Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf. Sistem indera dan

sistem endokrin (hormon). Salah satu perbedaan pokok utama antara

penyaluran dari saraf dan hormon ialah kecepatan terdapat pengaruhnya.

Oleh pengatur sistem saraf suatu alat tubuh dapat dengan cepat mengambil

sikap terhadap adanya perubahan keadaan lingkungan yang

merangsangnya, pengaturan oleh hormone jau lebi lambat, tetapi lebih

teratur dan beraturan dalam jangka waktu yang lama. Semua kegiatan tubuh

manusia dikendalikan dan diatur oleh sistem saraf, sebagai alat pengendali

dan pengatur kegiatan alat – alat tubuh, susunan saraf mempunyai

kemampuan menerima rangsang dan mengirimkan pesan – pesan rangsang

atau impuls saraf kepusat susunan saraf. (Irianto, 2004)

Sistem saraf adalah salah satu organ yang berfungsi untuk

menyelenggarakan kerja sama yang rapi dalam organisasi dan koordinasi

kegiatan tubuh. (Setiadi, 2007)

Ribuan sinyal neuroral berjala melalui otak kita setiap saat

mengendalikan pernapasan, pergerakan, pikiran dan emosi dengan

keetapan. Sirkuit neuronal menyediakan “peta jalan” dsar untuk sinyal –

sinyal otak dan neuro transmitter kimia membawa informasi dri suatu neuron

keneuron lain. Neurotransmitter dalam otak sejajar dengan neurotransmitter


yang ada dalam system saraf otonom tetapi menggunakan beberapa zat

kimia dan peptisida selain asetilkoloin dan norefinefrin. (Olson, 2003)

Toksikologi tidak saja menyangkut obat – obat yang digunakan dalam

terapi juga menyangkut banyak zat – zat kimia yang terdapat dalam

lingkungan ruma tangga, masyarakat, industry, pertanian dan lain – lain.

Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari efek – efek yang tidak diingikan

daro obat – obat dan zat – zat kimia pada organism hidup. ( Staf pengajar,

1994)

Tanaman bawang antu (Eleutherine palmifolia) merupakan tanaman

khas sudah secara turun temurun dipergunakan masyarakat. Tanaman ini

sebagai tanaman warna umbi merah dengan daun hijau berbentuk pita.

Tanaman ini nmempunyai banyak jenis dengan bentuk dan jenis yang

beragam putih dan berbagai jenis bawang lainnya. Cirri spesifiknya tanaman

ini adalah umbi menyala dengan permukaan yang sangat licin. Letak daun

berpasangan dengan tipe pertulangan daun sejajar dengan tepi daun licin.

Tanaman ini mengandung alkaloid dan zat tanin yang merupakan sumber

biofarmaka potensial bahkan tanaman ini berfungsi sebagai anti mikroba,

bahkan sebagai obat kanker. ( Anonim, 2012)

Adapun maksud percobaan yaitu untuk mengenal dan memahami efek

farmakologi dari suatu zat ekstrak maupun infus dari sampel yang belum

diketahui.
Tujuan percobaan yaitu untuk melihat dan mengamati efek

farmakologi infus atau ekstrak bawang hantu terhadap hewan uji mencit (Mus

musculus)

Prinsip percobaan yaitu berdasarkan pemberian ektrak atau infus

sampel secara oral pada hewan uji mencit (Mus musculus) kemudian diamati

efek farmakologi yang ditimbulkan setelah pemberian ekstrak atau infus

dengan samel bawang hantu dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%, 40% pada

interval waktu 5’, 10’, 20’, dan 40’.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Toskikologi merupakan ilmu yang lebih tua dari farmakologi. Disiplin

ini mempelajari sifat-sifat racun zat kimia terhadap makhluk hidup dan

lingkungan. (Gunawan, 2011).

Ada beberapa kemungkinan untuk menggolongkan toksikologi

antara lain efek tosik akut, yang langsung berhubungan dengan

pengambilan zat toksik dan efek toksik kronis, yang pada umunya zat

dalam jumlah sedikit diterima tubuh dalam jangka waktu yang lama

sehingga akan terakumulasi mencapai konsentrasi toksik dan dengan

demikian menyebabkan terjadinya gejala keracunan. (Mutschler, 1991).

Blind Screening/ penapisan merupakan suatu pengujian untuk

mencari efek farmakologi dari zat yang belum diketahui efeknya,

terhadap hewan uji. Uji neurofarmakologi adalah suatu pengujian yang

dilakukan pada pengamatan sistem saraf. Uji neurologik adalah bagian

dari blind screening yaitu suatu uji farmakologi senyawa obat baru. Uji ini

meliputi pengamatan umum, uji tingkah laku, profil neurologik, profil

otonomik dan toksisita. Dalam uji neurofarmakologik ini, maka senyawa

obat baru tersebut akan dapat diketahui golongannya, apakah termasuk

kolinergik- adrenergik, antiadrenergik atau sistem saraf pusat atau

kerjanya pada ganglion. (Anonim, 2011).


1. Pengamatan umum

Dalam uji farmakologik yang perlu dicatat spesies jenis kelamin,

berat badan maupun umur hewan.

2. Propil tingkah laku

a. Kesadaran

Kewaspadaan dapat diamati dengan menyentuh mencit

tersebut dengan suatu benda misalnya ballpoint maka mencit yang

normal akan menghindar dan mencit yang mendapat obat

depresan kurang reaktif, visual placing yaitu mengukur respon

mencit bila diletakkan di berbagai posisi, mencit normal akan

mampu kembali ke posisi normal tanpa jatuh atau teguling.

Stereotypy yaitu gerakan mencit normal yang berulang seperti

gerakan menyelidik, yaitu mencit akan berjalan berputar

mengelilingi papan bulat sambil melihat ke bawah, setelah

menggerakkan ekor.

b. Keadaan jiwa

Mencit yang normal akan mengusap-usap mukanya dengan

kaki depannya, keadaan ini disebut grooming. Bila grooming

berlebihan hal ini menunjukkan adanya stimulasi sentral (SSP)

atau stimulasi simpatik.


c. Aktivitas motorik

Yang termasuk aktivitas motorik yaitu aktivitas spontanitas,

respon apabila disentuh, respon sakit.

3. Propil Neurologik

a. Eksitasi sentral meliputi respon kaget, straub respon, tremor.

b. Inkoordinasi motorik, meliputi posisi tubuh dan posisi anggota

badan (tungkai badan).

c. Musade tone atau kekuatan otot anggota badan, kekuatan

mencengkram.

d. Refleks

Refleks pinna yaitu refleks yang timbul jika pusat daun telinga

mencit disentuh dengan benda halus seperti rambut, mencit

normal akan berusaha menghindar. Refleks cornela yaitu bila

kornea mata disentuh dengan rambut, mencit normal akan

menghindar dengan memejamkan mata. Refleks ipsilateral floxor

yaitu bila jari kaki dijepit dengan pingset,maka mencit normal akan

menarik kakinya dengan pingset, maka mencit normal,

menunjukkan adanya pengaruh penghambatan terhadap saraf

sensoris, sinapsis spiral.

4. Propil otonomik
Propil otonomik yaitu profil farmakologik yang berkaitan dengan

sistem saraf otonom, yang meliputi tanda - tanda optik, tanda –

tanda secretori dan tanda – tanda umum.

a. Tanda – tanda optik

Pelebaran pupil menandakan bahwa hewan terpengaruh obat

para simpatolitik atau simpatomimetik.

b. Tanda - tanda Secreton

Urinasi menunjukkan adanya aktivitas muskarinik atau iritasi

saluran kemih, salivasi menunjukkan adanya aktivitas muskarinik.

c. Tanda – tanda umum

Writhing atau menggeliat menunjukkan adanya iritasi jaringan

atau stimulasi rseptor sensoris. Piloerection atau bulu mencit

berdiri menunjukkan adanya kompensasi temperatur yang rendah

atau aktivitas simpatomimetik. Skin colour atau warna kulit

khususnya daun telinga. Bila berubah dari merah muda menjadi

merah maka menunjukkan vasodilatasi akibat simpatolitik. Warna

putih menunjukkan vasokontriksi karena pengaruh

simpatomimetik. Hearl rate yaitu detak jantung dapat dipercepat

oleh aktivitas parasimpatomimetik dan dapat diperlambat oleh

depresan pernapasan dan SSP khususnya pada dosis tinggi.

(Anonim, 2012).
B. Uraian Bahan

1. Aquadest (Depkes RI, 1979, Hal. 96)

Nama Resmi: : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Air suling

Rumus molekul : H2O

Berat molekul :18,02

Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan

tidak mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Etanol (Depkes RI, 1979 Hal. 65)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama Lain : Alkohol

Pemerian :Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan

mudah bergerak, bau khas rasa panas. Mudah

terbakar dengan memberikan nyala biru yang

tidak berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform

P dan dalam eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api

Kegunaan : zat tambahan


3. Na. CMC (Depkes RI, 1979 Hal. 401)

Nama Resmi : NATRII CARBOXYMETHYL CELLULOSUM

Nama Lain : Natrium karboksimetil selulosa

Pemerian :Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning

gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau,

higroskopik

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk

suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol (95

%) P, dalam eter P dan dalam pelarut organik

lain

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Zat tambahan


C. Uraian tanaman bawang hantu (Eleutherine palmifolia)

1. Klasifikasi bawang hantu (anonim, 2011)

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Class : Angiospermae

Ordo : Liliales

Family : Liliaceae

Genus : Eleutherine

Spesies : Eleutherine palmifolia

2. Morfologi bawang hantu ( Anonim, 2011)

Umbi tanaman berwarna merah menyala dngan permukaan

yang sangat lain, letak daun berpasangan dengan komposisi daun

bersirip ganda. Tipe pertulangan daun sejajar dengan pita daun licin

dan bentuk daun berbentuk pita berbentuk garis.

3. Kandungan kimia ( Anonim,2011 )

Tanaman bawang hantu memiliki kandungan kimia antara lain

alkaloid, glikosida, flavanoid, fenol. Steroid, dan zat tanin yang

merupakan sumber biofarmaka potensial untuk dikembangkan

sebagaai tanaman obat modern dalam kehidupan manusia.

4. Kegunaan ( Anonim,2011 )

Secara empiris bawang hantu sudah dipergunakan masyarakat

lokal sebagai obat berbagai jenis penyakit seperti kanker payudara,


obat penurun darah tinggi ( hipertensi ), penyakit kencing manis (

diabetes melitus ), obat bisul, kanker usus, dan mencengah stroke.


D. Uraian Hewan Uji

1. Mencit ( Mus musculus), ( Anonim, 2007)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famly : Muridae

Sub family : Mirinae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

2. Karateristik ( Malole M. B.M, 1989)

Berat badan dewasa - Jantan : 20 – 40 gram

Betina : 25 – 40 gram

Berat lahir : 0,5 – 1,5 gram

Luas permukaan : 20 gram = 26 cm2

Temperatur tubuh : 36,5 – 38,0oC

Jumlah diploid : 40

Harapan hidup : 1,5 – 3,0 tahun

Konsumsi makanan : 15 g / 100 g / hari

Konsumsi air minum : 15 ml / 100 g / hari

Mulai dikawinkan – Jantan : 50 hari

- Betina : 50 – 60 hari
Siklus birahi : 4 - 5 hari

Lama kebuntingan : 19 – 21 hari

Estrus postpartum : Fertil

Jumlah anak perkelahiran : 10- 12

Umur sapin : 21- 28 hari

Untuk pemeliharaan komersial : 7 – 9 bulan / 6 – 10 hari

Produksi anak : 8 / bulan

Jumlah pernapasan : 94 – 165 / menit

Komposisi air susu : Protein 9,0 %

Lemak 12,1 %

Laktosa 3,2 %

Detak jantung : 325 – 780 mg/kg

Volume darah : 76 – 80 mg/kg

Tekanan darah : 113 – 147/ 181 – 106 mmHg

Glukosa dalam darah : 62 – 75 mg/dl

Nitrogen dalam urea : 17 – 28 mg/dl

3. Morfologi ( Malole M.B.M, 1989)

Mencit ( Mus musculus) adalah hewan pengerat (rodentia) yang

cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak,

variasi genetiknya cukup besar serta sifat anatomi dan fisiologisnya

terkarateristik dengan baik.


Mencit hidup dalam daerah yang cukup luas penyebarannya mulai

dari iklim dingin, sedang maupun panas dan dapat hidup terus

menerus dalam kandang atau secara bebas sebagai hewan liar.

Mencit bila diperlakukan dengan halus akan mudah dikendalikan,

sebaliknya bila diperlakukan kasar maka mereka akan menjadi agresif

dan bahkan bias menggigit.


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat yang di gunakan

a. Batang pengaduk

b. Botol

c. Gelas kimia

d. Gelas ukur

e. Penangas air

f. Stop watch

g. Spoit oral

h. RRA (Roling Roler Apparatus)

i. Timbangan analitik

2. Bahan yang di gunakan

a. Aquadest

b. Etanol (C2H5OH)

c. Ekstrak daun bawang hantu (Elutheria palmifolia)

d. Kertas perkamen

e. Label

f. Natrium karboksil selulosa


3. Hewan uji

Mencit (Mus musculus)

B. Prosedur kerja

1. Pengambilan obat

Pengambilan obat yang di gunakan pada percobaan ini yaitu di

laboratorium biofarmaseutika

2. Pengambilan sampel

Pengambilan daun bawang hantu dilakukan pada pagi ari sekitar pukul

08.00 – 10.00 wita, dan daun yg diambil yakni urutan kelima dari pucuk

daun (sampel daun yang mudah).

3. Pengolahan sampel

a) Daun diambil pada pucuk kelima dari daun

b) Daun dicuci bersih dan dipotong kecil.

c) Setelah itu daun dikeringkan dengan cara diangin – anginkan pada

suhu kamar selama 5 hari.

d) Kemudian sampel dibiarkan hingga kering, lalu dibuat ekstrak.

4. Pembuatan Na.cmc 1 % b/v

a. Di siapkan alat dan bahan

b. Di timbang Na.cmc 1 gram, di larutkan dengaan aquadest yang

telah di panaskan ad 100 ml

c. Di aduk dan di homogenkan


5. Pembuatan ekstrak bawang hantu (Elutherine palmitana)

a. Di siapkan alat dan bahan

b. Daun bawang hantu di maserasi dengan etanol, sehingga

menghasilkan ekstrak etanol kental.

c. Selanjutnya di buat dalam

1. konsentrasi 1 % b/v

a) Ditimbang 1 gram ekstrak bawang hantu dan di

suspennsikan dengan Na.cmc 100 ml

b) Di homogenkan

2. Konsentrasi 2 % b/v

a) Di timbang 2 gram ekstrak bawang hantu di suspensikan

dengan Na.cmc 100 ml

b) Di homogenkan

3. Konsentrasi 4 %

a) Di timbang 4 gram ekstrak bawang hantu di suspensikan

dengan Na.cmc 100ml

b) Di homogenkan

4. Penyiapan hewan uji

Hewan uji yang di gunakan adalah mencit (Mus musculus)

sebanyak 9 ekor, dimana sebelumnya hewan uji di timbang,

dikelompokkan dan di puasakan.


6. Perlakuan hewan uji

a. Masing-masing hewan uji di beri perlakuan secara oral.

1. Untuk kelelompok I dengan pemberian Na.cmc 1 % b/v

pada mencit pertama dengan vp 0,53 ml, pada mencit ke

2 dengan vp 0,6 ml, pada mencit ke 3 dengan vp 0,8 ml.

2. Untuk kelompok II dengan pemberian ekstrak bawang

hantu 1 % yaitu, pada mencit pertama dengan vp 0,53

ml, pada mencit ke 2 dengan vp 0,6 ml, pada mencit ke 3

dengan vp 0,7 ml.

3. Untuk kelompok III dengan pemberian ekstrak bawang

hantu 2 % yaitu, pada mencit pertama dengan vp 0,5 ml,

pada mencit ke 2 dengan vp 0,63 ml, pada mencit ke 3

dengan vp 0,76 ml.

4. Untuk kelompok IV dengan pemberian eketrak bawang

hantu 4 % yaitu, pada mencit pertama dengan vp 0,6 ml,

pada mencit ke 2 dengan vp 0,6 ml,pada mencit ke 3

dengan vp 0,67 ml.

b. Di lakukan pengamatan efek farmakologi yang di timbulkan.

c. Di lakukan pengumpulan data.


B. Pembahasan

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui efek farmakologi dari suatu

zat ekstrak terhadap hewan uji mencit (Mus musculus . Adapun sampel

yang digunakan adalah daun bawang hantu (Eleutherine palmifolia) yang

dibuat ekstrak dengan cara dimaserasi dengan etanol sehingga

menghasilkan etanol cair lalu diuapkan dan menghasilkan ekstrakn etanol

kentaln.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka didapatkan hasil

yaitu untuk kelompok I pada pemberian Na.CMC 1% b/v efek

farmakodinamiknya yaitu berupa miosis, midriasis, vasodilatasi ,

vasokontriksi, bronkokontriksi, tremor, peningkatan aktifitas gerak,

penurunan aktifitas gerak, diuresis, diare, respon kaget, dan kehilangan

daya cengkram.

Untuk kelompok II pada pemberian ekstrak bawang hantu dengan

konsentrasi 1 % didapatkan efek farmakodinamikya berupa miosis,

midriasis, vasodilatasi, peningkatan aktifitas gerak, penurunan aktifitas

gerak, diuresis, diare, respon kaget, dan kehilangan daya cengkram.

Untuk kelompok III, pada pemberian ektrak bawang hantu dengan

konsentrasi 2 % didapatkan efek farmakodinamiknya berupa miosis,

midriasis, vasodilatasi, vasokontriksi, bronkodilatasi, bronkokontriksi,

tremor, straub, kelumpuhan, peningkatan aktifitas gerak, penurunan

aktifitas gerak, diare, respon kaget, dan kehilangan daya cengkram.


Untuk kelompok IV, pada pemberian ekstrak bawang hantu dengan

konsentrasi 4 %, didapatkan efek farmakodinamiknya berupa miosis,

midriasis, vasodilatasi, vasokontriksi, bronkodilatasi, bronkokontriksi,

tremor, straub, kelumpuhan, peningkatan aktifitas gerak, penurunan

aktifitas gerak, respon kaget, dan kehilangan daya cengkram.

Berdasarkan pengamatan tersebut maka didapatkan % efek untuk

kategori parasimpatomimetik, pada Na.CMC yaitu 18,33% pada ekstrak 1

% yaitu 26,67%, pada ekstrak 2 % yaitu 4,67 %, pada ekstrak 4% yaitu

27,5%. Untuk kategori depresi SSP, pada Na.CMC 1% b/v yaitu 12,5%,

pada ekstrak 1 % yaitu 23,33%, pada ekstrak 2 % yaitu 25,83%, pada

ekstrak 4% yaitu 32,5%. Untuk kategori simpatolitik. Pada Na.CMC yaitu

18,51%, pada ekstrak 1 % yaitu 2,92%, pada ekstrak 2 % yaitu 32,4 %,

pada ekstrak 4% yaitu 53,7%. Untuk kategori relaksasi otot, pada

Na.CMC 1% b/v yaitu 10,7%, pada ekstrak 1 % yaitu 19,4%, pada ekstrak

2 % yaitu 26,19%, pada ekstrak 4% yaitu 25%. Untuk kategori stimulasi

SSP, pada Na.CMC 1% b/v yaitu 14,58%, pada ekstrak 1 % yaitu 29,16%,

pada ekstrak 2 % yaitu 41,66%, pada ekstrak 4% yaitu 43,75%. Untuk

kategori simpatomimetik dan parasimpatomimetik, pada Na.CMC yaitu

19,44%, pada ekstrak 1 % yaitu 19,44%, pada ekstrak 2 % yaitu 27,77 %,

pada ekstrak 4% yaitu 47,22%. Berdasarkan data tersebut maka ekstrak

bawang hantu yang paling memberikan tinggi dalam memberikan efek

farmakologi adalah ekstrak dengan konsentrasi 4%.


Pada sampel ekstrak bawang hantu mengandung senyawa tanin dan

alkaloid yang berpengaruh terhadap susunan saraf pusat sehingga

terjadilah efek neurofarmakologi pada hewan uji mencit (Mus musculus)


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa sampel yang paling tinggi dalam memberikan efek

neurofarmakologi adalah ekstrak bawang hantu (Eleutherine palmifolia)

dengan konsentrasi 4%, dimana efek neurofarmakologinya berupa

miosis, straub, kelumpuhan, peningkatan aktivitas gerak, penurunan

aktifitas gerak, diuresis, respon kaget, dan kehilangan daya cengkram.

Pada sampel ekstrak bawang hantu ( Eleutherine palmifolia )

mengandung senyawa tannin dan alkaloid yang berpengaruh terhadap

susuna saraf pusaf sehingga terjadilah efek farmakologi pada hewan uji

mencit ( mus musculus ).

B. Saran

Kami sebagai praktikan sangat berharap agar kiranya alat dan

bahan yang digunakan dalam llaboratorium dilengkapi, agar praktikum

dapat berjalan dengan baik.


SKEMA KERJA

Hewan uji mencit (Mus musculus) EkstraK bawangHantu

Dikelompokkan (Eleuteherine palmifolia)

Dipuasakan dibuat dalam konsentrasi 1%,

2%, dan 4% pada interval

waktu 5’, 10’, 20’ dan 40’

Perlakuan hewan uji

Kelompok I kelompok II kelompok III kelompok IV

Control 1% 2% 4%

Pengamatan

Pengumpulan data

Perhitungan

Pembahasan

Kesimpulan
LAMPIRAN

1. Perhitungan Volume Pemberian dan Ekstrak

a. Volume Pemberian

Untuk kelompok I (Na.CMC) :

16
Vp1 = x 1 ml = 0,53 ml
30

20
Vp2 = x 1 ml = 0,67 ml
30

24
Vp3 = x 1 ml = 0,8 ml
30

Untuk kelompok II (Ekstrak 1%) :

16
Vp1 = x 1 ml = 0,53 ml
30

18
Vp2 = x 1 ml = 0,8 ml
30

21
Vp3 = x 1 ml = 0,7 ml
30

Untuk kelompok III (Ekstrak 2%) :

15
Vp1 = x 1 ml = 0,5 ml
30

19
Vp2 = x 1 ml = 0,63 ml
30

23
Vp3= x 1 ml = 0,76 ml
30

Untuk kelompok IV (Ekstrak 4%) :

18
Vp1 = x 1 ml = 0,6 ml
30
18
Vp2 = x 1 ml = 0,6 ml
30

20
Vp3 = x 1 ml = 0,67 ml
30

a. Perhitungan Ekstrak

1) Ekstrak 1%

1 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑤𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑛𝑡𝑢


Artinya :
100 𝑚𝑙 𝑁𝑎.𝐶𝑀𝐶

2) Ekstrak 2%

2 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑤𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑛𝑡𝑢


Artinya :
100 𝑚𝑙 𝑁𝑎.𝐶𝑀𝐶

3) Ekstrak 4%

4 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑤𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑛𝑡𝑢


Artinya :
100 𝑚𝑙 𝑁𝑎.𝐶𝑀𝐶
Tabel 2. Hasil perhitungan banyaknya efek yang tampak dihubungkan

dengan faktor pembobotan masing-masing aktivitas yang diamati.

Konsentrasi
No. Kategori
Na.CMC 1% 1% 2% 4%

1 Parasimpatomimetik 18,33 26,67 11,67 27,5

2 Depresi SSP 12,5 23,33 25,83 32,5

3 Simpatolitik 18,51 25,92 32,4 53,7

4 Relaksasi Otot 10,7 19,04 26,19 25

5 Stimulasi SSP 14,58 29,16 41,66 43,75

6 Simpatomimetik 19,44 19,44 21,77 47,22

7 Parasimpatomimetik 19,44 19,44 21,77 47,22

Persamaan yang digunakan untuk memperoleh nilai tersebut diatas :

∑(𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖 × 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡𝑎𝑛)


%Efek = × 100%
∑(𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 × 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡𝑎𝑛)

1. Parasimpatomimetik : Urinasi, Diare, Bola mata mengecil, Straub.


∑(3×2,0)+(2×1,0)+(2×1,5)+(0×0,5)
Na.CMC1% = × 100% = 18,33%
∑(12×2,0)+(12×1,0)+(12×1,5)+(12×0,5)
∑(3×2,0)+(2×1,0)+(4×1,5)+(4×0,5)
1% = ∑(12×2,0)+(12×1,0)+(12×1,5)+(12×0,5) × 100% = 26,67%
∑(0×2,0)+(1×1,0)+(3×1,5)+(3×0,5)
2% = ∑(12×2,0)+(12×1,0)+(12×1,5)+(12×0,5) × 100% = 11,67%
∑(2×2,0)+(0×1,0)+(6×1,5)+(7×0,5)
4% = ∑(12×2,0)+(12×1,0)+(12×1,5)+(12×0,5) × 100% = 27,5%
2. Depresi SSP : Penurunan aktivitas gerak, Kehilangan daya cengkram,
Kelumpuhan, Miosis.
∑(3×1,0)+(1×1,5)+(0×1,0)+(2×1,5)
Na.CMC1% = × 100% = 12,5%
∑(12×1,0)+(12×1,5)+(12×1,0)+(12×1,5)
∑(4×1,0)+(2×1,5)+(1×1,0)+(4×1,5)
1% = ∑(12×1,0)+(12×1,5)+(12×1,0)+(12×1,5) × 100% = 23,33%
∑(7×1,0)+(2×1,5)+(1×1,0)+(3×1,5)
2% = ∑(12×1,0)+(12×1,5)+(12×1,0)+(12×1,5) × 100% = 25,83%
∑(8×1,0)+(1×1,5)+(1×1,0)+(6×1,5)
4% = ∑(12×1,0)+(12×1,5)+(12×1,0)+(12×1,5) × 100% = 32,5%

3. Simpatolitik : Penurunan aktivitas gerak, Telinganya pucat, Bola mata


mengecil.
∑(3×1,0)+(2×2,0)+(2×1,5)
Na.CMC1% = × 100% = 18,51%
∑(12×1,0)+(12×2,0)+(12×1,5)
∑(4×1,0)+(2×2,0)+(4×1,5)
1% = ∑(12×1,0)+(12×2,0)+(12×1,5) × 100% = 25,92%
∑(7×1,0)+(3×2,0)+(3×1,5)
2% = ∑(12×1,0)+(12×2,0)+(12×1,5) × 100% = 32,4%
∑(8×1,0)+(6×2,0)+(6×1,5)
4% = ∑(12×1,0)+(12×2,0)+(12×1,5) × 100% = 53,7%
4. Relaksasi Otot : Penurunan aktivitas gerak, Kehilangan daya cengkram,
Kelumpuhan.
∑(3×1,0)+(1×1,5)+(0×1,0)
Na.CMC1% = × 100% = 10,7%
∑(12×1,0)+(12×1,5)+(12×1,0)
∑(4×1,0)+(2×1,5)+(1×1,0)
1% = ∑(12×1,0)+(12×1,5)+(12×1,0) × 100% = 19,04%
∑(7×1,0)+(2×1,5)+(1×1,0)
2% = ∑(12×1,0)+(12×1,5)+(12×1,0) × 100% = 26,19%
∑(8×1,0)+(1×1,5)+(1×1,0)
4% = ∑(12×1,0)+(12×1,5)+(12×1,0) × 100% = 10,7%
5. Stimulasi Sistem Saraf Pusat : Tremor, Peningkatan aktivitas gerak,
Peningkatan laju pernapasan.
∑(2×1,0)+(1×1,0)+(2×2,0)
Na.CMC1% = × 100% = 14,58%
∑(12×1,0)+(12×1,0)+(12×2,0)
∑(3×1,0)+(1×1,0)+(8×2,0)
1% = ∑(12×1,0)+(12×1,0)+(12×2,0) × 100% = 29,16%
∑(3×1,0)+(1×1,0)+(8×2,0)
2% = ∑(12×1,0)+(12×1,0)+(12×2,0) × 100% = 41,66%
∑(6×1,0)+(3×1,0)+(6×2,0)
4% = ∑(12×1,0)+(12×1,0)+(12×2,0) × 100% = 43,75%

6. Simpatomimetik : Kejang-kejang, Midriasis


∑(2×1,0)+(3×0,5)
Na.CMC1% = × 100% = 19,44%
∑(12×1,0)+(12×0,5)
∑(3×1,0)+(1×0,5)
1% = ∑(12×1,0)+(12×0,5) × 100% = 19,44%
∑(3×1,0)+(4×0,5)
2% = ∑(12×1,0)+(12×0,5) × 100% = 27,77%
∑(6×1,0)+(5×0,5)
4% = ∑(12×1,0)+(12×0,5) × 100% = 47,22%

7. Parasimpatolitik : Kejang-kejang, Midriasis


∑(2×1,0)+(3×0,5)
Na.CMC1% = × 100% = 19,44%
∑(12×1,0)+(12×0,5)
∑(3×1,0)+(1×0,5)
1% = ∑(12×1,0)+(12×0,5) × 100% = 19,44%
∑(3×1,0)+(4×0,5)
2% = ∑(12×1,0)+(12×0,5) × 100% = 27,77%
∑(6×1,0)+(5×0,5)
4% = ∑(12×1,0)+(12×0,5) × 100% = 47,22%
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2010.Mencit[online](httm://budhy-meblogspot.com/2012/12/Laporan-
lengkap-penelitian.html).diakses tanggal 12 juni 2013.21:00WITA.
Anonim.2011.Bawang hantu [online](http://jamu.blogspot.ub.add/page/id-
226).diakses tanggal 12 juni 2013:23.00 WITA.
Anonim. 2012. Blind Screening [online]. http:/ ismhe. Wordpress. Com/)
diakses pada tanggal 12 juni 2013 : 21. 30 WITA
Depkes RI.1979.Farmakope Indonesia Edisi III.Dirjen POM:Jakarta.

Gunawan,S.G.2011.Farmakologi dan Terapi Edisi keV.UI Press:Jakarta..

Irianto,Kus.2004.Struktur dan Fungi Tubuh Manusia Untuk Paramedis.Yrama


Media:Jakarta.
Malole.1989. Penggunaan Hewan-Hewan percobaan Di Laboratorium
ITB:Bandung.
Mutscher,ernst.1991.Dinamika Obat.Penerbit ITB:Bandung.

Olson.J.2003.Belajar Mudah Farmakologi.Penerbit Buku Kedokteran:Jakarta.

Setiadi.2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia.Graha Ilmu:Jogjakarta.

Stop pengajar. 1994. Catatan Kuliah Farmakologi. Penerbit Buku kedokteran


: jakarta
Tabel Hubungan Antara Faktor Pembobotan, Aktivitas, dan Kategori

Faktor
No. Kategori Aktivitas
Pembobotan
2,0 Urinasi
1,0 Diare
1 Parasimpatomimetik 1,0 Salivasi
1,5 Bola Mata Mengecil
0,5 Penegakan Ekor
1,0 Penurunan Aktivitas Gerak
1,5 Kehilangan Daya Cengkram
2 Depresi SSP
1,0 Kelumpuhan
1,5 Bola Mata Mengecil
1,0 Penurunan Aktivitas Gerak
3 Simpatolitik 2,0 Telinga Pucat
1,5 Bola Mata Mengecil
1,0 Penurunan Aktivitas Gerak
4 Relaksasi Otot 1,5 Kehilangan Daya Cengkram
1,0 Kelumpuhan
1,0 Kejang-kejang
1,0 Peningkatan Aktivitas Gerak
5 Stimulasi SSP
1,0 Gemetar
2,0 Peningkatan Laju Pernapasan
1,0 Kejang-kejang
6 Simpatomimetik
0,5 Bola Mata Membesar
1,0 Kejang-kejang
7 Parasimpatolitik
0,5 Bola Mata Membesar
4. Foto Perlakuan

a. Pemberian Obat secara Per Oral

Keterangan :
1 1. Spoit Oral

2 2. Hewan Uji Mencit


2
(Mus musculus)

b. Pengamatan Efek Neurofarmakologi

Keterangan :

1. Hewan Uji Mencit


1
(Mus musculus)

Anda mungkin juga menyukai