A. PENDAHULUAN
Beberapa senyawa aromatik yang lain dapat dikelompokkan dalam dua kelas, yaitu senyawa
polisiklik dan senyawa heterosiklik. Senyawa aromatik polisiklik juga dikenal dengan sebutan
senyawa aromatik polinuklir atau cincin terpadu.Senyawa aromatik ini dicirikan oleh cincin-
cincin aromatik yang menggunakan atom-atom karbon tertentu secara bersama-sama, atau dua
atau lebih cincin benzena dipadukan.Berikut contoh struktur senyawa aromatik polisiklik.
Hidrokarbon aromatik polisiklik dan sebagian besar turunannya berbentuk zat padat.
Naftalena digunakan sebagai pengusir ngengat, serta turunannya digunakan dalam bahan bakar
motor dan pelumas. Aromatik polisiklik digunakan secara luas sebagai zat antara pada sintesis
organik, misalnya dalam pembuatan zat warna (lihat kegunaan senyawa benzena pada
pembahasan sebelumnya).
B. SENYAWA POLISIKLIK
Sistem cincin senyawa aromatik polisiklik memiliki tata nama tertentu yang berbeda
dengan penomoran pada benzena atau sikloalkana, yang dimulai pada posisi substituennya.
Penomoran pada polisiklik ditetapkan berdasarkan perjanjian dan tidak berubah di manapun
posisi substituennya.Lihat penomoran berikut.
Penataan nama secara trivial, posisi substituen dalam naftalena tersubstitusi mono
dinyatakan dengan huruf yunani (α dan β). Posisi yang berdekatan dengan karbon-karbon
pemaduan cincin disebut posisi alfa (α), posisi berikutnya adalah beta (β). Contoh:
1-aminanaftalena (α-aminanaftalena)
7-nitronaftalena (β–nitronaftalena)
1-hidroksinaftalena (α-naftol)
Senyawa aromatik polisiklik lebih reaktif terhadap serangan oksidasi, reduksi, dan
substitusi dibandingkan senyawa benzena.Kereaktifan ini disebabkan kemampuan bereaksi dari
suatu cincin, sementara cincin lainnya masih dipertahankan.
1) Reaksi Oksidasi
Asam ftalat anhidrida dibuat dari oksidasi naftalena dengan katalis vanadium
oksida. Persamaan reaksinya:
Ftalosianina merupakan zat warna biru (monastral) pada tektil, disintesis dari bahan
dasar asam ftalat Anhidrida Antrasena dan fenantrena dapat juga dioksidasi menjadi suatu
kuinon. Reaksinya:
CrO3
H2SO4
Kalor
Na CH3COOH
Kalor
H H
O H O Na
+ Na + H3C C O + H3C C O
H H H H
O Na
+ Na + H3C C O + H3C C O
O H
H H
H H
H H
Perhatikan bahwa sistem cincin yang tereduksi parsial masih mengandung cincin
benzena.Sebagian besar sifat aromatik dari sistem cincin masih ada dan dipertahankan.Untuk
menghidrogenasi semua cincin aromatik dalam naftalena dapat dilakukan pada suhu dan tekanan
tinggi. Persamaan reaksinya:
2) Reaksi Substitusi
Sistem cincin aromatik polisiklik lebih reaktif terhadap serangan substitusi daripada
benzena.Naftalena mengalami reaksi substitusi terutama pada posisi atom karbon nomor-
1.Beberapa contoh reaksi substitusi aromatik polisiklik di antaranya reaksi brominasi dan reaksi
sulfonasi.
a) Reaksi brominasi
Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa naftalena dapat dibrominasi pada suhu
kamar menggunakan katalis FeBr3.Reaksi yang terjadi menggunakan mekanisme reaksi
yang ditunjukkan sebagai berikut.
+ Br 2 + H
b) Reaksi sulfonasi
Reaksi sulfonasi pada naftalena dilakukan sama seperti pada sulfonasi benzena.
Berdasarkan data hasil percobaan diketahui bahwa reaksi sulfonasi naftalena dipengaruhi
oleh suhu.
Pada suhu di bawah 60°C, naftalena bereaksi dengan asam sulfat pekat membentuk asam
1–naftalenasulfonat, tetapi pada suhu tinggi di atas 160°C, menghasilkan campuran produk dari
asam 2–naftalenasulfonat(85%) dan asam 1–naftalenasulfonat (15%).
Agar suatu sistem cincin bersifat aromatik, terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi :
N O S
H Furan Tiofen
Pirol
5 4
N
6 3
7 N2
N N 8 1
Sistem cincin senyawa aromatik heterosiklik juga mempunyai tata nama tersendiri.
Berbeda dengan senyawa lainnya, penomoran pada cincin heterosiklik ditetapkan berdasarkan
perjanjian dan tidak berubah bagaimanapun posisi substituennya. Penomoran beberapa senyawa
heterosiklik adalah sbb :
4 N3
4 5 4 5 4
4 N3 3
5 3 5 2 6 6 3
6 5 2 N1 2 N2
2 7 7
N S N
1 1
H 8 1 8 1
Bila suatu senyawa heterosiklik, hanya mengandung satu heteroatom, maka huruf Yunani dapat
juga digunakan untuk menandai posisi cincin
N
N H
Piridin Pirol
Agar suatu heterosiklik dengan cincin lima anggota bersifat aromatik, heteroatom itu
harus memiliki dua elektron untuk disumbangkan ke awan pi aromatik. Pirol, furan dan tiofen
semuanya memenuhi persyaratan ini, sehingga dapat bersifat aromatik.
N O S
H Furan Tiofen
Pirol
A. Senyawa Pirol
Konfigurasi elektron
keadaan dasar : keadaan tereksitasi :
2 2s2 2p 2 1s2 2s1 2p 3
6 C : 1s
11 11 1 1 111
1 111 1 11 1
sp 2
γ
satu elektron pi
+ +
dari karbon
dua elektron pi
H H dari nitrogen
+
_ _ +
H
_
H
+ N
_
H
β β
_
B. Senyawa Furan α α
Konfigurasi elektron
keadaan dasar : keadaan tereksitasi :
2 2s2 2p 3 1s2 2s1 2p 4
7 N : 1s
11 11 1 1 1 111
1 11 1 1 11
sp 3
satu elektron pi
+ +
dari karbon
dua elektron pi
H H dari oksigen
+
_ _ +
dua elektron mandiri
H
+ O dari oksigen
_
_
H
C. Senyawa Tiofen _
Konfigurasi elektron
keadaan dasar : keadaan tereksitasi :
2 2s2 2p 4 1s2 2s1 2p 5
8 O : 1s
11 11 11 1 1 111
1 11 1 11 11
sp 3
satu elektron pi
+ +
dari karbon
dua elektron pi
H H dari sulfur
+
_ _ +
dua elektron mandiri
H
+ S dari sulfur
_
_
H
_
_ _ _ _
N N N O O O
H H H
_ _
_ _
N
H
Pirol N
H
S
_
S
O
S
_
O
_
_
S S
Makin besar jarak pemisahan muatan positif dengan negatif pada struktur hibrid
menyebabkan keadaan semakin kurang stabil.Kerapatan elektron pada atom C nomor 2 dan
nomor 5 lebih besar dari kerapatan elektron pada atom C nomor 3 dan 4.Kemungkinan
terjadinya substitusi elektrofilik yang paling besar berada pada atom C nomor 2 dan 5.
A. Senyawa Pirol
Karena atom nitrogen dalam pirol menyumbangkan dua elektron ke awan pi aromatik, maka
atom nitrogen bersifat tuna elektron.
N
H
Pirol
Hal ini berdampak, cincin menjadi kaya elektron (bermuatan negatif parsial)
N
H
Tidak seperti piridin dan amina, pirol (pKb = ∼ 14) tidak bersifat basa.
B. Senyawa Furan
Karena atom oksigen dalam furan menyumbangkan dua elektron (sepasang elektron) ke awan pi
aromatik, maka atom oksigen bersifat tuna elektron.
Hal ini berdampak, cincin menjadi kaya elektron (bermuatan negatif parsial)
Berbeda dengan pirol, puran menunjukkan sifat basa yang amat lemah.
C. Senyawa Tiofen
Karena atom sulfur dalam tiofen menyumbangkan dua elektron (sepasang elektron) ke awan pi
aromatik, maka atom sulfur bersifat tuna elektron.
Hal ini berdampak, cincin menjadi kaya elektron (bermuatan negatif parsial)
Berbeda dengan pirol, tiofen juga menunjukkan sifat basa yang amat lemah.
KOH
+ H2 O
_
N N
+
H K
+
CH3 I N
CH3
N SO
3
sulfopiridin
SO3
N 90 o N
H H
asam-2-pirolsulfonat
3. Reaksi coupling diazo
_ +
+ Cl N N NO2
N N N N NO2 + HCl
H H
2-piroldiazonium klorida
1. HCN, HCl
2. H2 O O
N N CH NH N C
H
H H H
2-pirol karbokaldehida
5. Asilasi Friedel-Craft
O
CH3 C
O
CH3 C
O O
O + CH3 C
N AlCl 3 , 250 o C N C OH
CH3
H H
Br Br
Br2
C2 H5 OH
N Br N Br
H H
2,3,4,5-tetrabromopirol
• Mengalami reaksi reduksi
• Sifat kearomatikan dari pada pirol dapat dihilangkan dengan mereduksinya dengan
hidrogen, pada temperatur tinggi.
H2 , Ni / Pt
200 - 250 o
N N
H H
pi rol pi rol i di n
Kb = 2,5 x 10 -14 Kb = 10 -3
Zn , HCl
N
H
3-pi rol i n
Reaksi-reaksi Furan
1. Reaksi reduksi
Sifat aromatis furan dapat dihilangkan dengan mereduksi furan menjadi tetra hidro furan
H2 , Ni / Pd
50 o C 90 -93 %
O O
furan tetra hidro furan
td 31 o td 65 o
Makin berkurang sifat aromatisnya makin tinggi titik didihnya, karena makin banyak dapat
membentuk ikatan hidrogen.
_H O
2
CH2 CH CH CH2
O 1,3-butadiena
+ NH3
O N
tetra hidro furan H
pirolidin
+ HCl Cl CH2 CH2 CH2 CH2 OH
O
tetra metilen klorohidrin
tetra hidro furan
2. Reaksi halogenasi
Senyawa turunan furan (asam furoat) dapat bereaksi dengan halogen, dan setelah dipanaskan
terbentuklah 2-bromo furan.
O Br2 O
+ CO2
O C Br O C Br O
OH OH
asam furoat bromo furan
HgCl 2 X2
O
O CH3 C O HgCl O X
ONa
furan halo-furan
Dari reaksi ini, juga dapat diturunkan senyawa furan yang tersubstitusi dengan gugus asetil.
O O
O HgCl R C O C
Cl R
2-asetil furan
Tetapi umumnya, 2-asetil furan dibuat dengan larutan asam asetat anhidrid yang diri garam
boron triflourida eterat.
O BF3
CH3 C C2 H5 O C2 H5
+ O
O
O HgCl CH3 C O C
O CH3
2-asetil furan
Reaksi substitusi elektrofilik
1. Reaksi Nitrasi
O
O + CH3 C
O CH3 C O NO2 OH
ONO2
furan 2-nitro furan
2. Reaksi Sulfonasi
+ NSO3
O SO3 H
O
furan
2-furan sulfonat
Kesimpulan
Piridin
atau
N N
Piridin Piridin
Masing-masing atom penyusun cincin, terhibridisasi sp2 dan mempunyai satu elektron dalam
orbital p yang disumbangkan ke awan elektron π aromatik.
+ +
_ _ +
+
_ N
+ + _
_ _
Perhatikan perbedaan antara benzena dan piridin
Benzena bersifat simetris dan nonpolar, tetapi piridin mengandung satu nitrogen yang bersifat
elektronegatif, sehingga bersifat polar.
N+
_
FeBr
3
Cincin piridin mempunyai kereaktivan rendah terhadap substitusi elektrofilik dibandingkan
dengan benzena.Piridin tidak mengalami alkilasi atau asilasi Friedel-Crafts maupun kopling
garam diazonium.Brominasi berlangsung hanya pada temperatur tinggi dalam fase uap dan
agaknya berlangsung dengan jalan radikal bebas. Bila terjadi substitusi, akan berlangsung pada
posisi 3.
Br Br Br
Br2
300o +
N N N
3-bromopiridin 3,5-dibromopiridin
Perbedaan lainnya, nitrogen dalam piridin mengandung sepasang elektron mandiri dalam orbital
sp2.Pasangan elektron ini dapat disumbangkan ke suatu ion hidrogen, sehingga piridin bersifat
basa. Kebasaan piridin (pKb = 8,75) jauh dari kebasaan amina alifatik (pKb = 4), tetapi piridin
menjalani banyak reaksi khas amina
+
HC l
N H Cl-
piridinium klorida
N
CH 3 I
+
piridin NCH3 I-
N-metilpiridinium iodida
Seperti benzena, cincin aromatik piridin bertahan terhadap oksidasi, tetapi rantai samping dapat
dioksidasi menjadi gugus karboksil.
KMnO4, H2O, H+
CH3 COOH
CH3 COOH
KMnO4, H2O, H+
N N
3-metilpiridin asam 3-piridinakarboksilat
(asam nikotinat)
Bila suatu cincin benzena disubstitusi dengan gugus penarik elektron, seperti –NO2 maka
substitusi nukleofilik aromatik sangat dimungkinkan.
NO2 NO2
NH3
O2N Cl O2N NH 2
Nitrogen dalam piridin menarik rapatan elektron dari bagian lain cincin itu, sehingga piridin
juga mengalami substitusi nukleofilik.Substitusi berlangsung paling mudah pada posisi 2, diikuti
oleh posisi 4, tetapi tidak pada posisi 3.
NH3
N Br kalor
N NH2
2-bromopiridin 2-aminopiridin
Cl NH 2
NH3
N kalor
N
4-kloropiridin 4-aminopiridin
Posisi 2 (disukai)
NH3
N Br penyumbang utama
N NH2
_ _
-H+ - Br-
NH2 NH2 NH2
N Br N Br N Br
_
struktur-struktur resonansi untuk zat antara
Zat antara pada substitusi C-2, terstabilkan oleh sumbangan struktur resonansi dalam mana
nitrogen mengemban muatan negatif.
NH 2
Br
NH2
N
N
NH 2 NH 2 _ NH2
-H + Br -
_ _
Br Br - Br
N N N
struktur-struktur resonansi untuk zat antara
Substitusi pada posisi C-3 berlangsung lewat zat antara dalam mana nitrogen tak dapat
membantu menstabilkan muatan negatif, sehingga memiliki energi yang lebih tinggi yang
menyebabkan laju reaksi lebih lambat.
_
100o
+ NH2 tidak ada reaksi
Piridin mengalami substitusi nukleofilik, jika digunakan basa yang sangat kuat, seperti
reagensia litium atau ion amida.
_
100o
+ NH2 - H2 _ H2O + OH-
N N NH N NH2
2-aminopiridin
o
+ Li 100 + LiH
N N
2-fenilpiridin
Dalam reaksi antara piridin dengan ion amida (NH2-), produk awal terbentuk adalah anion dari
2-aminopiridin, yang kemudian diolah dengan air, sehingga menghasilkan amina bebas.
N _
NH2
_ _
H H - H-
H
N
_ N N
NH2 NH2 NH2
struktur-struktur resonansi untuk zat antara
_
+ H
_ + H2
N N H N NH
H anion dari 2-aminopiridin
_
+ H 2O + OH
_
N NH N NH2
2-aminopiridin
Kuinolin dan isokuinolin, keduanya merupakan basa lemah (pKb masing-masing 9,1 dan 8,6).
Kuinolin dan isokuinolin, keduanya menjalani substitusi elektrofilik dengan lebih mudah dari
piridin, tetapi dalam posisi 5 dan 8 (pada
NO2cincin benzenoid, bukan pada cincin ntrogen)
HNO3
H2 SO 4 +
N 0o N N
Kuinolin 5-nitrokuinolin NO2
(52% )
8-nitrokuinolin
(48% )
NO2
HNO3
H2 SO4
+
N N N
0o
Isokuinolin 5-nitroisokuinolin
NO2
(90% )
8-nitroisokuinolin
(10% )
Seperti piridin, cincin kuinolin dan isokuinolin yang mengandung nitrogen dapat menjalani
substitusi nukleofilik.
(1) NH2 -
(2) H2 O
N N NH2
Kuinolin 2-aminokuinolin
(1) CH3 Li
N (2) H2 O N
Isokuinolin
CH 3
1-metilisokuinolin
Posisi serangan adalah α terhadap nitrogen dalam kedua sistem cincin itu, tepat sama seperti di
dalam piridin.
Porfirin
Sistem cincin porfirin terdiri dari empat cincin pirol yang dihubungkan oleh gugus =C-.
N
H
N N
H
N
HO2CCH2CH2 CH3
Porfirin
HO2cincin
CCH2CH N
Sistem porfirin
2 merupakan satuanCH
yang
3 secara biologis sangat penting khususnya dalam :
heme, komponen hemoglobin
N Fe yang
N mengangkut oksigen.
CH3 N CH=CH
2
CH2=CH CH3
Heme
Klorofil, suatu pigmen tumbuhan.
CH3 CH=CH2
CH3 N CH3
N Mg N
C20H39O2CCH2CH 2 N CH2-CH3
CH 3O2C
CH3
O
Klorofil-a
CH N CHSCH2CH
3
CH3 NH
CO
CHCH S CH3
2
NH
Sitokrom c
Hidrogen-hidrogen pirol dalam cincin porfirin dapat digantikan oleh aneka ragam ion logam
(kelat)