Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pelaksanaan pembangunan kesehatan nasional menurut

penerapan berbagai kunci yaitu perubahan mendasar dalam manajemen

sumber daya kesehatan. Hampir setiap fungsi dalam aspek menajemen

sumber daya manusia memerlukan peninjauan ulang serta pemantapan,

mulai dari seleksi, penempatan pendidikan, pelatihan dan pengembangan

sampai kepada pengembangan dan penghargaan atas kerja guna

mendukung pencapaian Visi Indonesia sehat 2014 dan misi baru

pembangunan kesehatan.

Berdasarkan Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 1996

Tentang pengembangan tenaga kesehatan yaitu tenaga medis, tenaga

keperawatan, tenaga farmasi, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi,

tenaga fisioterapi, dan tenaga teknisi medik memerlukan pelatihan khusus

agar kemampuan dan professional mereka dapat meningkat sehingga

masyarakat dapat menerima pelayanan kesehatan yang optimal.

Jumlah tenaga kesehatan tahun 2008 adalah 967.832 orang,

sementara kecenderungan penyediaan tenaga kesehatan yang

direncanakan DEPKES untuk tahun 2013 adalah 1.899.642 orang.

Masalahnya yaitu penyediaan tenaga kesehatan yang masih kurang

mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sarjana farmasi dimana tingkat


2

pendidikan dan profesionalisme tenaga kesehatan masih berada di bawah

profesi negara maju di ASEAN ( Depkes, 2001)

Menurut aditama (2001) ada beberapa hal yang mempengaruhi

perkembangan sumber daya manusia kesehatan termasuk tenaga farmasi

di Indonesia yaitu aspek mutu/kualitas dan jumlah tenaga kesehatan yang

mampu bersaing dalam lingkup ASEAN.

Berkembangnya institusi kesehatan dalam waktu yang relatif

singkat menyebabkan produksi lulusan pun bertambah dengan cepat

setiap tahunnya. Saat ini jumlah tenaga farmasi yang bekerja di Institusi

kesehatan dari berbagai kategori berkisar 150.000 dengan presentase

terbesar 73, 6 % adalah SMF, sedangkan lulusan tenaga D3 sekitar 25,9

% dan persentase terkecil 0,5 % adalah tenaga S1 farmasi (DEPKES RI,

2001).

Jumlah tenaga Medis dan Non Medis di Rumah Sakit

Bhayangkara Kota Ambon tahun 2013 sebanyak 115 orang, dengan

rincian sebagai berikut, dokter ahli 4 orang, dokter umum 6 orang, dokter

gigi 3 orang, sarjana kesehatan masyarakat 2 orang dan para medis

sebanyak 99 orang. Rumah Sakit Bhayangkara Kota Ambon sebagai

institusi yang memberikan pelayanan hanya memiliki tenaga farmasi

sebanyak 1 orang. Melihat dari segi kualitas maka tenaga farmasi masih

sangat minim bila dibandingkan dengan standar yang ditetapkan,

sehingga sumber daya manusia dari tenaga farmasi perlu ditinjau lagi
3

dalam hal pengembangan tenaga farmasi, hal tersebut dapat ditempuh

melalui pendidikan, pelatihan, mutasi dan promosi.

Saat ini pemerintah telah mengeluarkan aturan tentang

pembinaan karier bagi pegawai negeri sipil yaitu Undang-Undang No.43

Tahun 1999 menyangkut pokok-pokok kepegawaian. Dalam pasal 12

ayat 2 menyatakan bahwa dalam usaha untuk meningkatkan mutu dan

keterampilan serta memupuk kegairahan kerja maka perlu dilaksanakan

pembinaan Pegawai Negeri Sipil dengan sebaik-baiknya atas dasar

sistem presentasi kerja dan sistem karier.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

mengenai pengembangan tenaga Sarjana Farmasi dalam menunjang

kualitas kerja di rumah sakit Bhayangkara Kota Ambon dengan melihat

dari segi pendidikan, pelatihan dan kinerja.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

tentang pengembangan tenaga farmasi dalam menunjang kualitas kerja di

rumah sakit Bhayangkara Kota Ambon Tahun 2012.


4

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin Ridwan, dkk, 2000. Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas


Farmasi, UIT, Makassar.

Azwar Asrul, 1999. Pengantar Administrasi Kesehatan, Jakarta. Binarupa


Aksara.

Depkes RI, 2001. Tata Laksana Tenaga Farmasi. Jakarta.


5
6
7

Anda mungkin juga menyukai