NITRASI
10.1 Pendahuluan
Nitrasi adalah reaksi untuk memasukkan satu atau lebih gugus nitro (NO 2+) ke dalam suatu
bahan baku senyawa hidrokarbon.
NO2
Aplikasi produk Nitrasi : sebagai pelarut (nitroparaffin), zat pewarna (nitronaftalen), bahan
peledak (trinitrotoluen), fuels (bahan bakar roket), bahan vernis,coating dan farmasi.
Nitrasi X - 1
Mekanisme reaksi nitrasi senyawa aromatik benzena dengan nitrating agent campuran
asam H2SO4 dan HNO3 .
cepat
1. HNO3 + 2H2SO4 NO2+ + H3O+ + 2HSO4- (10.3)
Reaksi yang pertama merupakan reaksi ionisasi untuk menghasilkan nitril ion. Nitril ion
yang terbentuk akan menyerang senyawa aromatik benzena dan melepaskan salah satu
ikatan rangkapnya membentuk senyawa antara ArHNO2+ . Senyawa antara ArHNO2+ akan
bereaksi dengan HSO4- membentuk senyawa nito benzene ArNO2 , H2SO4 dan produk
samping H2O.
Mekanisme reaksi nitrasi diawali dengan pembentukan elektrofilik (nitril ion, NO 2+). Pada
tahap ini terjadi perpindahan proton (muatan positif) dari satu molekul asam nitrat ke
molekul lainnya. Pada tahap kedua, nitril ion yang terbentuk akan beradisi pada cincin
naftalen, membentuk ion benzenonium. Pada tahap ketiga proton (H+) akan lepas dari ion
benzenonium dan bergabung dengan HSO4- membentuk H2SO4.
1. Pembentukan Elektrofilik
Nitrasi X - 2
-
H + +
2. Ion nitronium menyerang gugus H senyawa organik
NO2 H
+
+ NO2+
H3O++ HSO4-
Naftalen (C10H8)
3.Re-aromatization
NO2 NO2
H
+
+ HSO4- + H2SO4
-nitronaftalen
Reaksi subsitusi elektrofilik adalah reaksi yang menghasilkan suatu produk subsitusi,
dengan elektrofilik menjadi subsituen baru menggantikan suatu gugus, pada umumnya
adalah H+. Hampir semua senyawa aromatis mengalami jenis reaksi ini, termasuk senyawa
polisiklis aromatis. Senyawa polisiklis aromatis bahkan lebih reaktif terhadap serangan
elektrofilik dari pada benzena.
Berbagai jenis elektrofilik dapat mengalami subsitusi elektrofilk pada senyawa
polisiklis aromatis. Misalnya naftalen, dapat mengalami brominasi, nitrasi, sulfonasi, atau
asilasi dengan kondisi yang lebih ringan. Berbagai reaksi subsitusi elektrofilik yang dapat
berlangsung pada naftalen ditunjukkan pada Gambar 10.2.
Nitrasi X - 3
1-bromonaftalen
1-nitronaftalen
Naftalen (C10H8)
1-naftalensulfonat
1-asetilnaftalen
Bila dibandingkan dengan benzena, maka zat antara pada subsitusi elektrofilik
naftalen memerlukan energi yang lebih rendah, karena masih mempunyai struktur cincin
benzena yang utuh. Perbedaan energi substitusi elektrofilik antara benzena dan naftalen
ditunjukan pada Gambar 10.4.
Untuk mengubah benzena menjadi ion benzenonium yang merupakan zat antara substitusi
elektrofilik benzena, diperlukan energi sebesar 36 kkal/mol untuk merusak kearomatisan
benzena, tetapi untuk mengubah naftalen menjadi zat antaranya dalam substitusi
elektrofilik, diperlukan energi yang lebih rendah, yaitu sebesar 25 kkal/mol. Dengan
demikian energi aktivasi yang menuju zat antara pada naftalen lebih rendah dari benzena,
oleh karena itu laju substitusi elekrofilik pada naftalen lebih cepat dari benzena (Fessenden,
R. and Fessenden,1986)
Nitrasi X - 5
Teori substitusi aromatik.
Gugus nitro dapat diarahkan posisinya (orto, meta, atau para) tergantung pada sifat induksi
dan mesomeri dari bahan baku yang digunakan. Sifat induksi dan mesomeri bahan baku
dipengaruhi pula oleh gugus fungsi yang dimiliki oleh bahan baku tersebut. Di bawah ini
dijelaskan mengenai sifat induksi dan mesomeri.
Efek – I jika gugus fungsi menarik elektron dari induknya (ring, cincin benzen)
maka gugus NO2 berada pada posisi meta.
Efek + I jika gugus fungsi menolak elektron dari induknya maka gugus NO 2
berada pada posisi orto dan para, lebih reaktif dari meta.
Efek + M jika gugus fungsi memberikan pasangan elektron bebas pada induknya
sehingga menambah densitas e- induk, maka gugus NO2 berada pada posisi orto dan
para.
R–N-
Ikatan rangkap pada gugus fungsi akan cenderung ke induk.
R
Efek + M terjadi jika gugus fungsi memiliki ikatan rangkap atau elektron bebas.
Efek - M terjadi jika gugus fungsi menarik elektron dari induknya sehingga
mengurangi densitas elektron induk, maka gugus NO2 akan berada pada posisi meta.
Ikatan rangkap dalam senyawa induk akan
O
cenderung ke gugus fungsi.
R–C-
Tabel 10.1 Sifat Induksi dan Mesomeri gugus fungsi pada senyawa aromatik
(Groggins, 1958)
Nitrasi X - 6
Tabel 10.2 Komposisi hasil Nitrasi turunan benzena (Groggins, 1958)
Nitrasi X - 8
Hubungan antara konsentrasi H2SO4 (%) terhadap kecepatan reaksi nitrasi ditunjukkan oleh
Gambar 10.6
Gambar 10.6 Hubungan antara konsentrasi H2SO4 (%) terhadap kecepatan reaksi
nitrasi (Groggins, 1958)
Pada konsentrasi H2SO4 lebih besar dari 90%, kecepatan reaksi nitrasi akan menurun
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12.3. Semakin tinggi konsentrasi H2SO4 semakin
kuat ikatan hidrogen dalam senyawa tersebut. Ikatan hidrogen yang kuat akan menarik
elektron-elektron yang berada dalam cincin benzen. Densitas elektron dalam cincin benzen
yang berkurang akan menurunkan kereaktifan senyawa benzen tersebut. Komposisi
campuran asam tergantung pada jenis bahan baku yang digunakan. Komposisi campuran
asam dalam persen massa yang disarankan untuk nitrasi naftalen adalah 59,55% H2SO4;
15,85% HNO3;24,60% H2O (Groggings, 1958).
Selain itu, reaksi nitrasi juga dipengaruhi oleh air yang dihasilkan selama proses. Air yang
terbentuk akan mengencerkan campuran asam dan mempengaruhi proses ionisasi. Nilai R
(perbandingan massa HNO3 terhadap massa naftalen) dan komposisi campuran asam harus
diperhitungkan secara tepat diawal proses nitrasi untuk menghasilkan yield maksimum.
Perbandingan antara berat asam sulfat yang digunakan terhadap berat air total yang
terbentuk diakhir proses disebut Nilai DVS (dehydrating value of sulfuric acid)
DVS = berat asam sulfat
berat air total pada akhir proses reaksi
Nitrasi X - 9
DVS merupakan kontrol apakah proses nitrasi berlangsung stabil. Jika nilai DVS lebih
tinggi atau meningkat dari nilai standar maka stabilitas reaktor naik dan mendorong reaksi
berlangsung sempurna. Jika nilai DVS turun, maka stabilitas reaktor turun yang
disebabkan oleh penumpukkan material antara, peningkatan laju pengenceran, reaksi
oksidasi dan kebakaran dalam reaktor hingga terjadi ledakan.
Nitrasi X - 10
Over flow
Hidrocarbon Schmid
Feed nitrator
Brine out
Brine in
Nitrating acid
Dump valve
Hidrocarbon
Mixed Feed
acid feed
Over flow
Cooling coils
Biazzi nitrator
Turbin Agitator
Nitrasi X - 11
10.6 Aplikasi Reaksi Nitrasi
a. Nitrasi toluen
Produk nitrasi ini merupakan bahan peledak berbahan baku toluen dilakukan pada fasa cair.
Tahap Nitrasi :
CH3 CH3
NO2 MNT + H2O
+ HNO3 Mononitro toluen
+ HNO3
CH3
CH + HNO3 CH
NO2 CH MNT
3 33
Nitrasi Gliserol
H H
H C OH H C ONO2
H2SO4 H C ONO2
H C OH + 3 HNO3 + 3 H2O (9.8)
H C ONO2
H C OH
H
H
Nitrasi X - 12
Gliserol Trinitrat, mudah terurai dan
meledak pada temperatur tinggi
Kondisi operasi : 10oC – 15oC
NDA : 4 –7
R : 2,05 – 4,7
c. Nitrasi parafin
Nitrasi parafin berlangsung pada fasa gas dengan temperatur: 350 – 450oC dan tekanan 115
– 175 psia. Nitrasi parafin fasa gas mengikuti proses reaksi pembentukan radikal bebas
sehingga produk yang dihasilkan sangat beragam. Nitrating Agents yang digunakan adalah
70%NO3 atau NO2
Tahapan Reaksi :
Nitrasi X - 13
hasil nitrasi parafin : campuran nitro paraffin, alcohol, aldehid & olefin. CO2, CO, NO,
H2O.
Waktu reaksi : 0,1 – 5,0 detik.
Nitrasi X - 14
dipanaskan oleh steam tekanan rendah untuk mempertahankan panas sensible dari sisa
campuran asam (72% H2SO4). Sisa campuran asam panas dialirkan ke vapor sparator yang
beroperasi pada tekanan vakum sehingga terjadi pemisahan H 2SO4 cair dengan uap air dan
nitrobenzen.
Ke Kondensor
Pemisah uap
Tungku Tungku
benzen HNO3
Nitrator
57oC
15oC
Nitrasi X - 15
Tinjau nitrasi benzene
C6H6 + HNO3 C6H5NO2 + H2O (10.20)
Q form -97 Kcal/mol +41,5 kcal/mol -2,3 kcal/mol +68,4 kcal/mol
Sehingga Qr = -H = 34,3 kcal/mol benzen = 439,2 cal/gr benzene = 790,6 Btu/lb benzene
pada 22oC, 1 Atm (pure liquid)
b.Panas pelarutan (heat of solution) dari campuran asam (HNO3 + H2SO4)
Panas pelarutan campuran asam tersebut dapat diperkirakan dari Gambar 10.9 di bawah ini.
Nitrasi X - 16
Gambar 10.10 Entalpi pelarutan untuk campuran asam (HNO3 + H2SO4)
Contoh Soal
Seluruh reaktan dipanaskan sampai temperatur 90oC, dalam reaktor sudah tersedia 9000 lb
campuran asam dengan komposisi :
H2SO4 = 83,0%
HNO3 = 2,3% dari grafik diperoleh entalipi campuran asam dan panas
spesifik
: H 32o = - 96 Btu/lb
H2O = 14,7% Cp = 0,44 Btu/lb/oF
Nitrasi X - 17
H 90o = - 96 + (90 - 32) 0,44 = - 70,5 Btu/lb
= (- 634.500Btu)
ditambahkan 23300 lb campuran asam dengan komposisi;
H2SO4; 62,8%
HNO3: 36,1%
H2O: 1,1%
dari grafik diperoleh entalipi campuran asam dan panas spesifik adalah
H32o = -31 Btu/lb
Cp = 0,39 Btu/lb/oF
H90o = -31 + (90-32) 0,39 = -84 Btu/lb
= (-195720 Btu)
Sehingga entalpi untuk campuran asam di awal reaksi adalah = -830220 atau entalpi
campuran asam di awal reaksi dapat dihitung dengan cara dibawah ini, komposisi stelah
penggabungan kedua campuran asam adalah:
Komposisi setelah pencampuran
Komponen campuran asam campuran asam (make up) total
9000 lb 23300 lb 32300 lb
Nitrasi X - 18
Entalpi campuran asam setelah reaksi nitrasi adalah sebagai berikut
komponen jumlah awal jumlah yang jumlah campuran komposisi campuran
(lb) bereaksi(lb) asam sisa asam sisa
H2SO4 22102 - 22102 83,3%
HNO3 8618 -8067 551 2,1%
H2O 1579 +2305 3884 14,6%
26537
Campuran asam sisa hasil reaksi dipisahkan pada unit pemisahan seperti ditunjukkan pada
Gambar 10.11.
Keterangan gambar:
Campuran asam sisa dimasukkan ke dalam denitrating tower yang dipanaskan dengan
menggunakan steam sehingga HNO3 dan oksida nitrogen tetap dalam fasa uap sedangkan
Nitrasi X - 19
H2SO4 dikeluarkan dalam bentuk fasa cair dengan konsentrasi 70%, siap dipekatkan di unit
lain. Pada bleaching tower, uap HNO3 dan oksida nitrogen direaksikan dengan udara
sehingga oksida nitrogen membentuk HNO3 dan sebagian HNO3 terkondensasi membentuk
HNO3 pekat. Di dalam kondenser uap HNO3 dikondensasi. Oksida nitrogen diserap pada
adsorption tower. HNO3 cair yang keluar dari adsorption dipompa kembali ke denitrating
tower.
4 4 4
1
HNO3
Steam pekat
Pemekatan
Gambar 10.11 Pemisahan campuran asam sisa
1. denitrating tower, 2.bleaching tower, 3.kondensor, 4. adsorption tower
DAFTAR PUSTAKA
Nitrasi X - 20