Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat dan salam
kami sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi Muhammad SAW. Diantara sekian
banyak nikmat Allah SWT yang membawa kita dari kegelapan ke dimensi terang yang
memberi hikmah dan yang paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh
karenanya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini disusun sebagai salah satu penilaian dari tugas kelompok perkuliahan
Biofarmasetika yang berjudul Inhalasi. Harapan penulis semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis yakin di dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, baik dalam penulisan maupun penyajiannya. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan wawasan dari penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya, penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat,
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Atas perhatiannya, penulis ucapkan
terimakasih.

Kediri, 9 Januari 2017

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hidung merupakan organ pada manusia yang memiliki 2 fungsi sekaligus,
yaitu sebagai alat indera penciuman (pembau) dan sebagai organ pernapasan.
Hidung mempunyai tugas menyaring udara dari segala macam debu
yang masuk ke dalam melalui hidung. Tanpa penyaringan ini
mungkin debu ini dapat mencapai paru-paru. Bagian depan dari
rongga hidung terdapat rambut hidung yang berfungsi menahan
butiran debu kasar, sedangkan debu halus dan bakteri menempel
pada mukosa hidung. Dalam rongga hidung udara dihangatkan
sehingga terjadi kelembaban tertentu (Cambell, dkk. 2003).
Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan.
Terapi inhalasi adalah cara pengobatan dengan cara memberi obat
untuk dihirup agar dapat langsung masuk menuju paru-paru sebagai
organ sasaran obatnya. Terapi inhalasi merupakan terapi dengan
memanfaatkan uap hasil dari kerja mesin nebulizer. Uap air yang
berasal dari campuran obat dan pelarutnya dipercaya dapat
langsung mencapai saluran pernafasan, sehingga efektif untuk
mengatasi masalah di daerah tersebut. Inhalasi sering digunakan
pada anak-anak dibawah usia 10 tahun. Batuk/pilek karena alergi
dan asma adalah gangguan saluran pernafasan yang paling umum
terjadi.
Pemberian obat pada hidung dengan cara memberikan tetes
hidung. Prosedur ini dilakukan pada inflamasi hidung(rhinitis) atau
nasofaring.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah definisi dari pemberian obat melalui inhalasi ?
2.
Apakah tujuan pemberian obat melalui inhalasi ?
3.
Apakah keuntungan dan kerugian pemberian obat melalui
inhalasi ?
4.
Apa sajakah jenis-jenis inhalasi?

5.
6.

Apa sajakah indikasi dan kontraindikasi

pemberian obat

melalui inhalasi ?
Bagaimanakah pelaksanaan pemberian obat melalui inhalasi ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1. Untuk memahami definisi dari pemberian obat melalui inhalasi.
2. Untuk memahami tujuan pemberian obat melalui inhalasi.
3. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian pemberian obat
melalui inhalasi.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis inhalasi
5. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemberian obat
melalui inhalasi.
6. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberian obat melalui inhalasi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi pemberian obat melalui inhalasi


Inhalasi adalah alat pengobatan dengan cara memberi obat
untuk dihirup agar dapat langsung masuk menuju paru-paru sebagai
organ sasaran obatnya. Alat ini biasanya digunakan dalam proses
perawatan penyakit saluran pernafasan yang akut maupun kronik,
misalnya pada penyakit asma. Inhalasi adalah pengobatan dengan
cara memberikan obat dalam bentuk uap kepada si sakit langsung
melalui alat pernapasannya (hidung ke paru-paru).
Inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas
dari saluran nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama
cepatnya dengan efek yang di hasilkan oleh pemberian obat secara intravena. Cara
pemberian ini di gunakan untuk obat-obat berupa gas (misalnya, beberapa obat
anestetik) atau obat yang dapat di dispersi dalam suatu aerosol. Rute tersebut terutama
efektif dan menyenangkan untuk penderita-penderita dengan keluhan-keluhan
pernafasan (misalnya, asma atau penyakit paru obstruktif kronis) karena obat yang di
berikan langsung ketempat kerjanya efek samping sistemik minimal.
Obat diberikan dengan inhalasi akan terdispersi melalui aerosol semprot, asap
atau bubuk sehingga dapat masuk ke saluran nafas. Jaringan alverokapiler menyerap
obat dengan cepat. Inhaler dosisi terukur (metered-dose inhaler/MDI) dan inhaler
bubuk kering (Dry Power Inhaler/DPI) biasanya memiliki efek local seperti dilate
bronkus. Namun, beberapa obat dapat menyebabkan efek sistemik yang serius.
Yang menerima obat melalui inhalasi biasanya memiliki penyakit pernafasan
kronis seperti asma kronis, emfisema, atau bronchitis masing-masing masalah

pernafasan memerlukan obat inhalasi yang berbeda. Sebagai contoh, klien dengan
asma biasanya menerima obat antiimfamasi karena asma merupakan penyakit
imflamasi sementara klien dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) menerima
brokoladilator karena biasanya mereka memiliki masalah dengan bronkokostriks.
Beberapa inhaler mengandung kombinasi dari obat darurat. Dan perbaikan.
Karena lien bergantung pada obat inhalasi untuk mengontrol penyakitnya, maka
mereka

perlu

mengetahui

mengenai

obat

tersebut

dan

bagaimana

cara

menggunakannya dengan aman (capriotti, 2005).


2.2 Tujuan pemberian obat secara inhalasi

Memenuhi kekurangan zat asam


Membantu kelancaran metabolisme
Sebagai tindakan pengobatan
Mencegah hipoxia(misalnya pada penyelam, penerbang, pendaki
gunung, pekerja tambang)
Karena terapi inhalasi obat dapat langsung pada sasaran dan

absorpsinya terjadi secara cepat dibanding cara sistemik, maka


penggunaan
serangan

terapi

yang

inhalasi

sangat

membutuhkan

bermanfaat

pengobatan

pada

segera

keadaan

dan

untuk

menghindari efek samping sistemik yang ditimbulkannya.


Biasanya
terapi
inhalasi
ditujukan
untuk
mengatasi
bronkospasme, mengencerkan sputum, menurunkan hipereaktiviti
bronkus, serta mengatasi infeksi. Terapi inhalasi ini baik digunakan
pada terapi jangka panjang untuk menghindari efek samping sistemik
yang ditimbulkan obat, terutama penggunaan kortikosteroid.
Pada asma, penggunaan obat secara inhalasi

dapat

mengurangi efek samping yang sering terjadi pada pemberian


parenteral atau per oral, karena dosis yang sangat kecil dibandingkan
jenis lainnya. Terapi ini biasanya digunakan dalam proses perawatan
penyakit saluran pernafasan yang akut maupun kronik, misalnya
pada penyakit asma. Asma termasuk penyakit yang sering terjadi
pada

anak-anak.Ashma

adalah

suatu

gangguan

pada

saluran

bronchial yang mempunyai ciri bronchospasme periodik (kontraksi


spasme pada saluran nafas). Selain asma ada batuk / pilek karena
alergi adalah gangguan saluran pernafasan yang paling umum

terjadi. Banyak cara dicoba untuk mempercepat penyembuhan dan


pengurangan gejala akibat masalah ini termasuk secara inhalasi.
2.3 Keuntungan dan kerugian pemberian obat secara inhalasi
1. Keuntungan
Dibandingkan dengan terapi oral (obat yang diminum), terapi
ini lebih efektif, kerjanya lebih cepat pada organ targetnya, serta
membutuhkan dosis obat yang lebih kecil, sehingga efek
sampingnya ke organ lainpun lebih sedikit. Sebanyak 20-30% obat
akan masuk di saluran napas dan paru-paru, sedangkan 2-5%
mungkin akan mengendap di mulut dan tenggorokan. Bandingkan
dengan obat oral. Ibaratnya obat tersebut akan "jalan-jalan" dulu ke
lambung, ginjal, atau jantung sebelum sampai ke sasarannya, yakni
paru-paru. Pada anak-anak, umumnya diberi tambahan masker agar
obat tidak menyemprot kemana-mana. Dengan cara ini, bayi/balita
cukup bersikap pasif dan ini jelas menguntungkan.
2. Kerugian
Jika penggunaan di bawah pemeriksaan dokter dan obat yang
di pakai tidak cocok dengan keadaan mulut dan sistem pernafasan ,
hal yang mungkin bisa terjadi adalah iritasi pada mulut dan
gangguan pernafasan. Jadi pengguna pengobatan inhalasi akan
terus berkonsultasi pada dokter tentang obat nya. Selain hal itu
obat relatif lebih mahal dan bahkan mahal dari pada obat oral.
2.4 Jenis-Jenis Inhalasi
Pemakaian alat perenggang (spacer) mengurangi deposisi (penumpukan) obat
dalam mulut (orofaring), sehingga mengurangi jumlah obat yang tertelan, dan
mengurangi efek sistemik. Deposisi (penyimpanan) dalam paru pun lebih baik, sehingga
didapatkan efek terapetik (pengobatan) yang baik. Obat hirupan dalam bentuk bubuk
kering (DPI = Dry Powder Inhaler) seperti Spinhaler, Diskhaler, Rotahaler, Turbuhaler,
Easyhaler, Twisthaler memerlukan inspirasi (upaya menarik/menghirup napas) yang
kuat. Umumnya bentuk ini dianjurkan untuk anak usia sekolah.
1. Metered Dose Inhaler (MDI) tanpa Spacer

Spacer (alat penyambung) akan menambah jarak antara


alat dengan mulut, sehingga kecepatan aerosol pada saat dihisap
menjadi berkurang. Hal ini mengurangi pengendapan di orofaring
(saluran napas atas). Spacer ini berupa tabung (dapat bervolume
80 ml) dengan panjang sekitar 10-20 cm, atau bentuk lain berupa
kerucut dengan volume 700-1000 ml. Penggunaan spacer ini
sangat menguntungkan pada anak.
MDI (Metered-dose Inhaler)
Cara Penggunaan :
1. Lepaskan penutup aerosol
2. Pegang tabung obat di antara ibu jari dan jari telunjuk kemudian kocok seperti
gambar
3. Ekspirasi maksimal. Semakin banyak udara yang dihembuskan, semakin dalam
obat dapat dihirup.
4. Letakkan mouthpiece di antara kedua bibir, katupkan kedua bibir kuat-kuat
5. Lakukan inspirasi secara perlahan. Pada awal inspirasi, tekan MDI seperti pada
gambar. Lanjutkan inspirasi anda selambat dan sedalam mungkin.
6. Tahan nafas selama kurang lebih 10 detik agar obat dapat bekerja
7. Keluarkan nafas secara perlahan
8. Kumur setelah pemakaian (mengurangi ES stomatitis)
2. Dry Powder Inhaler (DPI)
Penggunaan obat dry powder (serbuk kering) pada DPI
memerlukan hirupan yang cukup kuat.Pada anak yang kecil, hal ini
sulit dilakukan.Pada anak yang lebih besar, penggunaan obat serbuk
ini dapat lebih mudah, karena kurang memerlukan koordinasi
dibandingkan MDI.Deposisi (penyimpanan) obat pada paru lebih
tinggi dibandingkan MDI dan lebih konstan.Sehingga dianjurkan
diberikan pada anak di atas 5 tahun.
Cara Penggunaan Inhaler:
1.

Sebelum menarik nafas, buanglah nafas seluruhnya, sebanyak


mungkin

2.

Ambillah inhaler, kemudian kocok

3.

Peganglah inhaler, sedemikian hingga mulut inhaler terletak


dibagian bawah

4.

Tempatkanlah inhaler dengan jarak kurang lebih dua jari di


depan mulut (jangan meletakkan mulut kita terlalu dekat dengan
bagian mulut inhaler)

5.

Bukalah mulut dan tariklah nafas perlahan-lahan dan dalam,


bersamaan dengan menekan inhaler (waktu saat menarik nafas
dan menekan inhaler adalah waktu yang penting bagi obat untuk
bekerja secara efektif)

6.

Segera setelah obat masuk, tahan nafas selama 10 detik (jika


tidak membawa jam, sebaiknya hitung dalam hati dari satu
hingga sepuluh)

7.

Setelah itu, jika masih dibutuhkan dapat mengulangi menghirup


lagi seperti cara diatas, sesuai aturan pakai yang diresepkan
oleh dokter

8.

Setelah selesai, bilas atau kumur dengan air putih untuk


mencegah efek samping yang mungkin terjadi.Pengobatan asma
harus dilakukan secara tepat dan benar untuk mengurangi gejala
yang timbul. Pengobatan asma memerlukan kerja sama antara
pasien, keluarga, dan dokternya. Oleh karena itu pasien asma
dan keluarganya harus diberi informasi lengkap tentang obat
yang dikonsumsinya; kegunaan, dosis, aturan pakai, cara pakai
dan efek samping yang mungkin timbul. Pasien hendaknya juga
menghindari faktor yang menjadi penyebab timbulnya asma.
Selain itu, pasien harus diingatkan untuk selalu membawa obat
asma kemanapun dia pergi, menyimpan obat-obatnya dengan
baik, serta mengecek tanggal kadaluarsa obat tersebut. Hal ini
perlu diperhatikan agar semakin hari kualitas hidup pasien
semakin meningkat.

3. Nebulizer
Alat nebulizer dapat mengubah obat yang berbentuk larutan
menjadi aerosol secara terus menerus dengan tenaga yang berasal
dari udara yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik sehingga

dalam prakteknya dikenal 2 jenis alat nebulizer yaitu ultrasonic


nebulizer dan jet nebulizer. Hasil pengobatan dengan nebulizer lebih
banyak bergantung pada jenis nebulizer yang digunakan.
Nebulizer yang dapat menghasilkan partikel aerosol terus
menerus ada juga yang dapat diatur sehingga aerosol hanya timbul
pada saat penderita melakukan inhalasi sehingga obat tidak banyak
terbuang.

Keuntungan

terapi

inhalasi

menggunakan

nebulizer

adalah tidak atau sedikit memerlukan koordinasi pasien, hanya


memerlukan pernafasan tidal, beberapa jenis obat dapat dicampur
(misalnya salbutamol dan natrium kromoglikat).Kekurangannya
adalah karena alat cukup besar, memerlukan sumber tenaga listrik
dan relatif mahal.
Prosedur perawatan dengan nebulizer :
1.

Letakkan kompresor udara pada permukaan yang mendukung

untuk beratnya. Lepaskan selang dari kompresor .


2. sebelum melakukan perawatan ini, cuci tangan terlebih dahulu
3.

dengan subun kemudian keringkan.


hati-hati dalam menghitung pengobatan secara tepat sesuai

4.
5.
6.

dengan perintah dan letakkan dalam tutup nebulizer.


pasang/ gunakan tutup nebulizer dan masker atau sungkup.
hubungkan pipa ke kompresor aerosol dan tutup nebulizer.
nyalakan kompresor untuk memastikan alat tersebut bekerja

dengan baik.
7. duduk dalam posisi tegak baik dalam pangkuan atau kursi.
8.
apabila menggunakan masker, letakkan dalam posisi yang
9.

tepat dan nyaman pada bagian wajah.


apabila menggunakan (mouthpiece) letakkan secara tepat

antara gigi dan lidah.


10. bernafaslah secara normal lewat mulut. Secara periodic ambil
nafas dalam dan tahan selama 2 sampai 3 detik sebelum
melepaskan nafas.
11. lanjutkan perawatan ini sampai obat habis ( antara 9 sampai 10
menit).
12. apabila pasien merasa pusing atau gelisah, hentikan perawatan
dan istirahat selama kurang lebih 5 menit.
2.5 Indikasi Dan Kontraindikasi Pemberian Obat Secara Inhalasi
1. Indikasi

Pasien sesak nafas dan batuk broncho pneumonia


Ppom (bronchitis, emfisema)
Asma bronchial
Rhinitis dan sinusitis
Paska tracheostomi
Pilek dengan hidung sesak dan berlendir
Selaput lendir mengering
Iritasi kerongkongan, radang selaput lendir
Saluran pernafasan bagian atas
2. Kontraindikasi
Pasien yang tidak sadar/confusion tidak kooperatif dengan
prosedur ini, membutuhkan mask / sungkup , tetapi mask
efektifnya

berkurang

secara

spesifik.

Medikasi

nebulizer

kontraindikasi pada keadaan dimana suara nafas tidak ada /


berkurang, kecuali jika medikasi nebulizer diberikan melalui

endotracheal tube yang menggunakan tekanan positif.


Pasien dengan penurunan pertukaran gas juga tidak dapat
menggerakkan/ memasukkan medikasi secara adekuat ke

dalam saluran nafas.


Pemakaian katekolamin pada pasien dengan cardiac irritability
harus dengan perlahan. Ketika di inhalasi katekolamin dapat
meningkatkan

cardiac

rate

dan

menimbulkan

disritmia.

Medikasi nebulizer tidak dapat diberikan terlalu lama melalui


IPPB(intermittent positive pressure breathing), sebab IPPB
mengiritasi dan meningkatkan bronkhospasme.
2.6 Absorbsi Pemberian Obat Secara Inhalasi
Absorbsi obat lewat mucus hidung terkadang baik atau lebih
baik

dari

oral.

Rute

intranasal

nampaknya

ideal

karena

menghasilkan efek langsung ke vascular dan mudah pemberiannya.


Namun demikian cara ini jarang dijumpai sehari-hari.
Tonndorf dan pembantunya mengkaji absorbsi hiosin dan atropin
dari selaput lendir manusia. Mereka mengevaluasi denga cara
mengamati hambatan produksi saliva sebagai cara untuk menguji
absorbsi

obat.

Penemuan

mereka

pemberian obat melalui hidung.

didemonstrasikan

sebagai

Untuk semua kasus, produksi saliva untuk kontrol berbeda nyata


dengan yang mengandung obat, sediaan kapsul yang paling lambat
responnya, diikuti larutan oral. Perlambatan respon nampaknya
tergantung pada waktu yang diperlukan untuk melarutkan kapsul dan
padatan garam alkalod.
Injeksi subkutan memberikan respon yang paling cepat dan tetes
hidung menyusul sesudahnya.
Pemberian hiosin dalam bentuk semprotan (spray) responnya
tidak sebaik tetes hidung. Akan tetapi apabila 0,01 % Na-Laurilsulfat
ditambahkan pada tempat absorbsi obat, maka responnya akan
sebaik respon tetes hidung.
Obat yang sering diberikan untuk pengobatan hidung :
1.
2.
3.
4.
5.

Antibiotik
Sulfasetamide
Vasokontriktor
Germisid
Antiseptik

Yang perlu diperhatikan bahwa rambut getar dalam rongga


hidung sangat peka terhadap beberapa macam obat misalnya obat
yang mengandung Efedrin HCl, konsentrasi paling tinggi yang dapat
ditahan adalah 3% lebih tinggi dari kadar tersebut akan mengerem
kerja dari rambut getar.
Larutan adrenalin yang asam (adrenalin 1 % pH 3) juga akan
mengerem kerja dari rambut getar hidung. Larutan kokain HCl hanya
dapat digunakan sampai konsentrasi paling tinggi 2,5 %.
Larutan protalgol mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
rambut getar hidung karena mengendapklan protein (padahal lendir
yang diekskresikan di daerah rambut getar sebagian bersar terdiri
dari protein).
Parafin cair jika digunakan sebagai bahan pembawa (baik
sebagai pelarut atau mengahsilkan suspensi) akan memberikan suatu
lapisan pada mukosa hidung, hingga secara tidak langsung dapat
mengurangi kerja rambut getar, jadi tetes hidung dengan paraffin
cair sebaiknya dihindari.

Reaksi alkali seperti misalnya garam sulfat, hendaknya juga


dihindari karena biasanya pH larutan sulfat sangat alkali yaitu pHnya
antara 10-11. sebagai pelarut bukan lagi air yang dipakai melainkan
propilenglikol,

larutan

sulfat

dalam

propilen

glikol

tak

perlu

dialkalikan, jadi reaksinya sedikit asam (karena sulfa merupakan


asam lemah).
Obat tetes hidung harus isoosmotik dengan secret hidung atau
isoosmotik dengan cairan tubuh lainnya yaitu sama denagn larutan
NaCl 0,9% . pengisotonisan ini perlu sekail maksudnya agar tidak
mengganggu fungsi rambut getar, epitel. Sedikit hipertoni masih
diperkenankan. Sebagai bahan pengiisotoni digunakan NaCl atau
glukosa.
Tetes hidung harus steril dan untuk untuk menjaga agar oabat
terhindar dari kontaminasi, maka penambahan preservatif juga
dilakukan misalnya dengan nipagin atau nipasol atau kombinasi
keduanya. Nipagin dipakai 0,04-0,01 %; sedangkan campurannya
dapat

dibuat

dengan

kombinasi

Nipagin

(0.026%)

Nipasol

(0.014%).
Secara umum untuk obat (tetes) hidung harus diperhatikan :
1. Sebaiknya digunakan pelarut air
2. Jangan menggunakan obat yang cenderung akan mengerem
fungsi rambut getar epitel
3. pH larutan sebaiknya diatur sekitar 5,5-6,5 dan agar pH tersebut
stabil hendaknya ditambahkan dapar (buffer)
4. Usahakan agar larutan isotoni
5. Agar supaya obat dapat tinggal lama dalam rongga hidung dapat
diusahakan penambahan bahan yang menaikkan viskositasnya
agar mendekati secret lendir hidung
6. Hendaknya dihindari larutan obat (tetes) hidung yang bereaksi
alkali
7. Penting untuk diketahui jangan sampai bayi diberi tetes hidung
yang mengandung menthol, karena dapat menyebabkan karam
(kejang) pada jalan pernafasan
8. Harus tetap stabil selama dalam pemakaian pasien
9. Harus mengandung antibakteri untuk mereduksi pertumbuhan
bakteri selama dan pada saat obat diteteskan.

Dapar fosfat untuk obat tetes hidung (pH 6,5) dapat digunakan
dan dibuat seperti tersebut dibawah ini :
1.
2.
3.
4.
5.

NaH2PO4. H2O 0,65


NaH2PO4. 7 H2O 0,54
NaCl 0,45
Benzalkonium klorida 0.01-0,10%
Air suling secukupnya 100 ml

Beberapa obat simpatomimetik (atropin, hiosin, skopolamin)


karena mudah teroksidasi jadi perlu penambahan antioksidan dan
juga kontrol pH.
Obat hidung biasanya diberikan dengan empat cara :
1.

Yang biasanya adalah dengan meneteskan pada bagian tiap

lubang hidung dengan menggunakan pipet tetes.


2.
Dengan cara disemprotkan, alatnya ada yang jenis untuk
mendapatkan hasil semprotan beruba kabut (atomizer) ada juga
yang agak halus (neulizer) artinya lebih halus dari atomizer.
3. Dengan cara mencucikan dengan alat nasal douche
4. Dapat juga dengan cara inhaler, diisap-isap.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pemberian obat melalui hidung adalah Pemberian obat melalui


hidung adalah cara memberikan obat pada hidung dengan tetes
hidung yang dapat dilakukan pada seseorang dengan keradangan
hidung (rhinitis) atau nasofaring.
Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat
dalam

bentuk

uap

kepada

si

sakit

langsung

melalui

alat

pernafasannya(hidung ke paru-paru). Obat diberikan dengan inhalasi


akan terdispersi melalui aerosol sempro, asap atau bubuk sehingga
dapat masuk ke saluran nafas. Terapi ini biasanya digunakan dalam
proses perawatan penyakit saluran pernafasan yang akut maupun
kronik, misalnya pada penyakit asma. Jenis-jenis inhalasi ada 3 :
Metered

Dose

Inhaler

(MDI)

Tanpa

Spacer,

Dry

Powder

Inhaler(DPI),Nebulizer. Terapi ini lebih efektif , kerjanya lebih cepat


pada organ targetnya tetapi hal yang mungkin bisa terjadi adalah
iritasi pada mulut dan gangguan pernafasan pada penggunaan
inhalasi.
Empat cara memberikan obat hidung :
1.

Yang biasanya adalah dengan meneteskan pada bagian tiap


lubang hidung dengan menggunakan pipet tetes.

2.

Dengan cara disemprotkan, alatnya ada yang jenis untuk


mendapatkan hasil semprotan beruba kabut (atomizer) ada juga
yang agak halus (neulizer) artinya lebih halus dari atomizer.

3.

Dengan cara mencucikan dengan alat nasal douche

4.

Dapat juga dengan cara inheler, diisap-isap.

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Cambell, dkk. 2003. Biologi. Jakarta : Erlangga.


Ikawati, Zulies, 2006, Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan, Fakultas Farmasi UGM,
Yogyakarta.
Soedjono, dkk. 1996. Biologi SMU 2. Bandung. PT Multi Adiwitata.

Anda mungkin juga menyukai