Anda di halaman 1dari 7

TRANSPORT NUTRISI

Disusun oleh:
Nica Safira Inggrid P (40040117640008)
Alfyan Pujiastuti (40040117640033)
Miftakhu Falaah (40040117640038)
BAB I

PENDAHULUAN

I.Latar Belakang

Mekanisme Masuknya Nutrisi dalam Sel (Transport Nutrient)

Transport nutrien bervariasi antar mikroba. Sebelum nutrien dapat diolah di dalam sel,
nutrien terlebih dahulu harus menerobos lapis batas sel. Lapis batas sel yang bertanggung
jawab bagi transport nutrien ke bagian dalam sel yaitu membran sitoplasma. Transport
nutrien melintasi membran sitoplasma pada umumnya bersifat spesifik, hanya nutrien yang
sesuai dengan sistem transport yang dapat diangkut.

Mekanisme transport zat dapat dibedakan menjadi beberapa proses. Dua diantaranya
hanya mengangkut saja, tanpa adanya penimbunan zat di dalam sel. Sebaliknya ada sejumlah
proses dengan transport zat secara aktif yang mengakibatkan akumulasi zat di dalam sel.
Transport zat ke dalam sel terdiri dari difusi biasa atau difusi pasif, difusi dipermudah,
transport aktif, dan translokasi gugus.
1. Difusi Biasa atau Difusi Pasif yaitu penerobosan spesifik dari zat ke dalam sel. Difusi ini
hanya berdasar pada perbedaankonsentrasi. Hanya yang konsentrasi di luar sel lebih besar
dibanding di dalam sel. Contohnya CO2, O2, dan lemak terlarut.
2. Difusi Dipermudah
Pada difusi dipermudah, zat-zat yang terdapat dalam larutan nutrien ditransport ke dalam
sel mengikuti gradien konsentrasinya. Proses ini tergantung dari energi metabolisme,
kecepatan transport dalam cakupan luas tergantung dari kadar substrat dalam medium.
Nutrien tidak dapat ditimbun melawan gradien konsentrasi yang terdapat di dalam sel.
Contohnya gula, asam amino, dan ion logam.

3. Transport Aktif
Transport aktif membutuhkan energi, kalau energi metabolisme tersedia maka zat
bersangkutan dapat ditimbun di dalam sel melawan gradien konsentrasi yang ada di dalam
sel. Pada transport aktif molekul yang dilepaskan ke dalam sitoplasma sama dengan molekul
yang diambil dari larutan nutrien. Hidrolisis ATP yang terjadi di dalam sel akan
menghasilkan energi yang akan digunakan untuk memompa H+ keluar sel. Sehingga H+ di
luar sel akan mempengaruhi konfigurasi protein karier dan afinitas substrat.

4. Translokasi Gugus
Pada translokasi gugus molekul mengalami modifikasi kimia ketika diangkut. Misalnya
gula yang diambil sebagai gula dilepaskan di bagian dalam sel sebagai gula fosfat. Glukosa,
fruktosa, dan karbohidrat lain diambil oleh sistem fosfotransferase yang tergantung pada
fosfoenolpiruvat. Sistem ini terdiri dari satu komponen spesifik dan satu komponen aspesifik.
Komponen yang apesifik terdiri atas suatu protein stabil terhadap panas (HPr) yang dalam
reaksi yang enzimatik enzim (EI) difosforilasi oleh fosfoenolpiruvat. EI terletak di dalam
sitoplasma. Komponen kedua merupakan enzim II yang spesifik untuk masing-masing gula,
terletak di dalam membran dan dapat diinduksi. Enzim ini mengkatalisis pemindahan fosfat
dari HPr ke gula pada saat penerobosan.

Enzim I

Fosfoenolpiruvat + HPr  HPr-P + Piruvat


Enzim II
HPr-P + Gula  Gula-P + HPr
 Reducing Power & ATP
 Reducing Power
Reducing power merupakan energi yang dibutuhkan untuk mensintesis molekul biologis
yang kompleks misalnya protein, lemak, dan asam yang merupakan turunan ATP yang
dihasilkan dari proses glikolisis dan transport elektron. Tetapi banyak materi partikel
terutama lemak dan lipid lainnya yang lebih sedikit dari metabolit yang dihasilkan. Sintesis
lemak membutuhkan reduksi dari metabolit yang didapatkan dari proses transfer elektron
energi tinggi dan ADPH, serta mengandung gugus fosfat tambahan. Sel NADPH merupakan
reducing power yang merupakan energi yang penting dibutuhkan oleh sel. Penggunaan
NADPH dapat dilihat dari salah satu reaksi fotosintesis. Dalam reaksi ini sepasang elektron
bersama dengan proton ditransfer dari NADPH ke substrat untuk mereduksi sebuah atom
karbon.

Oksidasi dari NADPH, NADP terbentuk dari NAD dalam suatu reaksi. Kemudian
NADPH dapat dibentuk oleh reduksi NADP+. Seperti NADH, NADPH merupakan energi
senyawa yang tinggi karena memiliki potensi perpindahan elektron yang tinggi. Perpindahan
energi bebas dalam bentuk elektron menimbulkan lebih banyak akseptor tereduksi.
Pemisahan reducing power menjadi dua molekul yang berbeda yaitu NADH dan NADPH,
menimbulkan pemisahan metabolik primer. NADH dan NADPH dianggap sebagai koenzim
oleh enzim yang berbeda mempunyai peran reduktif pada jalur anabolisme yang
memanfaatkan NAD+. Meskipun digunakan secara berbeda, salah satu koenzim dapat
mereduksi lainnya. Ketika energi berlimpah, produksi NADPH sangat disukai karena
menyediakan pasokan electron yang dibutuhkan untuk biosintesis makromolekul yang baru
mati sangat penting untuk pertumbuhan. Ketika sumber energi langka, sebagian besar
electron energi tinggi dari NADH diubah untuk ATP, dan hanya cukup NADPH yang
dihasilkan untuk memenuhi persyaratan minimal biosintesis sel.
 ATP
Secara keseluruhan proses metabolisme glukosa akan menghasilkan produk samping
berupa karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). Karbon dioksida dihasilkan dari siklus Asam
Sitrat sedangkan air (H2O) dihasilkan dari proses rantai transport elektron. Melalui proses
metabolisme, energi kemudian akan dihasilkan dalam bentuk ATP dan kalor panas.
Terbentuknya ATP dan kalor panas inilah yang merupakan inti dari proses metabolisme
energi. Melalui proses glikolisis, siklus asam sitrat dan proses rantai transpor elektron, sel-sel
yang tedapat di dalam tubuh akan mampu untuk mengunakan dan menyimpan energi yang
dikandung dalam bahan makanan sebagai energi ATP. Secara umum proses metabolisme
secara aerobik akan mampu untuk menghasilkan energi yang lebih besar dibandingkan
dengan proses secara anaerobik. Dalam proses metabolisme secara aerobik, ATP akan
terbentuk sebanyak 36 buah sedangkan proses anaerobik hanya akan menghasilkan 2 buah
ATP. Ikatan yang terdapat dalam molekul ATP ini akan mampu untuk menghasilkan energi
sebesar 7.3 kilokalor per molnya.

Fosforilasi atau pembentukan ATP yang melibatkan peristiwa kemiosmosis terjadi pada
mitokondria dan kloroplas. Di dalam sel, peristiwa kemiosmosis melibatkan proton motive
force (PMF). PMF diawali oleh proses terjadinya pergerakan elektron pada rantai transpor
elektron. Elektron pada rantai transpor elektron digerakkan dengan adanya pelepasan
elektron. Elektron tersebut dapat berasal dari NADH atau FADH2 yang tereduksi apabila
fosforilasi terjadi pada mitokondria sedangkan pada kloroplas, energi cahaya memecah
molekul air menjadi ion H+ dan oksigen dan juga melepas elektron. Pergerakan elektron
tersebut menimbulkan energi dan energi tersebut digunakan sebagai pemompa proton. Proton
bergerak dari dalam membran ke membran antara di dalam sel mitokondria atau kloroplas.
Pergerakan proton ke luar membran menyebabkan konsentrasi tinggi pada partikel ion positif,
menyebabkan perbedaan konsentrasi antara di dalam dan di luar membran. Perbedaan ini
menghasilkan gradien elektrokimia. Gradien tersebut menghasilkan perbedaan tingkat pH dan
juga perbedaan tingkat muatan listrik. Kedua perbedaan inilah yang disebut PMF. Maka
setelah terjadi PMF bergeraklah proton dari konsentrasi ion H+ yang tinggi ke ion H+ yang
rendah atau bisa disebut dengan difusi ion. Maka terjadilah aliran proton. Aliran proton ini
hanya dapat masuk ke dalam membran melalui enzim ATP synthase yang membawa cukup
energi untuk menggabungkan ADP dan fosfat anorganik maka terbentuklah ATP.

Untuk memenfaatkan mekanisme transport electron untuk sintesis ATP, akseptor


electron alternative anorganik seperti nitrat, sulfat, dan karbondioksida, tidak menggunakan
oksigen. Organisme yang fakultatif akan menggunakan oksigen untuk respirasi aerobik jika
tersedia. Mikroba yang menggunakan nitrat sebagai akseptor elektron mengurai nitrat
menjadi nitrit dan ammonia. Energi kimia ATP dapat disimpan dalam komponen dengan
ikatan thioester seperti asetil-koA.

ATP sangat dibutuhkan sebagai energi mikroba. Mikroba membutuhkan energi untuk
sintesis bagian sel misalnya dinding sel, membrane sel dan substansi lainnya. Selain itu
digunakan untuk sintesis enzim, asam nukleat, polisakarida, fosfoloipid, dan komponen
lainnya. Tidak hanya itu, energi dibutuhkan mikroba untuk mempertahankan kondisi sel
menjadi optimal dan memperbaiki bagian sel yang rusak.
TRANSPORT MOLEKUL-MOLEKUL BESAR

Merupakan mekanisme transport membran dengan cara engulfing materi dan membentuk
vesikula internal. Pengambilan bahan melalui mekanisme endositosis, sedangkan pengeluaran
bahan melalui mekanisme eksositosis .

 Endositosis
Endositosis adalah proses masuknya zat dari luar sel ke dalam sel. Endositosis ada
dua jenis bentuk, yaitu fagositosis dan pinositosis. Fagositosis merupakan proses
masuknya zat padat atau sel lainnya ke dalam sel. Sedangkan pinositosis

 Eksositosis
Eksositosis merupakan proses keluarnya zat zat dari dalam sel.
Daftar Pustaka

Daniarta,.2013. Endositas dan eksositosis https://www./pengertian-difusi-osmosis-transpor-


aktif-endositosis-dan-eksositosis/

Karp, Gerald. 2009. Cell and Molecular Biology : Concepts and Experiments. New York:
John Wiley & Sons.

Nicklin, J., et al. 1999. Microbiology. London: Bios Scientific Publisher.

Schlegel, H.G. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi Keenam. Penerjemah: Tedjo Baskoro.
Yogyakarta: UGM Press.

Tortora, G.J., et al. 2001. Microbiology an Intoduction Seventh Edition. New York: Addison
Wesley Longman, Inc.

Anda mungkin juga menyukai