FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
TATA TERTIB PRAKTIKUM
PEMINJAMAN ALAT
PEMBUATAN LAPORAN
3
PENILAIAN PRAKTIKUM
4
Latihan 1
PENGAMATAN MIKROORGANISME STARTER
Tujuan Praktikum :
1. Mengetahui karakteristik sel secara mikroskopis
2. Mengetahui perbedaan karakteristik masing – masing starter
3. Mengetahui peranan starter dalam industri fermentasi
5
Rhizopus
6
Latihan 2
PEMBUATAN TEMPE
Tempe merupakan makanan hasil fermentasi biji kedelai dengan bantuan mikrobia berupa kapang
Rhizopus oligosporus. Disamping mikrobia utama (kapang), di dalam ekosistem tempe terdapat
mikrobia lain yang dikategorikan sebagai mikrobia kontaminan seperti kapang jenis lain, bakteri atau
khamir. Mikrobia kontaminan ini masuk pada setiap tahapan proses pembuatan tempe. Salah satu
jenis mikrobia kontaminan pada tempe adalah Micrococcus luteus yang tidak menyebabkan
keracunan tetapi dapat meningkatkan kadar senyawa aktif isoflavon (Faktor II). Isoflavon ini
berpotensi tinggi sebagai antioksidan, antikanker, antihemolitik dan sebagainya.
Cara Kerja
Bersihkan kedelai, kemudian rendam satu malam supaya kulitnya mudah lepas. Kupas kulit arinya.
Setelah dikupas dan dicuci bersih, kukus dalam dandang selama 1 jam. Kemudian angkat dan
dinginkan dalam tampah dan keringkan. Setelah kering, dicampur dengan laru tempe. Masukkan
campuran tersebut dalam cetakan yang dialasi plastik atau dibungkus dengan daun pisang. Daun atau
plastik dilubangi agar jamur tempe mendapat udara dan dapat tumbuh dengan baik. Tumpuk cetakan
dan tutup dengan serbet supaya menjadi hangat. Setelah 1 malam jamur mulai tumbuh dan keluar
panas. Ambil cetakan-cetakan tersebut dan letakkan diatas rak, berjajar satu lapis dan biarkan selama
1 malam. Keluarkan tempe dari cetakannya.
7
Latihan 3
PEMBUATAN PIKEL MENTIMUN
Tujuan Praktikum
Pikel merupakan bahan makanan yang diawetkan, dengan cara fermentasi asam laktat. Di Indonesia,
jenis makanan yang termasuk pikel disebut acar, yang dibuat dari irisan ketimun dan direndam
dalam larutan asam dan garam. Pikel merupakan produk fermentasi asam laktat yang penting
disamping saurkeraut.
Tujuan utama pembuatan pikel adalah untuk mencegah pembusukan, sehingga bahan
makanan akan tahan lebih lama, dan akan menghasilkan cita rasa yang lebih disukai. Pikel biasanya
dibuat dari timun yang belum masak yang sudah dicuci dan dimasukkan dalam tangki berisi larutan
garam. Kadang-kadang ditambahkan 1% glukosa untuk membantu fermentasi jika mentimun hanya
berkadar gula rendah. Larutan garam yang ditambahkan dapat berkisar dari 8% NaCl sampai 10,5%
NaCl tergantung dari pembuatan dan kebutuhan untuk menekan pertumbuhan bakteri pembusuk
yang mungkin ada pada mentimun. Mentimun-mentimun tersebut diletakkan di bawah permukaan
larutan dan fermentasi dapat mulai berlangsung.
Mikroorganisme yang membantu fermentasi pikel adalah bakteri asam laktat (BAL).
Penambahan garam berfungsi untuk menarik kadar air dari dalam sel mentimun (hal ini yang
membuat produk akhir fermentasi menjadi keras/ renyah) dan untuk mencegah mikroorganisme lain
tumbuh pada permukaan pikel karena larutan sudah memiliki konsentrasi garam yang tinggi.
Penambahan gula dimaksudkan sebagai sumber karbon bagi bakteri asam laktat.
BAL yang membantu proses fermentasi pikel adalah dari jenis Leuconostoc mesenteroides,
Streptococcus faecalis, dan Pediococcus cereviae. Selanjutnya jenis Lactobacillus plantarum yang
8
lebih tahan terhadap asam dan garam akan tumbuh pada hari ke-7 fermentasi dan berperan
menyelesaikan proses fermentasi.
b. Prosedur Kerja
1. Buat larutan garam konsentrasi 25% dengan cara melarutkan 250 gram garam dengan 1 L air
matang. Aduk hingga homogen. Sisihkan.
2. Buat larutan gula dengan mencampur 5 g gula dalam 10 ml air. Sisihkan.
3. Mentimun muda dibersihkan dari kotoran dengan cara mencuci di air mengalir kemudian
dikeringkan dengan tisu.
4. Bersihkan wadah/ stoples yang akan digunakan dengan cara merendam di air panas.
5. Masukkan mentimun ke dalam stoples, lalu rendam dengan larutan garam, larutan gula dan
as.cuka.
6. Masukkan cabe rawit dan bawang merah. Beri batu pemberat di atas tumbukan bahan agar
tidak terdapat gelembung udara.
7. Tutup stoples dan simpan pada suhu ruang selama ± 3-7 hari.
9
Latihan 4
PEMBUATAN TAPE
Tujuan Praktikum
Pembuatan Tape
Serealia dan umbi-umbian banyak tumbuh di Indonesia. Produksi serealia terutama beras sebagai
bahan pangan pokok dan umbi-umbian cukup tinggi. Tanaman dengan kadar karbohidrat tinggi
seperti halnya serealia dan umbi-umbian pada umumnya tahan terhadap suhu tinggi. Serealia dan
umbi-umbian sering dihidangkan dalam bentuk segar, rebusan atau kukusan, hal ini tergantung dari
selera. Ubi kayu dalam keadaan segar tidak tahan lama. Untuk pemasaran yang memerlukan waktu
lama, ubi kayu harus diolah dulu menjadi bentuk lain yang lebih awet, seperti gaplek, tapioka
(tepung singkong), tapai, peuyeum, keripik singkong dan lain-lain. Pada proses pembuatan tapai,
karbohidat mengalami proses peragian oleh mikroba atau jasad renik tertentu, sehingga sifat-sifat
bahan berubah menjadi lebih enak dan sekaligus mudah dicerna.
Tape dibuat dari beras, beras ketan atau singkong. Berbeda dengan makanan-makanan
fermentasi lain yang hanya melibatkan satu mikroorganisme yang berperan utama, seperti tempe
atau minuman alkohol, pembuatan tape melibatkan banyak mikroorganisme. Mikroorganisme yang
terdapat di dalam ragi tape yaitu kapang (Amylomyces rouxii, Mucor sp., dan Rhizopus sp), khamir
(Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia burtonii, Saccharomyces
cerevisiae, dan Candida utilis) dan bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp. Kedua kelompok
mikroorganisme tersebut bekerja sama dalam menghasilkan tape.
Mikroorganisme dari kelompok kapang akan menghasilkan enzim-enzim amilolitik yang
akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula-gula yang lebih sederhana (disakarida dan
monosakarida). Proses tersebut sering dinamakan sakarifikasi (saccharification). Kemudian khamir
akan merubah sebagian gula-gula sederhana tersebut menjadi alkohol. Inilah yang menyebabkan
aroma alkoholi pada tape. Semakin lama tape tersebut dibuat, semakin kuat alkoholnya.
10
a. Alat dan Bahan
Alat: box plastik bertutup (keranjang atau baskom plastik), pisau cuter, serbet bersih.
Bahan: daun pisang, tusuk gigi, ragi tape (1 buah) dan singkong rebus (500 gram)
b. Prosedur Kerja
Gerus ragi hingga halus kemudian taburkan hingga rata di atas singkong yang sudah direbbus.
Masukkan satu per satu ke dalam keranjang/ wadah yang telah dilapisi dengan daun pisang,
kemudian tutup. Peram selama ± 3 hari 3 malam.
11
Latihan 5
Tujuan Praktikum
b. Prosedur kerja
Amati morfologi jamur yang tumbuh pada sampel dan catat ciri-ciri makroskopisnya (warna koloni,
warna spora dan permukaan koloni). Kemudian ambil hifa jamur kontaminan dengan menggunakan
jarum ose, letakkan pada permukaan gelas objek. Tutup dengan gelas penutup. Amati morfologi
jamur di bawah mikroskop.
12
Latihan 6
PEMBUATAN YOGHURT
Tujuan Praktikum
Pembuatan Yoghurt
Yoghurt adalah bahan makanan yang berasal dari susu sapi, yang merupakan hasil pemeraman susu
dalam bentuk mirip bubur atau es krim yang mempunyai rasa agak asam sebagai hasil fermentasi
oleh bakteri-bakteri tertentu. Pembuatannya telah berevolusi dari pengalaman beberapa abad yang
lalu dengan membiarkan susu yang tercemar secara alami menjadi masam pada suhu sekitar 40-
50°C.
Pada fermentasi susu menjadi yoghurt terdapat lima bakteri yang dapat digunakan, yaitu
Lactobacillus acidophilus (asidofilus, atau disingkat A), Bifidobacterium bifidum (bakteri bifidus,
disingkat B), Lactobacillus casei, Streptococcus thermophilus, dan Lactobacillus bulgaricus.
Streptococcus thermophilus, dan Lactobacillus bulgaricus merupakan dua bakteri yang biasa
digunakan untuk pembuatan yoghurt. Sementara dua bakteri yang pertama merupakan bakteri
menguntungkan makhluk hidup, yang secara alamiah terdapat pada usus manusia, hidup
berdampingan dan saling membantu dengan makhluk hidup.
13
Menurut Astuti et al (2006), tahapan pembuatan yoghurt adalah sebagai berikut:
1. Homogenisasi
2. Pasteurisasi
3. Pendinginan
Dilakukan pendinginan dengan cepat untuk menghindari kontaminasi. Pendinginan dilakukan
o
sampai suhu mencapai 37 – 45 C, merupakan suhu yang dapat digunakan untuk pertumbuhan
Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus.
4. Inokulasi
Inokulasi adalah penambahan bakteri pada susu setelah proses pendinginan yaitu pada suhu 37 –
o
45 C.
5. Inkubasi ( fermentasi )
Proses fermentasi dilakukan samapi diperoleh flavour yang khas, dengan kenampakan yang
kental atau semi padat.
Alat: panci (beaker glass) ukuran 1 liter, spatula (sendok pengaduk), kompor, wadah bertutup
(plastik/ kaca).
Bahan: susu cair plain 1 liter, starter yoghurt (yoghurt komersil yang mengandung Lactobacillus
atau Streptococcus), sirup (varian rasa terserah), gula pasir 50 gram.
b. Prosedur pembuatan yoghurt
Dituang 1 liter susu ke dalam panci atau beaker glass ditambahkan gula pasir, dan diaduk sampai
homogen. Dipanaskan hingga mencapai suhu 85°C. Kemudian susu dibiarkan dingin hingga suhu
45°C. Dimasukkan 10 ml starter dan diaduk kembali. Campuran susu dituang ke dalam wadah
botol, ditutup dengan alluminium foil. Dibiarkan pada suhu ruang selama 8-16 jam. Diamati
warna, tekstur, bau dan rasa dari yoghurt
14
Latihan 7
PEMBUATAN DOUGHNUT
Tujuan Praktikum
Pembuatan Doughnut
Pembuatan donat merupakan salah satu proses pengolahan dengan memanfaatkan mikroba yaitu
jenis khamir Saccharomyces cereviceae yang sering dikenal ragi roti. Saccharomyces
cerviceae digunakan sebagai bahan pengembang pada pembuatan donat atau jenis roti lainnya karena
dapat menghasilkan enzim yang dapat merombak gula menjadi alkohol dan gas CO2. Adanya gas
CO2 yang terbentuk selama proses fermentasi mengakibatkan adonan donat mengembang. Hal ini
juga bisa terjadi karena tepung yang diadoni sifatnya elastis sehingga dapat mengurung gas CO2
yang terbentuk selama proses fermentasi. Tingkat pengembangan adonan sangat dipengaruhi oleh
kekalisan adonan donat dan aktifitas ragi dalam adonan.
Saccharomyces cereviceae merupakan jenis khamir yang paling umum digunakan pada
pembuatan roti. Khamir ini sangat mudah ditumbuhkan, membutuhkan nutrisi yang sederhana, laju
pertumbuhan yang cepat, sangat stabil, dan aman digunakan (food-gradeorganism).
Selama proses fermentasi selain dihasilkan gas CO2 juga dihasilkan asam-asam organik yang
menyebabkan penurunan pH adonan yang disebut proses asidifikasi. Proses asidifikasi ini dapat
dijadikan sebagai indikator bahwa fermentasi adonan berjalan dengan baik. Pembentukan asam
laktat pada adonan donat menyebabkan adonan menjadi lebih lentur (mellowing). Terbentuknya
alkohol, penurunan pH, dan terbentuknya metabolit lainnya secara langsung akan berperan sebagai
prekursor flavor dan rasa roti. Akibat proses fermentasi tersebut dapat menghasilkan donat
dengan mutu organoleptik yang tinggi.
15
a. Alat dan Bahan
Alat: baskom ukuran besar, sendok (2 buah), kertas pembungkus nasi (5 buah), serbet bersih dan
centong nasi.
Bahan: terigu 500 gram, ragi fermipan (1 bungkus), susu bubuk putih (1 sachet), gula (4 sendok
makan), garam (1 sendok teh), mentega (3 sendok makan), air bersih dan telur (2 butir).
b. Prosedur Kerja
1. Panaskan mentega hingga mencair.
2. Kocok telur hingga berbusa. Kemudian campurkan dengan gula, susu bubuk, garam, tepung
terigu dan mentega. Aduk hingga merata.
3. Larutkan ragi dengan air kemudian campurkan dengan adonan pada point (2). Uleni hingga kalis.\
4. Diamkan adonan selama 20 menit dan tutup dengan kain basah, agar adonan mengembang.
5. Setelah 20 menit, cetak adonan menjadi bentuk bulat atau sesuai selera. Diamkan kembali selama
15 menit.
6. Adonan siap untuk di goreng.
16
Latihan 8
PEMBUATAN SELAI KULIT PISANG
Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui prosedur pembuatan selai kulit pisang
2. Untuk mengetahui bahan baku dan bahan tambahan dalam pembuatan selai kulit pisang
3. Untuk mengetahui data uji organoleptik selai kulit pisang
17
b. Prosedur
1. Bahan baku berupa kulis pisang dicuci bersih kemudian di kukus hingga tekstur kulit pisang
lunak. Selanjutnya diambil bagian dalam kulit pisang yang berwarna kuning dengan cara dikerok
menggunakan sendok.
2. Kemudian bahan baku dihaluskan dengan menambahkan sedikit air.
3. Bubur kulit pisang selanjutnya dimasak. Proses pemasakan bertujuan untuk sterilisasi dan
homogenisasi bahan tambahan lain.
4. Ditambahkan gula pasir sebanyak 25% dari total volume bubur kulit pisang. Proses pemasakan
dilakukan selama 45 menit sambil terus dilakukan pengadukan.
5. Setelah campuran mendidih ditambahkan agar – agar dan tepung maizena. Penambahan agar –
agar bertujuan untuk membuat tampilan selai kulit pisang lebih mengkilat. Sementara tepung
maizena berfungsi sebagai pengental.
6. Setelah homogen dan tekstur menjadi lebih kental. Selai kulit pisang siap disajikan dan dilakukan
pengemasan.
18
19