Disusun Oleh:
Muhammad Azhar Shiddiq (40040117640002)
Anisa Rizqi Ramadhani (40040117640021)
Kresna Suryadi (40040117640022)
Alfyan Pujiastuti (40040117640033)
Sekhar Bella F. (40040117640044)
PENDAHULUAN
Industri adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kemajuan suatu
negara dapat dilihat dari perkembangan industri. Industri adalah salah satu penyumbang pajak
terbesar di Indonesia, penyedia tenaga kerja, penyedia kebutuhan hidup berupa produk, dan
banyak lagi.
Jika membicarakan industri, maka kita tidak bisa memisahkan dari proses produksi,
proses produksi yang terjadi di dalam industri pastinya akan selalu melibatkan reaksi kimia.
Beberapa reaksi kimia yang terdapat dalam industri adalah reaksi redoks, reaksi sulfonasi, reaksi
nitrasi, reaksi halogenasi dan reaksi hidrogenasi. Pada makalah kali ini kami akan membahas
tentang nitrasi aromatik hidrokarbon
1.3 Tujuan
1 Mengetahui apa itu proses nitrasi.
2 Mengetahui zat penitrasi yang digunakan dalam proses nitrasi.
3 Mengetahui macam-macam proses nitrasi.
4 Mengetahui aplikasi proses nitrasi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Nitrasi adalah salah satu reaksi terpenting dalam kimia organik sintetis industri. Produk
nitrasi tidak hanya digunakan secara luas sebagai pelarut, zat warna, obat-obatan, dan bahan
peledak, tetapi juga berfungsi sebagai zat antara yang berguna untuk pembuatan senyawa lain,
terutama amina yang dibuat dengan mereduksi senyawa nitro yang sesuai.
Pada tabel di atas terlihat bahwa proporsi ortho, meta, dan para berbeda setiap
substituennya.
Pada reaksi nitrasi anthraquinon, gugus nitro yang memungkinkan untuk masuk ke dalam
cincin aromatik adalah sebanyak tiga buah (dengan menggunakan mixed acid). Produk yang
dihasilkan adalah 1-nitroanthraquinon, 1,5-dinitroanthraquinon, dan 1,8-dinitroanthraquinon.
2.4 Teori Substitusi Aromatik
Substituen dapat mempengaruhi kerapatan elektron dengan menggunakan dua jenis efek,
yaitu efek Induktif (I) dan efek Mesomeri (M). Terdapat dua jenis efek induktif, yaitu efek –I
yang menarik elektron dan efek +I yang menolak elektron. Hal yang sama juga terjadi pada efek
Mesomeri (–M dan +M). Efek induktif sangat berkaitan dengan momen dipol dari senyawa,
seperti C6H5 – X. Jika X berada pada dipol/kutub negatif, maka X tersebut akan menarik
elektron keluar cincin dan efek yang timbul adalah efek –I. Jika X berada pada kutub positif,
maka kerapatan elektron pada cincin aromatik akan bertambah karena elektron tidak keluar dari
cincin, sehingga efek yang timbul adalah efek +I. Gugus yang menghasilkan efek –I adalah –
Nme3+, –NO2, –COOEt, dan –halogen. Gugus yang menghasilkan efek +I adalah –O- dan
beberapa jenis alkil. Efek +I mengakibatkan seluruh posisi di dalam cincin semakin reaktif dan
semakin kuat daripada posisi pada benzena yang belum tersubstitusi, sehingga posisi ortho dan
para akan lebih reaktif daripada posisi meta. Efek –I akan menurunkan tingkat reaktivitas dari
seluruh posisi pada cincin benzena. Akan tetapi, efek penurunan reaktivitas tersebut berpengaruh
lebih besar pada posisi ortho dan para, sehingga posisi meta lebih reaktif.
Jenis substituen yang memiliki elektron bebas dapat meningkatkan kerapatan elektron
dalam cincin aromatik karena efek mesomeri +M. Jenis substituen lainnya dapat menurunkan
kerapatan elektron dalam cincin aromatik karena efek –M. Ilustrasi dari efek mesomeri yaitu
sebagai berikut.
Tabel diatas menunjukkan bahwa semakin besar ukuran substituen, maka kemungkinan
untuk berada di posisi ortho atau para akan semakin kecil dan rasio ortho:para akan menurun.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi rasio ortho:para adalah efek I dan M seperti yang
dijelaskan pada bagian sebelumnya. Efek induktif akan bekerja lebih kuat pada posisi ortho
daripada posisi para, sedangkan efek mesomeri akan lebih kuat pada posisi para daripada posisi
ortho. Senyawa yang memiliki efek +I, akan menghasilkan rasio yield ortho:para yang lebih
besar daripada senyawa yang memiliki dominan efek + M. Begitu juga dengan senyawa yang
efek dominannya adalah –I akan menghasilkan rasio yield ortho:para yang lebih kecil daripada
senyawa yang memiliki dominan efek –M.
Rasio ortho:para juga dipengaruhi oleh media nitrasinya. Distribusi isomer yang hasilnya
berasal dari nitrasi anilina dan anilida pada beberapa macam media terdapat pada tabel berikut.
Table 2.3. Nitration of Aniline and anilides
Nitration with 80 per cent HNO3 in glacial acetic acid
Laju reaksi akan meningkat dengan tajam seiring dengan meninggkatnya konsentrasi
asam sulfat dan mencapai titik maksimum pada saat konsentrasi asam sulfat sebesar 90%. Akan
tetapi, laju reaksinya menurun drastis pada saat konsentrasi asam sulfat lebih dari 90%. Kenaikan
laju reaksi disebabkan karena naiknya konsentrasi ion nitril yang terbentuk. Grafik tersebut juga
menunjukkan konstanta kesetimbangan (k) dari tris p-nitrofenilkarbinol meningkat seiring
dengan meningkatnya laju reaksi. Trifenilkarbinol akan mengalami ionisasi dalam asam sulfat
dan menghasilkan ion karbonium seperti yang terjadi pada ionisasi asam nitrat yang
menghasilkan ion nitril. Reaksi yang terjadi adalah :
(Ar)3COH + 2H2SO4 (Ar)2C+ + H3O + 2HSO4-
Sesuai dengan grafik pada gambar 3, laju reaksi nitrasi akan menurun pada saat
konsentrasi asam sulfat di atas 90%. Penyebabnya adalah adanya interaksi antara substrat
organik dan asam sulfat sehingga akan menurunkan kerapatan elektron di dalam cincin.
Penurunan kerapatan elektron tersebut akan mengakibatkan berkurangnya reaktivitas dari cincin
tersebut. Kemungkinan interaksi yang terjadi adalah pembentukan ikatan Hidrogen antara
nitrobenzena dan asam sulfat. Kekuatan ikatan tersebut akan semakin kuat pada keadaan asam
(dalam hal ini adalah asam sulfat). Berkurangnya kandungan air pada asam sulfat (kenaikan
konsentrasi asam sulfat) akan meningkatkan interaksi yang semakin kuat antara asam dan
substrat organik sehingga elektron akan semakin keluar dari cincin. Keluarnya elektron tersebut
mengakibatkan laju reaksi nitrasi menurun.
2.10 Oksinitrasi
Oksinitrasi adalah reaksi yang terjadi antara benzena dan sekitar 50% asam nitrat yang
mengandung 0,2 molar merkuri nitrat. Hasil dari reaksi tersebut adalah 85% dinitrofenol dan
asam picric. Mekanisme yang terjadi saat oksinitrasi adalah sebagai berikut :
Mula-mula benzena akan dikonversi menjdi fenilmerkuri nitrat yang kemudian akan
direaksikan dengan nitrogen dioksida untuk membentuk nitrosobenzena. Nitrosobenzena yang
dihasilkan dapat bereaksi dengan dua cara. Pada asam nitrat (<50%), nitrosobenzena akan
bereaksi dengan nitrogen oksida dan menghasilkan fenilazodium nitrat. Garam diazonium yang
terbentuk dari reaksi selanjutnya akan dikonversi menjadi fenol dengan bantuan air, yang
kemudian akan dinitrasi dan menjadi produk akhir. Pada asam nitrat (>50%), nitrosobenzena
dikonversi secara langsung menjadi p-nitrofenol tanpa melalui pembentukan senyawa
diazonium. P-nitrofenol yang terbentuk kemudia dinitrasi dan menghasilkan dinitrofenol dan
asam picric.
2.11 Aplikasi Nitrasi di Industri
A. Nitrasi Toluene Menjadi Dinitrotoluenes
Tahap pertama, campuran sulfur dan asam nitrat akan menyebabkan reaksi dengan
toluen menjadi 2 mononitrotoluens (MTN) dengan komposisi (%) ortho 59, meta 4 dan para 37.
Menggunakan katalis hidrogen dengan presence Raney Nickel, menjaga suspensi pada
reaksi menengah dengan menggunakan metanol sebagai bahan pelarut.
C. Posgenasi Diamine Menjadi Tolylene Diisocyanate
PENUTUP
Demikian nitrasi aromatik hidrokarbon ini kami buat, guna untuk memenuhi tugas Proses
Industri Kimia Organik. Semoga makalah ini memberikan manfaat baik sebagai referensi
pembelajan maupun menambah wawasan mengenai proses industrI kimia dengan reaksi nitrasi.