapat pada ekosistem terumbu karang hanya dua
kelompok yaitu, ular laut dan penyu. Dua kelompok ini terancam punah.
Ular ditangkap untuk kulitnya, dan penyu terutama untuk telurnya.

2.5 Wilayah Sebaran Terumbu Karang


Indonesia berada di daerah tropis, tempat yang memungkinkan bagi berbagai
jenis karang untuk dapat tumbuh dan berkembang. Sekitar dua pertiga jenis
karang dapat dijumpai di Indonesia, sehingga wilayah Indonesia digambarkan
berada dalam area segitiga karang (coral triangle) dunia. Kekayaan jenis
karang Indonesia berada dalam 14 ecoregion dari total 141 ecoregion sebaran
karang dunia dengan kisaran 300-500 lebih jenis karang. Total kekayaan
jenis karang keras (ordo Scleractinia) Indonesia diperkirakan mencapai 569
jenis atau sekitar 67% dari 845 total spesies karang di dunia. Kekayaan jenis
karang paling tinggi berada dalam wilayah perairan kepala burung.

16
Papua dan sekitarnya meliputi perairan Raja Ampat dan Halmahera,
kemudian semakin berkurang ke arah barat dan selatan perairan Indonesia.
Kekayaan jenis karang keras tersebut tersebar dalam 569 jenis , 82 genera
dan 15 famili. Sejarah geologi masa lalu, pola arus samudera terkait
penyebaran larva karang, proses evolusi dan pola biogeografi merupakan
faktor pendukung tingginya kekayaan jenis karang di perairan Indonesia.
Sebaran karang di perairan Indonesia, baik berdasarkan genera (marga)
maupun spesies (jenis) seperti yang terlihat pada ambar berikut.

Gambar 11. Peta Status Terumbu Karang Di Indonesia

17
Gambar 12.. Peta sebaran jumlah marga (genera) karang di Indonesia

Gambar 13. Peta sebaran jumlah jenis (spesies) karang di Indonesia

Meskipun Indonesia merupakan tempat yang ideal bagi karang untuk tumbuh dan
berkembang, seperti telah diuraikan sebelumnya, terdapat beberapa faktor
pembatas yang menyebabkan penyebaran karang tidak merata di seluruh
Indonesia. Secara alamiah, sebaran karang tertinggi dijumpai di bagian tengah

18
Indonesia dan timur Indonesia, seperti di perairan sekitar Sulawesi, Maluku,
bagian barat Papua dan Nusatenggara. Sebaliknya, di perairan Jawa, terutama
bagian selatan dan Sumatera bagian timur memiliki persentase tutupan karang
yang rendah dan keanekaragaman jenis yang juga rendah. Lokasi perairan yang
langsung menghadap Samudera Hindia dan selalu mendapatkan hempasan
gelombang yang sangat kuat turut berperan terhadap kurang berkembangnya
karang di kawasan ini.

Selain itu, di perairan Kalimantan, terutama pada perairan tempat bermuaranya


sungai-sungai besar seperti di perairan bagian barat dan selatan Pulau Kalimantan,
hampir tidak dijumpai pertumbuhan karang. Pertumbuhan karang dijumpai pada
pulau-pulau yang letaknya relatif jauh dari Pulau Kalimantan seperti Pulau
Sangalaki dan Pulau Derawan (Giyanto, 2017:11-12).

2.6 Manfaat dan Peran Ekosisem Terumbu Karang


Terumbu karang merupakan ekosistem laut dangkal tropis yang paling
kompleks dan produktif. Terumbu karang juga merupakan ekosistem yang
rentan terhadap perubahan lingkungan, namun tekanan yang dialaminya
semakin meningkat seiring dengan penambahan jumlah penduduk dan
aktivitas masyarakat di wilayah pesisir. Tingginya tekanan ini diakibatkan oleh
banyaknya manfaat dan fungsi yang disediakan oleh terumbu karang dengan
daya dukung yang terbatas, sedangkan kebutuhan manusia terus bertambah
sepanjang waktu.

Secara alami, terumbu karang merupakan habitat bagi banyak spesies laut
untuk melakukan pemijahan, peneluran, pembesaran anak, makan dan mencari
makan (feeding & foraging), terutama bagi sejumlah spesies yang memiliki
nilai ekonomis penting. Banyaknya spesies makhluk hidup laut yang dapat
ditemukan di terumbu karang menjadikan ekosistem ini sebagai gudang
keanekaragaman hayati laut. Saat ini, peran terumbu karang sebagai gudang
keanekaragaman hayati menjadikannya sebagai sumber penting bagi berbagai
bahan bioaktif yang diperlukan di bidang medis dan farmasi.

19
Struktur masif dan kokoh dari terumbu berfungsi sebagai pelindung sempadan
pantai, dan ekosistem pesisir lain (padang lamun dan hutan mangrove) dari
terjangan arus kuat dan gelombang besar. Struktur terumbu yang mulai
terbentuk sejak ratusan juta tahun yang lalu juga merupakan rekaman alami
dari variasi iklim dan lingkungan di masa silam, sehingga penting bagi
penelitian paleoekologi. Ekosistem ini juga berperan penting dalam siklus
biogeokimia secara global, karena kemampuannya menahan nutrien-nutrien
dalam sistem terumbu dan perannya sebagai kolam untuk menampung segala
bahan yang berasal dari luar sistem terumbu.

Berikut mari kita bahas bagaimana pentingnya terumbu karang bagi sekitar
(Hordi, 2010):
A. Manfaat Terumbu Karang Secara Ekologi

Ekologi dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara makhluk


hidup dan lingkungannya. Sehingga manfaat terumbu karang secara
ekologi berarti peran dan fungsi terumbu karang bagi lingkungan (alam
sekitar) maupun bagi biota laut lainnya. Lingkungan dapat berupa habitat
di sekitar terumbu karang berada maupun secara global, termasuk daerah
pesisir dan daratan.

Gambar 14. Terumbu karang menjadi tempat hidup berbagai biota laut

Secara ekologi, terumbu karang memiliki manfaat antara lain :


1. Penunjang Kehidupan

20
Sebagai sebuah ekosistem, secara langsung terumbu karang menjadi
penunjang kehidupan berbagai jenis makhluk hidup yang ada di
sekitarnya. Terumbu karang menyediakan tempat tinggal, mencari
makan, dan berkembang biak bagi berbagai biota laut. Rusaknya
terumbu karang akan berpengaruh langsung bagi kelangsungan hidup
dan kelestarian berbagai hewan dan tumbuhan di laut.
2. Sumber Keanekaragaman Hayati yang Tinggi
Terumbu karang menjadi ekosistem dengan biodiversitas
(keanekaragaman hayati) yang tertinggi dibanding ekosistem laut
lainnya. Dengan tingkat biodiversitas yang tinggi maka terumbu
karang menjadi sumber keanekaragaman genetik dan spesies.
Keanekaragaman genetik menjadikan ditemukannya keberagaman
variasi maskhluk hidup yang memiliki ketahanan hidup yang lebih
tinggi. Sedang keanekaragaman spesies berarti akan semakin banyak
jenis biota yang dapat dimanfaatkan.
3. Pelindung Pantai dan Pesisir
Terumbu karang, padang lamun, dan hutan bakau merupakan
ekosistem yang saling terkait dalam melindungi pantai dan daerah
pesisir. Terumbu karang mampu memperkecil energi ombak yang
menuju ke daratan. Energi ini kemudian diperkecil lagi dengan
adanya padang lamun dan hutan bakau (mangrove). Sehingga ombak
tidak merusak pantai atau menyebabkan abrasi pantai. Dan ekosistem
di pantai pun dapat terlindungi.
4. Mengurangi Pemanasan Global
Gas CO2, selain diserap oleh hutan, juga diserap oleh air laut.
Malalui reaksi kimia dan batuan karang, CO2 akan diubah menjadi
zat kapur yang bahan baku terumbu. Dalam proses yang disebut
sebagai kalsifikasi ini, karang dibantu oleh zooxanthellae, tumbuhan
bersel satu yang hidup di dalam jaringan tubuh karang.

B. Manfaat Terumbu Karang Secara Ekonomi

21
Terumbu karang, secara langsung maupun tidak langsung, menjadi sumber
ekonomi bagi masyarakat. Manfaat terumbu karang secara ekonomi
menurut Hordi (2010) tersebut antara lain :
1. Sumber Makanan
Terumbu karang menjadi tempat hidup dan berkembang biak berbagai
biota laut. Tidak sedikit diantara biota tersebut yang kemudian
dimanfaatkan sebagai sumber makanan oleh manusia. Seperti rumput
laut yang dijadikan agar-agar, berbagai jenis ikan, udang, kepiting, dan
teripang.
2. Sumber Bahan Dasar untuk Obat dan Kosmetik
Berbagai jenis alga dimanfaatkan dalam pembuatan kosmetik dan
bahan pembungkus kapsul. Berbagai hewan laut pun diketahui
memiliki senyawa kimia yang berguna sebagai bahan antibiotika, anti
radang, dan anti kanker. Selain itu, diyakini, masih banyak lagi
berbagai jenis biota laut yang belum tergali potensinya.
3. Sebagai Objek Wisata
4. Keindahan ekosistem terumbu karang membuat takjub wisatawan.
Berbagai kawasan terumbu karang dijadikan Taman Laut, lokasi
snorkeling dan menyelam, dan wisata laut lainnya.
5. Sumber Mata Pencaharian
Keberadaan terumbu karang menunjang perekonomian masyarakat
sekitar. Masyarakat memiliki mata pencaharian baik sebagai nelayan,
petani rumput laut, dan sebagainya. Pengembangan terumbu karang
,menjadi objek wisata pun mampu menciptakan berbagai lapangan
pekerjaan bagi masyarakat mulai dari pemandu wisata, penginapan,
penyewaan kapal, warung makan dan cinderamata, serta profesi-
profesi lainnya.
6. Sumber Bibit Budidaya
Berbagai jenis ikan, teripang, dan rumput laut yang hidup di terumbu
karang dapat dimanfaatkan sebagai bibit untuk budidaya.

C. Manfaat Terumbu Karang Secara Sosial

22
Secara sosial terumbu karang memiliki manfaat yang antara lain :
1. Penunjang Kegiatan Pendidikan dan Penelitian
Terumbu karang bermanfaat dalam kegiatan pendidikan terutama
untuk mengenal ekosistem pesisir, mengenal tumbuhan dan hewan
laut, dan pendidikan cinta alam. Selain itu terumbu karang berperan
juga sebagai sarana penelitian.
2. Sarana Rekreasi Masyarakat
Terumbu karang dengan keindahannya dapat dijadikan sarana rekreasi
oleh masyarakat.

III.PENUTUP

3.1 Simpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem didasar laut tropis yang


dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur CaCO 3, khususnya
jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota
yang hidup didasar lainnya sepertu jenis-jenis moluska, crustacea,
echinodhermata, policeaeta, porifera, dan tunikata serta biota-biota lain
yang hidup bebas di perairan disekitarnya, termasuk jenis dari plankton
dan jenis nekton

2. Tipe- tipe terumbu karang berdasarkan jenisnya, yaitu terumbu karang


keras , terumbu karang lunak. Tipe- tipe terumbu karang berdasarkan
bentuknya, yaitu terumbu karang tepi (fringing reefs), terumbu karang
penghalang (barrier reefs), terumbu karang cincin (atolls), dan terumbu
karang datar/gosong terumbu (patch reefs).

23
3. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan ekosistem
terumbu karang adalah kedalaman, temperatur, salinitas, derajat keasaman
(ph), oksigen terlarut (do), kecepatan arus
4. Penghuni ekosistem terumbu karang antara lain tumbuh-tumbuhan,
Avertebrata, ikan karang, reptilia

5. Kekayaan jenis karang Indonesia berada dalam 14 ecoregion dari total 141
ecoregion sebaran karang dunia dengan kisaran 300-500 lebih jenis
karang. Total kekayaan jenis karang keras (ordo Scleractinia) Indonesia
diperkirakan mencapai 569 jenis atau sekitar 67% dari 845 total spesies
karang di dunia.
6. Adapun manfaat dari terumbu karang secara ekologi antara lain
mengurangi pemanasan global, pelindung pantai dan pesisir, sumber
keanekaragaman hayati yang tinggi, penunjang kehidupan. Manfaat
terumbu karang secara ekonomi antara lain sumber makanan, sumber
bahan dasar untuk obat dan kosmetik, sebagai objek wisata, keindahan
ekosistem terumbu karang membuat takjub wisatawan, sumber mata
pencaharian, sumber bibit budidaya. Manfaat terumbu karang secara sosial
antara lain penunjang kegiatan pendidikan dan penelitian, sarana rekreasi
masyarakat

3.2 Saran
Mengingat besarnya manfaat yang dapat dirasakan oleh manusia, baik secara
langsung amupun tidak langsung, maka perlu dijaga dan dilestarikan. Pun bagi
terunbu karang yang rusak, seperti adanya pemutihan terumbu karang, perlu
dilakukan upaya-upaya rehabilitasi. Sehingga berbagai manfaat terumbu
karang tersebut akan tetap dapat dirasakan oleh manusia, saat ini dan pada
masa yang akan datang.

24
DAFTAR PUSTAKA

Adrim, M. 1993. Komunitas Ikan di Ekosistem Terumbu Karang: Modul


Pelatihan Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang. Pusat Penelitian
Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Dahuri, R. 2003. Keanekragaman Hayati Laut. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting dan MJ, Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber Daya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Pratama. Jakarta.

Giyanto. 2017. Status Terumbu Karang Indonesia. Pusat Penelitian


Oseanografi.Jakarta

Hordi, G. H. 2010. Ekosistem Terumbu Karang (Potensi, Fungsi, & Pengelolaan).


Rineka Cipta. Jakarta.

25
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut suatu Pendekatan Ekologis. Alih bahasa H.M.
Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukardjo. PT
Gramedia. Jakarta.

Rachmawati, R. 2001. Terumbu Buatan (Artificial Reef). Pusat Riset Teknologi


Kelautan. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan
dan Perikanan. Jakarta.

Suharsono. 1998. Ekosistem Terumbu Karang. Apollo. Surabaya.

Sukarno, R. 1995. Ekosistem Terumbu Karang dan Masalah Pengelolaannya.


Materi Pendidikan dan Pelatihan Metodologi Penelitian Penentuan
Kondisi Terumbu Karang. Pusat Penelitian dan Pegembangan Oseanologi
LIPI dan Universitas Diponegoro. Semarang.

Supriharyono. 2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Penerbit PT.


Djambatan. Jakarta.

Supriharyono. 2007. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Djambatan.


Jakarta.

Wibisono, W. S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Grasindo. Jakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai