Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIKUM

ELUSIDASI
STRUKTUR

SPEKTROSKOPI ULTRA
VIOLET VISIBEL (UV-VIS)

Dibuat Oleh :
1811015320001 SRI OKTAVIANA SARI
1811015320002 DEWI KARTIKA
1811015320004 NUR AINA FADHILAH
1811015320005 SINDWI RINANDA SARI
1811015320006 PUTRI WULAN SARI
1811015320007 ST. NOMIRA SISWANDI
1811015320009 UMI NUR HAPIFAH

Kelompok 8

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2021
SPEKTROSKOPI ULTRA VIOLET VISIBLE (UV-Vis)
Spektrofotometri UV-Vis adalah bagian dari teknik analisis spektroskopik yang
memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar
tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Hasil interaksi antara radiasi
elektromagnetik pada daerah ultraviolet-visibble (200-800nm) dengan molekul akan
menyebabkan terjadinya transisi elektronik. Trransisi elektronik pada suatu molekul berbeda
dengan molekul yang lain, oleh karena itu spektrum absorpsi tersebut dapat digunakan sebagai
analisis kualitatif. Peristiwa tersebut berlaku hukum Lambert-Beer, terutama bermanfaat untuk
keperluan analisis kuantitatif. Pada analisis kualitatif harga absorpsivitas molar (£) dan λmax)
suatu senyawa berhubungan denagn struktur molekulnya, oleh karena itu spektrum UV-Vis
mempunyai kostribusi dalam menentukan struktur molekul secara spektroskopi.
Spektrofotometer UV-Vis menggunakan cahaya (foton) sebagai tenaga yang mempengaruhi
senyawa kimia, bergetar dan menjalar secara lurus sebagai tenaga listrik dan magnet yang
keduanya saling tagak lurus. Respon yang timbul untuk senyawa organik tersebut hanya respon
fisika atau Physical event, Tetapi bila sampai menguraikan senyawa kimia menjadi molekul yang
lebih kecil atau hanya menjadi radikal yang dinamakan peristiwa kimia atau Chemical event.

Energi relatif orbital ada hubungannya dengan transisi elektronik, dimana peristiwa
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : transisi yang terjadi adalah dari orbotal σ ke σ*,
dimana kejadian ini merupakan proses yang memerlukan energi tinggi karena itu diperlukan
sinar UV dengan λ yang sangat pendek (sekitar 150 nm). Pada senyawa alkena sederhana,
terjadi beberapa transisi dan yang terpenting adalah transisi π ke π* yang mengakibatkan pita
serapan sekitar 170 – 190 nm untuk alkena terkonjugasi. Pada senyawa keton alifatik jenuh,
transisi energi terendah melibatkan elektron nonbonding pada oksigen, salah satu elektron
dipromosikan ke π yang relatif rendah. Transisi lainnya adalah n ke σ* dan π ke n* dan
merupakan transisi yang diperbolehkan dan memberikan pita serapan kuat tetapi energi yang
dibtuhkan lebih tinggi daripada n ke π*. Pada keadaan tersebut panjang gelombang
serapannya lebih pendek sekitar 185 nm untuk n ke n* dan sekitar 160 nm untuk π ke π*.
Pita yang paling tinggi selalu disebabkan oleh transisi π ke π*. Prinsip kerja spektrofotometer
UV-Vis adalah interaksi yang terjadi antara energi yang berupa sinar monokromatis dari
sumber sinar dengan materi yang berupa molekul. Besar energi yang diserap tertentu dan
menyebabkan elektron tereksitasi dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi yang memiliki
energi lebih tinggi. Beberapa contoh absorpsi pada spektrometer UV-Vis pada gugus tertentu
adalah sebagai berikut :

Cara kerja alat spektrofotometer UV-Vis yaitu sinar dari sumber radiasi
diteruskan menuju monokromator. Cahaya dari monokromator diarahkan terpisah
melalui sampel dengan sebuah cermin berotasi. Detektor menerima cahaya dari
sampel secara bergantian secara berulang-ulang, Sinyal listrik dari detektor diproses,
diubah ke digital dan dilihat hasilnya, selanjutnya perhitungan dilakukan dengan
komputer yang sudah terprogram. Karena elektron dalam molekul memiliki tenaga
yang tak sama, maka tenaga yang diserap dalam proses eksitasi dapat menyebabkan
terjadinya 1 atau lebih transisi tergantung pada jenis elektron yang terlihat. Transisi-
transisi tersebut diklasifikasikan sbb:

1) Transisi π → σ→ionisasi : Transisi ini terjadi dalam UV jauh yaitu 180 nm,
daerah ini dikenal daerah Schuman atau ultraviolet vakum,

2) Transisi π→ π* : klas ini paling berguna dan merupakan serapan-serapan


karakteristik dari senyawa-senyawa organik dan dihubungkan dengan “tingkat
tereksitasi polar”. Dalam sistem yang sederhana transisi ini terjadi dalam UV jauh,
missal etilena, λ maks kira- kira 160 nm, meskipun demikian substitusi oleh gugus
alkil akan menggeser ke batokromik (merah),

3) Transisi n → π* : transisi dari jenis meliputi transisi elektron hetero atom tak
berikatan ke orbital anti ikatan π*. Serapan ini terjadi pada panjang
gelombang yang panjang dan intensitasnya rendah. Transisi n → π* menunjukkan
pergeseran hipsokromik (biru) dalam pelarut-pelarut yang lebih polar dan dengan
sutituen-subtituen yang bersifat pemberi elektron, 4) Transisi n → σ* : senyawa-
senyawa jenuh yang mengandung hetero atom seperti N, O, belerang, atau
halogen memiliki elektron tak berikatan (elektronn atau p) disamping elektron-
elektron –σ. Transisi n → σ* membutuhkan tenaga yang lebih sedikit daripada
transisi σ → σ*. Namun demikian kebanyakan senyawa-senyawa dalam klas ini
tidak menunjukkan serapan dalam daerah ultraviolet dekat (gambar 1).

Gambar 1. Energi relatif orbital dan hubungannya dengan transisi elektronik

Kurva yang menghubungkan besarnya absorbansi atau transmitan dengan


frekwensi atau panjang gelombang disebut spektrum absorpsi. Panjang
gelombang dimana terjadi absorpsi maksimum disebut panjang gelombang
maksimum (λmax). Beberapa istilah dalam spektroskopi UV-Vis antara lain : (1)
kromofor yaitu digunakan untuk menjelaskan suatu sistem berisi elektron yang
bertanggung jawawab terjadinya absorpsi. (2) auksokrom yaitu gugus-gugus
fungsional seperti OH, NH2, Cl, dll yang memiliki elektron non bonding dan tidak
menabsorpsi radiasi pada λ di atas 200 nm, akan tetapi mengabsorpsi pada UV
jauh. Apabila auksokrom tersebut terikat oleh kromofor akan meningkatkan
intensitasnya dan memungkinkan merubah panjang gelombangnya. Pada beberapa
kasus, pH dapat mempengaruhi panjang gelombang dari sampel yang diukur
(gambar 2).

Gambar 2. Spektrum fenobarbital terhadap perubahan pH larutan


LATIHAN – LATIHAN

1. Senyawa nitro fenol

Struktur nitro fenol

Spektra UV-Vis

Analisislah potensi terdapatnya sistem terkonjugasi, efek pelarut,


gugus kromofor dll dari spektrum di atas
Panjang gelombang Absorpsi Keterangan
1 2 3 1 2 3
211 211 225 1,4 1,09 0,31 Fenol

280 230 324 0,7 0,65 0,48 Nitro Anilin

350 280 - 0,34 0,5 0 Nitro

Penjelasan :
Berdasarkan spektra tersebut dapat dianalisis bahwa 3 spektra tersebut
merupakan senyawa yang sama yaitu senyawa nitro fenol, akan tetapi
menggunakan pelarut yang berbeda - beda. Adapun pengaruh pelarut yang
menyebabkan λ maks bergeser ke arah yang lebih tinggi karena efek pelarut yang
lebih polar. Pada pita 2 pelarut menyebabkan λ maks bergeser ke arah lebih
rendah (hipokromik), sedangkan pita 3 pelarut yang lebih polar menyebabkan λ
maks bergeser ke arah yang lebih tinggi (batokromik). Kemudian dilihat pada λ
211 nm dengan absorbansi 1,4 menunjukkan senyawa fenol. Fenol merupakan
sistem terkonjungasi dan merupakan gugus kromoform.

2. Senyawa trimetilamin pikrat


Struktur trimetilamin pikrat

NO2

(CH3)3+NHO-

O2N NO2

Spektra UV-Vis

Analisislah potensi terdapatnya sistem terkonjugasi, efek pelarut, gugus


kromofor dll dari spektrum di atas

Panjang gelombang Absorpsi Keterangan

211 1,22 Fenol

355-360 1,11

Penjelasan :
Berdasarkan spektro tersebut dapat dianalisis senyawa fenol pada panjang
gelobang ke 211 dengan absorbansi 1,22. Fenol adalah senyawa terkonjugasi dan
merupakan kromofor. Pada panjang gelombang 355-360 nm terdapat serapan
yang dipengaruhi oleh pelarut yang menyebabkan bertambahnya system yang
terkonjugasi pada struktur sehingga bergeserlah (batokromik) yang hampir
mencapai daerah Uv-Vis.

3. Dietil barbiturat
Struktur dietilbarbiturat (barbital)

Spektra UV-Vis

Analisislah potensi terdapatnya sistem terkonjugasi, efek pelarut, gugus


kromofor dll dari spektrum di atas

Panjang gelombang Absorpsi Keterangan


Pita 1 Pita 2 Pita 1 Pita 2 Pita 1 Pita 2
225 214 1,35 1,4 Karbonil Amida
260 240 0,78 1,2 Karbonil Karbonil

Penjelasan :

Penjelasan pada spektra tersebut ada 2 spektra yang merupakan senyawa dietil
barbiturat. Adanya penggunaan pelarut yang berbeda dapat menyebabkan adanya
pergesaran λ maksimum (panjang gelombang ) yang berbeda antara pita 1 dan pita
2. Pada pita 1, λ yang dihasilkan menjadi lebih besar dibandingkan dengan pita 2
yaitu pada λ 225 dan λ 214 ; λ 260 dan λ 240, hal itu terjadi karena adanya
pengaruh pelarut yang membuat bertambahnya sistem konjugasi dan
mengakibatkan pergeseran λ yang lebih besar. Jika dilihat dari pita 1 ditemukan
gugus karbonil pada λ 225 dan λ 260 dengan gugus sama sama karbonil, tetapi
pada pita 2 terjadi adanya pergesaran λ yang menjadi lebih kecil yaitu pada λ 214 dan
λ 240 dengan masing-masing gugus amida dan karbonil. Adanya nitrogen yang
terikat dengan gugus karbonil akan membentuk sistem konjugasi dan juga ada
beberapa gugus kromofor yaitu C = O yang merupakan senyawa terkonjugasi.

4. Senyawa isopren
Struktur isoprene

Spektra UV-Vis

Analisislah potensi terdapatnya sistem terkonjugasi, efek pelarut, gugus


kromofor dll dari spektrum di atas

Panjang gelombang Absorpsi Keterangan


225 0,8 Alkina

Penjelasan :

Senyawa isoprene pada spekta UV-Vis cuma memiliki 1 puncak yang berarti
hanya memiliki 1 kromofor. Pada panjang gelombang 225 nm dengan
absorpsi 0,8. Senyawa isoprene mengandung kromofor/senyawa alkina
dengan transisi π → n* dan masuk rentang 178-255.
5. Struktur Senyawa

Analisislah potensi terdapatnya sistem terkonjugasi, efek pelarut,


gugus kromofor dll dari spektrum di atas

Panjang gelombang Absorpsi Keterangan


Alkuna dan alkil
240 nm 0,7 System terkonjugasi : 30 nm
Jumlah total : 240 nm

Penjelasan :

Pada struktur senyawa diatas pada spectra uv-visible terdapat ingkatan rangkap
terkonjugasi dalam struktur yang menunjukkan bahwa dengan adanya ikatan
tersebut akan menggeser gelombang ke kanan, beberapa puncak kecil pada
gambar spektro uv-visible adanya pengaruh pelarut. Senyawa tersebut terdapat
puncak yang berkisaran panjang gelombangnya 240 nm yang menunjukkan
adanya gugus kromofor atau alkuna dan alkil.
6. Struktur senyawa

Spektra UV -Vis

Analisislah potensi terdapatnya sistem terkonjugasi, efek pelarut, gugus


kromofor dll dari spektrum di atas

Panjang gelombang Absorpsi Keterangan


250 4,2 Asiklik enon = 215
Metil = 5
Konjugasi = 30
+
(C=C) 250 nm

Penjelasan :

Terdapat gugus karbonil yang termasuk kedala kromofor sehingga akan menyerap
gugus fungsi yang dikenakan radiasi elektromagnetik pada spektrometri UV-VIS.
Terdapat juga gugusmetil yang termasuk ke dalam auksokrom yang dapat
meningkatkan intensitas serapan ʎ maksimal karena adanya gugus tersebut
sehingga pergeseran panjang gelombang mengarah kearah batokromik atau
pergeseran kegelombang yang lebih besar.
7. Struktur senyawa

Spektra UV-Vis

Analisislah potensi terdapatnya sistem terkonjugasi, efek pelarut, gugus kromofor


dll dari spektrum di atas
Panjang gelombang Absorpsi Keterangan
270 nm E=1.000

Penjelasan :
Terdapat senyawa rangkap terkonjugasi berupa karbonil pada struktur tersebut
membuat transisi n π* dan dengan gugus auksokrom berupa gugus –OH yang
menghasilkan panjang gelombang spektra bergeser ke panjang gelombang yang
lebih pendek, sehingga energi eksitasinya lebih besar.
8. Struktrur senyawa

1 2 3

Spektrum

Analisislah potensi terdapatnya sistem terkonjugasi, efek pelarut, gugus


kromofor dll dari spektrum di atas

Panjang gelombang Absorpsi Keterangan

1 2 3 1 2 3

220 255 275 4,9 5,2 5,0

275 355 450 3,8 3,8 3,9

310 370 480 2,3 3,8 3,9

Penjelasan :
Senyawa 1 adalah naftalena, senyawa 2 adalah antracena, dan senyawa 3 adalah
tetracene. Perbedaan antara senyawa 1, 2, dan 3 terletak pada banyaknya gugus
kromofor rangkap terkonjugasi pada masing-masing senyawa. Pada senyawa 3
yang memiliki paling banyak senyawa terkonjugasi membuat pergeseran λ yang
lebih besar dan menjadi lebih panjang ke arah sinar visible, adanya substitusi oleh
gugus alkil juga menyebabkan transisi π → π* dan akan menggeser λ ke arah
batokromik. Sedangkan pada senyawa 1 yang memiliki lebih sedikit senyawa
terkonjugasi membuat λ nya lebih kecil dan pendek dibandingkan senyawa 2 dan
3

9. Struktur senyawa

Spektrum UV-Vis

Analisislah potensi terdapatnya sistem terkonjugasi, efek pelarut, gugus


kromofor dll dari spektrum di atas

Panjang gelombang Absorpsi Keterangan

211 Log = 4,4

265 Log = 4

Penjelasan :
Senyawa tersebut merupakan adenina. Memiliki gugus auksokrom berupa NH2
dan gugus kromofor rangkap terkonjugasi berupa benzen. Gugus auksokrom tidak
meabsorpsi radiasi pada λ di atas 200 nm, namun karena gugus auksokrom
tersebut terikat pada gugus kromofor menyebabkan kemungkinan untuk merubah
panjang gelombangnya
10. Struktur senyawa

Spektrum UV-Vis

Analisislah potensi terdapatnya sistem terkonjugasi, efek pelarut,


guguskromofor dll dari spektrum di atas

Panjang gelombang Absorpsi Keterangan

210 Log = 4,5

255 Log = 4,7

286 Log = 4,1

325-350 Log = 2,2 - 2

Penjelasan :
Senyawa tersebut merupakan antracena terdiri dari 3 inti benzena. Pada panjang
gelombang 286 terdapat gugus naftalen. Struktur ini memiliki banyak gugus
kromofor yang merupakan senyawa terkonjugasi, mengakibatkan pergeseran λ
yang lebih besar dan menjadi lebih panjang.

Anda mungkin juga menyukai