Anda di halaman 1dari 7

KLASIFIKASI DAN DESKRIPSI MAKROINVERTEBRATA

(Untuk memenuhi tugas mata kuliah Limnologi oleh dosen pengampuh


Dr. Hartono D Mamu, M.Pd)

Oleh:

ALIA HAMID
432418023

BIOLOGI NON-DIK A

PRODI BIOLOGI NON-DIK


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TAHUN 2020
Klasifikasi 3 Contoh Makroinvertebrata Bentik Ekosistem Perairan Tawar
1. Klasifikasi Keong Terompet (Melanoides tuberculatus) :
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Family : Triaridae
Genus : Melanoides
Spesies : Melanoides tuberculata (Marwoto, dkk., 2012).

Deskripsi :
Morfologis keong terompet mempunyai ukuran cukup kecil dengan
panjang 3-5 mm dengan cangkang berbentuk kerucut dan berwarna coklat agak
kehitam-hitaman, secara umum didapatkan pada akar-akar rumput atau melekat
pada ranting pohon, bersifat amfibi (amphibious) sehingga tidak dapat hidup pada
daerah tergenang air atau di daerah kering. Keong terompet mempunyai cangkang
yang berbentuk kerucut, permukaan licin berwarna coklat kekuning - kuningan
dan agak jernih bila dibersihkan dengan lingkar 6,5 - 7,5 mm dan panjang 5,2 ±
0,6 mm dengan ambilicus yang terbuka, bibir luar melekuk dan bibir dalam
menonjol di bawah basis cangkang, pada operculum mengandung zat tanduk dan
agak keras. Kelenjar disekitar mata yang disebut eyebrowsberwarna kuning muda
sampai kuning cerah. Jika dibandingkan dengan jenis keong yang lain. Keong ini
dapat hidup di daerah lembab tidak terlalu banyak air dan tidak terlalu kering
(Hafsah, 2013).
Organisme ini memiliki cangkang yang kuat dan tebal, umumnya pada
permukaan ada rib-rib atau tonjolan-tonjolan pada arah axial, canal siphon
biasanya pendek dan mencuat. Operculum tipis dan bening. Termasuk herbivor,
kebanyakan hidup di pasir pada laut dangkal atau daerah pasang surut. Organisme
yang di temukan berukuran antara 5-10 cm. Berdasarkan karakteristik tersebut
makrorganisme ini termasuk ke dalam Phylum Mollusca, Kelas Gastropoda, Sub
Kelas Prosobranchia, Ordo Mesogastropoda, Family Cerithiidae, Genus
Pseudovertagus, Spesies Pseudovertagus aluco. Organisme ini hidup pada habitat
yang berlumpur itu dikarenakan pada substrat yang berlumpur terdapat asupan
makanannya (Suci, dkk., 2008).
Di alam beberapa jenis keong selain menjadi sumber pakan hewan lain,
juga berperan sebagai pengurai serasah, pemakan detritus, algae dan sebagai
perantara kehidupan berbagai jenis cacing parasit yang juga menyerang manusia.
Oleh karena itu, mempelajari keanekaragaman jenis keong air tawar berguna
untuk mendukung kegiatan lain seperti memprediksi tingkat pencemaran suatu
perairan, menjaga siklus alami dan memberantas penyakit yang disebabkan oleh
cacing parasit atau dalam hal penanggulangan keong hama dan pencegahan
meluasnya jenis - jenis keong invasive. Rangkaian gigi keong biasanya dipakai
sebagai penanda karakter suatu Suku, biasanya setiap marga memiliki karakter
rangkaian gigi yang mirip satu sama lain. Perbedaan yang mencolok pada gigi
tengah erat kaitannya dengan substrat tempat hidupnya. Bila gigi tengahnya lebar
biasanya keong menyukai substrat keras seperti batu dan kayu, sebaliknya, bila
gigi tengah sempit maka substrat yang disukai adalah pasir berlumpur (Marwoto,
dkk., 2012).
Keong air tawar umumnya dijumpai di berbagai tipe habitat, seperti
sungai, rawa, danau, kolam yang berair tenang atau berair deras, pada perairan
dangkal atau dalam (¿ 10 m). Umumnya bersifat herbivore, namun beberapa juga
karnivor, sebagian besar adalah pemakan detritus, lumut, dan aneka ganggang.
Selain habitat, substrat tempat keong melekatkan dirinya juga salah satu hal yang
penting untuk diketahui dan dipelajari. Berbagai jenis substrat seperti batu,
kerikil, pasir, tumbuhan air, aka tumbuhan sangat erat kaitannya dengan
perikehidupan keong seperti berkaitan dengan jenis pakan, tempat melekatnya
telur atau melahirkan anak-anaknya dan tempat sembunyi dari predator dan
cahaya matahari (Marwoto dan Isnaningsih, 2014).
2. Klasifikasi kepiting air tawar (Parathelphusa convexa) :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Ordo : Decapoda
Family : Parathelphusidae
Genus : Parathelphusa
Spesies : Parathelphusa convexa (Bott, 1970).

Deskripsi :
Parathelphusa convexa adalah sejenis kepiting air tawar. Ada banyak
jenisnya dan kerap didapati di sungai-sungai, danau, dan persawahan; termasuk
diparit-parit dan tanah bencah disekitarnya. Dalam ilmu zoologi, jenis hewan ini
biasanya tergolong ke dalam suku parathelphusidae atau Gecarcinucoidea.
Berbeda dengan kepiting laut yang sepasang kaki belakangnya berbentuk pipih,
namun Parathelphusa convexa semunya memiliki ujung lancip. Tempurung
punggung umunya berwarna kecoklatan, kehitaman, hingga ungu gelap; kerap
memiliki lekukan seperti bekas terindak tapak kaki kuda. Tepi tempurungnya
kadang-kadang ada yang memiliki beberapa duri kecil.

Gambar Parathelphusa convexa: (a) bagian dorsal; 1= gigi antero-lateral,


(b) bagian ventral, (c) pleopod pertama jantan, (d) mandibular palp, (e) maksiliped
ketiga)
Parathelphusa convexa memiliki karakteristik mata relatif kecil
dibandingkan dengan ukuran tubuhnya dan tidak sampai pada bagian tepi
samping karapas. Karapas Parathelphusa convexa berbentuk trapezium berwarna
merah kecoklatan dan terdapat tiga gigi antero-lateral pada bagian tepinya.
Maksiliped ketiganya tertutup rapat tanpa ada celah. Abdomen (perut) pada
individu jantan berbentuk seperti huruf T. Mandibular palp berbentuk bilobus dan
pada bagian ambulatory meri terdapat duri. Pleopod jantan berbentuk meruncing
dengan tekstur kenyal.
Menurut Chia dan Ng (2006) terdapat dua spesies Parathelphusa yang
ada di Pulau Jawa yaitu Parathelphusa convexa dan Parathelphusa bogorensis.
Ciri yang paling khas dari Parathelphusa convexa yang membedakannya dari
Parathelphusa bogorensis adalah tinggi tubuhnya ≥ ½ lebarnya.

3. Klasifikasi Cacing Sutra (Tubifex sp.) :


Kingdom : Animalia
Phylum : Annelida
Class : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Family : Tubificidae
Genus : Tubifex
Spesies : Tubifex sp. (Gusrina, 2008).

Deskripsi :
Cacing sutra (Tubifex sp) adalah cacing berwarna merah darah yang
termasuk dalam kelas Oligochaeta air tawar. Cacing sutra hidup dengan
membentuk koloni dan diperoleh dari hasil tangkapan di sungai atau melalui
proses budidaya pada medium bahan organik. Perkembangbiakan cacing sutra
tergolong cepat, dalam waktu 42 hari cacing sutra tumbuh menjadi dewasa dan
segera berkembang biak. Pada umumnya cacing sutra digunakan untuk pakan ikan
hias, ikan lele dan merupakan sumber protein baru dalam pakan ternak (Mandila
dan Hidajati. 2013)
Djarijah (1996) mendeskripsikan cacing sutra sebagai organisme air
tawar yang memiliki bentuk dan ukuran yang kecil serta ramping dengan
panjangnya 1-2 cm, sepintas tampak seperti koloni merah yang melambai-lambai
karena warna tubuhnya kemerah-merahan, sehingga sering juga disebut dengan
cacing rambut. Cacing ini merupakan salah satu jenis benthos yang hidup di dasar
perairan tawar daerah tropis dan subtropis, tubuhnya beruas-ruas dan mempunyai
saluran pencernaan, termasuk kelompok Nematoda. Cacing sutera hidup
diperairan tawar yang jernih dan sedikit mengalir. Dasar perairan yang disukai
adalah berlumpur dan mengandung bahan organik. Makanan utamanya adalah
bagian-bagian organik yang telah terurai dan mengendap di dasar perairan
tersebut.
Cacing tubifex sering juga disebut cacing rambut karena bentuk dan
ukurannya seperti rambut. Cacing ini akan membenamkan kepalanya masuk ke
dalam lumpur untuk mencari makan. Sementara ujung ekornya akan disemburkan
diatas permukaan dasar untuk bernafas. Perairan yang banyak dihuni cacing ini
sepintas tampak seperti koloni rumput merah yaang melambai-lambai (Djarijah,
1995).
DAFTAR PUSTAKA
Bott, R. 1970. Die Siiswasserkrabben von Europa, Asien, Australien und ihre
Stammesgeschicte. Eine Revision der Potomoidea undder
Parathelphusoidea (Crustacea, Decapoda). Abhandlingen det
Senekenbergischen Naturforschenden Gesellschaft.
Chia OKS, Ng PKL. 2006. The FreshwaterCrab of Sulawesi, with Description
of Two New Genera and Four New Species (Crustacea: Decapoda:
Brachyura: Parathelphusidae). The Raffles Bulletin of Zoology, vol 54 (2) :
381-428.
Djarijah A S. 1996. Pakan Ikan Alami. Yogyakarta: Kanisius.
Hafsah. 2013. Karakteristik Habtitat dan Morfologi Siput (Ongocomelania hupens
lindoensis) sebagai Hewan Reservoir dalam Penularan Shistosomiasis pada
Manusia dan Ternak di Taman Nasional Lore Lindu. Jurnal Manusia dan
Lingkungan. V 20 (2) : 144 – 152.
Mandila, S.P. dan Hidajati. N, 2013. Identifikasi Asam Amino Pada Cacing Sutra
(Tubifex Sp.) yang Diekstrak Dengan Pelarut Asam Asetat dan Asam
Laktat. UNESA Journal of Chemistry Vol. 2, No. 1.
Marwoto, M. R., N. R. Isnaningsih., N. Mujiono., Heryanto., Alfiah dan Riena.
2012. Keong Air Tawar Pulau Jawa (Moluska, Gastropoda).
Marwoto, R. M, dan N. R. Isnaningsih. 2014. Tinjauan Keanekaragaman Moluska
Air Tawar di Beberapa Situ di DAS ciliwung – Cisadane [Study on the
Freshwater Mollusc Diversity of The Small Lakes Along Ciliwung and
Cisadane Rivers]. Jurnal Berita Biologi. V 3 (2) : 181 – 189.
PANDUAN BIOTILIK UNTUK PEMANTAUAN KESEHATAN DAERAH
ALIRAN SUNGAI “Selamatkan Sungai Kita Sekarang ”
Suci, W., W. R. Melani dan T. S. Raza’i. 2008. Struktur Komunitas Moluska
Bentik Berbasis TDS (Total Dissolved Solid) Padatan Terlarut dan TSS
(Total Suspende Solid) Padatan Tersuspensi di Pesisir Perairan Sungai
Kawal Kabupaten Bintan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Anda mungkin juga menyukai