Anda di halaman 1dari 30

Kimia Medisinal 1

HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA


DENGAN PROSES ABSORBSI, DISTRIBUSI,
DAN EKSKRESI OBAT

Disusun oleh :
Hamdan Nababa
10114071
S1-Farmasi

Setelah masuk ke tubuh melalui cara tertentu


, misal melalui oral, parenteral, anal, dermal
atau cara lainnya, obat akan mengalami proses
absorbs, distribusi, metabolism dan ekskresi.
Setelah diabsorbsi, obat masuk ke cairan
tubuh dan didistribusikan ke organ-organ dan
jaringan-jaringan , seperti otot, lemak, jantung
dan hati. Sebelum mencapai reseptor, obat
melalui bermacam-macam sawar membrane,
pengikatan oleh protein plasma, penyimpanan
dalam depo jaringan dan mengalami
metabolisme.

Sediaan obat (Oral)

Saluran cerna
absorbsi

Par (i.m)
(kulit)

Jaringan
(depot)

(inhalasi)
Ekskresi

Par (i.v)

Peredaran darah

Obat bebas
Protein
plasma

Reseptor
aktivasi

(Anal)

Efek

metabolisme
bioinaktivasi

Proses absorpsi dan distribusi


Distribusi obat
Absorpsi
m.b.

m.b.
O
Obat

m.b. (membran biologis)

Reseptor
O + R

P (Protein)

(OP)

(OP)

(OP)

Cairan intravaskular

Cairan interstisial

Cairan interseluler

(OR)
Kompleks

m.b. = membran biologis, O = Obat, P = Protein, R = Reseptor,


(OR) = kompleks obat-reseptor dan (OP) = kompleks obat-protein

Respons
biologis

Tiga fase yg menentukan terjadinya aktivitas


biologis obat
1. Fase farmasetik :
proses pabrikasi, pengaturan dosis, formulasi, bentuk sed,
pemec btk sed, terlarutnya obat aktif ketersediaan obat utk
diabsorbsi ke tbh
2. Fase farmakokinetik
Adme berperan ketersediaan obat mencapai jaringan
sasaran atau reseptor menimbulkn respon biologis
3. Fase farmakodinamik
Fase terjdnya interaksi obat-reseptor dlm jaringan sasaran
berperan dlm timbulnya respon biologis

Setelah obat bebas masuk peredran


darah.
1. Obat disimpan dlm depo jaringan
2. obat terikat dg protein plasma, terutama
albumin
3. obat aktif yg dlm btk bebas -> interaksi
reseptor -> respon biologis
4. obat alami metabolisme.

Sediaan obat (Oral)

Saluran cerna
absorbsi

Par (i.m)
(kulit)

Jaringan
(depot)

(inhalasi)
Ekskresi

Par (i.v)

Peredaran darah

Obat bebas
Protein
plasma

Reseptor
aktivasi

(Anal)

Efek

metabolisme
bioinaktivasi

Fasa-fasa penting dalam kerja obat


Pabrikasi
(formulasi, dosis)

Bentuk sediaan
per oral, rektal

- Fasa farmasetik

Saluran cerna
(pemecahan bentuk sediaan dan terlarutnya obat aktif)

Absorpsi
(ketersediaan hayati)

per i.m.

Peredaran darah
- Fasa farmakokinetik (ADME)

Jaringan
(Depo)

Obat bebas

Protein plasma
Ekskresi

bioinaktivasi

per i.v.
- Fasa farmakodinamik
Reseptor

Respons biologis

bioaktivasi
Metabolisme

Toksisitas

Hub struktur, sifat kimia fisika dg proses absorpsi obat

1. Absorbsi obat mell sal. Cerna


faktor2 yg mempengaruhi :
a. Bentuk sediaan.
tablet, kapsul, suspensi, emulsi, serbuk
ukuran Partikel bentuk sed.
bahan tambahan
b. Sif. Kimia fisika obat
asam, basa, ester, garam
bentuk kristal, amorf
kelarutan dlm lemak, derajat ionisasi

C. Faktor biologis
Keasaman lambung, sekresi cairan lambung, gerakan cairan
lambung, luas permukaan cerna, waktu pengosongan
lambung, waktu transit dlm usus,dll.
D. Faktor lain
umur, diet, interaksi obat dg senyawa lain

Absorpsi Obat melalui Saluran Cerna

Pada pemberian secara oral, sebelum obat


masuk ke peredaran darah dan
didistribusikan ke seluruh tubuh, terlebih
dulu harus mengalami proses absorpsi pada
saluran cerna.
Tergantung :
- ukuran partikel molekul obat
- kelarutan obat dlm lemak/air
- derajat ionisasi

Contoh:
1. Obat basa lemah amin aromatik
( aminopirin, asetanilid, kafein, kuinin) oral
lambung sif asam( pH 1-3,5) sebagian besar
jd ion kelarutan dlm lemak kecil sulit
menembus membran lambung usus yg sif
basa jd btk tak terionkan kelarutan dlm
lemak besar mudah menembus membran
usus.
2. Asam lemah (as. Salisilat, asetosal, fenobarbital,
as benzoat, fenol) dlm lambung tdk terionkan
mdh larut dlm lemak shg mudah menembus
membran lambung.

Hubungan perubahan pH dengan % bentuk molekul


100

Asam lemah

Basa lemah

% Bentuk
Molekul
50

10

pH

Bentuk mol. obat mudah larut dalam lemak mudah


menembus membran biologis jumlah yang
berinteraksi dengan reseptor besar aktivitas biologis
besar pula

Sal. Cerna bersifat permeabel selektif thd

bentuk tdk terdisosiasi obat yg bersft mudah


larut dlm lemak .
Makin besar kelarutan dlm lemak makin
tinggi pula derajat absorpsi obat ke membran
biologis.
Makin besar kelarutan dalam lemak makin
tinggi pula derajat absorpsi obat ke membran
biologis .

Hubungan koefisien partisi kloroform/air (P) dan


prosen absorpsi bentuk molekul asam dan basa
Nama Obat

P*)

% Absorpsi

Tiopental

100

67

Anilin

26,4

54

Asetanilid

7,6

43

Asetosal

2,0

21

0,008

< 0,002

<2

Asam barbiturat
Manitol

P , Kelarutan dalam lemak


Absorbsi bentuk molekul

Absorpsi Obat lewat mata


Bila obat diberikan secara setempat pd mata

sebagian diabsorpsi mellalui membran


konjungtiva & sebagian lg mellalui kornea.
Kec. Penetrasi tergantung derjat ionisasi &
koefisien partisi obat bentuk yg tdk
terionkan & mdh larut lemak cepat
diabsorpsi oleh membran mata.
Penetrasi obat yg bersft asam dlm suasana
asam cepat
Penetrasi obat yg bersifat basa dlm suasana
basa cepat

Absorpsi obat mellalui paru


Tergantung :
1. kadar obat dlm alveoli
2. Koefisien partisi gas darah
3. Kecepatan aliran darah paru
4. Ukuran partikel obat obat yg ukuran

partikel 10 mikrometer yg dpt masuk


peredaran aliran paru

Absorpsi obat melalui kulit


- Terutama digunakn utk efek setempat
-absorpsi obat mellalui kulit tergantung pd
kelarutan
obat dlm lemak epidermis kulit
berfungsi sbg membran lemak biologis

HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN


PROSES DISTRIBUSI OBAT
Pada umumnya distribusi obat terjadi dengan cara menembus
membran biologis melalui proses difusi. Mekanisme difusi
dipengaruhi oleh struktur kimia, sifat kimia fisika obat dan sifat
membran biologis.
Proses difusi dibagi menjadi dua yaitu difusi pasif dan difusi aktif.
Difusi pasif
Difusi pasif melalui pori
Difusi pasif dengan cara melarut pada lemak penyusun membran
Difusi pasif dengan fasilitas
Difusi aktif
Sistem pengangkutan aktif
Pinositosis
Interaksi obat dengan biopolimer

Interaksi Obat dengan Biopolimer


mempengaruhi awal kerja, masa kerja dan besar efek
biologis obat

Interaksi Tidak Khas

Interaksi Khas

1.
2.
3.
4.

Interaksi tidak khas


Interaksi obat dengan asam nukleat
Interaksi obat dengan mukopolisakarida
Interaksi obat dengan jaringan lemak
Pengaruh lain-lain dari interaksi tidak khas

Interaksi tidak khas


interaksi obat dengan biopolimer
hasilnya tidak memberikan efek yang berlangsung lama
tidak terjadi perubahan struktur mol. obat / biopolimer
bersifat reversibel
ikatan kimia yang terlibat kekuatannya relatif lemah
tidak menghasilkan respons biologis

Interaksi Khas
Interaksi yang menyebabkan perubahan
struktur
makromolekul
reseptor
sehingga timbul rangsa-ngan/memicu
perubahan fungsi fisiologis normal, yang
diamati sebagai respons biologis.
1. Interaksi obat dengan
biotransformasi
2. Interaksi obat dengan reseptor.

enzim

Interaksi Obat dg Enzim Biotransformasi


Ditinjau dari tipe interaksi bersifat
tidak khas, ditinjau dari akibat interaksi
bersifat khas.
Contoh :
Fisostigmin,
penghambat
enzim
asetilkolinesterase,
dapat
menghambat
pemecahan asetilkolin pada reseptor khas
terjadi akumulasi asetilkolin dalam tubuh
respons kolinergik (+).

Interaksi Obat dengan Reseptor


Reseptor obat : makromolekul jaringan sel,

mengandung gugus fungsional atau atom-atom


terorganisir, reaktif secara kimia dan bersifat khas,
dapat berinteraksi secara reversibel
dengan
molekul obat yang mengandung gugus fungsional
khas, menghasilkan respons biologis.
Bila mikromolekul obat berinteraksi dengan gugus
fungsional makromolekul reseptor, timbul energi
yang
berkompetisi
dengan
energi
yang
menstabilkan reseptor, terjadi perubahan struktur
dan distribusi muatan molekul, menghasilkan
makromolekul dengan bentuk konformasi baru
memicu modifikasi fungsi organ khas respons
biologis (+).
Respon biologis merupakan perbedaan utama
antara interaksi khas dan interaksi yang tidak khas.

afinitas
O
Obat

efikasi
Kompleks (OR)

Respons biologis

Reseptor

Reseptor
Adenil siklase
Timidilat sintetase
ADN
ADN
Transfer kompleks ARN- asam amino
Ribosom 30 S
Ribosom 50 S
Dihidropteroat sintetase
Dihidrofolat reduktase
Dihidrofolat reduktase
Transpeptidase
Transpeptidase
Prostaglandin sintetase
Suksinat dehidrogenase

Nama Obat
Epinefrin
5-Fluorourasil
Mekloretamin
Klorokuin
Tetrasiklin
Streptomisin
Kloramfenikol
Sulfonamida
Pirimetamin
Metotreksat
Penisilin
Sefalosporin
Asetosal
Tiabendazol

Respons Biologis
Adrenergik
Antikanker
Antikanker
Antimalaria
Antibiotik
Antibiotik
Antibiotik
Bakteriostatik
Antimalaria
Antileukemia
Antibiotik
Antibiotik
Analgesik
Anthelmintik

Hubungan Struktur, Sifat Kimia


Fisika dengan Ekskresi Obat
1. Ekskresi Obat melalui Paru

tergantung Pada darah/udara.


2. Ekskresi Obat melalui Ginjal
a. Penyaringan Glomerulus
b. Reabsorpsi Pasif pada Tubulus Ginjal
c. Transpor aktif.
3. Ekskresi Obat melalui Empedu

obat yang telah dimetabolisis menjadi senyawa yang


lebih polardiekskresikan dari hati, melewati empedu
menuju ke usus dengan mekanisme pegangkutan aktif.
Di usus bentuk terkonjugat tersebut secara langsung
diekskresikan melaui tinja, atau dapat mengalami proses
hidrolisis oleh enzim atau bakteri usus menjadi senyawa
yang bersifat non polar, diabsorpsi kembali ke plasma
darah, kembali ke hati, dimetabolisis, dikeluarkan lagi
melaui empedu menuju ke usus,
demikian seterusnya sehingga merupakan suatu siklus
yang dinamakan siklus enterohepatik. Siklus ini
menyebabkan masa kerja obat menjadi lebih panjang.

E
K
S
R
E
S
I

Obat
(per oral)

Eks pirasi

Penyerapan
Obat

Paru

Saluran cerna
Hati

Peredaran darah
Ginjal

Glomerulus

Empedu

Siklus enterohepatik

Penyaringan ultra
( obat terionis as i,
s ukar larut lemak )

Hidrofilik
bakteri
Lipofilik
Usus besar

Tubulus
Eks kres i
( trans por aktif )

O
B
A
T

Reabs orps i
( obat tak terionis as i,
mudah larut lemak )

Tin ja

Urin

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai