Anda di halaman 1dari 20

Gangguan dan Kelainan Pada Sistem Reproduksi Manusia

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Patofisiologi

Dosen Pengampu : Asep AS Hidayat, M.Kep., Ners

Oleh

Malta Haira
P20620120031

PROGRAM STUDI DIPLOMA D III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN
KESEHATAN

TASIKMALAYA

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Pada era globalisasi dan modernisasi ini telah terjadi perubahan dan kemajuan disegala
aspek dalam menghadapi perkembangan lingkungan, kesehatan dan kebersihan, dimana
masyarakat dituntut untuk selalu menjaga kebersihan fisik dan organ atau alat tubuh. Salah satu
organ tubuh yang penting serta sensitif dan memerlukan perawatan khusus adalah alat reproduksi.
Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan
reproduksi. Apabila alat reproduksi tidak dijaga kebersihannya maka akan menyebabkan infeksi,
yang pada akhirnya dapat menimbulkan penyakit (Harahap, 2003).

Penyusun
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul “Gangguan dan Kelainan
pada Sistem Repproduksi Manusia” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada bidang
Patofisiologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
“Gangguan dan Kelainan pada Sistem Reproduksi Manusia” bagi para pembaca dan juga
penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Asep AS Hidayat, M.kep., Ners selaku
dosen mata kuliah Patofisiologi yang telah memberikan tugas ini sehingga menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang yang saya tekuni. Penulis menyadari, makalah yang penulis
tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun akan penulis
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Majalengka, 18 Februari 2021


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................... 2
UCAPAN TERIMAKASIH ......................................................................................................... 3
BAB 1 ............................................................................................................................................. 5
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 5
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................ 5
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................... 5
C. TUJUAN MAKALAH ...................................................................................................... 5
BAB II ............................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 6
A. Pemahaman Tentang Sistem Reproduksi pada Manusia .............................................. 6
B. Kelainan Sistem Reproduksi Pada Tingkat Anak .......................................................... 6
1. Fimosis ............................................................................................................................. 6
2. Kriptorkismus ................................................................................................................... 7
3. Hidrokel ............................................................................................................................ 8
C. Kelainan Sistem Reproduksi Pada Tingkat Dewasa ...................................................... 9
1. Wanita Dewasa ............................................................................................................... 9
2. Pria Dewasa .................................................................................................................. 12
D. Kelainan Sistem Reproduksi Pada Tingkat Lansia ...................................................... 15
1. Gangguan prostat ......................................................................................................... 15
2. Monopouse .................................................................................................................... 17
BAB III......................................................................................................................................... 19
A. SARAN .............................................................................................................................. 19
B. KESIMPULAN ................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 20
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan dimana organ reproduksi terbebas


dari penyakit atau gangguan selama proses reproduksi, ketika proses reproduksi
tercapai dalam situasi kesehatan fisik, mental, dan sosial yang sempurna (Kemenkes
RI, 2015). Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah
suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani, sosial, ekonomi, tidak hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan namun dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem
reproduksi dan fungsi-fungsinya serta prosesnya. Menurut Ford Foundation (1991,
dalam Darwin M, 2018) menyatakan isu status wanita, hak reproduksi wanita, etika,
dan hukum sangat mewarnai pengembangan strategi kesehatan reproduksi.
Penyakit pada sistem reproduksi bisa menyerang pria dan wanita. Penyakit ini
bisa disebabkan oleh infeksi, peradangan, kelainan
genetik, gangguan hormon, bahkan kanker. Penyakit yang menyerang sistem
reproduksi ini berpeluang tinggi untuk menyebabkan masalah kesuburan.
Sistem reproduksi pria dan wanita memiliki keunikan tersendiri. Masing-masing
sistem reproduksi memiliki struktur dan fungsi yang berdeda. Meski begitu, keduanya
dirancang untuk memungkinkan adanya pembuahan sel telur oleh sperma, yang akan
berlanjut menjadi kehamilan.
Seperti sistem lainnya di dalam tubuh, sistem reproduksi juga dapat mengalami
gangguan atau penyakit. Karena struktur dan fungsinya berbeda, penyakit pada sistem
reproduksi pria dan wanita juga akan berbeda.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang, penulis menaris rumusan


masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pemahaman tentang Sistem Reproduksi pada Manusia?
2. Apa Saja Kelainan Sistem Reproduksi pada tingkat Anak?
3. Apa saja Kelainan Sistem Reproduksi pada Tingkat Dewasa?
4. Apa saja Kelainan Sistem Reproduksi pada Tingkat Lansia?

C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Pemahaman tentang Sistem Reproduksi pada
Manusia
2. Untuk Mengetahui Apa saja Kelainan Sistem Reproduksi Pada Tingkat Anak
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Kelainan Sistem Reproduksi Pada Tingkat
Dewasa
4. Untuk Mengetahui Apa Saja Kelainan Sistem Reproduksi pada Lansia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemahaman Tentang Sistem Reproduksi pada Manusia

Manusia sebagai makhluk hidup akan melakukan reproduksi. Sistem reproduksi


merupakan kegiatan berkembangbiak untuk melahirkan keturunan. Itu bertujuan untuk
mempertahankan proses keberlangsungan spesies di dunia.
Sistem reproduksi pada manusia rentan mengalami masalah berupa penyakit,
kelainan, juga gangguan. Penyakit sistem reproduksi dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, meliputi virus, bakteri, tumor atau memang karena disfungsi organ reproduksi
yang disebabkan oleh zat-zat kimia yang masuk dalam tubuh. Penyakit reproduksi
adalah penyakit yang terjadi pada organ-organ reproduksi. Organ-organ reproduksi
wanita meliputi sel telur, ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina. Organ reproduksi
pria terdiri dari sperma, testis, epididimis, vas deferens, uretra, dan penis.
Penyakit menular seksual atau penyakit kelamin umumnya didapat melalui kontak
saat melakukan hubungan intim. Virus tersebut dapat menyebabkan penyakit menular
seksual menyebar dari seseorang ke orang lain melalui darah, air mani, atau cairan
Miss V dan cairan tubuh lainnya. Kadang-kadang, infeksi ini dapat ditularkan secara
non-seksual, seperti dari ibu ke bayi selama kehamilan, persalinan, melalui transfusi
darah, atau berbagi jarum. Mungkin saja kamu tertular penyakit kelamin dari orang-
orang yang kelihatannya sangat sehat, dan yang bahkan mungkin tidak sadar akan
infeksi tersebut.

B. Kelainan Sistem Reproduksi Pada Tingkat Anak

Penyakit kelamin yang mungkin dapat berbahaya untuk orang dewasa, ternyata
juga dapat menyerang anak-anak. Salah satu hal yang dapat menjadi penyebab anak-
anak mengalami penyakit infeksi pada kelaminnya adalah karena pelecehan seksual.
Hal tersebut dapat terjadi karena kontak yang disengaja maupun tidak.
Anak-anak belum bisa menjaga kebersihan dengan baik. Mereka masih butuh
bantuan orang tua untuk menjaga kebersihan dirinya, terutama kebersihan bagian
kelaminnya. Jadi tidak mengherankan jika anak-anak pun rentan terhadap gangguan
kelaminnya.
Berikut adalah penyakit atau kelainan sistem reproduksi pada tingkat anak yang
sering terjadi :
1. Fimosis
• Pengertian
Phimosis atau fimosis adalah kelainan pada penis yang belum
disunat berupa kulup atau kulit kepala penis yang melekat erat pada kepala
penis. Hal ini merupakan hal yang normal pada bayi dan anak-anak.
Fimosis merupakan kondisi normal pada bayi dan anak-anak yang
disebabkan kulit kepala atau kulup penis belum terlepas secara
sempurna dari kepala penis. Kulup akan terlepas dengan sendirinya
seiring bertambahnya usia anak. Jangan mencoba untuk melepaskannya
karena justru berisiko menimbulkan gangguan yang disebut
parafimosis.

• Penyebab Fimosis
Fimosis normal terjadi pada bayi dan balita yang belum disunat
karena kulupnya masih melekat pada kelenjar.Sebagian kasus fimosis
pada bayi tak memerlukan perawatan khusus, kecuali jika menyebabkan
sulit kencing atau menimbulkan gejala lainnya. Kulup akan mulai
terlepas secara alami pada usia 2-6 tahun atau bahkan lebih. Kulup pun
dapat ditarik kembali dari sekitar ujung penis pada sekitar 50% anak
laki-laki berusia 1 tahun dan pada hampir 90% balita berusia 3 tahun.
Fimosis yang terjadi pada bayi umumnya disebabkan oleh kondisi
bawaan sejak lahir. Akan tetapi, dapat pula disebabkan oleh kebersihan
penis yang tak terjaga dengan baik. Selain itu, penyakit kulit pada bayi,
seperti eksim pada bayi, psoriasis, lichen planus, dan lichen
sclerosus juga bisa memicu terjadinya fimosis pada anak. Hindari
menarik secara paksa perlekatan antara kulup dan kepala penis karena
dapat menimbulkan luka dan membuat fimosis memburuk.
• Manifestasi Klinis Fimosis
Fimosis merupakan kondisi yang normal bagi anak laki-laki yang
belum disunat. Namun, fimosis berisiko menimbulkan balanitis yang
dapat ditandai dengan gejala berikut:
❖ Kepala penis terasa perih, serta tampak membengkak dan
memerah.
❖ Keluar cairan kental dari kulup.
❖ Terbentuk garis putih di sekitar kepala penis yang menyerupai
❖ Terdapat darah pada urine.
❖ Rasa terbakar atau nyeri pada saat buang air kecil.
❖ Nyeri panggul bagian bawah.
• Penatalaksanaan Fimosis
❖ Obat – obatan
❖ Sunat
2. Kriptorkismus
• Pengertian
Kriptorkismus adalah kondisi bayi laki-laki lahir tanpa salah satu
atau kedua testis (buah zakar) di kantung skrotum. Diperkirakan sekitar
1 dari 25 bayi laki-laki lahir dengan kondisi ini. Kriptorkismus lebih
berisiko terjadi pada bayi yang lahir prematur.
• Penyebab Kriptorkismus
Proses pembentukan dan perkembangan testis di dalam rahim
terbagi menjadi dua fase. Fase pertama terjadi pada masa awal
kehamilan. Pada fase ini, terjadi pembentukan testis di rongga perut
yang dipengaruhi oleh hormon androgen. Pada fase ini, sangat jarang
terjadi masalah.
Fase selanjutnya dimulai sejak sekitar usia 7 bulan kehamilan. Pada
fase ini, testis yang sudah terbentuk akan turun secara bertahap dari
rongga perut melalui saluran inguinal yang ada di sepanjang
selangkangan ke skrotum.
Sebagian besar kasus kriptorkismus terjadi di fase kedua. Sehingga
testis yang sudah terbentuk mengalami keterlambatan penurunan, tidak
turun sehingga tetap ada di saluran inguinal, berada di tempat yang salah
(ektopik), atau naik kembali ke saluran inguinal setelah sempat turun
sebelumnya (retraktil).
Walau jarang terjadi, tidak turun atau tidak ditemukannya testis pada
skrotum juga bisa disebabkan oleh kelainan pembentukan testis yang
terjadi di fase pertama. Akibatnya, testis memang tidak terbentuk
sehingga tidak ditemukan di kantong buah zakar ataupun di saluran
inguinal.Penyebab pasti terjadinya kriptorkismus belum diketahui.
Meski demikian, faktor genetik dan lingkungan diduga mempengaruhi
terjadinya kondisi ini.
• Manisfestasi klinis Kriptorkismus
Testis adalah sepasang kelenjar penting di dalam sistem reproduksi
pria. Organ ini berfungsi untuk memproduksi sperma dan hormon
testosteron. Kelenjar ini berbentuk lonjong seperti telur, bertekstur
lembut, dan dibungkus oleh kantung kulit bernama skrotum.
Pada kondisi normal, testis akan turun dan menggantung di bawah perut,
tepatnya di tengah pangkal paha dan di belakang penis. Kelenjar ini
perlu menggantung di luar tubuh karena produksi sperma memerlukan
temperatur lebih rendah dari temperatur tubuh.
Pada kriptorkismus, salah satu atau kedua testis tidak ada di dalam
skrotum saat bayi lahir. Kondisi ini bisa langsung diketahui dokter
dengan melihat atau meraba area skrotum bayi, baik saat bayi baru lahir
atau saat dilakukan pemeriksaan rutin.
Tidak ada gejala spesifik lain pada kriptorkismus. Kondisi ini tidak
menyebabkan nyeri atau gangguan berkemih pada anak. Meski
demikian, kriptorkismus yang tidak ditangani dengan tepat bisa
menyebabkan gangguan produksi sperma. Oleh karena itu, kondisi ini
perlu ditangani.
3. Hidrokel
• Pengertian
Hidrokel adalah penumpukan cairan di sekeliling testis. Penumpukan
cairan ini bisa menyebabkan pembengkakan dan menimbulkan nyeri pada
kantung buah zakar (skrotum).
Testis atau buah zakar adalah bagian dari sistem reproduksi pria
yang berfungsi memproduksi sperma dan hormon testosteron. Sepasang
testis ini berada di dalam kantong skrotum dan menggantung tepat di
bawah pangkal penis. Normalnya, skrotum akan terasa kencang tetapi
tidak keras. Pada penderita hidrokel, skrotum akan terasa lunak seperti
balon yang berisi air jika disentuh.
• Jenis hidrokel
Hidrokel nonkomunikan

Hidrokel ini terjadi ketika celah di antara rongga perut dan


skrotum (kanal inguinal) menutup, tetapi cairan di dalam
skrotum tidak terserap oleh tubuh.
Hidrokel komunikan
Hidrokel ini terjadi ketika kanal inguinal tidak menutup
sehingga cairan dari rongga perut terus mengalir ke dalam
skrotum dan dapat naik kembali ke perut. Hidrokel komunikan
dapat disertai hernia inguinalis.

• Penyebab
Pada bayi, hidrokel terjadi akibat kelainan perkembangan saat bayi
masih di dalam kandungan. Kelainan ini menyebabkan penumpukan
cairan di dalam skrotum.
Saat di dalam kandungan, testis janin yang awalnya berada di perut akan
turun ke dalam skrotum melalui celah di antara rongga perut dan
skrotum. Kedua testis tadi turun ke dalam skrotum bersama dengan
cairan.
Normalnya, celah yang disebut kanal inguinal ini akan menutup pada
tahun pertama setelah bayi lahir. Cairan di dalam skrotum juga akan
terserap secara bertahap oleh tubuh bayi dengan sendirinya.
Pada bayi dengan hidrokel, proses tersebut tidak berjalan dengan
normal, di mana kanal inguinal tidak menutup sehingga skrotum tetap
terisi cairan dan membengkak.

C. Kelainan Sistem Reproduksi Pada Tingkat Dewasa


1. Wanita Dewasa

Penyakit pada sistem reproduksi wanita tidak boleh dianggap


sepele. Gangguan pada organ reproduksi wanita ini bisa disebabkan banyak
hal. Jika tidak diobati, beberapa penyakit pada sistem reproduksi wanita ini
bahkan dapat meningkatkan risiko wanita untuk mengalami
masalah kesuburan.
Bebrapa Gangguan dan kelainan pada sistem reproduksi wanita dantaranya,
sebagai berikut:
a) Kanker Payudara
• Pengertian
Kanker payudara adalah kondisi ketika sel kanker terbentuk di
jaringan payudara. Kanker bisa terbentuk di kelenjar yang
menghasilkan susu (lobulus), atau di saluran (duktus) yang
membawa air susu dari kelenjar ke puting payudara. Kanker juga
bisa terbentuk di jaringan lemak atau jaringan ikat di dalam
payudara.
Kanker payudara terbentuk saat sel-sel di dalam payudara
tumbuh tidak normal dan tidak terkendali. Sel tersebut
umumnya membentuk tumor yang terasa seperti benjolan.
Meski biasanya terjadi pada wanita, kanker payudara juga bisa
menyerang pria.
• Penyebab
Kanker payudara adalah kondisi ketika sel kanker terbentuk di
jaringan payudara. Kanker bisa terbentuk di kelenjar yang
menghasilkan susu (lobulus), atau di saluran (duktus) yang
membawa air susu dari kelenjar ke puting payudara. Kanker juga
bisa terbentuk di jaringan lemak atau jaringan ikat di dalam
payudara.
Kanker payudara terbentuk saat sel-sel di dalam payudara
tumbuh tidak normal dan tidak terkendali. Sel tersebut
umumnya membentuk tumor yang terasa seperti benjolan.
Meski biasanya terjadi pada wanita, kanker payudara juga bisa
menyerang pria.
• Penatalaksanaa
Kanker payudara bisa diobati dengan beberapa cara, tergantung
kepada kondisi penderita dan jenis kanker payudara itu sendiri.
Upaya pengobatan itu meliputi:
− Terapi radiasi
− Terapi hormon
− Kemoterapi
− Prosedur bedah
• Pencegahan
Pencegahan kanker payudara dapat dilakukan dengan
pemeriksaan payudara secara mandiri atau pemeriksaan oleh
petugas medis. Pemeriksaan harus dilakukan secara rutin bila
Anda berisiko terserang kanker payudara. Selain itu,
disarankan untuk berolahraga secara rutin dan tidak
mengonsumsi minuman beralkohol.
b) Keputihan (fluor albus)
• Pengertian
Fluor albus merupakan sekresi vaginal abnormah pada wanita.
Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai
dengan rasa gatal di dalam vagina dan di sekitar bibir vagina
bagian luar. Yang sering menimbulkan keputihan antara lain ;
bakteri, virus, jamur atau juga parasit. Infeksi dapat menjalar dan
menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga
menimbulkan rasa pedih saat buang air kecil.
• Manifestasi klinis
− Keluarnya cairan berwarna putih atau kelabu darisaluran
vagina. Cairan dapat kental atau encer, dan kadang
kadang berbuada. Mungkin gejala ini merupakan proses
normal sebelum atau sesudah haid pada wanita tertentu.
− Pada penderita tertentu rasa gatal yang menyertainya.
• Penyebab
− Sering memakai tisu pada saat membasuh bagian
kewanitaan, sehabis buang air kecil maupun buang air
besar.
− Memakai pakaian dalam yang ketat
− Sering menggunakan wc umum yang kotor
− Penggunaan panty liner yang terlalu sering
− Membilas vagina dari arah yang slah yait dari arah anus
kearah depan vagina
− Sering betukar celana dalam atau handuk dengan orang
lain
− Kurang menjaga kebersihan daerah vagina
− Stress
− Tidak segera mengganti pembalut pada saat menstruasi
− Memakai smebarang sabun untuk membasuh vagina
− Tidak menjalani pola hidup yang sehat
− Tinggal didaerah tropis yang lembab
− Lingkungan sanitasi yan kotor
− Sering berendam di air hangat
− Kadar gula darah tinggi
− Hormon yang tidak seimbang
− Sering menggaruk vagina
c) Radang panggul
• Pengertian
Radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) adalah
infeksi pada organ reproduksi wanita, seperti serviks, rahim, dan
ovarium. Salah satu penyebab paling sering dari radang panggul
adalah infeksi bakteri akibat infeksi menular seksual. Radang
panggul umumnya dialami oleh wanita usia 15–25 tahun yang
aktif berhubungan seksual. Radang panggul bisa ditandai
dengan nyeri di panggul atau perut bagian bawah. Kondisi ini
perlu mendapat penanganan untuk mencegah terjadinya
komplikasi, seperti kehamilan di luar kandungan (ektopik) atau
kemandulan (infertilitas).
• Penyebab
Radang panggul paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri
yang menyebar dari vagina atau serviks (leher rahim) ke organ
reproduksi yang lebih dalam, seperti rahim, tuba falopi (saluran
indung telur), dan ovarium (indung telur). Jenis bakteri yang
sering menyebabkan radang panggul adalah bakteri penyebab
infeksi menular seksual, seperti Chlamydia
trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae. Selain bakteri, radang
panggul juga bisa disebabkan oleh infeksi patogen lain,
seperti Mycoplasma genitalium, Trichomonas vaginalis,
Garnella vaginalis, atau Herpes simplex virus 2 (HSV-2).
Selain itu, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko
wanita mengalami radang panggul, yaitu:
− Berusia 15–25 tahun dan aktif secara seksual
− Pernah mengalami radang panggul atau infeksi menular
seksual
− Berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan
− Berhubungan seksual tanpa kondom
− Kerusakan pada serviks
− Baru menjalani prosedur medis yang melibatkan proses
pembukaan serviks, seperti memasukkan alat
kontrasepsi ke dalam rahim atau spiral
• Manifestasi klinis
Pada tahap awal, umumnya radang panggul tidak menimbulkan
gejala, sehingga sebagian penderita tidak langsung
menyadarinya. Seiring dengan perkembangan penyakit, akan
muncul gejala-gejala berikut:
− Nyeri panggul atau perut bagian bawah
− Nyeri ketika buang air kecil
− Nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia)
− Keluar perdarahan di luar menstruasi atau setelah
berhubungan seksual
− Menstruasi menjadi lebih deras dan lebih
lama (menorrhagia)
− Mual dan muntah
− Demam
− Mudah merasa lelah atau tidak enak badan
− Keputihan menjadi lebih banyak, berbau tak sedap,
serta berubah warna menjadi kekuningan atau
kehijaua.
2. Pria Dewasa
Pria juga memiliki sistem reproduksi yang berada di luar dan di dalam
tubuh. Organ reproduksi pria yang terletak di luar tubuh meliputi penis,
skrotum (kantong zakar), dan testis.Sedangkan organ reproduksi pria yang
berada di dalam tubuh adalah epididimis, saluran vas deferens, saluran
kemih, vesikula seminalis (kantung air mani), kelenjar prostat, dan
kelenjar bulbourethral.Berikut ini adalah beberapa penyakit yang bisa
mengintai sistem reproduksi pria:
a) Epididimitis
• Pengertian
Epididimitis adalah peradangan pada epididimis atau saluran
yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan penyaluran
sperma. Epididimis terletak di belakang testis dan
menyambungkan testis dengan vas deferens, hingga berlanjut ke
saluran ejakulasi, prostat, dan saluran kencing (uretra), saat
ejakulasi. Saat mengalami epididimitis, saluran tersebut menjadi
bengkak sehingga menimbulkan nyeri. Peradangan ini juga
dapat menyebar hingga ke testis (epididymo-orchitis).
• Penyebab
Sebagian besar kasus epididimitis disebabkan oleh infeksi
bakteri yang dimulai dari uretra, prostat, atau kandung kemih.
Selain infeksi bakteri, epididimitis juga dapat disebabkan oleh:
− Endapan urine di dalam epididimis. Kondisi ini terjadi
ketika urine mengalir kembali ke epididimis.
− Gondongan (mumps).
− Efek samping amiodarone.
− Infeksi menular seksual, seperti gonore dan chlamydia.
− Torsio testis.
− Penyakit Behḉet.
− Tuberkulosis.
Terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko
seseorang untuk terkena epididimitis. Di antaranya adalah:
− Berhubungan seksual dengan penderita penyakit
menular seksual, tanpa menggunakan kondom.
− Memiliki riwayat infeksi menular seksual.
− Pernah menjalani prosedur medis yang memengaruhi
saluran urine.
− Menderita pembesaran prostat.
− Pernah mengalami infeksi prostat atau infeksi saluran
kemih.
− Pria yang belum disunat.
− Memiliki letak anatomis saluran kemih yang tidak
normal.
− Menggunakan kateter urine untuk jangka panjang.
• Manifestasi klinis
− Skrotum akan membengkak, terasa hangat, dan
nyeri saat disentuh.
− Nyeri pada testis, biasanya di salah satu satu sisi.
− Darah pada cairan sperma.
− Nyeri saat buang air kecil.
− Sering ingin buang air kecil dan selalu merasa tidak
tuntas.
− Muncul benjolan di sekitar testis yang disebabkan karena
penumpukan cairan.
− Ujung penis mengeluarkan cairan tidak normal, biasanya
terkait dengan penyakit menular seksual.
− Nyeri saat ejakulasi atau berhubungan seksual.
− Rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut bagian bawah
atau sekitar panggul.
− Pembesaran kelenjar getah bening di pangkal paha.
− Demam.
b) Orchitis
• Pengertian
Orchitis adalah peradangan pada testis akibat infeksi bakteri dan
virus. Peradangan ini bisa terjadi pada salah satu atau kedua testis
sekaligus.
• Penyebab
Orchitis disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Berikut
pembagian jenis orchitis berdasarkan penyebabnya:
Orchitis bakteri
Beberapa jenis bakteri yang sering menyebabkan orchitis, yaitu:
Escherichia coli, Staphylococcus, Streptococcus
Ketiga jenis bakteri tersebut juga menjadi bakteri
penyebab infeksi saluran kemih, epididimitis, dan penyakit
menular seksual.
Orchitis virus
Orchitis virus paling sering disebabkan oleh virus
penyebab gondongan yang disebut paramyxoviruses.
Orchitis virus paling sering terjadi pada anak laki-laki
yang berusia 10 tahun ke bawah. Orchitis virus biasanya
muncul 4–6 hari setelah terserang gondongan. Selain
disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus, orchitis juga
bisa muncul tanpa sebab yang pasti. Namun, kasus ini
jarang terjadi.
Faktor risiko orchitis
Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang
terkena orchitis adalah:
− Berusia lebih dari 45 tahun
− Tidak mendapatkan vaksin MMR
− Menderita infeksi saluran kemih yang berulang
− Menderita pembesaran prostat jinak
− Terlahir dengan saluran kemih yang tidak normal
− Menggunakan kateter pada saluran kemih dalam waktu lama
− Pernah menjalani operasi pada kelamin atau saluran kemih
− Pernah atau sedang menderita infeksi menular seksual
• Manifestasi klinis
− Demam
− Mual dan muntah
− Tubuh mudah lelah
− Bengkak pada satu atau kedua testis
− Testis terasa berat
− Nyeri di area selangkangan
− Nyeri pada testis
− Pembengkakan kelenjar getah bening di selangkangan
− Nyeri saat buang air kecil, berhubungan seks dan
ejakulasi
− Terdapat darah pada sperma

D. Kelainan Sistem Reproduksi Pada Tingkat Lansia


1. Gangguan prostat
• Pengertian
Gangguan prostat merupakan salah satu penyakit yang cukup umum
dialami oleh pria, terutama yang telah berusia 50 tahun ke atas. Mari
kenali lebih jauh seputar gangguan prostat dan penyebabnya agar
penanganan yang tepat dapat segera dilakukan. Prostat adalah
kelenjar pada sistem reproduksi pria yang membungkus saluran
kemih (uretra). Kelenjar prostat berfungsi untuk mengeluarkan
cairan yang menyuburkan dan melindungi sperma.
Ukuran prostat normalnya sebesar biji kenari dan akan semakin
besar seiring bertambahnya usia. Jika prostat terlalu besar atau
mengalami masalah, maka dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Berbagai Macam Gangguan Prostat yang Umum Terjadi
Secara umum, terdapat tiga jenis gangguan prostat yang dapat
menyerang pria, yaitu:
1) Benign prostatic hyperplasia (BPH)
BPH atau yang biasa dikenal dengan pembesaran prostat jinak
terjadi ketika kelenjar prostat membesar, sehingga saluran kemih
mengalami penyempitan. Kondisi ini dapat menyebabkan otot
kandung kemih menebal. Lambat laun, dinding kandung
kemih akan melemah dan sulit untuk mengeluarkan urine. Ada
beberapa gejala yang muncul akibat pembesaran prostat jinak
(BPH), antara lain:
− Susah buang air kecil
− Aliran urine yang lemah dan tersendat-sendat
− Rasa tidak tuntas usai buang air kecil
− Sering ingin buang air kecil di malam hari
BPH umumnya terjadi seiring bertambahnya usia. Belum ada
yang mengetahui secara pasti penyebab pembesaran prostat
jinak. Namun, kondisi ini diperkirakan terjadi karena adanya
perubahan pada kadar hormon seksual akibat proses penuaan.
Kondisi pembesaran prostat jinak (BPH) umumnya ditangani
dengan pemberian obat-obatan. Jenis obat yang biasanya
diresepkan untuk mengatasi pembesaran prostat jinak adalah
penghambat alfa dan 5-alpha reductase inhibitor.
2) Prostatitis
Prostatitis merupakan peradangan atau pembengkakan pada
kelenjar prostat. Kondisi ini lebih sering terjadi pada pria yang
berusia lebih muda, yaitu antara usia 30–50 tahun. Prostatitis
biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, yang bisa berasal dari
infeksi saluran kemih atau penyakit menular seksual. Namun,
pada beberapa kasus, penyebab prostatitis tidak dapat diketahui
secara pasti.
Penyebab prostatitis dapat dikelompokkan berdasarkan
jenisnya, yaitu:
− Prostatitis bakteri akut, yang diakibatkan oleh infeksi
bakteri coli atau Nisseria gonorrhoeae
− Prostatitis bakteri kronis, yang disebabkan oleh
penyebaran bakteri dari saluran kemih atau infeksi
saluran kemih (ISK)
− Chronic prostatitis/chronic pelvic pain
syndrome (CP/CPPS), yang belum diketahui secara pasti
penyebabnya
− Asymptomatic inflammatory prostatitis, yaitu kondisi
ketika kelenjar prostat mengalami peradangan, namun
tidak menimbulkan gejala apa pun
Gejala prostatitis bisa sangat bervariasi pada tiap orang. Berikut
ini adalah beberapa gejala yang dapat muncul:
− Sulit serta muncul sensasi nyeri atau perih saat buang air
kecil
− Terdapat darah saat buang air kecil
− Sering buang air kecil, terutama pada malam hari
− Aliran urine yang lemah
− Rasa sakit ketika ejakulasi
− Air mani berdarah
− Disfungsi seksual atau kehilangan libido
Prostatitis dapat diobati dengan pemberian obat-obatan seperti
antibiotik untuk membasmi kuman penyebab radang pada
prostat, pemberian obat antinyeri, atau obat untuk melemaskan
otot kandung kemih (alpha-blocker) yang juga digunakan
untuk mengobati BPH. Selain menggunakan obat, penderita
prostatitis juga akan disarankan melakukan hal-hal yang
membantu meredakan gejala prostatitis, seperti berendam air
panas, menghindari minuman beralkohol dan rokok, serta
membatasi konsumsi kafein.
2. Monopouse
• Pengertian
Menopause adalah berakhirnya siklus menstruasi secara alami,
yang biasanya terjadi saat wanita memasuki usia 45 hingga 55
tahun. Seorang wanita dikatakan sudah menopause bila tidak
mengalami menstruasi lagi, minimal 12 bulan. Tidak hanya
berhenti menstruasi, banyak perubahan lain terjadi dalam tubuh
wanita yang menopause, mulai dari penampilan fisik, kondisi
psikologis, hasrat seksual, hingga kesuburan. Wanita yang
sudah menopause tidak bisa hamil lagi.

• Penyebab
Menopause merupakan proses alami yang terjadi saat seorang
wanita bertambah tua. Seiring bertambahnya usia, indung telur
akan semakin sedikit memproduksi hormon kewanitaan.
Akibatnya, indung telur tidak lagi melepaskan sel telur dan
menstruasi akan berhenti.
• Manifestasi klinis
Gejala atau tanda-tanda menopause dapat berupa:
Perubahan siklus menstruasi
− Menstruasi menjadi tidak teratur, kadang terlambat
atau lebih awal dari biasanya (0ligomenorea).
− Darah yang keluar saat menstruasi dapat lebih sedikit
atau justru lebih banyak.
Perubahan penampilan fisik
− Rambut rontok.
− Kulit kering.
− Payudara kendur.
− Berat badan bertambah.
Perubahan psikologis
− Suasana hati berubah-ubah atau moody.
− Sulit tidur.
− Depresi
Perubahan seksual
− Vagina menjadi kering.
− Penurunan libido (gairah seksual).
Perubahan fisik
− Merasa panas atau gerah, sehingga mudah
berkeringat. Kondisi ini disebut hot flashes.
− Berkeringat di malam hari.
− Pusing.
− Jantung berdebar.
− Infeksi berulang pada saluran kemih.
BAB III
PENUTUP

A. SARAN

Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan anaknya, sehingga
orang tua perlu lebih intensif dalam menanamkan nilai moral yang baik kepada anaknya,
salah satunya dengan menjelaskan kerugian yang ditimbulkan dari hubungan seksual
pranikah dari segala sisi dan penyakit yang dapat ditularkan dari perilaku seks yang
beresiko hingga konsekuensi dari ketidaksiapan mental yang finansial dalam memulai
kehidupan berumah tangga akibat kehamilan yang tidak terencana.
Orang tua juga perlu menyaring sumber informasi agar pengetahuan yang diberikan
kepada remaja akurat dan tidak menimbulkan kekhawatiran berlebihan pada anak,
dengan prinsip kasih sayang dan keterbukaan agar anak akan merasa lebih nyaman dan
membuka dirinya dalam membicarakan masalahnya terkait kesehatan reproduksi.
Mari kita pandu anak-anak kita dengan memberikan informasi yang tepat agar
mereka tidak salah melangkah dalam soal seks dan kesehatan reproduksinya
B. KESIMPULAN
Manusia sebagai makhluk hidup akan melakukan reproduksi. Sistem reproduksi
merupakan kegiatan berkembangbiak untuk melahirkan keturunan. Itu bertujuan untuk
mempertahankan proses keberlangsungan spesies di dunia.
Sistem reproduksi pada manusia rentan mengalami masalah berupa penyakit,
kelainan, juga gangguan. Penyakit sistem reproduksi dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, meliputi virus, bakteri, tumor atau memang karena disfungsi organ reproduksi
yang disebabkan oleh zat-zat kimia yang masuk dalam tubuh. Penyakit reproduksi
adalah penyakit yang terjadi pada organ-organ reproduksi. Organ-organ reproduksi
wanita meliputi sel telur, ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina. Organ reproduksi
pria terdiri dari sperma, testis, epididimis, vas deferens, uretra, dan penis.
Penyakit menular seksual atau penyakit kelamin umumnya didapat melalui kontak
saat melakukan hubungan intim. Virus tersebut dapat menyebabkan penyakit menular
seksual menyebar dari seseorang ke orang lain melalui darah, air mani, atau cairan
Miss V dan cairan tubuh lainnya. Kadang-kadang, infeksi ini dapat ditularkan secara
non-seksual, seperti dari ibu ke bayi selama kehamilan, persalinan, melalui transfusi
darah, atau berbagi jarum. Mungkin saja kamu tertular penyakit kelamin dari orang-
orang yang kelihatannya sangat sehat, dan yang bahkan mungkin tidak sadar akan
infeksi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

buku ilmu penyakit dalam dan penunjang diagnostik 1

https://www.alodokter.com/fimosis

https://www.alodokter.com/epididimitis

https://www.alodokter.com/hidrokel

https://www.alodokter.com/mengenal-gangguan-prostat-dan-penyebabnya

https://www.alodokter.com/menopause

https://www.alodokter.com/kanker-
payudara#:~:text=Kanker%20payudara%20adalah%20kondisi%20ketika,jaringan%20ikat%20
di%20dalam%20payudara.

https://www.alodokter.com/kriptorkismus

https://www.alodokter.com/radang-panggul

Anda mungkin juga menyukai