Anda di halaman 1dari 23

MODUL PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM

SEMESTER GENAP TA 2016-2017

Dosen pembimbing

Dr. Mufti Sudibyo, M.Si


Dian R. Brangzo Daulay, M.Pd

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2016
Praktikum 1

PENGARUH ALLELOPATI Imperata cylindrica DAN Cyperus rotundus


TERHADAP TANAMAN LAIN DISEKITARNYA

Pendahuluan
Persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis yang berbeda
untuk memperebutkan kebutuhan-kebutuhan yang sama terhadap factor pertumbuhan
jenis tumbuhan mengeluarkan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi
petumbuhan jenis-jenis tanaman lain dan juga kemungkinan dapat mempengaruhi
pertumbuhan dari anakannya sendiri. Peristiwa semacam ini disebut dengan
allelopati. Allelopati adalah suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan
menghasilkan zat kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan individu lain. Pada
prinsipnya allelopari adalah: 1. Pengaruh yang bersifat merusak, menghambat,
merugikan dan dalam kondisi tertentu kemungkinan menguntungkan. 2. Pengaruh ini
terjadi pada perkecambahan, pertumbuhan maupun metabolism tanaman. 3.
Pengaruh ini diesbabkan karena adanya senyawa kimia yang dilepaskan oleh suatu
tanaman ke tanaman lainnya. Menurut Soerianegara dan Indrawan (1984), allelopati
dapat berupa: 1. Keluarnya zat dari akar untuk menghambat pertumbuhan dari
tanaman sejenis atau tanaman lain 2. Tanaman mengeluarkan zat pada daun yang
kemudian tercuci air hujan, zat ini dapat menghambat pertumbuhan dari tanaman
lain. 3. Tanaman mengandung suatu zat yang pada waktu hidup tidak bereaksi
apaapa tetapi bila tanaman mati, zat tersebut akan lepas, terurai di dalam tanah secara
kimiawi atau dengan miktoorganisme. Zat yang lepas ini dapat mempengaruhi
kehidupan tanaman sejenis dan tanaman lainnya. Allelopati terjadi karena adanya
senyawa yang bersifat mengahambat. Senyawa tersebut tergolong senyawa sekunder
karena timbulnya secara sporadic dan tidak berperan dalam metabolisme primer
organisme. Senyawa-senyawa yang bersifat menghambat tersebut dikelompokkan
menjadi 5 kelompok utama, seperti fenis, propian, asetogenin, terpenoid, dan
alkoloid (Whittaker dan Fenny, 1971). Hambatan dan gangguan allelopati dapat
terjadi pada perbandingan dan perpanjangan sel, aktivitas geberelin dan IAA,
penyerapan hara mineral, laju fotosintesis, respirasi, pembukaan stomata, sistem
protein, dan aktivitas enzim tanaman. Adanya asam virulat dan asam kumurat dapat
menghambat pembentukan dan transportasi asam amino (Rice, 1974). Faktor-faktor
yang mempengaruhi besarnya daya hambat senyawa kimia penyebab allelopati dari
tanaman, antara lain: macam tanaman yang menghasilkan, macam tanaman yang
dipengaruhi, keadaan pada waktu sisa tanaman mengalami perombakan, dan
sebagainya. Beberapa jenis tumbuhan yang diketahui mempunyai efek allelopati
adalah: Pinus merkusii, Imperata cylindrica, Musa spp. dan sebagainya.

Tujuan Praktikum
Mengamati pengaruh allelopati dari akar Imperata cylindrica dan rumput teki
(Cyprirus sp) terhadap tanaman lain yang ada disekitarnya.

Cara kerja
1. Carilah tanaman alang-alang Imperata cylindrica atau rumput teki Cyperus sp.
2. Amati seksama tanaman/rumput yang ada di sekitarnya.
3. Cabutlah beberapa tanaman alang-alang/ rumput teki sampai mencapai akarnya.
4. Ukurlah tinggi tanaman ilalang tersebut dan
5. Ukurlah panjang dan lebar akar tersebut
6. Hitung jumlah tanaman yang ikut tercabut bersamaan dengan ilalang tersebut

Hasil pengamatan
Pengaruh alelopati akar ilalang dan atau rumput teki terhadap tanaman lain

Ulangan Tinggi Panjang Lebar Jenis tanaman ikut tercabut


tanaman akar (cm) akar (cm) / ada disekitarnya
(cm)
1.
2.
3.
4.
5.
Praktikum 2

SUKSESI SEDERHANA

Pendahuluan
Seiring bertambahnya waktu, perlahan-lahan suatu ekosistem akan mengalami
perubahan dari kondisis semula.Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut sangat
mudah untuk diamatidan biasanya dalam perubahan itu terdapat pergantian
komunitas dalam ekosistem tersebut. Suatu ekosistem yang stabil akan selalu
berusaha dalam keadaan setimbang (dynamic equilibrium) di antara komponen-
komponen pembentuk ekosistem tersebut. Ekosistem juga mempunyai sifat yang
elastis atau daya lentur. Setiap ada perubahan atau gangguan, maka akan ada
mekanisme atau proses yang mengembalikan kepada keadaan yang setimbang lagi,
sejauh perubahan tersebut masih berada dalam batas-batas daya lenturnya. Oleh
karena itu, hutan sering disebut sebagai sumberdaya alam yang dapat diperbaharui
(renewable resources).
Secara singkat suksesi adalah suatu proses perubahan komunitas tumbuhtumbuhan
secara teratur mulai dari tingkat pionir sampai pada tingkat klimaks di suatu tempat
tertentu. Sedangkan faktor penyebab terjadinya suksesi secara umum adalah faktor
iklim dan topografi/edafis. Komunitas klimaks adalah komunitas yang berada dalam
keadaan keseimbangan dinamis dengan lingkungannya. Sedangkan tingkat sere
adalah setiap tingkat/tahap dari sere, dan komunitas sere adalah setiap komunitas
tumbuhan yang mewakili setiap tingkat sere. Spesies klimaks adalah suatu spesies
yang berhasil beradaptasi terhadap suatu habitat sehingga spesies tersebut menjadi
dominan di habitat yang bersangkutan. Berdasarkan proses terjadinya, terdapat dua
macam suksesi, yakni suksesi primer (prisere) dan suksesi sekunder (subsere).
Dikatakan sebagai suksesi primer manakala suksesi dimulai dari tempat yang
sebelumnya tidak bervegetasi dan melalui tahap-tahap suksesi tanpa gangguan luar
dan komunitas hutan yang berkembang secara demikian dikenal sebagai hutan
primer. Sedangkan suksesi sekunder dimulai dari suatu tempat yang pernah terdapat
tumbuhan atau berbagai benih, dan masih mempunyai sisa-sisa peninggalan dari
tumbuhan sebelumnya, atau bila timbulnya komunitas tumbuhan disebabkan oleh
gangguan manusia(penebangan, perladangan atau pengolahan tanah hutan) dan
komunitas hutan yang terbentuk disebut dengan hutan sekunder.
Proses suskesi yang dialami suatu komunitas hutan terjadi melalui beberapa tahap,
antara lain.
a. Nudation, yaitu terbukanya areal baru,
b. Migration, yaitu sampai dan tersebarnya biji di areal terbuka tersebut,
c. Ecesis, yaitu proses perkecambahan, pertumbuhan dan perkembangbiakan
tumbuhan baru,
d. Competition, yaitu proses yang mengakibatkan pergantian jenis-jenis tumbuhan,
e. Reaction, yakni adanya perubahan habitat karena aktivitas jenis-jenis baru, dan
f. Climax, yaitu tingkat kestabilan komunitas

Tujuan Praktikum
Mengamati tahap-tahap dan proses-proses suksesi yang terjadi pada komunitas
tumbuhan bawah
Cara kerja
1. Menyiapkan dua lahan yang akan digunakan yaitu lahan yang teduh (ternaung)
dan lahan yang terbuka (langsung terkena sinar matahari)
2. Pada lahan yang teduh (ternaung) dibagi menjadi dua bagian dengan membuat
plot. Masing-masing plot berukuran 1m x 1m
3. Plot pertama lahannya dibakar dengan menggunakan minyak tanah atau bensin,
dan plot yang kedua lahannya dicangkul
4. Lakukan hal yang sama seperti diatas untuk tempat yang terbuka (langsung
terkena sinar matahari)
5. Kemudian amati dan catat tanaman yang tumbuh pada areal dalam plot yaitu
kecepatan tumbuh dan jumlah individu tanaman tersebut

Hasil pengamatan
A. 1. Lahan teduh yang dibakar (Plot 1)

Hari Ke Nama Spesies Jumlah

10

2. Lahan teduh yanng dicangkul (Plot 2)

Hari Ke Nama Spesies Jumlah

10
B. 1. Lahan terbuka yang dibakar (Plot 1)

Hari Ke Nama Spesies Jumlah

10

2. Lahan terbuka yang dicangkul (Plot 2)

Hari Ke Nama Spesies Jumlah

10
Praktikum 3

HABITAT DAN RELUNG

Pendahuluan
Habitat adalah tempat tinggal berbagai jenis organisme hidup menjalani
kehidupannya. Dalam suatu ekosistem habitat dibedakan menjadi habitat terestrial
(hutan, padang rumput, gurun), habitat akuatik (laut, danau, dan sungai). Secara garis
besar, dikenal empat tipe habitat utama yaitu daratan, perairan tawar, perairan payau,
dan estuaria serta perairan bahari/laut. Masing-masing kategori utama itu dapat
dipilah-pilahkan lagi tergantung corak kepentingannya mengenai aspek yang ingin
diketahui. Berdasarkan variasi habitat menurut waktu dapat dikenal 4 macam habitat
yaitu :
a. Habitat yang konstan, yaitu habitat yang kondisinya terus-mnerus relatif baik
atau kurang baik.
b. Habitat yang bersifat musiman, yaitu habitat yang kondisinya secara relative
teratur secara berganti-ganti antara baik dan kurang baik.
c. Habitat yang tidak menentu, yaitu habitat yang mengalami suatu periode dengan
kondisi yang lamanya juga bervariasi sehingga kondisinya tidak dapat
diramalkan.
d. Habitat yang ephemeral, yaitu suatu habitat yang mengalami perioda kondisi baik
yang berlangsung relative singkat, diikuti oleh suatu perioda dengan kondisi yang
berlangsung relative lama sekali.

Berdasarkan variasi kondisi habitat menurut ruang, habitat dapat diklasifikasikan


menjadi 3 macam :
a. Habitat yang berkesinambungan, yaitu apabila suatu habitat mengandung area
dengan kondisi baik yang luas sekali yang dapat dijelajahi populasi penghuninya.
b. Habitat yang terputus-putus, yaitu suatu habitat yang mengandung area dengan
kondisi baik, letaknya berselang-seling dengan area berkondisi kurang baik.
c. Habitat yang terisolasi, yaitu suatu habitat yang mengandung area berkondisi
baik yang terbatas luasnya dan letaknya terpisah jauh dari area berkondisi baik.

Berdasarkan ukuran dan bentuknya, menggunakan skala geografi, menurut Hugget


(2003) habitat dibagi menjadi :
a. Microhabitat : mengacu pada kondisi habitat terkecil dimana masih terjadi
interaksi antar organism dengan lingkungannya. Luas microhabitat beberapa cm
persegi hingga beberapa meter suatu area.
b. Mesohabitat : suatu kondisi habitat yang ukurannya lebih besar daripada
microhabitat dan lebih kecil dari makrohabitat. Ukuran mesohabitat sekitar
10.000 km
c. Macrohabitat : lebih cenderung mengarah pada kondisi luasan yang sangat besar
(seperti habitat perairan dan lainnya), dimana luas areanya sekitar 1.000.000 km
d. Megahabitat : terdiri dari benua

Habitat organisme bisa lebih dari satu tempat. Misalnya burung pipit mempunyai
habitat di sawah untuk aktivitas mencari makan, juga mempunyai habitat di atas
pepohonan untuk bertelur. Habitat ikan salem ketika dewasa adalah di laut, waktu
akan bertelur pindah habitatnya di sungai, bahkan sampai ke hulu sungai. Ikan salem
bertelur di hulu sungai dan anak yang telah ditetaskan akan tinggal bertahun-tahun di
sungai, kemudian ketika memasuki fase dewasa ikan salem itu pindah habitat lagi ke
laut.
Contoh lainnya adalah ikan arwana mempunyai habitat di air tawar dan ada pula
yang di air payau.Habitat katak ketika dewasa adalah di darat, sedangkan ketika fase
telur dan berudu berada di air tawar. Pohon ramin (Gonystylus bancanus)
mempunyai habitat di hutan gambut juga di hutan-hutan daratan dengan tanah
berpasir, ketinggian tempat 2-100 m dari permukaan laut. Pohon Matoa (Pometia
pinnata) mempunyai habitat di pinggir sungai, juga di daerah yang bertanah liat,
tanah pasir atau lempung di hutan daratan dataran rendah hingga di hutan
pegunungan (ketinggian tempat kurang dari 1.700 m dpl.). Pohon kempas
(Koompassia malaccensis) mempunyai habitat di hutan rawa, juga di hutan daratan
dengan tanah liat atau pasir yang ketinggian tempatnya adalah 0-600 m dpl.

Habitat suatu organisme pada umumnya mengandung faktor ekologi yang sesuai
dengan persyaratan hidup organisme yang menghuninya. Persyaratan hidup setiap
organisme merupakan kisaran faktor-faktor ekologi yang ada dalam habitat dan
diperlukan oleh setiap organisme untuk mempertahankan hidupnya. Kisaran faktor-
faktor ekologi bagi sefiap organisme memiliki lebar berbeda yang pada batas bawah
disebut titik minimum, batas atas disebut titik maksimum, di antara titik minimum
dan tifik maksimum disebut titik optimum. Ketiga titik tersebut dinamakan titik
kardinal.

Relung
Relung (niche) dalam ekologi merujuk pada posisi unik yang ditempati oleh
suatu spesies tertentu berdasarkan rentang fisik yang ditempati dan peranan yang
dilakukan di dalam komunitasnya. Konsep ini menjelaskan suatu cara yang tepat dari
suatu organisme untuk menyelaraskan diri dengan lingkungannya. Relungadalah
pertelaan lengkap bagaimana suatu organisme berhubungan dengan lingkungan fisik
dan biologisnya. Ekologi dari suatu individu mencakup variabel biotik (makhluk
hidup seperti tumbuhan, hewan, manusia, baik yg mikro maupun yang makro) dan
abiotik (benda tidak hidup). Relung menentukan bagaimana spesies memberi
tanggapan terhadap ketersediaan sumberdaya hidup dan keberadaan pesaing dan
pemangsa dalam suatu ekosistem. Kata "relung" mulai mendapat arti ilmiah pada
tahun 1933 Charles Sutherland Elton, seorang ahli ekologi yang mempelajari ekologi
komunitas dan populasi menyatakan "relung suatu organisme adalah mode dari
kehidupan organisme tersebut dalam hal peran atau profesinya dalam suatu
komunitas."
Istilah relung (niche) pertama kali dikemukakan oleh Joseph Grinnell pada tahun
1917. Menurut Grinner, relung merupakan bagian dari habitat yang disebut dengan
mikrohabitat. Dengan pandangan seperti ini, Grinnell mengatakan bahwa setiap
relung hanya dihuni oleh satu spesies. Pandangan relung yang dikemukakan oleh
Grinnell inilah yang disebut dengan relung habitat. Contoh, relung habitat
kalajengking, mikrohabitat kalajengking tersebut. Dengan demikian pada suhu dan
kelembaban berapa kalajengking hidup, apakah dia tahan terhadap cahaya atau tidak,
apakah dia hidup di tanah dalam lubang, atau di pohon, dan sebagainya. Relung
ekologi dari suatu organisme adalah posisi yang diisinya pada lingkungan, termasuk
kondisi dimana organisme itu ditemukan, sumber daya yang digunakan dan waktu
kejadiannya. Ruang relung multidimensional, Tiap kondisi atau sumber daya yang
mendefinisikan relung dari suatu organisme berkontribusi satu dimensi bagi ruang
dimana organisme itu akan berada. Mempertimbangkan semua dimensi secara
bersama-sama mendefinisikan secara penuh relung milik organisme dan hal ini
disebut ruang relung multidimensional atau ‘n-dimensional hipervolume’
Relung fundamental,ruang relung suatu organisme dapat mengisi ketiadaan
kompetisi atau predasi yang disebut sebagai relung fundamental.
Relung sesungguhnya. Ruang relung yang dimiliki oleh suatu organisme ketika
kompetisi dan predasi terjadi adalah relung sesungguhnya, dimana selalu ada sub-set
dari relung fundamental.
Relung-kuari-batu-di kurim, Aspek penting dari relung populasi ialah orbit dan
habitat, orbit digunakan disini sebagai terjemahan range yang merupakan ruang
kehidupan spesies lingkungan geografi yang luas sedangkan habitat menyatakan
ruang kehidupan lingkungan lokasinya.

Tujuan Praktikum
Mengamati habitat dan relung dari berbagai jenis hewan yang ada di Hutan Restorasi
Sei Betung

Cara kerja
1. Carilah kayu yang lapuk dan dihuni oleh berbagai jenis hewan. Catatlah jenis
hewan yang ada dan tuliskan dalam bentuk tabel
2. Amatilah lahan terbuka (ilalang) dan amati jenis hewan apa saja yang ada dan
catatlah aktivitas hewan tersebut
3. Carilah lahan basah (saluran air/genangan air, parit, aliran sungai) dan catatlah
jenis-jenis hewan yang ada dan apa yang dilakukan.

Hasil pengamatan
No. Tipe Jenis hewan yang Aktivitas yang Jenis
habitat ditemukan dilakukan makanan
1 Kayu lapuk
Bagian atas

Bagian
bawah

2 Lahan
terbuka
3 Lahan basah
Praktikum 4

KOMPETISI INTER DAN INTRA SPESIFIK

Pendahuluan
Kompetisi adalah interaksi antara dua organisme yang berusaha untuk hal
sama. Interaksi kompetisi biasanya interspesifik berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan proses bertahan hidup oleh dua atau lebih spesies populasi. Interaksi kompetisi
biasanya melibatkan ruang lingkup, makanan, nutrisi, cahaya matahari, dan tipe-tipe
lain dari interaksi. Kompetisi interspesifik dapat menghasilkan penyesuaian
keseimbangan oleh dua spesies atau dari satu populasi menggantikan yang lain
(Odum, 1983).
Kompetisi terjadi apabila tanaman mencapai tingkat pertumbuhan tertentu
dan akan semakin keras dengan pertambahan ukuran tanaman dengan umur.
Kemampuan suatu tanaman dipengaruhi oleh kemampuan suatu organ yang
melakukan kompetisi. Daun dan akar merupakan bagian yang berperan aktif dalam
kompetisi. Akar yang memiliki luas permukaan lebar, daun yang banyak, lebar, dan
tersebar di seluruh tubuh tanaman akan meningkatkan kompetisi, akibatnya
kompetisi tanaman pun tinggi (Fuller dan Caronthus, 1964).
Kompetisi menujukkan suatu tipe interaksi di mana dua individu atau lebih
bersaing untuk mendapatkan makanan yang jumlahnya terbatas, tempat hidup, dan
lain-lain. Kompetisi inter spesifik bukanlah suatu kompetisi yang sederhana karena
melibatkan berbagai tipe organisme sehingga memungkinkan terjadi hasil yang
berbeda-beda. Jika dua spesies atau lebih terlibat dalam kompetisi secara langsung
untuk memperebutkan hal yang sama, salah satu dari semuanya, lebih efisien dalam
memanfaatkan sesuatu yang diperebutkan tadi maka individu itu akan bertahan
hidup, sedang yang tidak dapat memanfaatkan secara efisien yang diperebutkan tadi
akan punah (Clapham, 1973).
Interaksi adalah hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk
hidup yang lainnya. Ada dua macam interaksi berdasarkan jenis organisme yaitu
intraspesifik dan interspesifik. Interaksi interspesifik adalah hubungan yang terjadi
antara organisme yang berasal dari satu spesies, sedangkan interaksi intra spesifik
adalah hubungan antara organisme yang berasal dari spesies yang berbeda. Secara
garis besar, interaksi interspesifik dan intraspesifik dapat dikelompokkan menjadi
beberapa bentuk dasar hubungan, yaitu (1) netralisme yaitu hubungan antara
makhluk hidup yang tidak saling menguntungkan dan saling merugikan satu sama
lain, (2) mutualisme yaitu hubungan antara dua jenis makhluk hidup yang saling
menguntungkan, (3) parasitisme yaitu hubungan yang hanya menguntungkan satu
jenis makhluk hidup saja, sedangkan yang lainnya dirugikan, (4) predatorisme yaitu
hubungan pemangsaan antara satu jenis makhluk hidup terhadap makhluk hidup lain,
(5) kooperasi yaitu hubungan antara dua makhluk hidup yang bersifat saling
membantu antara keduanya, (6) komensalisme yaitu hubungan antara dua makhluk
hidup yang satu mendapat keuntungan sedang yang lain dirugikan, (7) antagonis
yaitu hubungan dua makhluk hidup yang saling bermusuhan (Elfidasari, 2007).
Kompetisi terjadi sejak awal pertumbuhan tanaman. Semakin dewasa tanaman, maka
tingkat kompetisinya semakin meningkat hingga suatu saat akan mencapai klimaks
kemudian akan menurun secara bertahap. Saat tanaman peka terhadap kompetisi , hal
itu disebut periode kritis (Soejono, 2009).
Menurut Rao (2000), gulma dapat menjadi kompetitor dan merupakan faktor
pembatas penting bagu produktivitas kedelai. Besarnya tingkat kerugian akibat
persaingan dengan gulma sangat bervariasi bergantung pada populasi dan macam
spesies gulma yang ada. Gulma yang sering dijumpai termasuk kategori noxious
weed (gulma berbahaya dan sangat merugikan) serta sulit dikendalikan oleh
herbisida maupun penyiangan, yaitu alang-alang dan teki (Budi, 2009).
Pemahaman tentang periode kritis penting dalam membentuk strategi usaha
untuk meminimalkan gangguan gulma selama tanaman tumbuh. Kemiringan lahan,
iklim, genetik tanaman, dan budidaya seperti pengolahan lahan, kesuburan tanah,
persemaian, dan jarak tanam merupakan beberapa faktor yang mungkin
mempengaruhi periode kritis penanganan gulma yang dipicu oleh jenis gulma,
kepadatan gulma, periode gulma merugikan tanaman dan pertumbuhan gulma (Evans
et al., 2004).
Kebutuhan tanaman mengenai unsur hara dan air berbeda maka, tingkat
kompetisi tanaman dapat berbeda pada tanaman yang dikombinasi. Perbedaan
intensitas kebutuhan zat, perbedaan sistem perakaran (dangkal-dalam) digunakan
sebagai dasar diterapkannya sistem tumpang sari. Untuk mendapatkan sistem yang
tepat, faktor yang harus diperhatikan yaitu: kombinasi tanaman, penelitian yang telah
dilakukan mengenai kombinasi kacang tanah – jagung berproduksi lebih tinggi dari
pada kacang tanah – padi (Gunawan,1996).
Pada sistem pertanian monokultur, jarak tanam yang terlalu dekat akan
mengakibatkan kompetisi akan air dan hara. Bila jarak tanamnya diperlebar, maka
besarnya tingkat kompetisi akan berkurang. Dalam prakteknya di lapangan, petani
mengelola tanamannya dengan melakukan pengaturan pola tanam, pengaturan jarak
tanam, pemangkasan cabang serta ranting, dan lain sebagainya (Hariah et al., 2006).
Kedelai termasuk tanaman yang memerlukan 100% jumlah sinar matahari.
Pada jarak tanam, tanaman yang rapat, udara, dan tanah berkelembaban tinggi,
memperlihatkan pertanaman berdaun lebat yang saling menutupi dan berbiji sedikit,
akibatnya akan menurunkan hasil (Heddy et al., 1990).
Seleksi tanaman di lingkungan optimal memang memiliki banyak
keuntungan, yaitu ditandai oleh heretabilitas tinggi dan kemajuan seleksi yang lebih
besar karena ekspresi potensi genetik tanaman dapat mencapai maksimal dan terjadi
akumulasi gen. Dengan terbatasnya lahan subur, maka budidaya tanaman mengarah
pada lingkungan suboptimal. Kedelai yang ditanam secara tunggal dapat disebut
sebagai budidaya pada lingkungan optimal. Sedangkan kedelai dan jagung disebut
sebagai tanaman pada lingkungan yang suboptimal. Pada cara tanam secara tumpang
sari, kompetisi hara air, dan radiasi surya adalah faktor lingkungan yang
menyebabkan kedelai tumbuh dan berkembang pada kondisi suboptimal. Pada stadia
reproduktif kedelai sensitif terhadap tekanan hara, air, dan radiasi surya yang dapat
diukur dari penurunan hasil polong kacang tanah (Kusno et al.,1998).

Tujuan Praktikum
1. Mengamati kompetisi antara dua jenis tanaman atau lebih yang berbeda jenis.
2. Mengamati kompetisi tanaman sesama jenis
Cara kerja
1. Pilih tanah subur dan campurkan dengan pupuk kandang
2. Kemudian tanah dimasukkan kedalam polybag
3. Sebelum menanam, dilakukan pemilihan biji yang baik untuk ditanam
4. Kemudian biji jagung dan kacang hijau ditanam dalam polybag yang telah
disediakan, baik secara terpisah maupun bersamaan dengan masing-masing pola
kerapatan tertentu
5. Setelah itu dilakukan pengukuran faktor fisik pada masing-masing jenis tanaman
di polybag tersebut
6. Lalu diberi label pada setiap polybag untuk menunjukkan perlakuan kerapatan
yamh diberikan. Jarak masing-masing biji diatur sedemikian rupa sehingga tidak
terlalu berdekatan

Hasil Pengamatan
Hari Jumlah Tinggi Kode Jenis
tanaman yang tanaman /hari perlakuan tanaman yang
tumbuh (cm) tumbuh
Praktikum 5

ANALISIS KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BAWAH

Pendahuluan
Vegetasi terbentuk oleh semua spesies tumbuhan dalam suatu wilayah (flora)
dan memperlihatkan pola distribusi menurut ruang (spatial) dan waktu (temporal).
Tiap tipe vegetasi, dicirikan oleh bentuk pertumbuhan (growth form or life form)
tumbuhan dominan (terbesar, paling melimpah, dan tumbuhan karakteristik).
Keanekaragaman hayati (biological diversity) atau sering disebut dengan
biodiversity adalah istilah untuk menyatakan tingkat keanekaragaman sumberdaya
alam hayati yang meliputi kelimpahan maupun penyebaran dari ekosistem, jenis dan
genetik. Dengn demikian keanekaragaman hayati mencakup tiga tingkat, yaitu: (1)
keanekaragaman ekosistem, (2) keanekaragaman jenis, dan (3) keanekaragaman
genetik. Oleh karena itu, biodiversity meliputi jenis tumbuhan dan hewan, baik yang
makro maupun yang mikro termasuk sifat-sifat genetic yang terkandung di dalam
individu setiap jenis yang terdapat pada suatu ekosistem tertentu.
Keanekaragaman hayati merupakan konsep penting dan mendasar karena
menyangkut kelangsungan seluruh kehidupan di muka bumi, baik masa kini, masa
depan, maupun evaluasi terhadap masa lalu. Konsep ini memamng masih banyak
yang bersifat teori dan berhadapan dengan hal-hal yang sulit diukur secara tepat,
terutama pada tingkat keanekaragaman genetik serta nilai keanekaragaman serta
belum adanya pembakuan (standarisasi) Pengkuran/pemantauan biodiversity dapat
dilakukan dengan mengukur langsung terhadap objek/organisme yang bersangkutan
atau mengevaluasi berbagai indikator yang terkait. Aspekaspek yang dapat diamati
dalam rangka pengukuran/pemantauan keanekaragaman hayati adalah:
jumlah jenis, kerapatan/kelimpahan, penyebaran, dominansi, produktivitas, variasi di
dalam jenis, variasi/ keanekaragaman genetik, laju kepunahan jenis, nilai
jenis/genetik, jenis asli (alami) atau asing, dan lain-lain.

Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menghitung dan mempelajari keanekaragaman
tumbuhan bawah pada tingkat jenis.

Bahan dan Alat


Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Ekosistem kolam dan ekosistem padang rumput yang akan diamati.
2. Meteran
3. Patok
4. Tali plastik/rafia
5. Pisau/cutter
6. Petunjuk pengenalan jenis tumbuhan bawah

Cara Kerja
1. Metode line transec
a. Buat transek garis (line transec) sepanjang 10 meter pada ekosistem yang
akan diamati
b. Bagi transek tersebut menjadi 5 bagian, setiap jarak 2 meter
c. Buatlah plot contoh pengamatan dengan ukuran 1 m x 1 m pada setiap bagian
secara zig-zak
d. Hitunglah banyaknya jenis dan banyaknya individu-individu setiap jenis yang
ada padasetiap plot.

2. Metode kuadrat
a. Pilih suatu komunitas dengan tingkat heterogenitas tumbuhannya cukup
tinggi
b. Buat petak pengamatan dengan ukuran 10 meter x 10 meter.
a. Dalam petak tersebut, buat plot ukuran 1m x 1m sebanyak 5 buah yang bias
mewakili petak tersebut.
e. Amati vegetasi yang ada di dalam setiap plot berupa jenis dan jumlah
individu setiap jenis yang ditemukan

Hasil pengamatan
No. plot Nama jenis Jumlah individu
1 1.
2.
3.
4.
5.
6.

2 1.
2.
3.
4.
5.
6.

3 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Analisis data
Data yang diperoleh di setiap petak contoh dianasis dengan menggunakan formulasi:

a. Kerapatan mutlak (KM)

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴
=
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑟𝑒𝑎𝑙

b. Kerapatan Relatif (KR)

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴


𝑥 100% =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐾𝑀

c. Frekuensi mutlak (FM)

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡𝑖 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴


=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛

d. Frekuensi Relatif (FR)

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐹 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴


𝑥 100% =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐹𝑀

e. Dominansi Mutlak (DM)

Persentase penguasaan (derajat penutupan) spesies tertentu dalam satu plotnya

f. Dominansi Relatif (DR)

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠


𝑥 100% =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐷𝑀

g. Indeks Nilai Penting (INP)

INP = KR + FR + DR

1. Indeks kekayaan dari Margalef

R1 = (S – 1) / ln (n)

Keterangan:
R1 = Indeks Margalef
S = jumlah jenis
n = jumlah total individu

2. Indeks keanekaragaman dari Shannon – Wieners


H’ = - Σ [(ni/N) ln (ni/N)]
i=1
Keterangan
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon – Wiener
S = jumlah jenis
ni = jumlah individu jenis ke-i
N = Total seluruh individu

3. Indeks kemerataan
E = H’ / ln (s)
Keterangan
E = Indeks kemerataan
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon – Wiener
S = jumlah jenis

Lakukan analisis perbandingan baik kekayaan, keragaman, dan kemerataan dari


kedua ekosistem tersebut.
LK. 6

Luas Minimum Dan Jumlah Kuadrat Minimum

Pendahuluan
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis
yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama
tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu
sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup
dan tumbuh serta dinamis (Marsono dalam Irwanto, 2007). Vegetasi (komunitas tumbuhan)
diberi nama atau diigolongkan berdasarkan spesies atau bentuk kehidupan yang dominan,
habitat fisik atau kekhasan yang fungsional serta unit-unit penyusunnya. Mengamati unit
penyusun vegetasi yang luas secara tepat sangatlah sulit dilakukan karena pertimbangan
kompleksitas , liuas ares, waktu dan biaya. Oleh karena itu pelaksanaannya dilakukan
dengan cara melakukan pencuplikan (sampling). Unit cuplikan atau unit sampling dalam
analisis vegetasi dapat berupa bidang (plot), garis atau titik.
Gambaran suatu vegetasi dapat dilihat dari keadaan unit penyusun vegetasi yang
dicuplik.Hal tersebut dapat dinyatakan dengan variabel berupa nilai dari: (1) Kerapatan
(Densitas),Penutupan (Cover), dan Frekuensi.

Tujuan Praktikum
Mengamati serta menerapkan analisis vegetasi dari suatu komunitas.

Alat dan Bahan


1. Alat
a. Plot ukuran 1 m x 1 m
b. Meteran
c. Tali rafiah
d. Patok
e. Alat tulis
2. Bahan
a. Lahan atau komunitas dengan vegetasi yang heterogen
cara Kerja

Menghitung luas minimum


a. Siapkan alat yang akan digunakan serta sebuah lahan sampel yang akan dihitung
tingkatvegetasinya
b. Tancapkan sebuah patok pada lahan sampel sebagai patokan utama.
c. Buat bujur sangkar pada lahan sampel tersebut dengan luas 25 cm x 25 cm,
kemudian
d. catat semua jenis tumbuhan yang berada dalam kuadrat tersebut.
e. Apabila seluruh jenis tumbuhan sudah dicatat, perluas kuadrat tadi menjadi dua
kali
f. lipat dari semula yaitu menjadi 25 cm x 50 cm. Catat kembali penambahan jenis
tumbuhanyang telah diperluas lagi.
g. Setelah mencatat seluruh jenis tumbuhan pada kuadrat tadi, perluas lagi dengan
carayang sama yaitu dua kali asalnya yaitu 50 cm x 50 cm, 50 cm x 100 cm, 100 cm x
100 cm danseterusnya sehingga tidak terjadi lagi penambahan jenis tumbuhan baru
atau minimalsebanyak 10 kali pembesaran plot.
d. Untuk mendapatkan Luas Minimum, susunlah suatu grafik dari data yang
diperoleh.

4. Jumlah kuadrat minimum


a. Siapkan alat yang akan digunakan serta sebuah lahan yang akan dihitung
tingkatvegetasinya.
b. Sebarkan secara acak satu seri plot (1 seri terdiri dari 3 plot berukuran 1 m x 1 m)
dancatat jenis serta jumlah tanaman pada seri plot.
c. Kemudian sebarkan lagi seri plot tersebut dan catat kembali jenis serta
jumlahtanamannya.
d. Lakukanlah hal yang sama sampai sepuluh kali pengamatan.
d. Kemudian susunlah seri plot tadi berdasarkan jumlah jenis tanaman dari jumlah
sedikitke jumlah yang banyak, tanpa memperhatikan seri plot mana yang lebih dulu
diambil.
e. Kemudian buatlah grafiknya.
Praktikum 6

Keragaman Komunitas

Pendahuluan
Apabila seseorang hendak memberikan suatu komunitas khusus dalam daerah yang
terbatas dan wilayahnya mudah dicapai, biasanya orang tersebut tidak akan membuat
sensus komunitas secara lengkap, namun sebagai gantinya cukup dengan
menggunakan metote sampling pada lahan dimana suatu komunitas biasanya hadir.
Jika sampling dilakukan secara hati-hati dengan metode yang benar, maka seorang
peneliti akan merasa yakin dalam mengeksplorasi data data sample tersebut untuk
memperkirakan nilai parameter sejati untuk seluruh komunitas.
Komunitas yang juga biasa dikenal dengan biosenoce adalah berbagai jenis
organisme yang merupakan bagian dari suatu unit ekologis. Yang dimaksud sebagai
unit ekologis di sisni adalah suatu satuan lingkungan yang di dalamnya terdapat
bermaca-macam makhluk hidup, yang antara
sesama makhluk hidup tersebut membentuk interaksi timbal-balik yang saling
mempengaruhi. Tumbuhan dan hewan dari berbagai jenis yang hidup secara alami di
suatu tempat membentuk suatu kumpulan yang di dalamnya setiap individu
menemukan lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam
kumpulan ini terdapat pula kerukunan untuk hidup nbersama serta hubungan timbal
balik yang menguntungkan sehingga dalam kerukunan ini tercipta suatu derajat
keterpaduan. Kelompok yang seperti ini secara berama telah menyesuaikan diri dan
menghuni suatu tempat yang alami disebut sebagai komunitas. Komunitas dari suatu
ekosistem meiliki ciri-ciri tertentu. Salah satu karakternya adalah keragaman jenis
organisme yang menjadi penyusunnya.
Namun keragaman komunitas suatu ekosistem dinyatakan tidak hanya cukup
menyebut jenis
organisme kecuali dilengkapi dengan informasi tentang banyaknya individu setiap
populasi atau
jenis organisme yang menjadi penyusunnya. Komposisi atau karakteristik
keragaaman ditentukan oleh banyaknya species organisme dan perbandingan jumlah
individu tiap species dengan jumlah individu seluruh species. Keragaman komunitas
biasanya ditentukan dengan menghitung indeka keragaman sebagaimana yang
dirumuskan oleh sompson. Indeks keragaman populasi makin tinggi jika jumlah
species organisme makin banyak dan kelimpahan proporsional species dari setiap
species makin besar.

Tujuan
Mengamati keragamaan komunitas suatu ekosistem tertentu melalui indeks
keragaman, indeks dominansi dan indeks kemerataan.

Alat dan Bahan


· Plot berukuran 1 x 1 meter
· Jaring perangkap serangga
Cara kerja
1. Menyediakan plot yang berukuran 1 x 1 meter.
2. Meletakkkan plot tersebut pada suatu lokasi tempat secara acak, lalu membiarkan
selama 2 menit.
3. Menangkap jenis serangga yang terbang dengan menggunakan jaring dan
menghitung serangga yang ada dipermukaan serta menghitung serangga yang
terdapat dalam plot tersebut.
4. mengulangi percobaan senyak 10 kali.
5. Mencatat seluruh hasil pengamatan pada tabel pengamatan

Hasil Pengamatan
Plot. 1
No. Jenis jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Praktikum 7

ESTIMASI KELIMPAHAN POPULASI SERANGGA

Pendahuluan
Kajian ekologi mengenai populasi hewan dirasakan perlu untuk mengetahui
informasi populasitersebut lebih lanjut, terutama untuk mengetahui daya dukung
lingkungan terhadap populasi tersebut.Secara alami pengendalian ekologi pada
populasi didasarkan pada parameter populasi: (1) Natalitas, (2)Mortalitas, (3)
Emigrasi dan (4) Imigrasi.Pada dasarnya jumlah populasi ditentukan oleh
penghitungan cacah individu dalam populasi.
Cara ini banyak menemui kesulitan dikarenakan hewan-hewan yang selalu bergerak,
berpindah tempat,area kajian yang sangat luas serta adanya hewan-hewan buas yang
membahayakan maupun kenadalakendalalain yang mungkin saja dapat mengaburkan
tujuan praktikum.
Berangkat dari adanya kesulitan-kesulitas tersebut, timbul suatu metode penelitian
populasi hewanseacara tidak langsung yaitu metode CMRR (Capture-Mark-Release-
Recapture) yang berarti menangkapmenandai-melepaskan-menangkap kembali.
Penghitungan estimasi besarnya populasi ditentukandengan menggunakan rumus
Schumacer-Eschemeyer. Dengan teknik pengambilan sample yang akuratakan
didapatkan besarnya populasi yang mendekati jumlah sebenarnya.
Kadang-kadang ada hewan yang bersifat senang ditangkap (trap happy) atau susah
ditangkap
(trapshy). Dalam pelaksanaan metode ini harus diasumsikan bahwa:
 Hewan yang ditandai tidak terpengaruh oleh penandaan dan tanda tidak mudah
hilang.
 Hewan yang ditandai harus dapat tercampur secara homogen dalam populasi.
 Populasi harus dalam sistem tertutup (sedapat mungkin tidak ada emigrasi dan
imigrasi).
 Tidak ada kelahiran dan kematian pada periode sampling (jika ada, selama
jumlahnyarelatif tetap secara regular tidak ada masalah).
 Hewan yang tertamngkap sekali atau lebih, tidak akan mmpengaruhi
kemungkinanpenangkapan selanjutnya.
Populasi dicuplik secara random dengan asumsi:
a. Semua kelompok umur dan jenis kelamin dapat ditangkap secaraproporsional.
b. Semua individu mempunyai kemampuan yang sama untuk tertangkap.
c. Sampling dilakukan dengan interval waktu yang tepat termasukpenandaannya
yang tidak terlalu lama.

Tujuan
Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa mampu menerapkan metode CMRR
(Capture-Mark-
Release-Recapture) untuk memperkirakan cacah populasi serangga Belalang dan
membandingkan hasil estimasi dengan rumus Schumacer-Eschemeyer

Alat dan Bahan


1. Jaring penangkap serangga
2. Spidol
Cara kerja
1. Tangkap sejumlah Belalang dengan menggunakan jaring.
1. Hitung jumlah belalang yang tertangkap, lalu beri tanda dengan spidol pada
bagian caput, thorax atau abdomen pada tiap belalang dan lepaskan kembali.
2. Ulangi langkah 1 dan menghitung jumlah belalang yang tertangkap baik yang
telah diberi tanda dan tertangkap kembali maupun yang belum memiliki tanda.
3. Beri tanda pada Belalang yang belum memiliki tanda dan melepaskannya
kembali.
4. Ulangi percobaan di atas sampai penangkapan 5 kali
5. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.

Hasil pengamatan
N
Sampling M C R Estimasi
Populasi
1.
2.
3.
4.
5.

RUMUS : Metode Peterson – sensus tunggal

𝑹 𝑴
=
𝑪 𝑵

R = Hewan yang telah ditandai tertangkap kembali


C = Total hewan tangkapan ke dua
M = Hewan tertangkap yang ditandai pertama kali
N = Ukuran populasi total

Anda mungkin juga menyukai