Anda di halaman 1dari 25

ABLASIO RETINA

Pengertian

Ablasio Retina adalah terpisahnya/terlepasnya retina dari jaringan penyokong di


bawahnya.
Jaringan saraf yang membentuk bagian peka cahaya pada retina membentuk suatu selaput
tipis yang melekat erat pada jaringan penyokong di bawahnya.
Jika kedua lapisan tersebut terpisah, maka retina tidak dapat berfungsi dan jika tidak
kembali disatukan bisa terjadi kerusakan permanen.
Ablasio bisa bermula di suatu daerah yang kecil, tetapi jika tidak diobati, seluruh retina
bisaterlepas.
Pada salah satu bentuk ablasio, retina betul-betul mengalami robekan. Bentuk ablasio ini
biasanya terjadi pada penderita miopia atau penderita yang telah menjalani operasi katark
atau penderita cedera mata.
Pada ablasio lainnya, retina tidak robek tetapi terpisah dari jaringan di bawahnya.
Pemisahan ini terjadi jika gerakan cairan di dalam bola mata menarik retina atau jika
cairan yang terkumpul diantara retina dan jaringan di bawahnya mendorong retina.

Etiologi

Retina merupakan selaput transparan di bagian belakang mata yang mengolah bayangan
yang difokuskan di retina oleh kornea dan lensa.
Ablasio retina seringkali dihubungkan dengan adanya robekan atau lubang pada retina,
sehingga cairan di dalam mata merembes melalui robekan atau lubang tersebut dan
menyebabkan terlepasnya retina dari jaringan di bawahnya.
Hal tersebut bisa terjadi akibat:
 Trauma
 Proses penuaan
 Diabetes berat
 Penyakitperadangan,tetapi ablasio retina sering kali terjadi secara spontan.
Pada bayi prematur, ablasio retina bisa terjadi akibat retinopati akibat prematuritas.
Selama proses terlepasnya retina, perdarahan dari pembuluh darah retina yang kecil bisa
menyebabkan kekeruhan pada bagian dalam mata yang dalam keadaan normal terisi oleh
humorvitreus.
Jika terjadi pelepasan makula, akan terjadi gangguan penglihatan pusat lapang pandang.
Faktor resiko terjadinya ablasio retina adalah:

- Rabun dekat .
- Riwayat keluarga dengan ablasioretina .
- Diabetes yang tidak terkontrol.
- Trauma.

Gambaran Klinis

Ablasio retina tidak menimbulkan nyeri, tetapi bisa menyebabkan gambaran bentuk-
bentuk ireguler yang melayang-layang atau kilatan cahaya, serta menyebabkan
penglihatan menjadi kabur.
Hilangnya fungsi penglihatan awalnya hanya terjadi pada salah satu bagian dari lapang
pandang, tetapi kemudian menyebar sejalan dengan perkembangan ablasio.
Jika makula terlepas, akan segera terjadi gangguan penglihatan dan penglihatan menjadi
kabur.

Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.


Beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keutuhan retina:
 Oftalmoskopi direk dan indirek
 Ketajaman penglihatan
 Tes refraksi
 Respon refleks pupil
 Gangguan pengenalan warna
 Pemeriksaan slit lamp
 Tekanan intraokuler
 USG mata
 Angiografi fluoresensi
 Elektroretinogram.

Pengobatan

Pembedahan laser bisa digunakan untuk menutup lubang atau robekan pada retina yang
biasanya ditemukan sebelum terjadinya ablasio.
Dengan kriopeksi (pemberian dingin dengan jarum es) akan terbentuk jaringan parut yang
melekatkan retina pada jaringan di bawahnya.
Teknik ini digunakan bersamaan dengan penyuntikan gelembung udara dan kepala
dipertahankan pada posisi tertentu untuk mencegah penimbunan kembali cairan di
belakang retina.
Penempelan kembali retina melalui pembedahan terdiri dari pembuatan lekukan pada
sklera (bagian putih mata) untuk mengurangi tekanan pada retina sehingga retina kembali
menempel.

Pencegahan

Gunakan kaca mata pelindung untuk mencegah terjadinya trauma pada mata.
Penderita diabetes sebaiknya mengontrol kadar gula darahnya secara seksama.
Jika anda memiliki resiko menderita ablasio retina, periksakan mata minimal setahun
sekali.
KATARAK

Pengertian

Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan penglihatan.

Etiologi

Pada banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui. Katarak biasanya terjadi pada usia
lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan,
seperti merokok atau bahan beracun lainnya.

Katarak bisa disebabkan oleh:


- Cedera mata
- Penyakit metabolik (misalnya diabetes)
- Obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak kongenitalis adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (atau
beberapa saat kemudian). Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan
(diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan oleh:
- Infeksi kongenital, seperti campak Jerman
- Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia.

Faktor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah:

- penyakit metabolik yang diturunkan


- riwayat katarak dalam keluarga
- infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan.

Katarak pada dewasa biasanya berhubungan dengan proses penuaan.


Katarak pada dewasa dikelompokkan menjadi:

1. Katarak immatur : lensa masih memiliki bagian yang jernih


2. Katarak matur : lensa sudah seluruhnya keruh
3. Katarak hipermatur : ada bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui
kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata yang lainnya.

Kebanyakan lensa agak keruh setelah usia 60 tahun. Sebagian besar penderita mengalami
perubahan yang serupa pada kedua matanya, meskipun perubahan pada salah satu mata
mungkin lebih buruk dibandingkan dengan mata yang lainnya. Banyak penderita katarak
yang hanya mengalami gangguan penglihatan yang ringan dan tidak sadar bahwa mereka
menderita katarak.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak adalah:
- kadar kalsium darah yang rendah
- diabetes
- pemakaian kortikosteroid jangka panjang
- berbagai penyakit peradangan dan penyakit metabolik.
- faktor lingkungan (trauma, penyinaran, sinar ultraviolet).

Gambaran Klinis

Semua sinar yang masuk ke mata harus terlebih dahulu melewati lensa. Karena itu setiap
bagian lensa yang menghalangi, membelokkan atau menyebarkan sinar bisa
menyebabkan gangguan penglihatan. Beratnya gangguan penglihatan tergantung kepada
lokasi dan kematangan katarak. Katarak berkembang secara perlahan dan tidak
menimbulkan nyeri disertai gangguan penglihatan yang muncul secara bertahap.
Gangguan penglihatan bisa berupa:
- kesulitan melihat pada malam hari
- melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata
- penurunan ketajaman penglihatan (bahkan pada siang hari).

Gejala lainnya adalah:


- sering berganti kaca mata
- penglihatan ganda pada salah satu mata.

Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di dalam


mata (glaukoma), yang bosa menimbulkan rasa nyeri.

Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.


Pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan adalah:
 Pemeriksaan mata standar, termasuk pemeriksaan dengan slit lamp
 USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

Pengobatan

Satu-satunya pengobatan untuk katarak adalah pembedahan.


Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan
kaca mata untuk melakukan kegitannya sehari-hari.
Beberapa penderita mungkin merasa penglihatannya lebih baik hanya dengan mengganti
kaca matanya, menggunakan kaca mata bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa
pembesar.
Jika katarak tidak mengganggu biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan.

Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa
buatan.

1. Pengangkatan lensa
Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa:
- Pembedahan ekstrakapsuler : lensa diangkat dengan meninggalkan kapsulnya.
Untuk memperlunak lensa sehingga mempermudah pengambilan lensa melalui
sayatan yang kecil, digunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi
(fakoemulsifikasi).
- Pembedahan intrakapsuler : lensa beserta kapsulnya diangkat. Pada saat ini
pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.

2. Penggantian lensa
Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan mendapatkan
lensa buatan sebagai pengganti lensa yang telah diangkat.
Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokuler,
biasanya lensa intraokuler dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata.

Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman. Setelah pembedahan jarang sekali
terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa menyebabkan gangguan penglihatan
yang serius.
Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan,
selama beberapa minggu setelah pembedahan diberikan tetes mata atau salep.
Untuk melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau
pelindung mata yang terbuat dari logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh.
Pencegahan
Pencegahan utama adalah mengontrol penyakit yang berhubungan dengan katarak dan
menghindari faktor-faktor yang mempercepat terbentuknya katarak. Menggunakan kaca
mata hitam ketika berada di luar ruangan pada siang hari bisa mengurangi jumlah sinar
ultraviolet yang masuk ke dalam mata.
Berhenti merokok bisa mengurangi resiko terjadinya katarak.
BLEFARITIS

Pengertian

Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada kelopak
merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi
kelopak bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang
merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan
di kulit.
Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan kronis atau
menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia, iritatif, dan bahan
kosmetik. Infeksi kelopak dapat disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta,
pneumococcus, dan pseudomonas. Di kenal bentuk blefaritis skuamosa, blefaritis
ulseratif, dan blefaritis angularis.
Gejala umum pada blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat lengket
dan epiforia. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis.
Biasanya blefaritis sebelum diobati dibersihkan dengan garam fisiologik hangat, dan
kemudian diberikan antibiotik yang sesuia. Penyulit blefaritis yang dapat timbul adalah
konjungtivitis, keratitis, hordeolum, kalazoin, dan madarosis.

Etiologi

Terdapat 2 jenis blefaritis, yaitu :


1. Blefaritis anterior : mengenai kelopak mata bagian luar depan (tempat melekatnya
bulu mata). Penyebabnya adalah bakteri stafilokokus dan seborrheik. Blefaritis
stafilokok dapat disebabkan infeksi dengan Staphylococcus aureus, yang sering
ulseratif, atau Staphylococcus epidermidis atau stafilokok koagulase-negatif.
Blefaritis seboroik(non-ulseratif) umumnya bersamaan dengan adanya Pityrosporum
ovale.
2. Blefaritis posterior : mengenai kelopak mata bagian dalam (bagian kelopak mata yang
lembab, yang bersentuhan dengan mata). Penyebabnya adalah kelainan pada kelenjar
minyak. Dua penyakit kulit yang bisa menyebabkan blefaritis posterior adalah rosasea
dan ketombe pada kulit kepala (dermatitis seboreik).

Gambaran Klinis

Gejala :
1. Blefaritis menyebabkan kemerahan dan penebalan, bisa juga terbentuk sisik dan
keropeng atau luka terbuka yang dangkal pada kelopak mata.
2. Blefaritis bisa menyebabkan penderita merasa ada sesuatu di matanya.
Mata dan kelopak mata terasa gatal, panas dan menjadi merah.
Bisa terjadi pembengkakan kelopak mata dan beberapa helai bulu mata rontok.
3. Mata menjadi merah, berair dan peka terhadap cahaya terang.
Bisa terbentuk keropeng yang melekat erat pada tepi kelopak mata; jika keropeng
dilepaskan, bisa terjadi perdarahan. Selama tidur, sekresi mata mengering sehingga
ketika bangun kelopak mata sukar dibuka.
Tanda :
• Skuama pada tepi kelopak
• Jumlah bulu mata berkurang
• Obstruksi dan sumbatan duktus meibom
• Sekresi Meibom keruh
• Injeksi pada tepi kelopak
• Abnormalitas film air mata
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan kelopak mata.

Pengobatan

Pengobatan utama adalah membersihkan pinggiran kelopak mata untuk mengangkat


minyak yang merupakan makanan bagi bakteri. Bisa digunakan sampo bayi atau
pembersih khusus. Untuk membantu membasmi bakteri kadang diberikan salep antibiotik
(misalnya erythromycin atau sulfacetamide) atau antibiotik per-oral (misalnya
tetracycline). Jika terdapat dermatitis seboroik, harus diobati. Jika terdapat kutu, bisa
dihilangkan dengan mengoleskan jeli petroleum pada dasar bulu mata.

Prognosis

Pada blefaritis prognosis sangat baik dan dapat hilang dengan terapi.
STRABISMUS ( MATA JULING )

Pengertian

Strabismus disebut juga mata juling. Bola mata tidak sejajar dan melihat ke arah yang
berbeda. Satu mata mungkin melihat lurus ke depan, akan tetapi mata lain melihat ke arah
atas, bawah, kiri dan kanan. Strabismus adalah kondisi umum yang terjadi pada anak-
anak. Sekitar 4 persen anak-anak memiliki strabismus. Strabismus dapat menurun pada
keluarga.

Etiologi

Strabismus ditimbulkan oleh cacat motorik, sensorik atau sentral. Cacat sensorik
disebabkan oleh penglihatan yang buruk, tempat ptosis, palpebra, Parut Kornea Katarak
Kongenital Cacat Sentral akibat kerusakan otak. Cacat Sensorik dan Sentral
menimbulkan Strabismus Konkomitan atau non paralitik. Cacat motorik seperti paresis
otot mata akan menyebabkan gerakan abnormal mata yang menimbulkan strabismus
paralitik.

Gangguan fungsi mata seperti pada kasus kesalahan refraksi berat atau pandangan yang
lemah karena penyakit bisa berakhir pada strabismus. Ambliopia (berkurangnya
ketajaman penglihatan) dapat terjadi pada strabismus, biasanya terjadi pada penekanan
kortikal dari bayangan mata yang menyimpang.

Gambaran Klinis

Strabismus memiliki gejala yang paling jelas terlihat adalah kedua bola mata tidak
sejajar. Penyebab & Faktor Risiko Penyebab pasti strabismus tidak sepenuhnya
dimengerti. Pada satu sisi bola mata terdiri enam otot mata yang mengatur gerakan bola
mata. Dua otot untuk bergerak ke kiri dan ke kanan. Empat otot mata lain mengatur
pergerakan bola mata ke atas dan ke bawah. Untuk membuat kedua mata terfokus pada
satu titik semua otot mata harus bergerak seimbang dan bekerja secara bersamaan.
Strabismus secara khusus terjadi pada anak-anak sebagai efek dari penyakit lain, seperti
cerebral palsy, Down syndrome, hydrocephalus dan tumor otak. Katarak dan kasus
menurunnya penglihatan lainnya juga dapat menyebabkan strabismus.

Diagnosa

Kelainan kedudukan mata dapat dibagi dalam :

 strabismus – paralitik (noncomitant) = incomitant


 nonparalitik = (comitant = concomitant)
 manifes = strabismus = heterotropia
 laten = heteroforia
 akomodatif
 non akomodatif

Seringkali heteroforia bertambah secara progresif, sehingga kelainan deviasi ini tidak
dapat lagi diatasi, sehingga menjadi = strabismus.

1. STRABISMUS PARALITIKA (NONCOMITANT, INCOMITANT)

Tanda-tanda :

1. Gerak mata terbatas, pada daerah dimana otot yang lumpuh bekerja. Hal ini
menjadi nyata pada kelumpuhan total dan kurang nampak pada parese. Ini dapat
dilihat, bila penderita diminta supaya matanya mengikuti suatu obyek yang
digerakkan ke 6 arah kardinal, tanpa menggerakkan kepalanya (excurtion test).
Keterbatasan gerak kadang-kadang hanya ringan saja, sehingga diagnosa
berdasarkan pada adanya diplopia saja.1
2. Deviasi
Kalau mata digerakkan kearah lapangan dimana otot yang lumpuh bekerja, mata
yang sehat akan menjurus kearah ini dengan baik, sedangkan mata yang sakit
tertinggal. Deviasi ini akan tampak lebih jelas, bila kedua mata digerakkan kearah
dimana otot yang lumpuh bekerja. Tetapi bila mata digerakkan kearah dimana
otot yang lumpuh ini tidak berpengaruh, deviasinya tak tampak.

Mata melihat lurus kedepan, esotropia mata kanan nyata. Mata melihat kekiri tak tampak
esotropia. Mata melihat kekanan esotropia nyata sekali.

Parese m.rektus lateral mata kanan Mata kiri fiksasi (mata sehat) mata kanan ditutup
(mata sakit) deviasi mata kanan=deviasi mata primer Mata kiri yang sehat ditutup, mata
kanan yang sakit fiksasi, deviasi mata kiri = deviasi sekunder, yang lebih besar dari pada
deviasi primer.

3. Diplopia : terjadi pada lapangan kerja otot yang lumpuh dan menjadi lebih nyata bila
mata digerakkan kearah ini.

4. Ocular torticollis (head tilting)

Penderita biasanya memutar kearah kerja dari otot yang lumpuh. Kedudukan kepala yang
miring, menolong diagnosa strabismus paralitikus. Dengan memiringkan kepalanya,
diplopianya terasa berkurang.

5. Proyeksi yang salah

Mata yang lumpuh tidak melihat obyek pada lokalisasi yang benar. Bila mata yang sehat
ditutup, penderita disuruh menunjukkan suatu obyek yang ada didepannya dengan tepat,
maka jarinya akan menunjukkan daerah disamping obyek tersebut yang sesuai dengan
daerah lapangan kekuatan otot yang lumpuh. Hal ini disebabkan, rangsangan yang nyata
lebih besar dibutuhkan oleh otot yang lumpuh, untuk mengerjakan pekerjaan itu dan hal
ini menyebabkan tanggapan yang salah pada penderita.1,4

6. Vertigo, mual-mual, disebabkan oleh diplopia dan proyeksi yang salah. Keadaan ini
dapat diredakan dengan menutup mata yang sakit.
Diagnosa berdasarkan :

1. Keterbatasan gerak

2. Deviasi

3. Diplopia.

Ketiga tanda ini menjadi nyata, bila mata digerakkan kearah lapangan kerja dari otot yang
sakit. Pada keadaan parese, dimana keterbatasan gerak mata tak begitu nyata adanya
diplopi merupakan tanda yang penting. Cara pemeriksaannya dengan tes diplopi.Dengan
cara ini dapat diketahui:

1. Pada arah mana didapat diplopia

2. Apakah diplopianya bertambah kesatu arah

3. Mata mana yang menderita.

Dengan demikian dapat diketahui mata mana dan otot mana pada mata itu yang salah.
Caranya : Penderita disuruh mengikuti gerak korek api, dengan matanya, tanpa
menggerakkan kepalanya, yang digerakkan keatas, kebawah, kekanan dan kekiri, secara
maksimal. Diperhatikan apakah timbul diplopia pada salah satu arah.
Pengukuran derajat deviasinya dengan tes Hirschberg, tes Krimski, tes Maddox cross.

Kelumpuhan otot dapat mengenai satu otot, biasanya m.rektus lateralis, m.obliqus
superior atau salah satu otot yang diurus oleh N.III. Dapat juga mengenai beberapa otot
yang diurus oleh N.III.

ESOTROPIA PARALITIKUS = ABDUSEN PALCY = NONCOMITANT ESOTROPIA


Sering terdapat pada orang dewasa yang mendapat trauma dikepala, tumor atau
peradangan dari susunan saraf serebral. Jarang ditemukan pada anak-anak, yang biasanya
disebabkan trauma pada waktu lahir, kelainan kongenital dari m.rektus lateralis atau
persarafannya.

Tanda-tandanya :

 gangguan pergerakan mata kearah luar


 diplopi homonim, yang menjadi lebih hebat, bila mata digerakkan kearah luar
 kepala dimiringkan kearah otot yang lumpuh
 deviasinya menghilang, bila mata digerakkan kearah yang berlawanan dengan
otot yang lumpuh
 pada anak dibawah 6 tahun, dimana pola sensorisnya belum tetap, timbul supresi,
sehingga tidak timbul diplopia
 pada orang dewasa, dimana esotropianya terjadi sekonyong-konyong, penderita
mengeluh ada diplopia, karena pola sensorisnya sudah tetap dan bayangan dari
obyek yang dilihatnya jatuh pada daerah-daerah retina dikedua mata yang tidak
bersesuaian (corresponderend).

Pengobatan

Penderita diobati dahulu secara nonoperatif selama 6 bulan, menurut kausanya, kalau
dapat dengan kerjasama beserta seorang ahli saraf. Bila terdapat diplopia, mata yang sakit
ditutup untuk menghilangkan diplopia dan segala akibatnya. Adapula yang menutup mata
yang sehat untuk menghilangkan diplopianya.

Baik pada anak ataupun dewasa, bila setelah 6 bulan pengobatan belum ada perbaikan,
baru dilakukan operasi, yaitu reseksi dari m.rektus lateralis atau reseksi dari m.rektus
medialis, sebab bila dibiarkan terlalu lama dapat terjadi atrofi dari otot.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wijana. N, 1993, Strabismus, dalam Ilmu Penyakit Mata, Abadi Tegal, Jakarta, 282-
311.
2. Voughan D, Asbury T, 1996, Strabismus, dalam Oftalmologi Umum, edisi II, Jilid 1,
Widya Medika, Jakarta, 237-263.

3. Glasspool. MG, 1994, Strabismus, dalam Atlas Berwarna Oftalmologi, Widya Medika,
Jakarta, 91-96.

4. Ilyas S, 1998, Strabismus, dalam Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,
233-265.

5. Ilyas S, 2000, Strabismus, dalam Sari Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta, 181-194.
KERATOPATI BULOSA

Pengertian

Keratopati Bulosa adalah pembengkakan kornea yang paling sering terjadi pada usia
lanjut.

Ada 2 macam keratopati bulosa:

 Keratopati Bulosa Afakik : jika lensa alami telah diangkat dan tidak diganti
dengan lensa buatan
 Keratopati Bulos Pseudofakik: jika lensa alami telah diganti oleh lensa buatan.

Etiologi
Kesehatan kornea berhubungan erat dengan jumlah sel endotelial.
Sel endotelial adalah sel-sel yang terletak di kornea bagian belakang dan berfungsi
memompa cairan dari kornea sehingga kornea relatif tetap kering dan bersih. Sejalan
dengan bertambahnya usia, terjadi pengikisan sel-sel endotel yang terjadi secara bertahap.
Kecepatan hilangnya sel endotel ini berbeda pada setiap orang.
Setiap pembedahan mata (termasuk operasi katarak dengan atau tanpa pencangkokan
lensa buatan), bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sel endotel. Jika cukup banyak sel
endotel yang hilang, maka kornea bisa membengkak.
Peradangan intraokuler (uveitis) dan trauma pada mata juga bisa menyebabkan hilangnya
sel endotel sehingga meningkatkan resiko terjadinya keratopati bulosa.

Gambaran Klinis
Penglihatan penderita menjadi kabur, yang paling buruk dirasakan pada pagi hari tetapi
akan membaik pada siang hari.
Ketika tidur kedua mata terpejam sehingga cairan tertimbun di bawah kelopak mata dan
kornea menjadi lebih basah. Jika mata dibuka, cairan berlebihan ini akan menguap
bersamaan dengan air mata. Pada stadium lanjut akan terbentuk lepuhan berisi cairan
(bula) pada permukaan kornea. Jika bula ini pecah, akan timbul nyeri yang hebat dan hal
ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi kornea (ulserasi).

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.
Dengan slit lampbisa diketahui adanya lepuhan, pembengkakan dan pembuluh darah di
dalam stroma.
Untuk menghitung jumlah sel endotel bisa dilakukan pemeriksaan mikroskopi spekuler.

PENGOBATAN
Tujuan pengobatan adalah mengurangi pembengkakan kornea. Karena itu diteteskan
larutan garam (natrium klorida 5%) untuk membantu menarik cairan dari kornea.
Jika tekanan di dalam mata meningkat, diberikan obat glaukoma untuk mengurangi
tekanan yang juga berfungsi meminimalkan pembengkakan kornea.
Jika bula pecah, diberikan obat anti peradangan, larutan natrium klorida 5%, salep/tetes
mata antibiotik, zat pelebar pupil dan lensa kontak yang diperban; guna membantu
penyembuhan permukaan mata dan mengurangi nyeri.
Jika penyakitnya berat dan tidak dapat diatasi dengan tindakan di atas, mungkin perlu
dipertimbangkan untuk menjalani pencangkokan kornea.
MIOPI

Pengertian
Miopi (dari bahasa Yunani : μυωπία myopia "penglihatan-dekat") atau rabun jauh
adalah sebuah kerusakan refraktif mata di mana citra yang dihasilkan berada di depan
retina ketika akomodasi dalam keadaan santai. Miopi dapt terjadi karena bola mata yang
terlalu panjang atau karena kelengkungan kornea yang terlalu besar sehingga cahaya
yang masuk tidak difokuskan secara baik dan objek jauh tampak buram. Penderita
penyakit ini tidak dapat melihat jarak jauh dan dapat ditolong dengan menggunakan
kacamata negatif (cekung).

Etiologi
Penyebab miopi dapat bersifat keturunan (herediter), ketegangan visual atau faktor
lingkungan. Faktor herediter pada miopi pengaruhnya lebih kecil dari faktor ketegangan
visual. Terjadinya miopi lebih dipengaruhi oleh bagaimana seseorang menggunakan
penglihatannya, dalam hal ini seseorang yang lebih banyak menghabiskan waktu di depan
komputer atau seseorang yang menghabiskan banyak waktunya dengan membaca tanpa
istirahat akan lebih besar kemungkinannya untuk menderita miopi. Faktor lingkungan
juga dapat memengaruhi misalnya pada rabun malam yang disebabkan oleh kesulitan
mata untuk memfokuskan cahaya dan membesarnya pupil, keduanya karena kurangnya
cahaya, menyebabkan cahaya yang masuk kedalam mata tidak difokuskan dengan baik.

Dapat juga terjadi keadaan pseudo-miopi atau miopi palsu disebabkan ketegangan mata
karena melakukan kerja jarak dekat dalam waktu yang lama. Penglihatan mata akan pulih
setelah mata diistirahatkan.

Gambaran Klinis

Diagnosis

Diagnosis miopi dapat ditegakkan dengan pemeriksaan visus dengan menggunakan


optotipi Snellen dan foropter. Pemeriksaan visus akan menunjukkan ketajaman
penglihatan dibawah 6/6. Dengan menyingkirkan diagnosis banding seperti hipermetropi
dan astigmatisma, diagnosis miopi dapat ditegakkan.

Pengobatan

Pemakaian lensa kontak kacamata dengan lensa sferis negatif merupakan pilihan utama
untuk mengembalikan penglihatan. Beberapa tindakan bedah juga dapat dilakukan seperti
photorefractive keratectomy (PRK) atau laser assisted in-situ keratomileusis (LASIK).
Dapat juga dilakukan orthokeratologi atau terapi penglihatan(vision therapy).
NEURITIS OPTIK

Pengertian

Neuritis optik adalah gangguan penglihatan yang disebabkan karena peradangan pada
saraf optik.

Etiologi

Neuritis optik terjadi akibat saraf optik yang merupakan yang membawa impuls
penglihatan ke otak mengalami peradangan serta sarung mielin yang membungkus saraf
tersebut mengalami kerusakan (proses ini disebut juga demielinisasi). Terjadinya sangat
khas pada salah satu mata (70%) yang menyebabkan gangguan penglihatan yang cepat
dan progresif tetapi bersifat sementara. Sekitar 30% penderita terjadi pada kedua mata.
Neuritis optik cenderung menyerang dewasa muda dengan usia rata-rata 30-an. Tujuh
puluh lima persen penderita merupakan wanita.
Kerusakkan saraf terjadi pada bagian saraf optik yang letaknya di belakang bola mata dan
disebut juga neuritis retrobulbar serta sering dikaitkan dengan penyakit sklerosis
multipel. Peradangan saraf optik dan edema (pembengkakan) terjadi akibat tekanan
intrakranial pada tempat dimana saraf masuk ke dalam bola mata. Peradangan di tempat
tersebut disebut papilitis.

Gambaran Klinis

Gejala-gejala neuritis optik adalah jika ditemukan satu atau lebih gejala berikut ini:

 penglihatan kabur
 bintik/bercak buta, terutama pertengahan lapang pandang
 nyeri saat pergerakkan bola mata
 sakit kepala
 buta warna mendadak
 gangguan penglihatan pada malam hari
 gangguan ketajaman penglihatan

Neuritis optik sering diakibatkan oleh penyakit sklerosis multipel. Penyebab lainnya
adalah infeksi virus, jamur, ensefalomielitis, penyakit-penyakit otoimun atau tumor yang
menekan saraf penglihatan atau penyakit-penyakit pembuluh darah (misalnya radang
arteri temporal). Beberapa bahan kimia beracun seperti metanol dan timah hitam dapat
menyebabkan kerusakkan saraf optik. Kerusakn saraf optik dapat juga dikarenakan
penyalahgunaan alkohol dan rokok. Neuritis optik dapat juga disebabkan karena
gangguan sistem kekebalan tubuh.

Diagnosis

Dokter mata akan memeriksa mata penderita dan menentukan diagnosis neuritis optik.
Pemeriksaan mata lengkap termasuk pemeriksaan ketajaman penglihatan, pemeriksaan
buta warna serta pemeriksaan retina dan diskus optik dengan menggunakan oftalmoskop.
Tanda-tanda klinis seperti gangguan reaksi pupil jelas terlihat selama pemeriksaan mata
tetapi pada beberapa keadaan mata terlihat normal. Riwayat medis penderita dapat
digunakan untuk mengetahui apakah pernah terpapar/kontak dengan bahan-bahan
beracun seperti timah hitam yang dapat menyebabkan neuritis optik.

Pemeriksaan lebih lanjut dengan menggunakan MRI (magnetic resonance imaging)


diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Dengan MRI dapat dibuktikan tanda-tanda
sklerosis multipel.

Pengobatan
Pengobatan neuritis optik tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Gangguan
penglihatan yang disebabkan infeksi virus akan membaik sendiri setelah diberikan
pengobatan terhadap virus. Neuritis optik yang disebabkan bahan-bahan beracun dapat
diatasi bila sumber-sumber/kontak dengan racun dihindari.
Pemberian kortikosteroid suntikan yang dilanjutkan dengan pemberian oral pada
penderita neuritis optik akibat sklerosis multipel sangat cepat memperbaiki penglihatan
penderita, tetapi masih diperdebatkan penggunaanya untuk mencegah kekambuhan.
Terapi Percobaan Neuritis Optik menunjukkan bahwa steroid yang diberikan dengan
suntikkan intravena efektif untuk mengurangi serangan neuritis optik akibat penyakit
sklerosis multipel hingga 2 tahun, tetapi perlu penelitian lebih lanjut. Prednison yang
diberikan secara oral tampaknya dapat meningkatkan serangan berulang neuritis optik
sehingga terapi ini tidak dianjurkan.

Prognosis
Gangguan penglihatan yang disebabkan karena neuritis optik biasanya bersifat sementara.
Remisi (penyembuhan) spontan terjadi dalam dua hingga lima minggu. Saat masa
pemulihan, 65% – 80% ketajaman penglihatan penderita menjadi lebih baik. Prognosis
jangka panjang tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Jika serangan ini
ditimbulkan oleh infeksi virus maka akan mengalami penyembuhan sendiri tanpa
meninggalkan efek samping. Jika neuritis optik dipicu oleh sklerosis multipel, maka
serangan berikutnya harus dihindari. Tigapuluh tiga persen penderita neuritis optik akan
kambuh dalam lima tahun. Tiap kekambuhan menyebabkan pemulihannya tidak
sempurna bahkan memperburuk penglihatan seseorang. Ada hubungan yang kuat antara
neuritis optik dengan sklerosis multipel. Pada orang yang tidak mengalami sklerosis
multipel maka separuh dari mereka yang mengalami gangguan penglihatan akibat neuritis
optik akan menderita penyakit ini dalam 15 tahun.
TRAKOMA

Pengertian
Trakoma (Konjungtivitis granuler, Oftalmia Bangsa Mesir) adalah suatu infeksi
konjungtiva yang berlangsung lama dan disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis.

Etiologi

Trakoma terjadi akibat infeksi oleh bakteri Chlamydia trachomatis.


Masa inkubasi berlangsung selama 5-12 hari dan berawal sebagai kemerahan pada mata,
yang jika tidak diobati bisa menjadi penyakti kronis dan menyebabkan pembentukan
jaringan parut.
Trakoma ditemukan di seluruh dunia, terutama di daerah pedesaan di negara-negara
berkembang.
Sering menyerang anak-anak.
Trakoma merupakan penyakit menular dan bisa ditularkan melalui:
- kontak tangan dengan mata
- sejenis lalat
-benda-benda yang terkontaminasi (misalnya handuk atau saputangan).

Gambaran Klinis

Pada stadium awal, konjungtiva tampak meradang, merah dan mengalami iritasi serta
mengeluarkan kotoran (konjungtivitis).
Pada stadium lanjut, konjungtiva dan kornea membentuk jaringan parut sehingga bulu
mata melipat ke dalam dan terjadi gangguan penglihatan.
Gejala lainnya adalah:
- pembengkakan kelopak mata
- pembengkakan kelenjar getah bening yang terletak tepat di depan mata
- kornea tampak keruh.

Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.


Apusan mata diperiksa untuk mengetahui organisme penyebabnya.

Pengobatan

Pengobatan meliputi pemberian salep antibiotik yang berisi tetracyclin dan erythromycin
selama 4-6 minggu.
Selain itu, antibiotik tersebut juga bisa diberikan dalam bentuk tablet.
Jika terjadi kelainan bentuk kelopak mata, kornea maupun konjungtiva, mungkin perlu
dilakukan pembedahan untuk memperbaikinya.
PARKINSON

Pengertian

Penyakit Parkinson (bahasa Inggris: paralysis agitans, Parkinson disease) adalah


penyakit degeneratif syaraf yang pertama ditemukan pada tahun 1817 (An Essay on the
Shaking Palsy) oleh Dr. James Parkinson. dengan adanya tremor pada saat beristirahat,
kesulitan untuk memulai pergerakan dan kekakuan otot.

Parkinson menyerang sekitar 1 di antara 250 orang yang berusia diatas 40 tahun dan
sekitar 1 dari 100 orang yang berusia diatas 65 tahun.

Etiologi

Jauh di dalam otak ada sebuah daerah yang disebut ganglia basalis. Jika otak
memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-sel saraf di
dalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan tersebut dan mengatur
perubahan sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke
talamus, yang akan menyampaikan informasi yang telah diolah kembali ke korteks otak
besar.

Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter sebagai impuls
listrik di sepanjang jalur saraf dan di antara saraf-saraf. Neurotransmiter yang utama pada
ganglia basalis adalah dopamin.

Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami kemunduran
sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan sel saraf dan otot
lainnya juga lebih sedikit. Penyebab dari kemunduran sel saraf dan berkurangnya
dopamin terkadang tidak diketahui. Penyakit ini cenderung diturunkan, walau terkadang
faktor genetik tidang memegang peran utama.

Kadang penyebabnya diketahui. Pada beberapa kasus, Parkinson merupakan komplikasi


yang sangat lanjut dari ensefalitis karena virus (suatu infeksi yang menyebabkan
peradangan otak). Kasus lainnya terjadi jika penyakit degeneratif lainnya, obat-obatan
atau racun memengaruhi atau menghalangi kerja dopamin di dalam otak. Misalnya obat
anti psikosa yang digunakan untuk mengobati paranoia berat dan skizofrenia
menghambat kerja dopamin pada sel saraf.

Gambaran Klinis

Penyakit Parkinson dimulai secara samar-samar dan berkembang secara perlahan.

Pada banyak penderita, pada mulanya Parkinson muncul sebagai tremor (gemetar) tangan
ketika sedang beristirahat, tremor akan berkurang jika tangan digerakkan secara sengaja
dan menghilang selama tidur. Stres emosional atau kelelahan bisa memperberat tremor.
Pada awalnya tremor terjadi pada satu tangan, akhirnya akan mengenai tangan lainnya,
lengan dan tungkai. Tremor juga akan mengenai rahang, lidah, kening dan kelopak mata.

Pada sepertiga penderita, tremor bukan merupakan gejala awal; pada penderita lainnya
tremor semakin berkurang sejalan dengan berkembangnya penyakit dan sisanya tidak
pernah mengalami tremor.

Penderita mengalami kesulitan dalam memulai suatu pergerakan dan terjadi kekakuan
otot. Jika lengan bawah ditekuk ke belakang atau diluruskan oleh orang lain, maka
gerakannya terasa kaku. Kekakuan dan imobilitas bisa menyebabkan sakit otot dan
kelelahan. Kekakuan dan kesulitan dalam memulai suatu pergerakan bisa menyebabkan
berbagai kesulitan. Otot-otot kecil di tangan seringkali mengalami gangguan, sehingga
pekerjaan sehari -hari (misalnya mengancingkan baju dan mengikat tali sepatu) semakin
sulit dilakukan.
Penderita mengalami kesulitan dalam melangkah dan seringkali berjalan tertatih-tatih
dimana lengannya tidak berayun sesuai dengan langkahnya. Jika penderita sudah mulai
berjalan, mereka mengalami kesulitan untuk berhenti atau berbalik. Langkahnya
bertambah cepat sehingga mendorong mereka untuk berlari kecil supaya tidak terjatuh.
Sikap tubuhnya menjadi bungkuk dan sulit mempertahankan keseimbangan sehingga
cenderung jatuh ke depan atau ke belakang.

Wajah penderita menjadi kurang ekspresif karena otot-otot wajah untuk membentuk
ekspresi tidak bergerak. Kadang berkurangnya ekspresi wajah ini disalah artikan sebagai
depresi, walaupun memang banyak penderita Parkinson yang akhirnya mengalami
depresi. Pandangan tampak kosong dengan mulut terbuka dan matanya jarang mengedip.
Penderita seringkali ileran atau tersedak karena kekakuan pada otot wajah dan
tenggorokan menyebabkan kesulitan menelan. Penderita berbicara sangat pelan dan tanpa
aksen (monoton) dan menjadi gagap karena mengalami kesulitan dalam
mengartikulasikan fikirannya. Sebagian besar penderita memiliki intelektual yang
normal, tetapi ada juga yang menjadi pikun.

Diagnosa

Diagnosa ditegakkan gejala-gejalanya.

Pengobatan

Menyusul ditemukannya kinom pada manusia, kinase protein telah menjadi prioritas
terpenting kedua pada upaya penyembuhan, oleh karena dapat dimodulasi oleh molekul
ligan kecil. Peran kinase pada lintasan molekular neuron terus dipelajari, namun beberapa
lintasan utama telah ditemukan. Sebuah protein kinase, CK1 dan CK2, ditemukan
memiliki peran yang selama ini belum diketahui, pada patologi molekular dari beberapa
kelainan neurogeneratif, seperti Alzheimer, penyakit Parkinson dan sklerosis lateral
amiotrofik. Pencarian senyawa organik penghambat yang spesifik bekerja pada kedua
enzim ini, sekarang telah menjadi tantangan dalam perawatan penyakit tersebut di atas.

Penyakit Parkinson bisa diobati dengan berbagai obat, seperti levodopa, bromokriptin,
pergolid, selegilin, antikolinergik (benztropin atau triheksifenidil), antihistamin, anti
depresi, propanolol dan amantadin. Tidak satupun dari obat-obat tersebut yang
menyembuhkan penyakit atau menghentikan perkembangannya, tetapi obat-obat tersebut
menyebabkan penderita lebih mudah melakukan suatu gerakan dan memperpanjang
harapan hidup penderita.

Di dalam otak levodopa diubah menjadi dopamin . Obat ini mengurangi tremor dan
kekakuan otot dan memperbaiki gerakan. Penderita Parkinson ringan bisa kembali
menjalani aktivitasnya secara normal dan penderita yang sebelumnya terbaring di tempat
tidur menjadi kembali mandiri.

Pengobatan dasar untuk Parkinson adalah levodopa-karbidopa. Penambahan karbidopa


dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas levodopa di dalam otak dan untuk
mengurangi efek levodopa yang tidak diinginkan di luar otak. Mengkonsumsi levodopa
selama bertahun-tahun bisa menyebabkan timbulnya gerakan lidah dan bibir yang tidak
dikehendakik, wajah menyeringai, kepala mengangguk-angguk dan lengan serta tungkai
berputar-putar. Beberapa ahli percaya bahwa menambahkan atau mengganti levodopa
dengan bromokriptin selama tahun-tahun pertama pengobatan bisa menunda munculnya
gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki.

Sel-sel saraf penghasil dopamin dari jaringan janin manusia yang dicangkokkan ke dalam
otak penderita Parkinson bisa memperbaiki kelainan kimia tetapi belum cukup data
mengenai tindakan ini.

Untuk mempertahankan mobilitasnya, penderita dianjurkan untuk tetap melakukan


kegiatan sehari-harinya sebanyak mungkin dan mengikuti program latihan secara rutin.
Terapi fisik dan pemakaian alat bantu mekanik (misalnya kursi roda) bisa membantu
penderita tetap mandiri.
Makanan kaya serat bisa membantu mengatasi sembelit akibat kurangnya aktivitas,
dehidrasi dan beberapa obat. Makanan tambahan dan pelunak tinja bisa membantu
memperlancar buang air besar. Pemberian makanan harus benar-benar diperhatikan
karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita mengalami kesulitan menelan
sehingga bisa mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).

Levodopa

Levodopa dikombinasikan dengan karbidopa merupakan pengobatan utama untuk


Parkinson Diberikan bersama karbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya &
mengurangi efek sampingnya Mulai dengan dosis rendah, yg selanjutnya ditingkatkan
sampai efek terbesar diperoleh Setelah beberapa tahun digunakan, efektivitasnya bisa
berkurang bromokriptin atau pergolid Pada awal pengobatan seringkali ditambahkan
pada pemberian levodopa untuk meningkatkan kerja levodopa atau diberikan kemudian
ketika efek samping levodopa menimbulkan masalah baru Jarang diberikan sendiri.
Seleglin Seringkali diberikan sebagai tambahan pada pemakaian levodopa Bisa
meningkatkan aktivitas levodopa di otak . Obat antikolinergik (benztropin &
triheksifenidil), obat anti depresi tertentu, antihistamin (difenhidramin) Pada stadium
awal penyakit bisa diberikan tanpa levodopa, pada stadium lanjut diberikan bersamaan
dengan levodopa, mulai diberikan dalam dosis rendah Bisa menimbulkan beberapa efek
samping. Amantadin Digunakan pada stadium awal untuk penyakit yg ringan Pada
stadium lanjut diberikan untuk meningkatkan efek levodopa Bisa menjadi tidak efektif
setelah beberap bulan digunakan sendiri

Sel punca dewasa

Sel punca dewasa dapat digunakan untuk mengobati penyakit Parkinson/Parkinson's


disease (PD) contohnya adalah sel punca dewasa yang berasal dari sumsum tulang
belakang dapat menggantikan sel-sel neuron (saraf) otak yang rusak akibat penyakit
Parkinson.
DEFISIENSI VITAMIN A

Pengertian
Kekurangan vitamin A dengan retinol plasma <10 mikrogram%.

Etiologi
Intake kurang, gangguan pencernaan lemak, infeksi dengan utilisasi meningkat,
gangguan konversi provitamin A (misal: hipotiroidea).

Gambaran Klinis

Gangguan konversi rhodopsin --> kelainan mata; metaplasia sel epitel; penurunan sel
mediated immunity --> immuno defisiensi.
Bentuk Klinik
Klasifikasi, berdasarkan tingkat kelainan pada mata:
- Rabun senja : XN
- Xerosis konjungtiva : X1A
- Bitot spot : X1B
- Xerosis kornea : X2
- Ulkus kornea < 1/3 permukaan kornea : X3A
- Keratomalasia/ ulkus > 1/3 permukaan kornea : X3B
- Cornea scar : XS
- Fundus xeroftalmik : XF
Kulit: Hiperkeratosis perifollikularis

Diagnosis

Dasar diagnosis:
Berdasarkan temuan klinik. Didukung penurunan kadar retinal plasma (<10
mikrogram%).
Langkah diagnosis:
Diagnosa klinis, tetapkan klasifikasi kelainan mata, identifikasi faktor penyebab,
kalau bisa periksa retinal plasma.
Indikasi rawat:
- Defisiensi Vitamin A dengan kelainan mata yang memerlukan tindakan. Perwatan
khusus.
- Catatan: Defisiensi Vitamin A lebih sering dirawat berdasarkan indikasi penyakit
penyerta.

Pengobatan

- Profilaksis: Vitamin A 200.000 SI Pada KEP berat dan morbili.


- Terapeutik: vitamin A 200.000 SI oral (100.000 SI im) 1 kali sehari untuk 2 hari,
dilanjutkan 200.000 SI oral pada hari ke-14.
- Pengobatan/ perwatan kelainan mata/ kulit sesuai kerusakan.
- Penatalaksanaan faktor penyebab atau penyakit utama sesuai indikasi.
- Konsultasi mata kalau ditemukan gangguan kornea atau ada gangguan visus
(kecuali hemeralopia).
- Anjuran profilaksis vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan.
- Penyuluhan.

Tindak lanjut
Ikuti perbaikan klinis
Indikasi pulang:
- Ditentukan oleh status optalmologik.
Dalam praktek lebih ditentukan keadaan penyakit utama.
Prognosis

20-40% sebagai penyebab seluruh kebutaan. Risiko kebutaan meningkat bila disertai
KEP berat atau Morbilli.
NEUROPATI PERIFER
Pengertian

Neuropati perifer( peripheral neuropathy/PN) adalah penyakit pada saraf perifer.Saraf


tersebut adalah semua saraf selain yang ada di otak dan urat saraf tulang belakang(perifer
berarti jauh dari pusat).Sebagian diakibatkan oleh kerusakan pada sumbu serabut saraf
(akson), yangmengirimkan perasaan pada otak. Kadang kala, disebabkan kerusakan pada
selubung serabut saraf (mielin). Ini mempengaruhi isyarat nyeri (sakit) yang dikirim ke
otak. PN dapat menjadi gangguan ringan atau kelemahan yang melumpuhkan. PN
biasanyadirasakan sebagai kesemutan, pegal, mati rasa atau rasa seperti terbakar pada
kaki dan jarikaki, tetapi juga dapat dialami pada tangan dan jari. Juga dapat dirasa dikitik-
kitik, nyeritanpa alasan, atau rasa yang tampaknya lebih hebat daripada biasa. Gejala PN
dapat bersifatsementara: kadang sangat sakit, terus tiba-tiba hilang. PN berat dapat
mengganggu waktuberjalan kaki atau berdiri.

Etiologi
Ada beberapa penyebab neuropati perifer. Antaranya cedera mendadak,
tekananberkepanjangan pada saraf, dan destruksi saraf akibat penyakit atau keracunan.
Penyebab tersering neuropati perifer adalah diabetes mellitus, defisiensi vitamin,
alkoholisme yangbersamaan dengan gizi buruk, dan kelainan bawaan. Tekanan pada saraf
dapat akibat tumor,pertumbuhan tulang abnormal, penggunaan kast atau kruk, atau postur
paksa karenakekakuan untuk jangka yang lama. Artritis rematoid, vibrasi berlebihan dari
peralatan berat,perdarahan pada saraf, herniasi diskus, terpapar dingin atau radiasi, dan
berbagai jenis kanser juga dapat menekan saraf. Neuropati perifer yang umum,
parestetika meralgia, khas dengansensasi terbakar, baal, dan sensitifitas bagian depan
paha. Mikroorganisme dapat menyerangsaraf secara langsung dengan akibat kerusakan
saraf tepi.
Penyebab lain adalah bahan toksik,termasuk logam berat (timbal, air raksa, arsen),
karbon monoksida, dan pelarut.

PENYEBAB UTAMA NEUROPATI PERIFER


1. Otoimmunitas(poliradikuloneuropati demielinatif inflamatori).
2. Vaskulitis (kelainan jaringan ikat).
3. Kelainan sistemik (diabetes, uremia, sarkoidosis, myxedema, akromegali).
4. Kanser (neuropati paraneoplastik).
5. Infeksi (leprosi, kelainan Lyme, AIDS, herpes zoster).
6. Disproteinemia (mieloma, krioglobulinemia).
7. Defisiensi nutrisional serta alkoholisme.
8. Kompresi dan trauma.
9. Bahan industri toksik serta obat-obatan.
10. Neuropati keturunan

Gambaran Klinis
Gejala klinis bagi pasien-pasien dengan disfungsi nervus perifer adalah masalah
padafungsi normal saraf perifer tersebut. Seperti pada fungsi sensorik, biasanya terdapat
gejalakehilangan fungsi ( simtom negatif), yang disertai dengan kekebasan, tremor
danabnormalitas cara berjalan.Gejala pertambahan fungsi (simtom positif) termasuk
kesemutan, nyeri, gatal danmerangkak. Nyeri dapat menjadi cukup kuat sehingga perlu
penggunaan opioid (narkotika)obat (misalnya, morfin, oksikodon).Kulit dapat menjadi
begitu hipersensitif sehingga pasien dilarang menyentuh apa pun bagian-bagian dari
tubuh mereka, terutama kaki. Orang dengan tingkat sensitivitas ini tidak dapatmemakai
kaus kaki atau sepatu, dan akhirnya menjadi tidak dapat keluar dari rumah.Gejala motorik
termasuk kehilangan fungsi (negatif) gejala kelemahan, kelelahan,terasa berat, dan
kelainan gaya berjalan, dan mendapatkan fungsi (positif) gejala kram,tremor, dan muscle
twitch. Dari pemeriksaan fisik, pasien dengan neuropati perifer umum biasanya
kehilangansensori distal atau motorik dan kehilangan sensori, meskipun mereka yang
memiliki patologi(masalah) pada saraf tepi dapat normal; mungkin menunjukkan
kelemahan proksimal, sepertipada neuropati inflamasi seperti Guillain- Barre syndrome,
atau mungkin menunjukkangangguan fokal sensorik atau kelemahan, seperti di
mononeuropati.
Diagnosis

Pengobatan

Prognosis
TRAUMA KIMIA PADA MATA

Pengertian

Trauma kimia pada mata merupakan kedaruratan oftalmologi, karena dapat menyebabkan
kehilangan penglihatan. Trauma kimia pada mata dapat disebabkan oleh basa dan asam.
Trauma basa terjadi dua kali lebih sering dibanding trauma asam, ini terjadi sejak bahan
basa digunakan secara luas di rumah dan di industri. Trauma basa biasanya lebih berat
daripada trauma asam, trauma basa dapat secara cepat penetrasi ke sel membran dan
masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina. Diagnosis ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan tekanan bola mata, dan pemeriksaan pH.
Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia basa adalah melakukan irigasi pada
mata secepat mungkin. Penderita datang dengan keluhan kedua mata terkena soklin,
kedua mata merah dan perih..Tidak ada riwayat pengobatan, Pada pemeriksaan fisik
kedua mata terdapat hiperemi konjungtiva palpebra superior, inferior dan konjungtiva
fornik, serta injeksi konjungtiva ringan, dan petekie di sekitar limbus.

Etiologi

Kontak langsung terhadap bahan – bahan kimia

Gambaran Klinis

Terdapat kerusakan epitel kornea, Iskemia limbus 1/3-1/2

Diagnosa

Diagnosis trauma kimia basa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan visus, pemeriksaan slit lamp, pemeriksaan
tekanan bola mata, dan pemeriksaan pH.

Pengobatan

Trauma kimia mata terdiri atas dua macam yaitu trauma asam dan trauma basa. Trauma
basa dua kali lebih sering terjadi dibanding trauma asam karena bahan basa digunakan
secara luas di rumah maupun industri, selain itu trauma basa menimbulkan akibat yang
lebih berat dibanding trauma asam. Keluhan yang ditimbulkan dari trauma kimia mata
antara lain rasa nyeri, mata merah, fotofobia, terasa ada benda asing, penglihatan kabur,
dan mata berair. Pada kasus ini diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan tekanan bola mata, dan pemeriksaan pH. Penatalaksanaan yang
terpenting pada trauma kimia basa adalah irigasi mata dengan segera dan diikuti dengan
pemberian obat terutama antibiotik, mutivitamin terutama vitamin A dan C. selain itu
dilakukan juga upaya promotif dan preventif kepada pasien. Prognosis pada pasien ini
baik.

Penanganan awal di poliklinik ,pada pasien dilakukan irigasi pada kedua mata
menggunakan infus RL sebanyak 1000 ml, Volume RL yang diberikan hanya 1000 ml,
karena pada kasus ini trauma tergolong ringan dan dengan volume tersebut konjungtiva
maupun bola mata anterior sudah terlihat bersih serta tidak ada benda asing yang
tertinggal. Setelah diirigasi dilakukan pengukuran pH dengan kertas lakmus didapatkan
pH pada mata kanan 8,5 dan pH pada mata kiri 8,0.

Selain itu pasien juga diberikan obat-obat yang sesuai, yaitu berupa antibiotik sistemik
dan topikal yang bertujuan untuk mencegah infeksi sekunder, dan multivitamin bertujuan
untuk mempercepat proses reepitelisasi, dan membantu penyembuhan penyakit.

Jika pasien mengalami trauma kimia basa ringan pasien cukup rawat jalan dan di
nasehatkan untuk kontrol kembali setelah obat habis, banyak makan sayur-sayuran dan
buah-buahan. Dan lebih waspada pada saat anak-anak bermain dengan barang berbahan
kimia, dan simpan dengan rapi barang yang berbahan kimia.
Prognosis

Prognosis trauma kimia basa tergantung dari konsentrasi basa, ph larutan, daerah
permukaan okular yang terkena, lamanya kontak ( retensi senyawa basa di permukaan
bola mata), dan pengobatan yang diberikan Pada kasus ini pasien termasuk trauma
kimia basa derajat ringan sehingga mempunyai prognosis yang baik.
TRAUMA BENDA ASING PADA MATA

Pengertian

Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak sengaja yang dapat menimbulkan
perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang
ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan
mata. Erosi kornea merupakan keadaan terlepasnya epitel kornea yang disebabkan trauma
tumpul ataupun tajam pada kornea. Defek pada epitel kornea memudahkan kuman
menyerang kornea sehingga mengakibatkan terjadinya infeksi sekunder. Insidensi erosi
kornea pada dokter keluarga di Amerika Serikat mencapai 8% dari seluruh kunjungan
pasien per tahun. Kejadian tersebut terutama dikaitkan karena adanya trauma mata pada
tempat kerja. Erosi kornea sering kali diawali dengan trauma pada mata. Segera sesudah
trauma atau masuknya benda asing, penderita akan merasa sakit sekali, akibat erosi
merusak kornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak, mata menjadi berair,
fotofobia dan penglihatan akan terganggu oleh media yang keruh. Dapat pula disertai
dengan blefarospasme, yaitu kelopak mata menjadi kaku dan sulit dibuka. Penegakkan
diagnosis pada kasus erosi kornea dapat dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik
terutama pada mata, serta pemeriksaan tambahan seperti tes fluoresein. Kertas tes
fluoresein dapat digunakan untuk mengetahui adanya kerusakan pada kornea. Jika tidak
terdapat penyulit, erosi kornea dapat sembuh sendiri, namun dapat juga diberikan obat
berupa antibiotik, analgesic, yang disesuaikan dengan keluhan penderita.

Etiologi

Terdapat dua kategori erosi kornea, yaitu erosi kornea yang dangkal, yaitu erosi yang
tidak melibatkan lapisan Bowman, serta erosi kornea yang dalam, yaitu erosi yang
menembus lapisan Bowman tetapi tidak menembus membran Descemet. Luka pada
kornea dapat terjadi akibat benda asing, lensa kontak, bahan kimia, kuku, sikat rambut,
cabang-cabang pohon, dan debu. Kornea memiliki sifat penyembuhan yang luar biasa.
Epitel yang berdekatan dapat mengembang untuk mengisi daerah yang luka, biasanya
dalam waktu 24-48 jam. Lesi yang murni pada epitel sering sembuh dengan cepat dan
tanpa jaringan parut, sementara lesi yang menembus hingga lapisan Bowman lebih
cenderung meninggalkan bekas luka permanen. Pada penderita ini termasuk erosi kornea
yang dangkal, karena kerusakan kornea tidak sampai menembus membran Descemet. Hal
tersebut terlihat dari hasil pemeriksaan tes fluoresein yang menunjukkan warna hijau
yang masih sedikit. Erosi kornea sering kali diawali dengan trauma pada mata. Segera
sesudah trauma atau masuknya benda asing, penderita akan merasa sakit sekali, akibat
erosi merusak kornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair, fotofobia
dan penglihatan akan terganggu oleh media yang keruh. Dapat pula disertai dengan
blefarospasme, yaitu kelopak mata menjadi kaku dan sulit dibuka. Pada penderita ini
didapatkan riwayat trauma mata disertai dengan keluhan sakit, mata merah, nrocos, dan
pandangan kabur.

Gambaran Klinis

Dari hasil pemeriksaan fisik, pada mata didapatkan injeksi perikornea, erosi kornea,
kornea tampak keruh, serta tes fluoresein menunjukkan hasil positif. Tes fluoresein
merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui terdapatnya kerusakan epitel
kornea. Hasil positif pada tes ini dilihat dari permukaan kornea yang berwarna hijau
setelah kertas fluoresin disisipkan pada sakus konjungtiva inferior. Zat warna fluoresein
jika menempel pada epitel kornea yang mengalami kerusakan akan memberikan warna
hijau karena jaringan epitel yang rusak bersifat lebih basa.

Diagnosa

Penegakkan diagnosis erosi kornea dapat dilakukan dengan melakukan anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tambahan lainnya. Penatalaksanaan pada erosi
kornea bila tidak timbul penyulit dapat sembuh sendiri karena adanya serbukan aktif
epitel konjungtiva dan kornea di sekitar erosi. Namun, dapat juga diberi pengobatan
sikloplegik untuk mengurangi rasa sakit dan mengistirahatkan mata. antibiotik topikal
berupa tetes mata, untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, mata ditutup, agar
pertumbuhan epitel tidak terganggu oleh kedipan, mencari kemungkinan adanya benda
asing yang masih terdapat di mata dengan membalik palpebra superior ke arah atas. Pada
erosi kornea, tidak boleh diberikan steroid, karena steroid dapat menghambat
penyembuhan epitel, menambah aktifnya kolagenase, selain itu juga dapat memudahkan
terjadinya infeksi jamur maupun virus karena daya tahan kornea menurun akibat steroid.
Pada penderita ini diberikan obat antibiotik oral, antibiotik topikal berupa tetes mata,
penghilang sakit dengan analgesik Asam Mefenamat, serta vitamin C dan B komplek
untuk memacu sintesis kolagen.

Pengobatan

Terapi yang dapat diberikan berupa preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Terapi
promotif berupa edukasi untuk menjaga higienitas, banyak mengkonsumsi sayur dan
buah, serta segera berobat ke dokter spesialis mata jika obat habis atau terdapat keluhan.
Preventif, yaitu dengan menggunakan kaca mata sebagai pelindung mata, serta rajin
membersihkan mata dengan kapas yang dipilin, lalu disterilkan dengan cara direndam
dalam air panas. Terapi kuratif adalah dengan pemberian obat antibiotik oral, antibiotik
topikal berupa tetes mata, penghilang sakit dengan analgesik Asam Mefenamat, serta
vitamin C dan B komplek. Sementara terapi rehabilitatif pada pasien ini adalah dengan
mengkonsumsi obat secara teratur, mengikuti saran dan nasehat dokter, serta kontrol ke
dokter spesialis mata jika obat habis atau terdapat keluhan pada daerah mata.

Anda mungkin juga menyukai