Pendahuluan
Nitrasi merupakan reaksi terbentuknya senyawa nitro atau masuknya
gugus nitro (-NO2) dalam suatu senyawa. Pada reaksi nitrasi, gugus nitro
dapat berikatan dengan atom yang berbeda dan bisa menghasilkan senyawa
tertentu, seperti:
1. Gugus nitro yang berikatan dengan atom Carbon (C) akan membentuk
senyawa nitroaromatik atau nitroparaffinik.
2. Apabila berikatan dengan Oksigen (O) akan membentuk ester nitrat
3. Apabila berikatan dengan Nitrogen (N) akan membentuk nitramine.
Gugus nitro dapat melakukan substitusi pada beberapa rangkaian aromatik
seperti pada asam sulfonat atau golongan asetil, yang dapat ditunjukkan pada
Gambar 1.
Gambar 2. Efek kandungan air terhadap ionisasi asam nitrat dalam asam sulfat.
Berdasarkan grafik tersebut, ketika konsentrasi asam sulfat kurang dari
86%, ionisasi asam nitrat sangat kecil, namun ionisasinya akan terus
meningkat seiring dengan tingginya konsentrasi asam sulfat. Pada 94%
konsentrasi asam sulfat, asam nitrat telah terionisasi sempurna menjadi ion
nitril.
III.
Nitrasi Aromatik
Berikut ini merupakan persamaan nitrasi senyawa aromatik.
Agen nitrasi merupakan reaktan elektrofilik, yang cenderung menyukai
tempat seperti atom karbon pada cincin aromatik yang kaya akan elektron.
Berikut merupakan mekanisme reaksi nitrasi senyawa aromatik.
asam nitrat berlebih. Produk yang dihasilkan adalah 1-nitroanthraquinon, 1,5dan 1,8-dintroanthraquinon.
Teori Substitusi Aromatik
Substituen berpengaruh terhadap densitas elektron, dengan menggunakan
2 jenis alur penting, yaitu efek induktif (-I ketika menarik elektron dan +I
ketika menolak elektron) dan efek mesomeri (-M atau +M). Efek induktif
berhubungan dengan momen dipol dari senyawa seperti C6H5-X. Jika X
berada pada kutub negatif, maka akan menarik elektron dari cincin sehingga
menimbulkan efek I. Sedangkan jika X berada pada kutub positif, maka
akan meningkatkan densitas elektron pada cincin aromatik, sehingga
menimbulkan efek +I.
Gugus yang menghasilkan efek I adalah Nme3+, -NO2, -COOEt,
-halogen. Gugus yang menghasilkan efek +I adalah O- dan beberapa jenis
alkil. Efek +I menyebabkan seluruh posisi dalam cincin menjadi lebih reaktif
dibandingkan posisi benzena yang tidak tersubstitusi. Posisi ortho dan para
menjadi lebih reaktif dibandingkan pada posisi meta. Efek I dapat
mengurangi reaktivitas dari seluruh posisi pada cincin benzena, yang akan
berpengaruh pada posisi ortho dan para, sehingga posisi meta menjadi lebih
reaktif.
Substituen yang memiliki elektron bebas dapat meningkatkan densitas
elektron pada cincin, menggunakan efek mesomeri +M. Sedangkan jenis
substituen lainnya dapat menurunkan kerapatan elektron dalam cincin
aromatik karena efek M. Gambar di bawah ini menunjukkan ilustrasi efek
mesomeri.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 4 menunjukkan efek mesomeri +M mengaktifkan seluruh posisi
cincin menuju bagian benzena yang tidak tersubstitusi, sehingga posisi ortho
dan para menjadi lebih kaya elektron dibandingkan dengan posisi meta.
Sedangkan Gambar 5 menunjukkan Efek M yang akan mendeaktivasi
seluruh posisi, yang menyebabkan posisi meta sedikit terdeaktivasi
dibandingkan posisi ortho dan para, sehingga meta menjadi lebih kaya
elektron. Efek +M lebih kuat dibandingkan efek I. Halogen juga
menghasilkan efek I dan +M, dan kedua efek tersebut sama pentingnya.
Rasio Ortho : Para
Langkah pertama menunjukkan transfer proton yang sangat cepat dari satu
molekul asam nitrat ke molekul asam nitrat lain. Laju reaksi pada langkah
kedua, menunjukkan terjadinya pembentukan ion nitril yang bergantung pada
media yang digunakan. Pada kondisi asam kuat (menggunakan pelarut polar
seperti asam sulfat pekat) reaksi akan berjalan sangat cepat. Sedangkan pada
kondisi asam yang relatif lemah (seperti asam asetat atau nitrometana) reaksi
akan berjalan lambat.
Nitrasi pada Larutan Asam Nitrat
Substrat yang sangat reaktif menunjukkan reaksi berorde nol, sedangkan
yang kurang reaktif menunjukkan reaksi berorde satu. Laju reaksi nitrasi
senyawa reaktif sama dengan laju pertukaran O18 dengan antara HNO318 atau
H2O16. Pertukaran antara oksigen dengan asam nitrat atau air, ditunjukkan
dengan reaksi berikut.
Setelah ion nitril terbentuk pada reaksi di atas, kemudian akan bereaksi
dengan air, seperti ditunjukkan oleh reaksi berikut ini.
Efek katalitik terjadi pada substrat reaktif seperti anisol atau dimetilanilin,
yang ternitrasi dalam asam nitrat lemah, dimana konsentrasi ion nitrilnya
rendah. Efek itu terjadi karena terbentuknya senyawa nitroso yang teroksidasi
menjadi senyawa nitro, menurut persamaan berikut.
Merupakan reaksi yang terjadi antara benzena dan kira-kira 50% asam
nitrat yang mengandung 0,2 mol merkuri nitrat, yang menghasilkan 85%
dinitrofenol dan asam picric. Mekanisme reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut.
Panas Nitrasi
Reaksi nitrasi sangat eksotermis, sehingga perubahan enthalphinya negatif.
Kondisi tersebut harus dikontrol menggunakan sistem pendingin untuk
menyerap energi. Proses ini membebaskan energi dalam bentuk panas, panas
tersebut dapat digunakan untuk menghitung besar perubahan H, yang akan
ditunjukkan oleh hubungan berikut:
Q = - H
Dimana Q adalah panas reaksi, yang menunjukkan jumlah total panas yang
hilang akibat bereaksi.
Sifat Termal Nitrasi Asam
Panas larutan (heat of solution) digunakan untuk menentukan panas yang
berubah selama proses nitrasi hidrokarbon oleh asam campuran, hal ini juga
dilakukan untuk berbagai panas yang terjadi pada larutan.
Untuk setiap tiga komponen (H2SO4, HNO3, H2O), pada kondisi standar
32F dan tekanan 1 atm enthalpynya adalah 0. Hal tersebut dapat dijelaskan
dengan grafik di bawah ini.
Gambar 8. Kurva enthalpy dan kapasitas panas dari mixed acid dan air.
Gambar 8. tersebut menunjukkan kurva enthalpy dan kapasitas panas dari
campuran dua atau 3 liquid dalam berbagai proporsi. Nilai negatif dari kurva
mixed acid per 100% asam total menunjukkan panas akan tetap berkembang,
meskipun asam murni tidak bercampur dengan air. Pengenceran dengan air
akan menambah panas yang dilepaska, hingga batas maksimum 60% asam
total. Apabila pada titik 0 - <60% asam total maka terjadi heat of dilution
yang mengakibatkan panasnya berkurang, sedangkan apabila melebihi batas
maksimum 60% maka terjadi heat of solution.
Panas pengenceran (heat of dilution) merupakan kebalikan dari heat of
solution, dimana panas reaksinya akan berkurang ketika ditambahkan air lagi
pada larutan tersebut. Sehingga dengan menurunnya panas, maka H akan
bertambah. Gambar 9. Menunjukkan kurva hubungan antara kandungan air
dengan panas pengenceran, dimana semakin tinggi kandungan air dalam
mixed acid, panas pengencerannya juga semakin rendah.
Pengumpulan 1
Kamis,
11 Maret 2015
Nitrasi
Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia II
Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S.
Groggins, P.H. 1958. Unit Processes In Organic Synthesis, 5th edition. New
Delhi:Mc. Graw-Hill
Castellan, G.W. 1983. Physical Chemistry, 3th edition. Addison-Wesley
Publishing Company, Inc .