Anda di halaman 1dari 20

BAB X

NITRASI

10.1 Pendahuluan
Nitrasi adalah reaksi untuk memasukkan satu atau lebih gugus nitro (NO 2+) ke dalam suatu
bahan baku senyawa hidrokarbon.

Gugus Nitro (NO2+) dapat terikat pada:

- Atom karbon membentuk senyawa Nitro Aromatis (Nitro Parafinic)

ArH + HNO3 ArNO2 + H2O (10.1)

- Atom –O- membentuk senyawa Nitrate Ester

ROH + HNO3 RONO2 + H2O (10.2)

- dengan N membentuk senyawa Nitro Amines atau Nitro Amides


NO2
R-N-R ’ ; RCO – N – R’

NO2
Aplikasi produk Nitrasi : sebagai pelarut (nitroparaffin), zat pewarna (nitronaftalen), bahan
peledak (trinitrotoluen), fuels (bahan bakar roket), bahan vernis,coating dan farmasi.

10.2 Nitrating Agent


Senyawa yang dapat digunakan sebagai nitrating agent adalah :
a. Asam nitrat (HNO3) murni dalam bentuk cair berasap (fuming, konsentrasi tinggi
mengandung ion NO2+ bebas).Asam nitrat (HNO3) pekat (concentrated) atau larutan
(aqueous)
b. Campuran asam dalam bentuk campuran HNO 3 dengan asam sulfat, HNO3 dengan
asam fosfat, HNO3 dengan kloroform atau HNO3 dengan asam asetat anhidrid
c. Oksida Nitrogen: nitrogen pentoksida (N2O5), nitrogen tetraoksida (N2O4) untuk nitrasi
dalam fasa gas.

10. 3 Mekanisme Reaksi dan Kinetika Reaksi Nitrasi

Nitrasi X - 1
Mekanisme reaksi nitrasi senyawa aromatik benzena dengan nitrating agent campuran
asam H2SO4 dan HNO3 .
cepat
1. HNO3 + 2H2SO4 NO2+ + H3O+ + 2HSO4- (10.3)

2. ArH + NO2+ lambat ArHNO2+ (10.4)

3. ArHNO2+ + HSO4- ArNO2 + H2SO4 (10.5)

ArH + HNO3 + H2SO4 ArNO2 + H2O + H2SO4 (10.6)

Reaksi yang pertama merupakan reaksi ionisasi untuk menghasilkan nitril ion. Nitril ion
yang terbentuk akan menyerang senyawa aromatik benzena dan melepaskan salah satu
ikatan rangkapnya membentuk senyawa antara ArHNO2+ . Senyawa antara ArHNO2+ akan
bereaksi dengan HSO4- membentuk senyawa nito benzene ArNO2 , H2SO4 dan produk
samping H2O.

Mekanisme reaksi nitrasi diawali dengan pembentukan elektrofilik (nitril ion, NO 2+). Pada
tahap ini terjadi perpindahan proton (muatan positif) dari satu molekul asam nitrat ke
molekul lainnya. Pada tahap kedua, nitril ion yang terbentuk akan beradisi pada cincin
naftalen, membentuk ion benzenonium. Pada tahap ketiga proton (H+) akan lepas dari ion
benzenonium dan bergabung dengan HSO4- membentuk H2SO4.
1. Pembentukan Elektrofilik

Nitrasi X - 2

-
H + +
2. Ion nitronium menyerang gugus H senyawa organik
NO2 H

+
+ NO2+

H3O++ HSO4-
Naftalen (C10H8)

3.Re-aromatization

NO2 NO2
H

+
+ HSO4- + H2SO4

-nitronaftalen

Reaksi secara keseluruhan :


C10H8 + HNO3  C10H7NO2 + H2O (10.7)

Gambar 10.1 Mekanisme reaksi nitrasi naftalen (Sethi, A,2006)

Reaksi subsitusi elektrofilik adalah reaksi yang menghasilkan suatu produk subsitusi,
dengan elektrofilik menjadi subsituen baru menggantikan suatu gugus, pada umumnya
adalah H+. Hampir semua senyawa aromatis mengalami jenis reaksi ini, termasuk senyawa
polisiklis aromatis. Senyawa polisiklis aromatis bahkan lebih reaktif terhadap serangan
elektrofilik dari pada benzena.
Berbagai jenis elektrofilik dapat mengalami subsitusi elektrofilk pada senyawa
polisiklis aromatis. Misalnya naftalen, dapat mengalami brominasi, nitrasi, sulfonasi, atau
asilasi dengan kondisi yang lebih ringan. Berbagai reaksi subsitusi elektrofilik yang dapat
berlangsung pada naftalen ditunjukkan pada Gambar 10.2.

Nitrasi X - 3
1-bromonaftalen

1-nitronaftalen

Naftalen (C10H8)
1-naftalensulfonat

1-asetilnaftalen

Gambar 10.2 Jenis subsitusi elektrofilik senyawa naftalen


(Hart Harorld, 1987)

Mekanisme subsitusi elektrofilik pada naftalen tidak berbeda dengan benzena.


Kedua reaksi tersbut berlangsung melalui intermediet (zat antara). Secara umum,
mekanisme reaksi subsitusi elektrofilik senyawa naftalen ditunjukkan dalam Gambar 10.3.

Bila subsitusi terjadi pada posisi 

Bila subsitusi terjadi pada posisi β


Nitrasi X - 4
Gambar 10.3 Mekanisme subsitusi elektrofilik pada naftalen
(Fessenden, R. dan Fessenden,1982)

Bila dibandingkan dengan benzena, maka zat antara pada subsitusi elektrofilik
naftalen memerlukan energi yang lebih rendah, karena masih mempunyai struktur cincin
benzena yang utuh. Perbedaan energi substitusi elektrofilik antara benzena dan naftalen
ditunjukan pada Gambar 10.4.

Memerlukan 36 kka untuk merusak


kearomatisan benzena

Memerlukan 25 kka untuk


merusak kearomatisan
naftalen

Gambar 10.4 Perbedaan energi subsitusi elektrofilik senyawa benzena dan


naftalen (Fessenden, R. dan Fessenden,1982)

Untuk mengubah benzena menjadi ion benzenonium yang merupakan zat antara substitusi
elektrofilik benzena, diperlukan energi sebesar 36 kkal/mol untuk merusak kearomatisan
benzena, tetapi untuk mengubah naftalen menjadi zat antaranya dalam substitusi
elektrofilik, diperlukan energi yang lebih rendah, yaitu sebesar 25 kkal/mol. Dengan
demikian energi aktivasi yang menuju zat antara pada naftalen lebih rendah dari benzena,
oleh karena itu laju substitusi elekrofilik pada naftalen lebih cepat dari benzena (Fessenden,
R. and Fessenden,1986)

Nitrasi X - 5
Teori substitusi aromatik.

Gugus nitro dapat diarahkan posisinya (orto, meta, atau para) tergantung pada sifat induksi
dan mesomeri dari bahan baku yang digunakan. Sifat induksi dan mesomeri bahan baku
dipengaruhi pula oleh gugus fungsi yang dimiliki oleh bahan baku tersebut. Di bawah ini
dijelaskan mengenai sifat induksi dan mesomeri.
 Efek – I  jika gugus fungsi menarik elektron dari induknya (ring, cincin benzen)
maka gugus NO2 berada pada posisi meta.
 Efek + I  jika gugus fungsi menolak elektron dari induknya maka gugus NO 2
berada pada posisi orto dan para, lebih reaktif dari meta.
 Efek + M  jika gugus fungsi memberikan pasangan elektron bebas pada induknya
sehingga menambah densitas e- induk, maka gugus NO2 berada pada posisi orto dan
para.

R–N-
Ikatan rangkap pada gugus fungsi akan cenderung ke induk.
R

Efek + M terjadi jika gugus fungsi memiliki ikatan rangkap atau elektron bebas.

 Efek - M terjadi jika gugus fungsi menarik elektron dari induknya sehingga
mengurangi densitas elektron induk, maka gugus NO2 akan berada pada posisi meta.
Ikatan rangkap dalam senyawa induk akan
O
cenderung ke gugus fungsi.
R–C-

Tabel 10.1 Sifat Induksi dan Mesomeri gugus fungsi pada senyawa aromatik
(Groggins, 1958)

No Senyawa Sifat gugus fungsional Arah masuk NO2 pada


nitrasi
1 C6H5CH3 +I Orto, para
2 C6H5COO - +I;-M Orto, para, meta
3 C6H5NH3+ -I Meta
4 C6H5COOC2H5 -I;-M Meta
5 C6H5Cl -I;+M Orto, para
6 C6H5O - +I;+M Orto, para

Nitrasi X - 6
Tabel 10.2 Komposisi hasil Nitrasi turunan benzena (Groggins, 1958)

No Senyawa Orto Meta Para

1 C6H5F 12.4 - 87.2


2 C6H5Cl 30.1 - 69.9
3 C6H5Br 37.6 - 62.4
4 C6H5J 41.1 - 58.7
5 C6H5CH3 58.8 4.4 36.8
6 C6H5CH2Cl 40.9 4.2 54.9
7 C6H5CHCl2 23.3 38.8 42.9
8 C6H5CCl3 6.8 64.5 28.7
9 C6H5COOC2H5 28.3 68.4 3.3
10 C6H5COOH 18.5 80.2 1.3
11 C6H5NO2 6.4 93.2 0.25

10.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reaksi nitrasi


Kecepatan proses nitrasi dipengaruhi oleh jenis bahan baku, HNO 3 Ratio (R) dan
komposisi campuran asam HNO3 dan H2SO4 (mixed acid) yang digunakan.
a. Jenis bahan baku
Setiap bahan baku aromatik dan turunannnya yang digunakan dalam proses nitrasi memiliki
kereaktifan yang berbeda. Toluen (benzene dengan substituen CH 3) lebih reaktif
dibandingkan benzene sendiri. Klorobenzene dan Nitrobenzene kurang reaktif
dibandingkan benzene sendiri. Senyawa polisiklis aromatis bahkan lebih reaktif terhadap
serangan elektrofilik dari pada benzena. Nitrasi benzene dan turunannya dilakukan pada
fasa cair dengan suhu < 1000C, tekanan 1 atm, sedangkan nitrasi parafinik harus dilakukan
pada fasa gas, suhu 4100C tekanan 10 atm.

b. HNO3 Ratio (R)


Jumlah/banyaknya agent HNO3 yang digunakan untuk proses nitrasi tergantung pada
kereaktifan bahan baku yang digunakan. Nilai R adalah perbandingan massa HNO 3
terhadap massa bahan baku nitrasi. Nilai ini menentukan jumlah nitril ion (NO 2+) yang
harus tersedia agar semua bahan baku dapat terkonversi secara optimal.
R = berat asam nitrat murni
berat zat yang dinitrasi
Nitrasi X - 7
= berat HNO3
berat RH (hidrokarbon sebagai bahan baku)
Nilai R berbeda untuk setiap bahan baku yang digunakan pada proses nitrasi, semakin
tinggi nilai R maka bahan baku tersebut semakin sulit untuk di nitrasi. Nilai R untuk
pembuatan mononitro benzene adalah 1,04, dinitro benzene 1,1 dan trinitrotoluen 0,997.
Nilai R untuk nitrasi naftalen yang disarankan adalah 1,01. (Groggings, 1958).

c. Komposisi campuran asam


Hubungan antara konsentrasi H2SO4 (%) terhadap persentasi ionisasi HNO3 pada proses
pembentukan nitril ion, ditunjukkan oleh Gambar 12.5 . Kecepatan proses nitrasi
tergantung pada ketersediaan nitril ion yang terbentuk pada proses ionisasi HNO 3 dalam
campuran asam (mixed acid) HNO3 dan H2SO4. Semakin tinggi konsentrasi H2SO4 yang
digunakan maka persentase proses ionisasi HNO3 atau pembentukan nitril ion (NO2+) akan
semakin besar pula. Dari Gambar 12.5 dapat dilihat bahwa konsentrasi asam sulfat dibawah
87% menunjukkan persentase ionisasi asam nitrat yang sangat kecil, yaitu 20%. Pada
konsentrasi H2SO4 87-94%, persentase ionisasi HNO3 naik cukup pesat berada pada rentang
20-90%. Pada konsentrasi H2SO4 lebih besar dari 92%, kenaikan persentase ionisasi HNO 3
tidak menunjukkan perbedaan yang berarti.

Gambar 11.5 Hubungan konsentrasi H2SO4 (%) terhadap


persentasi ionisasi HNO3 (Groggins,1958)

Nitrasi X - 8
Hubungan antara konsentrasi H2SO4 (%) terhadap kecepatan reaksi nitrasi ditunjukkan oleh
Gambar 10.6

Gambar 10.6 Hubungan antara konsentrasi H2SO4 (%) terhadap kecepatan reaksi
nitrasi (Groggins, 1958)

Pada konsentrasi H2SO4 lebih besar dari 90%, kecepatan reaksi nitrasi akan menurun
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12.3. Semakin tinggi konsentrasi H2SO4 semakin
kuat ikatan hidrogen dalam senyawa tersebut. Ikatan hidrogen yang kuat akan menarik
elektron-elektron yang berada dalam cincin benzen. Densitas elektron dalam cincin benzen
yang berkurang akan menurunkan kereaktifan senyawa benzen tersebut. Komposisi
campuran asam tergantung pada jenis bahan baku yang digunakan. Komposisi campuran
asam dalam persen massa yang disarankan untuk nitrasi naftalen adalah 59,55% H2SO4;
15,85% HNO3;24,60% H2O (Groggings, 1958).

Selain itu, reaksi nitrasi juga dipengaruhi oleh air yang dihasilkan selama proses. Air yang
terbentuk akan mengencerkan campuran asam dan mempengaruhi proses ionisasi. Nilai R
(perbandingan massa HNO3 terhadap massa naftalen) dan komposisi campuran asam harus
diperhitungkan secara tepat diawal proses nitrasi untuk menghasilkan yield maksimum.
Perbandingan antara berat asam sulfat yang digunakan terhadap berat air total yang
terbentuk diakhir proses disebut Nilai DVS (dehydrating value of sulfuric acid)
DVS = berat asam sulfat
berat air total pada akhir proses reaksi

Nitrasi X - 9
DVS merupakan kontrol apakah proses nitrasi berlangsung stabil. Jika nilai DVS lebih
tinggi atau meningkat dari nilai standar maka stabilitas reaktor naik dan mendorong reaksi
berlangsung sempurna. Jika nilai DVS turun, maka stabilitas reaktor turun yang
disebabkan oleh penumpukkan material antara, peningkatan laju pengenceran, reaksi
oksidasi dan kebakaran dalam reaktor hingga terjadi ledakan.

10.5. Reaktor nitrasi


Reaksi nitrasi adalah reaksi yang sangat eksoterm sehingga pengendalian suhu
(pendinginan) dan pengadukan mutlak diperlukan. Panas yang dihasilkan dari proses nitrasi
selain berasal dari reaksi nitrasi juga berasal dari proses pencampuran asam. Jumlah panas
yang terlibat pada proses nitrasi akan menentukan design sistem pendinginan yang
dibutuhkan. Bahan konstruksi reaktor nitrasi adalah Mild Carbon Steel yang dilengkapi
dengan cooling surface, pengaduk, feed inlet dan product outlet lines, dan dumping line
berdiameter besar sebagai pengaman jika reaksi tak terkendali atau suhu meningkat tajam
akibat kegagalan pengadukan dan pendinginan. Pengadukan berfungsi untuk homogenasi
reaksi dan mencegah terjadinya pemanasan berlebih di satu lokasi karena ada bagian yang
stagnant. Kontrol temperatur dilakukan dengan mengalirkan air dingin atau larutan garam
dalam pipa-pipa pendingin atau jaket (untuk reaktor dengan kapasitas kecil). Selain itu,
umumnya reaktor nitrasi dilengkapi dengan fasilitas “dumping valve” yang berdiameter
cukup besar, “dumping valve” berfungsi untuk mengalirkan isi reaktor isi reaktor ke bak air
jika terjadi kegagalan dalam proses pengadukan ataupun pendinginan. Kelengkapan lainnya
adalah saluran keluar untuk uap yang berada di atas cairan seperti ”acid fumes” atau
oksida-oksida nitrogen. Jenis reaktor dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Nitrasi X - 10
Over flow
Hidrocarbon Schmid
Feed nitrator

Brine out

Brine in

Nitrating acid
Dump valve

Hidrocarbon
Mixed Feed
acid feed

Over flow

Cooling coils
Biazzi nitrator
Turbin Agitator

Gambar 11.7 Reaktor Nitrasi

Nitrasi X - 11
10.6 Aplikasi Reaksi Nitrasi

a. Nitrasi toluen

Produk nitrasi ini merupakan bahan peledak berbahan baku toluen dilakukan pada fasa cair.

Tahap Nitrasi :

CH3 CH3
NO2 MNT + H2O
+ HNO3 Mononitro toluen
+ HNO3
CH3
CH + HNO3 CH
NO2 CH MNT
3 33

NO2 NO2 DNT


NO TNT ++
H2HO2O
NO 2 Trinitro toluen
2 Dinitro toluen
Pembentukan MNT dilakukan pada kondisi operasi sebagai berikut :
Temperatur
NOcampuran NO2– 44oC)
asam : 105 – 110oF NO
(40
2 2

Temperatur operasi maksimum : 135 F (57oC)


o

Komposisi campuran asam : % HNO3 : 15-30


% H2SO4 : 55-62
% H2O : 12,4-25
R = 0,997 lb HNO3/ lb toluen
DVS = 2,21
Komposisi produk yang diperoleh adalah : 60% orto, 36% para, 4% meta
b. Nitrasi ester
Bahan baku nitrasi ester adalah gliserol dan selulosa
Digunakan terutama untuk industri plastik dan industri Lacquer (Vernis)

Nitrasi Gliserol

H H

H C OH H C ONO2
H2SO4 H C ONO2
H C OH + 3 HNO3 + 3 H2O (9.8)
H C ONO2
H C OH
H
H
Nitrasi X - 12
Gliserol Trinitrat, mudah terurai dan
meledak pada temperatur tinggi
Kondisi operasi : 10oC – 15oC
NDA : 4 –7
R : 2,05 – 4,7

c. Nitrasi parafin
Nitrasi parafin berlangsung pada fasa gas dengan temperatur: 350 – 450oC dan tekanan 115
– 175 psia. Nitrasi parafin fasa gas mengikuti proses reaksi pembentukan radikal bebas
sehingga produk yang dihasilkan sangat beragam. Nitrating Agents yang digunakan adalah
70%NO3 atau NO2
Tahapan Reaksi :

HONO2 HO + NO2 (10.9)


Pembentukan radikal bebas : RH + OH● R● + HOH (10.10)
RH + NO2 R● + HNO2 (10.11)

Pembentukan nitroparafin : R● + NO2 RNO2 (10.12)


Nitroparafin

Tahap pemecahan : RCH2 + NO2 RCH2O + NO (10.13)

RCH2O + NO2 RCHO + HNO2 (10.14)

RCH2O CH2O + R (10.15)


Aldehid

RCHO + NO2 RCO + HNO2 (10.16)

CH2O + NO2 NO + H2O + CO (10.17)

Pembentukan olefin : RCH2CH2 + NO2 HNO2 + RCH = CH2 (10.18)

2RCH2CH2 RCH = CH2 + RCH2CH3 (10.19)

Nitrasi X - 13
hasil nitrasi parafin : campuran nitro paraffin, alcohol, aldehid & olefin. CO2, CO, NO,
H2O.
Waktu reaksi : 0,1 – 5,0 detik.

Gambar 10.8 Flow sheet nitrasi parafin (Groggins,1958)


d. Nitrasi benzene
Asam sulfat panas pada temperatur 90oC yang dialirkan dair tangki H2SO4 pekat menuju
reaktor nitrasi (no.1 sampai no.4). Dengan pengadukan yang memadai dialirkan H 2NO3
63% dari tangki H2NO3 ke nitrator 1 dan 2 sehingga membentuk campuran asam yang telah
terionisasi dengan kadar HNO3 4%, kemudian benzen dialirkan lagi. Reaksi nitrasi
berlangsung kurang lebih 10 menit, kemudian pengadukan dihentikan dan produk
diendapkan sehingga terjadi pemisahan antara sisa campuran asam dan nitrobenzen. Pada
saat proses pemisahan ini berlangsung, nitrator 3 dan 4 dioperasikan dan seterusnya sisa
campuran asam yang terdiri dari H2SO4, air dan sedikit nitrobenzen dialirkan ke heater yang

Nitrasi X - 14
dipanaskan oleh steam tekanan rendah untuk mempertahankan panas sensible dari sisa
campuran asam (72% H2SO4). Sisa campuran asam panas dialirkan ke vapor sparator yang
beroperasi pada tekanan vakum sehingga terjadi pemisahan H 2SO4 cair dengan uap air dan
nitrobenzen.
Ke Kondensor

Pemisah uap
Tungku Tungku
benzen HNO3

Sisa campuran asam panas


Tangki
H2SO4

Nitric acid line


Benzene line

Nitrator
57oC
15oC

Spent acid line


Sisa campuran asam
Heater
o
Temperator operasi: 57 C

Gambar 10.9 Nitrasi benzen pada reaktor kontinyu


10.7 Termodinamika Nitrasi
Perkiraan panas yang terlibat dalam proses nitrasi berfungsi Untuk merancang
peralatan/reaktor nitrasi yang aman & beroperasi secara efisien. Agar proses nitrasi dapat
dikendalikan dengan pendinginan yang sistematis untuk menarik energi yang berkembang
karena proses nitrasi sangat eksoterm.
Panas yang terlibat pada proses ini adalah:
a. Panas reaksi nitrasi
Qr = - H bersifat eksoterm

Nitrasi X - 15
Tinjau nitrasi benzene
C6H6 + HNO3 C6H5NO2 + H2O (10.20)
Q form -97 Kcal/mol +41,5 kcal/mol -2,3 kcal/mol +68,4 kcal/mol
Sehingga Qr = -H = 34,3 kcal/mol benzen = 439,2 cal/gr benzene = 790,6 Btu/lb benzene
pada 22oC, 1 Atm (pure liquid)
b.Panas pelarutan (heat of solution) dari campuran asam (HNO3 + H2SO4)
Panas pelarutan campuran asam tersebut dapat diperkirakan dari Gambar 10.9 di bawah ini.

Contoh penggunaan grafik

10 lb campuran asam dengan komposisi:


HNO3: 48% H2SO4: 32% H2O: 20%
% campuran asam (HNO3 + H2SO4) bebas air (anhidreous) adalah 80%. % HNO3 adalah
48%/ 80% = 60%

H = -93 Btu/lb sol


= -930 Btu/10 lb sol pada 32oF

untuk t = 65oF H = -93 + Cp.T


= -93 + 0,52 965-32)
= -75,8 Btu/lb

Nitrasi X - 16
Gambar 10.10 Entalpi pelarutan untuk campuran asam (HNO3 + H2SO4)

Contoh Soal

Contoh proses nitrasi basis 10.000 lb Benzene.


Secara stoikiometri berat/massa nitrat, produk berupa nitrobenzene dan air dapat dihitung
C6H6 + HNO3 C6H5NO2 + H2O
BM 78,1 63,0 123,1 18,0
Lb 10.000 8067 15.765 2305

Seluruh reaktan dipanaskan sampai temperatur 90oC, dalam reaktor sudah tersedia 9000 lb
campuran asam dengan komposisi :
H2SO4 = 83,0%
HNO3 = 2,3% dari grafik diperoleh entalipi campuran asam dan panas
spesifik
: H 32o = - 96 Btu/lb
H2O = 14,7% Cp = 0,44 Btu/lb/oF

Nitrasi X - 17
H 90o = - 96 + (90 - 32) 0,44 = - 70,5 Btu/lb
= (- 634.500Btu)
ditambahkan 23300 lb campuran asam dengan komposisi;
H2SO4; 62,8%
HNO3: 36,1%
H2O: 1,1%
dari grafik diperoleh entalipi campuran asam dan panas spesifik adalah
H32o = -31 Btu/lb
Cp = 0,39 Btu/lb/oF
H90o = -31 + (90-32) 0,39 = -84 Btu/lb
= (-195720 Btu)
Sehingga entalpi untuk campuran asam di awal reaksi adalah = -830220 atau entalpi
campuran asam di awal reaksi dapat dihitung dengan cara dibawah ini, komposisi stelah
penggabungan kedua campuran asam adalah:
Komposisi setelah pencampuran
Komponen campuran asam campuran asam (make up) total
9000 lb 23300 lb 32300 lb

H2SO4 7470 14632 22102 68,4%


HNO3 207 8411 8618 26,7%
H2O 1323 256 1579 4,9%
Total asam = 95,1%

HNO3, basis bebas air = 28,05%


H32 = -49 Btu/lb
Cp = 0,405 Btu/lb/oF

H90o = -49 + (90-32) 0,405 = -25,5 Btu/lb


= -25,5 *32300 = 823651 Btu

Nitrasi X - 18
Entalpi campuran asam setelah reaksi nitrasi adalah sebagai berikut
komponen jumlah awal jumlah yang jumlah campuran komposisi campuran
(lb) bereaksi(lb) asam sisa asam sisa
H2SO4 22102 - 22102 83,3%
HNO3 8618 -8067 551 2,1%
H2O 1579 +2305 3884 14,6%
26537

HNO3 berbasis bebas air = 2,4%


Total asam = 85,4%
H90o = -96 + (90-32)0,44 = -70,5 Btu/lb
= -70,5 * 26537 = 1870859 Btu
Q = -H = panas yang di lepas untuk mengubah konsentrasi asam selama reaksi
nitrasi termasuk termal efek dari pencampuran asam
= 1870859 – 830220 = 1041639 Btu
panas nitrasi untuk benzene = 790,6 Btu/lb
= 7906000 Btu at 71,6oF
koreksi untuk 90oF
C6H6 HNO3 C6H5NO2 H2O
Cp 0,41 ; 0,42 ; 0,33 ; 1,0 Btu/lboF
Sehingga:
Qr = 7906000 – 337 = 7905663 Btu
Q total = 1040639 + 7905663 = 8946320 Btu = 894,6 Btu/lb benzene

10.8 Plant Pencampuran Asam

Campuran asam sisa hasil reaksi dipisahkan pada unit pemisahan seperti ditunjukkan pada
Gambar 10.11.

Keterangan gambar:
Campuran asam sisa dimasukkan ke dalam denitrating tower yang dipanaskan dengan
menggunakan steam sehingga HNO3 dan oksida nitrogen tetap dalam fasa uap sedangkan

Nitrasi X - 19
H2SO4 dikeluarkan dalam bentuk fasa cair dengan konsentrasi 70%, siap dipekatkan di unit
lain. Pada bleaching tower, uap HNO3 dan oksida nitrogen direaksikan dengan udara
sehingga oksida nitrogen membentuk HNO3 dan sebagian HNO3 terkondensasi membentuk
HNO3 pekat. Di dalam kondenser uap HNO3 dikondensasi. Oksida nitrogen diserap pada
adsorption tower. HNO3 cair yang keluar dari adsorption dipompa kembali ke denitrating
tower.

uap HNO3 + Oksida


Spent nitrogen 3
Acid

4 4 4

1
HNO3
Steam pekat

H2SO4 Dilute HNO3

Pemekatan
Gambar 10.11 Pemisahan campuran asam sisa
1. denitrating tower, 2.bleaching tower, 3.kondensor, 4. adsorption tower

DAFTAR PUSTAKA

1. Fessenden, R. and Fessenden, J., 1982.,”Organic Chemistry”, 2nd Edition, Willard


Grant Press Publisher, Massachusetts, USA.
2. Groggins, P. H., “Unit Processes in Organic Synthesis”, fifth Edition, International
Student Edition, Mc. Graw – Hill Kogakusha, Ltd.
3. Hart Harold, Terj. Achmadi Suminar, “Kimia Organik, Suatu Kuliah Singkat”,
Penerbit Erlangga, Jakarta, 1987.

Nitrasi X - 20

Anda mungkin juga menyukai