Anda di halaman 1dari 30

II.

Reaksi-Reaksi Senyawa Aromatik

1. Pendahuluan
Pada bab ini kita akan berfokus pada reaksi, melihat hubungan antara struktur dan kereaktivan
pada senyawa aromatik. Hubungan ini sangat penting sebagai landasan untuk memahami aktivitas
molekul-molekul hayati maupun obat, juga sebagai landasan untuk mempelajari sintesis obat.
Reaksi yang paling banyak terjadi pada senyawa aromatik ialah substitusi elektrofilik aromatik.
Pada reaksi ini elektrofil bereaksi dengan cincin aromatik dan menggantikan satu atom hidrogen.
Reaksi substitusi elektrofilik aromatik dapat disebut berdasarkan substituen yang dimasukkan,
misalnya halogenasi, nitrasi, sulfonasi, hidroksilasi, aklilasi dan asilasi.

2. Substitusi Elektrofilik Aromatik: Brominasi


Pada bab ini kita akan berfokus pada reaksi, melihat hubungan antara struktur dan kereaktivan
pada senyawa aromatik. Hubungan ini sangat penting sebagai landasan untuk memahami cara
kerja berbagai molekul hayati dan obat, serta landasan untuk mempelajari sintesis obat.
Ingatkah anda pada reaksi pada mekanisme reaksi adisi alkena? Bila gambaran mekanisme di
bawah ini belum dapat mengingatkan anda, silahkan baca ulang bab alkena.

Reaksi substitusi elektrofilik aromatik dimulai dengan cara yang hampir sama, tetapi dengan
beberapa perbedaan. Perbedaan pertama, benzena lebih stabil dibanding alkena, sehingga kurang
reaktif terhadap elektrofil. Oleh karena itu Br 2 harus dipolarisasi dengan FeBr3 sehingga didapat
FeBr4Br+ yang bereaksi bagaikan Br+. Satu elektron  akan mengikat Br+ sehingga didapat zat
antara karbokation tidak aromatik yang memiliki tiga bentuk resonansi.

22
Perhatikan perbandingan reaksi elektrofil dengan alkena dan benzena pada diagram energi
berikut (Gambar 1). Reaksi benzena lebih lambat karena energi yang dibutuhkan untuk memulai
reaksi (G‡) lebih besar.

Gambar 1 Perbandingan reaksi elektrofil dengan alkena dan benzena

Perbedaan kedua adalah pada apa yang terjadi setelah terbentuk karbokation (Gambar 2). Di
sini tidak terjadi adisi Br tetapi terjadi eliminasi H + dari karbon yang mengikat Br. Jadi reaksi
substitusi ini berlangsung melalui dua tahap: pertama adisi elektrofil yang berlangsung lambat,
tahap kedua eliminasi H+ yang berlangsung cepat (spontan).

Gambar 2 Mekanisme brominasi elektrofilik pada benzena

Mengapa yang terjadi adalah eliminasi H+ dan bukan adisi Br-? Jawabnya terlihat pada
diagram energi berikut ini (Gambar 3). Seandainya terjadi adisi maka energi stabilisasi resonansi
akan hilang dan secara keseluruhan reaksinya endergonik (menyerap energi), Sebalinya bila terjadi
eliminasi maka kestabilan cincin aromatik dipertahankan dan secara keseluruhan reaksinya

23
eksergonik (melepas energi).

Gambar 3 Diagram energi brominasi benzena

Soal latihan 1
Monobrominasi toluena menghasilkan campuran tiga macam bromotoluena. Gambarlah
struktur tiga produk tersebut dan beri nama.

3. Reaksi-Reaksi Substitusi Elektrofilik Lainnya


Selain brominasi ada banyak reaksi substitusi elektrofilik lainnya. Reaksi-reaksi ini terjadi
melalui mekanisme yang sama.

3.1 Klorinasi Aromatik


Klorinasi benzena dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan brominasi, dengan
menggunakan Cl2 sebagai pereaksi dan FeCl3 sebagai katalis. Reaksi ini banyak digunakan dalam
sintesis obat, misalnya pada pembuatan diazepam (Valium).

3.2 Iodinasi Aromatik


Pada reaksi iodinasi biasanya digunakan zat pengoksidasi seperti hidrogen peroksida atau
garam-garam tembaga seperti CuCl2.

Tubuh kita juga melakukan reaksi halogenasi, misalnya pada sintesis tiroksina, suatu hormon

24
tiroid yang berfungsi mengendalikan pertumbuhan dan metabolisme. Tahap pertama sintesis ini
ialah reaksi iodinasi asam amino tirosina oleh enzim tiroid peroksidase, seperti terlihat pada
gambar di bawah ini.

3.3 Nitrasi Aromatik


Nitrasi cincin aromatik dapat dilakukan dengan campuran asam nitrat dan asam sulfat pekat.
Elektrofil pada reaksi ini ialah ion nitronium yang terbentuk melalui protonasi asam nitrat yang
diikuti dengan lepasnya molekul air.

Gambar 4 Mekanisme nitrasi elektrofilik aromatik

Reaksi nitrasi aromatik penting dalam pembuatan berbagai senyawa obat di industri, karena
gugus nitro dapat diubah menjadi gugus amino melalui reaksi reduksi.

3.4 Sulfonasi Aromatik


Sulfonasi aromatik dilakukan dengan asam sulfat berasap, yakni campuran H 2SO4 dan SO3.
Elektrofil dalam reaksi ini ialah HSO 3+ atau SO3. Perhatikan bahwa reaksi ini berlangsung reversibel
tergantung pada kondisi reaksi. Dalam suasana asam kuat cenderung terjadi sulfonasi, pada

25
suasana asam encer panas cenderung terjadi desulfonasi.

Gambar 5 Mekanisme sulfonasi elektrofilik aromatik

Seperti nitrasi, sulfonasi juga penting dalam pembuatan senyawa obat. Sebagai contoh, salah
satu tahapan kunci pada pembuatan sulfanilamida adalah reaksi sulfonasi aromatik. Sulfanilamida
adalah suatu antibiotik yang hingga saat ini masih digunakan pada pengobatan meningitis dan
infeksi saluran kencing.

3.4 Hidroksilasi Aromatik


Hidoksilasi langsung suatu cincin aromatik menghasilkan suatu fenol sangat sulit dilakukan di
laboratorium, karena kita tidak dapat membuat OH + di laboratorium. Reaksi ini lazim terjadi pada
proses biologis, misalnya pada hidroksilasi p-hidroksifenilasetat menjadi 3,4-dihidroksifenilasetat.
Reaksi ini dikatalisis oleh enzim p-hidroksifenilasetat-3-hidroksilase dan memerlukan oksigen
molekuler serta koenzim flavin adenin dinukleotida (FADH 2).

Mekanisme reaksi ini tertera pada Gambar 6 (halaman berikut). FADH 2 bereaksi dengan O2
membentuk FAD hidroperoksida (RO-OH), selanjutnya mengalami protonasi menghasilkan oksigen
elektrofilik (RO-OH + H+  ROH + OH+).

Soal latihan 2
Berapa macam produk yang dapat terjadi pada klorinasi o-xilena (o-dimetilbenzena), m-xilena,
dan p-xilena?

Soal latihan 3
Bila benzena dicampur dengan D 2SO4, perlahan-lahan deuterium menggantikan seluruh
hidrogen dari cincin aromatik. Jelaskan.

26
Gambar 6 Mekanisme hidroksilasi elektrofilik

4. Alkilasi dan Asilasi Cincin Aromatik: Reaksi Friedel-Crafts


4.1 Alkilasi Friedel-Crafts
Salah satu reaksi substitusi elektrofilik aromatik yang paling bermanfaat ialah alkilasi Friedel-
Crafts. Sebagai elektrofil ialah karbokation yang terbentuk dari alkil halida dan AlCl 3. Perhatikan
mekanismenya pada Gambar 7.
Reaksi ini hanya bisa berlangsung dengan alkil halida. Aril halida dan vinil halida tidak dapat
bereaksi karena energi karbokation aril dan vinil terlalu tinggi.

Gambar 7
Mekianisme

27
alkilasi Friedel-Crafts

Keterbatasan yang kedua, reaksi ini tidak dapat berlangsung pada cincin aromatik yang
tersubstitusi oleh gugus penarik elektron yang kuat, misalnya gugus karbonil (C=O) atau gugus
amino (-NH2, NHR, -NR2).

Gambar 8 Keterbatasan reaksi Friedel-Crafts

Keterbatasan yang ketiga, reaksi sulit dihentikan setelah satu substitusi. Substituen pertama
memudahkan terjadinya substitusi berikutnya, sehingga terjadi polisubstitusi. Pengaruh substituen
yang sudah ada terhadap reaksi substitusi elektrofilik akan kita bahas belakangan.

Selain itu, kadang-kadang juga terjadi penataan ulang karbokation, yang dapat terjadi melalui
geseran alkil atau hidrida. Sebagai contoh perhatikan reaksi berikut ini.

4.2 Asilasi Friedel-Crafts


Bila benzena direaksikan dengan asil klorida (RCOCl) dengan adanya AlCl3, maka gugus asil

28
akan mensubstitusi salah satu hidrogen dari cincin. Sebagai contoh, reaksi benzena dengan asetil
klorida menghasilkan asetofenon.

Mekanisme asilasi Friedel-Crafts mirip dengan reaksi alkilasi Friedel-Crafts, demikian juga
keterbatasan yang berhubungan dengan substrat aromatik. Bertindak sebagai elektrofil ialah kation
asil yang terstabilkan oleh interaksi antara orbital kosong dari atom karbon dengan pasangan
elektron bebas dari oksigen. Karena adanya stabilisasi ini maka pada asilasi tidak terjadi penataan
ulang karbokation.

Gambar 9 Mekanisme asilasi friedel-Crafts

Reaksi asilasi hanya dapat menghasilkan produk monoasilasi karena produk asilasi
(asilbenzena) kurang reaktif dibanding bahan awal (benzena). Pengaruh ini juga akan kita bahas
belakangan.
Reaksi alkilasi aromatik banyak terjadi dalam sistem biologis. Elektrofil karbokation biasanya
terbentuk dari disosiasi organodifosfat. Disosiasi ini dibantu oleh terbentuknya kompleks dengan
kation logam divalen (misalnya Mg2+) untuk menetralkan muatan.

Contoh reaksi alkilasi Friedel-Craft dalam sistem biologis misalnya sintesis filokuinon (atau
vitamin K1) yang merupakan faktor pembekuan darah pada manusia. Silahkan cermati reaksi ini
pada Gambar 10.

29
Gambar 10 Biosintesis Filokuinon (Vitamin K1)

Contoh soal: Meramalkan produk penataan ulang karbokation


Reaksi Friedel-Crafts antara benzena dengan 2-kloro-3-metilbutana dengan adanya AlCl 3
terjadi dengan penataan ulang karbokation. Gambarkan struktur produknya.
Strategi
Tahap pertama reaksi Friedel-Crafts ialah pembentukan karbokation. Karbokation ini dapat
mengalami penataan ulang melalui geseran hidrida atau geseran alkil. Gambarlah struktur
karbokation, kemudian periksalah apakah geseran hidrida atau geseran alkil akan
meningkatkan kestabilan karbokation itu. Pada soal ini, karbokation yang terbentuk ialah
karbokation sekunder; geseran hidrida akan menghasilkan karbokation tersier yang lebih stabil.
Gunakan karbokation tersier ini untuk menyelesaikan reaksi Friedel-Crafts.

30
Jawaban

Soal latihan 4
Manakah di antara alkil halida berikut ini yang mengalami reaksi Friedel-Crafts tanpa penataan
ulang? Jelaskan jawaban Anda.
(a) CH3CH2Cl (b) CH3CH2CH(Cl)CH3 (c) CH3CH2CH2Cl
(d) (CH3)3CCH2Cl (e) Klorosikloheksana

Soal latihan 5
Apakah produk utama monosubstitusi dari reaksi Friedel-Crafts antara benzena dengan 1-
kloro-2-metilpropana dengan adanya AlCl3?

Soal latihan 6
Tunjukkan asil klorida yang dapat digunakan untuk membuat asilbenzena di bawah ini dari
bahan awal benzena.

5. Pengaruh Substituen pada Cincin Aromatik Tersubstitusi


Apa yang terjadi bila kita melakukan reaksi pada benzena yang sudah memiliki substituen?
Substituen yang sudah ada pada cincin memiliki dua pengaruh:
 Substituen mempengaruhi kereaktivan cincin aromatik, menjadikan lebih reaktif atau kurang
reaktif dibanding benzena. Contohnya, pada reaksi nitrasi benzena, substituen –OH membuat
cincin 1000 kali lebih reaktif dibanding benzena, sedangkan substituen –NO2 membuat cincin
10 juta kali kurang reaktif dibanding benzena.

 Substituen mempengaruhi orientasi reaksi: sifat substituen yang sudah ada menentukan
posisi substitusi berikutnya. Ada substituen yang mengarahkan substitusi berikutnya ke posisi
orto dan para, ada pula yang mengarahkan ke posisi meta. Lihat Tabel 1.

Tabel 1 Orientasi Nitrasi pada Benzena Tersubstitusi

31
Substituen dapat dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu aktivator pengarah orto dan para,
deaktivator pengarah orto dan para, serta deaktivator pengarah meta. Tidak ada aktivator
pengarah meta. Perhatikan korelasi antara pengarahan orientasi dan pengaruh substituen
terhadap kereaktivan benzena. Seluruh pengarah meta bersifat deaktivator, sedang sebagian besar
pengarah orto dan para bersifat aktivator. Perhatikan pula keunikan halogen, yakni pengarah orto
dan para tetapi memiliki sifat deaktivator lemah.

Substituen mempengaruhi kereaktivan benzena karena adanya efek induksi dan efek
resonansi. Efek induksi ialah tarikan atau sumbangan elektron melalui ikatan sigma karena adanya
perbedaan keelektronegatifan. Gugus penarik elektron misalnya halogen, hidroksi, karbonil, siano
dan nitro. Di antara gugus-gugus tersebut yang efeknya paling kuat ialah halogen dan hidroksil
karena atom elektronegatif langsung terikat pada cincin benzena. Gugus alkil merupakan
penyumbang elektron karena dapat menyumbangkan elektron melalui hiperkonjugasi. [Ingat
kembali bagaimana gugus alkil menstabilkan alkena melalui hiperkonjugasi].

32
Efek resonansi ialah tarikan atau sumbangan elektron melalui ikatan , yaitu melalui
tumpangsuh orbital p dari gugus dengan orbital p dari benzena. Sebagai contoh, gugus karbonil,
siano dan nitro menarik elektron pi dari benzena melalui egek resonansi sehingga meninggalkan
muatan positif pada cincin. Gugus penarik elektron mempunyai rumus umum –Y=Z dengan Z lebih
elektronegatif daripada Y.

Sebaliknya, gugus halogen, hidroksil, alkoksil (-OR) dan amino menyumbangkan elektron
melalui resonansi, meninggalkan muatan negatif pada cincin. Gugus penyumbang elektron ini
memiliki rumus umum –Y: (atom Y mempunyai pasangan elektron bebas yang siap disumbangkan
ke cincin).

33
Efek induksi dan efek resonansi tidak selalu bekerja dengan arah yang sama. Sebagai contoh,
gugus halogen, hidroksi, alkoksi dan amino secara induksi merupakan penarik elektron karena
keelektronegatifan atom halogen, oksigen dan nitrogen. Tetapi gugus-gugus tersebut secara
resonansi merupakan pendorong elektron karena atom halogen, oksigen dan nitrogen memiliki
pasangan elektron bebas yang dapat disumbangkan melalui resonansi. Bila ada dua efek yang
bertentangan arah, maka yang menang adalah efek yang lebih kuat.

Contoh soal: Meramalkan produk reaksi substitusi elektrofilik aromatik


Ramalkan produk utama sulfonasi toluena.

Strategi:
Periksa substituen yang ada pada cincin, kemudian tentukan apakah substituen tersebut
merupakan pengarah orto dan para ataukan pengarah meta. Menurut Gambar 11 gugus alkil
adalah pengarah oro dan para. Maka produk reaksi sulfonasi toluena ialah campuran asam o-
toluensulfonat dan asam p-toluensulfonat.

Jawaban:

Soal latihan 7
Gambarlah struktur resonansi dari nitrobenzena untuk menunjukkan bahwa gugus nitro adalah
penarik elektron melalui resonansi.

Soal latihan 8
Gambarlah struktur resonansi dari klorobenzena untuk menunjukkan bahwa gugus kloro
adalah penyumbang elektron melalui resonansi.

Soal latihan 9
Ramalkan produk utama reaksi-reaksi berikut ini.
(a) nitrasi bromobenzena (b) brominasi nitrobenzena
(c) klorinasi fenol (c) brominasi anilina

34
6. Penjelasan untuk Pengaruh Substituen
6.1 Aktivasi dan deaktivasi cincin aromatik
Apa yang menyebabkan suatu gugus berperan sebagai aktivator atau dekativator? Ciri umum
semua gugus aktivator ialah bahwa gugus tersebut menyumbangkan elektron ke cincin, akibatnya
cincin menjadi lebih kaya elektron, sehingga zat antara karbokation terstabilkan dan energi aktivasi
untuk pembentukan karbokation tersebut menjadi lebih rendah. Hidroksil, alkoksil dan amino
merupakan gugus aktivator karena efek penyumbangan elektron melalui resonansi lebih kuat
daripada efek penarikan elektron melalui induksi. Gugus alkil bersifat aktivator karena dapat
menyumbangkan elektron melalui efek induksi.
Sebaliknya, ciri umum semua gugus deaktivator ialah bahwa gugus tersebut menarik elektron
dari cincin, akibatnya cincin menjadi lebih miskin elektron, mengurangi kestabilan zat antara
karbokation dan meningkatkan energi aktivasi untuk pembentukan karbokation tersebut. Karbonil,
siano dan nitro merupakan gugus-gugus deaktivator karena menarik elektron melalui dua efek:
induksi dan resonansi. Halogen merupakan deaktivator karena efek penarikan elektron melalui
induksi lebih kuat dibanding peyumbangan elektron melalui resonansi.

Gambar 12 memperbandingkan peta potensial benzena dengan benzaldehida, klorobenzena


dan fenol. Cincin lebih positif (kuning-hijau) bila ada gugus penarik elektron (misalnya –CHO atau
–Cl), lebih nagatif (merah) bila ada gugus penyumbang elektron (misalnya –OH). Periksalah buku
asli untuk melihat warna pada gambar.

Gambar 12 Peta potensial elektrostatik benzena dan benzena tersubstitusi

35
Soal latihan 10
Urutkan senyawa-senyawa pada setiap kelompok di bawah ini menurut kereaktivannya
terhadap substitusi elektrofilik.
(a) Nitrobenzena, fenol, teluena, benzena
(b) Fenol, benzena, klorobenzena, asam benzoat
(c) Benzena, bromobenzena, benzaldehida, anilina

Soal latihan 11
Gunakan gambar pada halaman 32 bawah untuk menjelaskan mengapa alkilasi Friedel-Crafts
sering menghasilkan polisubstitusi sedangkan asilasi Firedel-Craft menghasilkan produk
tunggal.

Soal latihan 12
Perhatikan peta potensial elektrostatik (trifluorometil)benzena (C 6H5CF3) di bawah ini (lihat
warna pada buku asli). Bila dibandingkan dengan toluena, apakah (trifluorometil)benzena lebih
reaktif atau kurang reaktif terhadap substititusi elektrofilik? Jelaskan.

6.2 Aktivator pengarah orto- dan para-: gugus alkil


Baik untuk aktivator maupun deaktivator, efek induksi dan resonansi bertanggungjawab
terhadap arah masuknya substituen. Sebagai contoh, gugus alkil memiliki efek penyumbangan
elektron melalui induksi dan merupakan pengarah orto- dan para-. Hasil nitrasi toluena disajikan
pada Gambar 13.

36
Gambar 13 Senyawa antara katbokation pada nitrasi toluena
Seperti tampak pada Gambar 13, nitrasi dapat terjadi pada semua posisi, yakni orto, meta dan
para terhadap gugus metil, menghasilkan tiga macam zat antara karbokation. Semua karbokation
mengalami stabilisasi oleh resonansi, tetapi zat antara orto dan para lebih terstabilkan dibanding
zat antara meta. Substitusi pada posisi orto dan para, resonansi dapat menghasilkan muatan
positif pada atom karbon yang mengikat gugus alkil. Karbokation tersier ini paling terstabilkan oleh
efek induksi dari gugus metil. Energi zat antara orto dan para ini lebih rendah dibanding zat antara
meta, sehingga zat antara orto dan para lebih cepat terbentuk.

6.3 Aktivator pengarah orto- dan para-: OH dan NH 2


Gugus-gugus hidroksil, alkoksil dan amino juga merupakan aktivator pengarah orto dan para,
tetapi cara kerjanya berbeda dengan gugus alkil. Gugus-gugus ini memiliki efek penyumbangan
elektron melalui resonansi yang lebih kuat daripada efek penarikan elektron melalui induksi.
Seperti tampak pada Gambar 14, semua karbokation terstabilkan oleh resonansi, tetapi pada
substitusi orto dan para terdapat bentuk resonansi yang muatan postifnya terstabilkan oleh
sumbangan pasangan elektron bebas dari oksigen. Substitusi pada posisi meta tidak menghasilkan
stabilisasi semacam itu.

Gambar 14 Zat antara karbokation pada nitrasi fenol

Soal latihan 13
Terhadap substitusi elektrofilik, asetanilida kurang reaktif dibanding anilina. Jelaskan.

6.4 Deaktivator pengarah orto- dan para-: Halogen


Halogen merupakan gugus deaktivator karena efek penarikan elektron melalui induksi lebih
kuat daripada efek penyumbangan elektron melalui resonansi. Meskipun efek resonansinya lemah,
efek penyumbangan elektron ini dialami dan menstabilkan karbokation pada zat antara substitusi
posisi orto dan para (lihat Gambar 15).

37
Gambar 15 Zat antara karbokation pada nitrasi klorobenzena

6.5 Deaktivator pengarah meta-


Gugus pengarah meta (misalnya –CHO) bekerja melalui kombinasi efek tarikan elektron
melalui induksi dan resonansi yang saling memperkuat dan terasa paling kuat pada posisi orto dan
para. Akibatnya zat antara substitusi orto dan para lebih tidak stabil, sehingga reaksi substitusi
lebih disukai terjadi pada posisi meta (Gambar 16).

Gambar 16 Zat antara karbokation pada klorinasi benzaldehida

38
Soal latihan 14
Gambarlah struktur-struktur resonansi zat antara reaksi elektrofil pada posisi orto, meta dan
para dari nitrobenzena. Zat antara mana yang paling stabil?

6.6 Ringkasan efek substituen pada substitusi elektrofilik aromatik


Ringkasan efek substituen pada reaksi substitusi elektrofilik aromatik disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Pengaruh Substituen pada Substitusi Elektrofilik Aromatik

7. Benzena Trisubstitusi: Penggabungan Pengaruh Substituen


Substitusi elektrofilik pada benzena tersubstitusi ganda juga diarahkan oleh efek induksi dan
resonansi. Dalam hal ini kita harus memikirkan gabungan efek dari dua gugus fungsi yang
berbeda. Pada prakteknya hal ini tidak sesulit yang dibayangkan. Biasanya tiga aturan berikut ini
dapat digunakan.
1) Bila efek pengarahan dari dua gugus saling memperkuat, maka arah substitusi sangat jelas.
Contohnya pada p-nitrotoluena, gugus metil dan gugus nitro mengarahkan substitusi
berikutnya ke posisi yang sama (orto terhadap metil = meta terhadap nitro). Karena itu reaksi
ini menghasilkan produk tunggal.

2) Bila efek pengarahan dari dua gugus saling berlawanan, maka gugus aktivator yang lebih kuat
akan mendominasi pengaruh, tetapi seringkali dihasilkan campuran produk. Contohnya nitrasi
p-metilfenol menghasilkan produk utama 4-metil-2-nitrofenol karena –OH merupakan aktivator
yang lebih kuat dibanding –CH3.

3) Substitusi jarang terjadi pada posisi di antara dua gugus pada benzena meta-disubstitusi
karena pada posisi ini halangan ruang terlalu besar.

39
Contoh soal: Meramalkan produk reaksi substitusi pada benzena tersubstitusi ganda
Ramalkan produk reaksi brominasi asam p-metilbenzoat.

Strategi:
Periksa dua gugus yang terikat pada cincin, tentukan pengarahan dari masing-masing gugus,
kemudian bila perlu tentukan gugus mana yang merupakan aktivator lebih kuat. Pada soal ini
gugus karboksil merupakan pengarah meta, sedangkan gugus metil merupakan pengarah orto
dan para. Kedua gugus mengarahkan substitusi ke posisi yang sama, menghasilkan asam 3-
bromo-4-metilbenzoat

Jawaban:

Soal latihan 15
Pada senyawa-senaawa berikut ini pada posisi mana akan terjadi substitusi elektrofilik
aromatik?

Soal latihan 16
Tunjukkan produk utama bila senyawa-senyawa berikut ini direaksikan dengan (i) CH 3CH2Cl,
AlCl3 dan (ii) HNO3, H2SO4.

8. Substitusi Nukleofilik Aromatik


Reaksi substitusi nukleofilik aromatik hanya dapat terjadi pada cincin aromatik yang memiliki
gugus penarik elektron yang kuat. Misalnya 2,4,6-trinitroklorobenzena dapat bereaksi dengan
NaOH berair pada suhu kamar menghasilkan 2,4,6-trinitrofenol. Jadi, nukleofil OH  menggantikan

40
Cl.

Bagaimana reaksi ini terjadi? Reaksi tidak mungkin berlangsung melalui mekanisme S N1 karena
aril kation yang terbentuk sangat tidak stabil. Reaksi juga tidak mungkin berlangsung melalui
mekanisme SN2 karena nukleofil tidak dapat menyerang dari arah ‘belakang’ karena adanya
halangan ruang oleh cincin; selain itu inversi Walden juga tidak mungkin terjadi pada karbon cincin
aromatik.

Reaksi substitusi nukleofilik aromatik berlangsung melalui mekanisme sebagaimana tampak


pada Gambar 17. Pertama nukleofil mengadisi aril halida yang miskin elektron, membentuk zat
antara bermuatan negatif yang terstabilkan oleh resonansi. Pada tahap selanjutnya ion halida
dieliminasi.

Gambar 17 Mekanisme reaksi substitusi nukleofilik aromatik

41
Reaksi substitusi elektrofilik aromatik hanya terjadi bila pada cincin terdapat gugus penarik
elektron pada posisi orto atau para terhadap gugus pergi. Sebagaimana terlihat pada Gambar 18,
hanya gugus penarik elektron pada posisi orto dan para yang dapat menstabilkan zat antara anion
melalui resonansi. Sebaliknyha gugus penarik elektron pada posisi meta tidak dapat menstabilkan
anion tersebut. Karena itu m-kloronitrobenzena tidak bereaksi dengan OH.

Gambar 18 Substitusi nukleofilik aromatik pada nitroklorobenzena

Perhatikan perbedaan antara substitusi elektrofilik aromatik dan substitusi nukleofilik aromatik.
Reaksi substitusi elektrofilik aromatik dipermudah oleh gugus penyumbang elektron yang
menstabilkan zat antara karbokation, sedangkan reaksi substitusi nukleofilik aromatik dipermudah
oleh gugus penarik elektron yang menstabilkan zat antara karbanion. Gugus penarik elektron
(nitro, karbonil, siano, dll). yang merupakan deaktivator pada reaksi substitusi elektrofilik aromatik,
merupakan aktivator pada reaksi substitusi nukleofilik aromatik. Gugus penarik elektron tersebut
berperan sebagai pengarah meta pada substitusi elektrofilik aromatik, tetapi berperan sebagai
pengarah orto dan para pada substitusi nukleofilik aromatik. Pada substitusi elektrofilik aromatik
yang diganti adalah hidrogen, sedangkan pada substitusi nukleofilik aromatik yang diganti adalah
suatu gugus pergi (biasanya ion halida).

Soal latihan 17
Herbisida oksifluorfen dibuat dengan reaksi antara suatu fenol dan suatu aril fluorida. Tulislah
mekanisme reaksinya.

42
9. Benzuna
Lazimnya halobenzena tidak bereaksi dengan nukleofil. Namun pada suhu dan tekanan tinggi
reaksi dapat terjadi, seperti contoh di bawah ini.

Reaksi ini berlangsung melalui zat antara benzuna, yang terbentuk melalui eliminasi HCl dari
klorobenzena. Benzuna sangat reaktif sehingga tidak dapat diisolasi. Benzuna bereaksi dengan air
membentuk fenol.

Seperti tampak pada Gambar 19, ikatan rangkap tiga pada benzuna berbeda dengan pada
alkuna. Pada alkuna ikatan rangkap tiga terjadi pada karbon berhibridisasi sp, sedangkan pada
alkuna atom karbon berhibridisasi sp2. Ikatan rangkap tiga pada alkuna memiliki dua ikatan  yang
terbentuk dari tumpangsuh orbital p-p, sedangkan pada benzuna satu ikatan  berasal dari
tumpangsuh orbital p-p dan satu lagi berasal dari tumpangsuh sp2-sp2. Ikatan  yang berasal dari
tumpangsuh sp2-sp2 ini sangat lemah.

Soal latihan 18
Reaksi p-bromotoluena dengan NaOH pada 300 ˚C menghasilkan dua produk, tetapi reaksi m-
bromotoluena menghasilkan tiga produk. Jelaskan.

10. Oksidasi Senyawa Aromatik


10.1 Oksidasi rantai samping alkilbenzena
Berbeda dengan alkena, cincin benzena tidak bereaksi dengan oksidator kuat seperti KMnO 4
dan Na2Cr2O7. Tetapi adanya cincin aromatik menyebabkan rantai samping mudah dioksidasi
menjadi gugus karboksil. Jadi, alkilbenzena diubah menjadi suatu asam benzoat, seperti concoh di
bawah ini. Mekanisme reaksi ini terlalu rumit, tetapi jelas melibatkan ikatan C-H dari atom C yang
terikat pada cincin aromatik. Reaksi tidak terjadi bila tidak ada H benzilik.

43
Oksidasi rantai samping juga terjadi pada proses biosintesis di dalam tubuh. Sebagai contoh,
neurotransmiter norepinefrin disintesis dari dopamin melalui reaksi hidroksilasi benzilik yang
dikatalisis oleh enzim dopamin -monooksigenase. Reaksi terjadi melalui mekanisme radikal.

Soal latihan 19
Produk apakah yang terbentuk bila senyawa-senyawa berikut ini dioksidasi dengan KMnO 4?

10.2 Brominasi rantai samping alkilbenzena


Brominasi pada posisi benzilik terjadi bila alkilbenzena direaksikan dengan N-bromosuksinimida
(NBS), seperti contoh di bawah ini. Reaksi ini menggunakan benzoil peroksida sebagai inisiator
radikal.

Reaksi ini berlangsung melalui mekanisme radikal. Lepasnya atom hidrogen benzilik akan
menghasilkan zat antara radikal benzilik yang kemudian bereaksi dengan Br 2, menghasilkan produk
dan Br radikal yang kembali bereaksi (meneruskan reaksi rantai).

Reaksi hanya berlangsung pada posisi benzilik karena zat antara radikal benzilik terstabilkan
oleh resonansi. Pada Gambar 20 terlihat bagaimana radikal ini terstabilkan melalui tumpangsuh

44
orbital p dari dari radikal benzilik dengan orbital  dari cincin.

Gambar 20 Stabilisasi radikal benzilik

Soal latihan 20
Rujuklah data pada Tabel 5.3 buku Organic Chemistry McMurry edisi 7 halaman 156. Berapa
besar (dalam kJ/mol) radikal benzil lebih stabil dibanding radikal alkil primer? Bagaimana kestabilan
radikal benzil dibanding radikal alil?

Soal latihan 21
Stirena, alkenilbenzena paling sederhana, adalah bahan untuk pembuatan plastik. Senyawa ini
dibuat melalui dehidrogenasi katalitik dari etilbenzena. Bagaimana anda bisa membuat stirena dari
bahan awal benzena melalui reaksi-reaksi yang sudah anda pelajari?

11. Reduksi Senyawa Aromatik


11.1 Hidrogenasi katalitik cincin aromatik
Pada kondisi hidrogenasi katalitik yang biasa digunakan untuk menghidrogenasi alkena, cincin
aromatik tidak bereaksi. Oleh karena itu alkena bisa dihidrogenasi secara selektif seperti contoh di
bawah ini.

Cincin aromatik dapat dihidrogenasi bila digunakan katalis platinum dan tekanan tinggi, atau
digunakan katalis yang lebih efektif seperti rhodium dalam karbon.

45
11.2 Reduksi aril alkil keton
Sebagaimana cincin aromatik mengaktifkan hidrogen benzilik terhadap oksidasi, cincin
aromatik juga mengaktifkan karbonil yang terikat langsung pada cincin. Oleh karena itu, alkil aril
keton yang dibuat dengan asilasi Firedl-Crafts dapat diubah menjadi alkilbenzena melalui
hidrogenasi katalitik menggunakan katalis paladium.

Soal latihan 22
Bagaimana anda membuat difenilmetana (Ph2CH2) dari bahan awal benzena dan asil klorida?

12. Soal-Soal Latihan

46
47
48
49
50
SELAMAT BELAJAR

51

Anda mungkin juga menyukai