Anda di halaman 1dari 51

REAKSI SUBSTITUSI PADA BENZENA

Secara Umum reaksi substitusi aromatik elektofilik melibatkan 3


tahap:
1. Pembentukan elektrofil :
a) Polarisasi oleh katalis
b) Dehidrasi
2. Substitusi elektrofilik
3. Rearomatisasi

2
REAKSI-REAKSI SUBSTITUSI AROMATIK ELEKTROFILIK BENZENA

Halogenasi
(Br2,Cl2, I2)

Nitrasi

Sulfonasi

Alkilasi
Friedel-Crafts

Asilasi
Friedel-Crafts
3
1. REAKSI HALOGENASI (BROMINASI, KLORINASI DAN IODINASI)

Tahap: 1. pembentukan elektrofil


2. Penyerangan elektrofil oleh benzena → terbentuk karbokation non aromatik
3. Rearomatisasi (stabilisasi, deprotonasi)

Catt: Bila X = Br → katalisnya FeBr3


X = Cl → katalisnya FeCl3
X = I → katalisnya FeI3 4
2. NITRASI BENZENA

• Reaksi dapat dilakukan dengan menggunakan campuran H2SO4 p + HNO3 p,


pada temperatur sedikit hangat
• Sebagai elektrofil adalah ion nitronium, yang terbentuk dari reaksi dehidrasi
asam nitrat.
• Hasil = nitrobenzen (digunakan sebagai bahan baku sintesis senyawa-senyawa
sulfa atau turunan parasetamol)

5
3. SULFONASI BENZENA

6
Catatan:
- Reaksi menghasilkan produk asam benzensulfonat
- Elektrofil terbentuk dari dehidrasi asam sulfat terprotonasi
- Dapat juga digunakan asam sulfat berasap (campuran H2SO4 pekat + SO3 )
sebagai sumber elektrofil
- Asam benzensulfonat digunakan untuk sintesis obat-obat sulfa.
- Reaksi berjalan reversibel → dapat terjadi proses desulfonasi.

7
4. ALKILASI BENZENA

- Alkilasi benzena dengan alkil halida dan AlCl3 sebagai katalis: Reaksi alkilasi
Friedel-Crafts.
- Dihasilkan suatu alkilbenzena sebagai produknya.

8
5. ASILASI BENZENA

- Substitusi suatu gugus asil pada cincin benzena, sebagai hasil reaksinya dengan
suatu halida asam.
- disebut juga reaksi ASILASI FRIEDEL-CRAFTS

9
Mekanisme Reaksi Friedel-Crafts :
• Pembentukan elektrofil (ion asilium)

Penyerangan benzen ke elektrofil diikuti deprotonasi (rearomatisasi)


10
SUBSTITUSI KEDUA

l Suatu benzena tersubstitusi dapat mengalami substitusi gugus kedua


l Beberapa benzena tersubstitusi bereaksi lebih mudah daripada benzenanya

sendiri, dan beberapa lainnya bereaksi lebih sukar dibanding dengan


benzennya sendiri.
11
- Misal: Reaksi substitusi pertama:

K1
Ar + E+ --------------------> Ar-E

- Reaksi substitusi kedua:

K2
Ar-E + X+ --------------------> X-Ar-E

K1 adalah konstanta laju reaksi substitusi elektrofilik pertama,


K2 adalah konstanta laju reaksi substiutsi elektrofilik kedua.

MAKA dapat terjadi K1 < K2 atau K1 > K2.

Kesimpulan: Substituen yang terdapat pada benzena akan mempengaruhi


reaktivitas benzena tsb terhadap suatu elektrofil
12
PENGARUH SUBSTITUEN TERHADAP REAKTIVITAS

Substituen X dapat mempengaruhi reaksi substitusi elektrofilik karena substituen tsb dapat
mengaktivasi atau mendeaktivasi cincin benzen.

BILA:
X mengaktivasi cincin: reaksi substitusi kedua terjadi lebih cepat dibanding subst. pertama
X mendeaktivasi cincin: reaksi substitusi kedua terjadi lebih lambat daripada subs pertama.

Suatu substituen akan mengaktivasi / mendeaktivasi cincin benzena --> tergantung pada
sifat substituen tersebut.

ADA 2 MACAM SIFAT SUBSTITUEN X PADA CINCIN AROMATIK:


1. Substituen yang bersifat sebagai pemberi elektron (donasi elektron) kepada cincin
aromatik. Disebut sebagai 'Gugus Pemberi Elektron' = Electron Donating Group (EDG)
Adanya substituen ini menyebabkkan terjadinya aktivasi cincin aromatik terhadap
elekrofil --> cincin aromatik menjadi lebih reaktif terhadap elektrofil
2. Substituen yang bersifat sebagai penarik elektron, disebut sebagai Gugus Penarik
Elektron = Electron Withdrawing Group (EWG)
Adanya substituen ini menyebabkkan terjadinya deaktivasi cincin aromatik terhadap
elekrofil --> cincin aromatik menjadi kurang reaktif terhadap elektrofil

13
14
15
EFEK INDUKSI DAN EFEK RESONANSI PADA CINCIN ROMATIK
Efek induksi dan efek resonansi (mesomerik) adalah 2 mekanisme yang menyebabkan
terjadinya efek aktivasi / deaktivasi.

1. EFEK INDUKSI
l Suatu mekanisme donasi maupun penarikan elektron pada cincin aromatik oleh
substituen, yang terjadi karena adanya sifat elektronegativitas atom pada
subustituen tsb.
l Efek ini bekerja melalui ikatan sigma, atau melalui ruang.

AKTIVATOR DEAKTIVATOR

Melalui efek induksi ini suatu substituen dapat menjadi bersifat akivator atau
deaktivator terhadap cincin aromatik. 16
EFEK INDUKSI:
1. SEBAGAI AKTIVATOR:
- Contoh: donasi elektron yang diberikan oleh CH3 dengan cara induksi,
--> terjadi melaui ikata sigma antara C cincin aromatik dengen C pada CH3
--> Efek induksi menuju ke cincin = terjadi AKTIVASI = ( I +)

2. SEBAGAI DEAKTIVATOR:
- Contoh: pada Chlorobenzena
--> Penarikan elektron dilakukan akibat sifat elektronegatif atom Cl melaui
ikatan sigma antara C cincin dan atom Cl
--> Efek induksi menuju keluar cincin = terjadi DEAKTIVASI = ( I -)
- Contoh lain: pada benzaldehide
--> Penarikan elektron dilakukan oleh gugus karbonil (C=O), karena sifat
polaritas gugus C=O. Penarikan elektron terjadi baik melalui ikatan sigma
antara C karbonil dengan C cincin, maupun melaui ruang
--> terjadi deaktivasi cincin (I -)
- Contoh lain: pada cyanobenzena.

H3C Cl

17
2. EFEK RESONANSI (MESOMERIK)
= Suatu mekanisme donasi (pemberian) atau penarikan elektron dari inti benzen
oleh substituen, yang terjadi oleh adanya overlap orbital p milik subtituen dengan
elektron pi pada atom C benzena.

Contoh: anisole --> efek aktivasi melaui resonansi

Bila resonansi masuk ke dalam cincin benzena = ( R +) --> efek aktivator


Pada fenol dan aniliin: efek resonansi (R+) jauh lebih kuat daripada efek induksi (I-) )
--> sehingga gugus OH dan NH2 lebih bersifat sebagai aktivator

Bila resonansi keluar dari cincin benzena = (R -)


Contoh: asam benzoat, benzaldehide, cyanobenzena, dll --> sebagai deaktivator

Halobenzen: Halogen mempunyai elektronegativitas yang sangat kuat --> efek induksi (I-)
18
lebih kuat daripada efek resonansi --> sifat sebagai deaktivator
CONTOH RESONANSI SUATU GUGUS DEAKTIVATOR

Nitrobenzena

19
20
21
22
BREAK
ORIENTASI
Adalah efek yang ditimbulkan oleh substituen pada cincin aromatik, dalam
mengarahkan substituen kedua pada posisi tertentu, relatif terhadap substituen tsb.

Terdapat 3 posisi elektrofil terhadap substituen X, yaitu posisi ortho, meta dan para

Contoh: substitusi gugus NO2 terhadap metil benzena (benzena yang telah
tersubstitusi dengan gugus metil), menghasilkan masuknya gugus NO2 pada posisi
ortho dan para. → gugus metil adalah gugus pengarah ortho dan para

Sedangkan pada cyanobenzena (benzen tersubitusi gugus CN), gugus NO2 masuk
pada posisi meta → gugus CN adalah pengarah meta
24
EFEK SUBSTITUEN TERHADAP ORIENTASI MASUKNYA E

l Substituen yang merupakan EDG (gugus pemberi elektron), yaitu


AKTIVATOR cincin terhadap substitusi kedua, akan mengarahkan substitusi
kedua pada posisi ORTHO dan PARA

l Substituen yang merupakan EWG (gugus penarik elektron), yaitu


DEAKTIVATOR cincin benzena, akan mengarahkan substitusi kedua pada
posisi META.

l Halogen, meskipun bersifat mendeaktivasi cincin benzena dengan efek


induksinya yang bersifat menarik elektron, tetapi merupakan gugus
pengarah ORTHO dan PARA, karena dapat menyumbang elektronnya
secara resonansi.

25
MEKANISME PENGARAHAN ORTHO-PARA:
a. Contoh : Melalui efek induksi oleh gugus aktivator CH3

26
Pada posisi meta tidak ada muatan (+) dari atom C yang terstabilkan oleh induksi dari
CH3
-> Karbokation pada bentuk-bentuk ortho dan para keduanya mempunyai
struktur resonansi dimana muatan positif berdampingan langsung dengan CH3
dan distabilkan oleh indukai donasi elektron dari gugus CH3.

Dengan demikian: karbokation bentuk ortho dan para lebih stabil dibanding
dalam bentuk meta-nya.

Gugus-gugus induktiof aktivator yang lain:

- etil
- propil
- aril
- tertier alkil, dll

27
b. Pengarah Ortho-para melalui resonansi oleh gugus aktivator,
misal OCH3

28
Karbokation pada bentuk ortho dan para keduanya mempunyai struktur
resonansi dimana muatan positif berdampingan langsung dengan gugus
OCH3 → terstabilkan langsung oleh efek resonansi (M+) dari gugus OCH3
tersebut.

Karbokation bentuk ortho dan para lebih stabil dan lebih mudah terbentuk
dibanding bentuk meta.

Gugus mesomerik aktivator yang lain:


- OH
- NH2
- OR
dll.

→ mengarahkan elektrofil ke posisi ortho dan para.

29
GUGUS-GUGUS DEKTIVATOR: PENGARAH META

- Kerapatan elektron diturunkan pada posisi ortho dan para,


- intermediet meta lebih stabil dibanding intermediet ortho dan para. Kenapa?

30
GUGUS INDUKTIF – DEAKTIVATOR: HALOGEN (Cl, Br, I, F)

Halogen, meskpun mendeaktivasi cincin melalui efek (I-), halogen dapat


menyumbangkan elektronnya ke cincin melalui efek resonansi (M+),
sehingga akan mengarahkan gugus substitusi kedua masuk pada posisi
ortho dan para.

Tetapi karena (I- ) > (M+), maka kecepatan reaksi substitusi elektrofilik
pada halobenzena lebih rendah daripada susbitusi pada benzen.

Dalam fenol atau anilina, struktur resonansi dari zat antara yag menyajikan
kestabilan tambahan, timbul dari overlapping orbital-orbital 2p atom C
dengan 2p atom N atau atom O. Orbital-orbital ini sama besar, dan
karenanay overlappingnya maksimal.

Dalam klorobenzena, bromobenzena, atau iodobenzena oevrlaping yang


terjadi adalah 2p – 3p, 2p-4p, atau 2p-5p, yang tidak sama besar, sehingga
resonansi tidak efektif, Sehingga (I-) > (M+).

31
BENZENA TRISUBSTITUSI: Penambahan efek-efek

l Substitusi lebih lanjut dari benzenaa tersubstitusi ditentukan oleh efek induksi
dan resonansi yag sama dengan pada benzena di-substitusi

l Perbedaannya adalah: kita harus mempertimbangkan 'additive effects' dari 2


gugus yang sudah ada

ATURAN UNTUK MEMPREDIKSI:

1. Bila kedua gugus mengarahkan substituen pada posisi yang sama,maka akan
terbentu produk tunggal selama reaksi

32
2. Bila efek pengarah dari 2 gugus yang sudah ada saling berlawanan, gugus
aktivasi yang lebih kuat biasanya mempunyai pengruh dominan. Campuran
produk juga sering terjadi.

OH lebih kuat dari pada CH3


33
3. Substitusi lebih lnjut jarang sekali terjadi diantara 2 gugus pada posisi meta
disubstitusi, karena adanya hambatan sterik.

34
Terjadi campuran product:

35
CATATAN UNTUK ALKILASI FRIEDEL CRAFT
(Charles Friedel & James Craft 1877)
BEBERAPA KENDALA PADA REAKSI ALKILASI FC
1. Hanya bisa digunakan pada alkil halida (R-X)
2. Tak berhasil pada benzen yang tersubitutsi dengan EWG
3. Terjadi poli-alkilasi
4. Dapat terjadi reaksi penyusunan ulang (rearrangement)

1. Reaksi Friedel Craft hanya bisa digunakan dengan alkl halida (R-X)
sebagai elektofil.
Reaksi dengan aril halida dan vinil halida tidak berjalan, dibutuhkan energi yang tinggi
untuk meraksikan senyawa-senyawa ini.
Why..?
2. Reaksi alkilasi Friedel-Craft tidak berhasil terhadap benzen yang
tersubsitutsi EWG (gugus penarik elektron).
Mengapa?

Suatu gugus penarik elektron bersifat ‘mendeaktivasi’ cincin benzena,


sehingga menyebabkannya kurang reaktif à reaksi FC tak dapat terjadi.
3. Pada reaksi Friedel-Craft dapat terjadi poli alkilasi
• Salah satu kendala dalam reaksi Friedel Craft adalah adanya kesulitan untuk
mengehentikan reaksi sesudah substitusi pertama
• Karena hasil reaksi FC adalah suatu benzena tersubitusi alkil, sementara alkil adalah
suatu gugus pemberi elektron = aktivator,
à inti benzena menjadi lebih reaktif terhadap substitusi kedua dan ketiga.
à Jumlah produk monosubstitusi yang besar hanya bisa diperoleh bila digunakan
benzena dalam jumlah yang berlebihan, dan produk akan berupa campuran.
Contoh:

Pada reaksi ASILASI Friedel Craft TIDAK terjadi polialkilasi.. Kenapa?


• Salah satu kendala dalam reaksi Friedel Craft adalah adanya kesulitan untuk
mengehentikan reaksi sesudah substitusi pertama
• Karena hasil reaksi FC adalah suatu benzena tersubitusi alkil, sementara alkil adalah
suatu gugus pemberi elektron = aktivator,
à inti benzena menjadi lebih reaktif terhadap substitusi kedua dan ketiga.
à Jumlah produk monosubstitusi yang besar hanya bisa diperoleh bila digunakan
benzena dalam jumlah yang berlebihan, dan produk akan berupa campuran.
Contoh:

40
4. Dapat terjadi reaksi penyusunan ulang karbokation
(carbocation rearrangement reaction)

Reaksi penyusunan ulang terjadi terutama bila digunakan suatu alkil halida
primer, dimana gugus alkil primer berubah menjadi gugus alkil sekunder

Contoh:

Dalam alkilasi Friedel-Crafts, elektrofil-nya (suatu karbokation/ion


karbonium) dapat mengalami penataan ulang (rearrangement )
untuk membentuk karbokation yang lebih stabil
- Rearrangement dapat melalui 'perpindahan metil' (methyl shift) atau
'perpindahan hidrida' (hydride shift)

- Contoh methyl shift (Perpindahan metil):

LEBIH STABIL 42
Contoh lain: terjadi rearrangement hydride shift (Perpindahan hidrida)

43
REAKSI SUBSTITUSI NUKLEOFILIK pada AROMATIK
(SNAr)
Umumnya reaksi substitusi pada benzena terjadi melalui reaksi subitusi elektrofilik
Reaksi substitusi nukleofilik juga dapat terjadi terhadap aril halida yang tersustitusi
dengan suatu gugus penarik elektron

Reaksi tidak terjadi melalui mekanisme substitusi, baik SN1 maupun SN2
Reaksi terjadi melalui mekanisme adisi dan eliminasi

Reaksi adisi

Reaksi eliminasi
Hasil adalah bentuk o dan p (terhadap gugus nitrogen), karena pada posisi ini
dapat terjadi stabilisasi terhadap anion melalui resonansi.

Perhatian:
EWG pada substitusi elektrofilik à pengarah meta, substitusi mengganti H
EWG pada substitusi nukleofilik à pengarah o dan p, substitusi menganti gugus pergi
(dalam hal ini halida atau Cl)
Substitusi nukelofilik melalui terbentuknya BENZYNE
(Benzuna)

Suatu halobenzene yang tak tersubstitusi EWG juga dapat mengalami substitusi
nukleofilik, dengan cara ‘dipaksa’ pada kondisi reaksi khusus: temperatur dan
tekanan tinggi
Contoh: Cl OH

NaOH, 340oC, 2500 psi


+ Na Cl
H2O, H+

Reaksi terjadi melalui mekanisme terbentuknya benzyne / benzuna (suatu Aryne,


aril dengan ikatan rangkap 3).
BENZUNA / BENZYNE

Atom-atom karbon pada benzuna terhibridisasi sp2 , dan ikatan ‘ketiga’ merupakan
hasil overlap lemah dari dua orbital SP2 yang berdekatan
Benzuna adalah suatu spesi yahg sangat reaktif
SUBSTITUSI NUKLEOFILIK PADA BENZUNA

Anda mungkin juga menyukai