Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

NEBULISASI/INHALASI

Dosen Pengampu : Alik Septian M, S.Kep.,Ns.Kep.


Mata Kuliah : Keperawatan Dewasa

Disusun Oleh:

1. Salsa Yulia Dwi Retno (211601037)


2. Tara Deranica Tefa C.A.U (211601038)
3. Yuke Kartika Putri (211601039)
4. Zogis Rochmad Romadhon (211601040)
5. Anas Tasya Heralin Halim (211601041)
6. Angelina Putri Haniza (211601042)
7. Adellia Amanda Novianti (211601043)
8. Bunga Ristiana Putri (211601044)
9. Desy Baby Rezzywati (211601045)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PEMKAB JOMBANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan Karunia-Nya,
Sehingga kami dapat menyelesaikan makala yang berjudul “ Nebulisasi atau Inhalasi “ dengan
tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak Alik Septian M, S.Kep.,Ns.Kep..Selaku dosen dari mata kuliah Keperawatan Dewasa
,Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang nebulisasi atau inhalasi.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penyusun
sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang bersifat membangun dari berbagai
pihak. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca.

Jombang, 2 Desember 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 1


DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Makalah ......................................................................................................................... 3
BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................................................. 5
2.1 Definisi terapi inhalasi ............................................................................................................. 5
2.2 Macam - macam terapi Inhalasi dan apa perbedaan MDI, DPI, Nebulizer .......................... 6
2.3 Model atau macam nebulizer .................................................................................................. 8
2.4 SOP terapi nebulizer ................................................................................................................. 10
2.5 Keuntungan dan keterbatasan pengobatan dengan rute inhalasi ................................................ 12
BAB 3 PENUTUP .......................................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 14
3.2 Saran .......................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 15

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit pernafasan kronis seperti asma dan PPOK (penyakit paru obstruksi kronis)
merupakan salah satu dari empat jenis PTM (penyakit tidak menular) terbesar di dunia. Menurut
Riskesdas (2013),1 asma dan PPOK menduduki tingkat teratas dari 12 PTM terbesar di Indonesia,
yaitu dengan prevalensi masing-masing 4,5 persen dan 3,7 persen. Penyakit pernafasan seperti
asma dan PPOK membutuhkan pengobatan jangka panjang dan rutin. Sebagian besar
pengobatannya dengan rute pemberian obat secara inhalasi. Rute ini memiliki keuntungan karena
(1) Memberikan efek secara langsung ke target organ di paru, dan (2) Menyebabkan efek samping
yang cenderung lebih kecil dibandingkan rute lainnya, karena kerja obat secara topikal sehingga
tidak membutuhkan dosis lebih besar seperti pada pemberian secara sistemik.Inhaler merupakan
alat yang digunakan untuk pemberian obat secara inhalasi. Nebulisasi yaitu proses pembentukan
aerosol dengan cara melewatkan suatu gas diatas cairan. Aerosol merupakan suspensi berbentuk
padat atau cair dalam bentuk gas tujuan untuk menghantarkan obat ke target 11 organ dengan efek
samping minimal dengan keamanan dan efektifitas yang tinggi. Spektrum partikel obat-obatan
yang biasanya digunakan dalam pengobatan terletak dalam diameter yang berkisar antara 0.5-10
mikro (berbentuk asap). Partikel uap air atau obatobatan dibentuk oleh suatu alat yang disebut
nebulizer atau aerosol generator (Yulsefni dan Soemarno, 2005). Aerosol yang terbentuk akan
dihirup pasien melalui mouth piece atau sungkup dan masuk ke paru-paru untuk mengencerkan
sekret (Wahyuni, 2017), untuk melihat efektifitasnya terapi bronkopneumoia dilakukan dengan
membandingkan Respiration Rate (RR) sebelum dan sesudah terapi (Meriyani et al., 2016).
Sistem pengiriman inhaler merupakan bentuk penting dari perangkat pemberian obat dalam
pengobatan gangguan pernafasan (seperti: asma, bronkitis kronis, emfisema, dll), karena memiliki
keuntungan pemberian obat langsung ke sistem pernapasan dan efek samping yang lebih sedikit.2
Inhaler dirancang untuk meningkatkan kemudahan penggunaan, namun banyak pasien
menunjukkan cara penggunaan yang salah pada semua desain inhaler yang digunakan saat ini,3
sehingga menjadi penyebab utama perawatan tidak optimal. Teknik inhaler yang tidak tepat
mengurangi pemberian obat pada saluran udara sehingga menurunkan efektivitas dari obat inhaler.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah:

1. Apa definisi terapi inhalasi?


2. Apa saja macam - macam terapi Inhalasi dan Apa perbedaan MDI, DPI, Nebulizer?
3. Apa saja model atau macam nebulizer?
4. Bagaimana SOP terapi nebulizer?
5. Apa keuntungan dan keterbatasan pengobatan dengan rute inhalasi?

1.3 Tujuan
Adapun Tujuan dari makalah ini adalah:

3
1. Dapat mengetahui pengertian terapi inhalasi.
2. Dapat mengetahui macam-macam terapi inhalasi dan perbedaan MDPI,DPI, dan Nebulizer.
3. Dapat mengetahui model atau macam nebulizer.
4. Dapat mengetahui SOP terapi nebulizer.
5. Dapat mengetahui Keuntungan dan Keterbatasan Pengobatan dengan Rute Inhalasi.

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Terapi Inhalasi

Terapi inhalasi yaitu pengiriman obat langsung menuju paru-paru. Pemberian obat melalui
rute inhalasi merupakan bagian penting dalam pengobatan penyakit asma. Efektivitas obat inhalasi
tidak hanya tergantung pada formulasi tetapi lebih ke desain dan kemampuan pasien dalam
menggunakan perangkat dengan benar. Inhaler secara umum terdiri dari 3 jenis yaitu metered-dose
inhaler (MDI), dry-powder inhaler (DPI), dan nebulizer. Metered-dose inhaler (MDI) dapat
digunakan dengan spacer maupun tanpa spacer. Dry-powder inhaler (DPI) seperti Turbuhaler,
Diskus, Twisthaler, dll. Sedangkan nebulizer terdiri dari 2 macam yaitu ultrasonic nebulizer dan jet
nebulizer.
Terapi inhalasi merupakan suatu terapi melalui sistem pernafasan yang ditujukan untuk
membantu mengembalikan atau memperbaiki fungsi pernafasan pada berbagai kondisi, penyakit,
ataupun cidera.1 Terapi ini telah lama dikembangkan dan kini sudah diterima secara luas sebagai
salah satu terapi yang berkaitan dengan penyakit-penyakit saluran nafas kronik seperti asma dan
penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), selain pemberian dengan cara peroral, injeksi intramuskular,
dan intravena.
Pada umumnya, terapi inhalasi dilakukan dengan menggunakan suatu alat khusus yang
dapat membentuk partikel-partikel aerosol yang selanjutnya dengan teknik tertentu dialirkan menuju
saluran nafas hingga mencapai reseptor kerja obat. Aerosol adalah suspensi partikel-partikel zat
padat atau cairan di dalam gas yang dapat memasuki saluran nafas melalui proses inspirasi.3
Keuntungan utama dari terapi inhalasi ini adalah obat yang diberikan akan secara langsung menuju
lumen internal dari saluran nafas dan kemudian menuju target kerja obat di dalam paru-paru. Selain
itu, onset kerja obat akan lebih cepat dan dosis yang diberikan lebih kecil, sehingga dosis sistemik
dari sebagian besar obat yang diberikan secara inhalasi lebih rendah daripada obat oral maupun
intravena dan efek samping sistemiknya juga akan lebih rendah. Terapi inhalasi harus dapat
menyediakan dosis yang konsisten, yaitu dengan distribusi ukuran partkel aerodinamik yang sesuai,
untuk memastikan bahwa obat dapat secara efisien mencapai ke sisi target pada paru-paru.
Prinsip dasar terapi inhalasi Prinsip farmakologis terapi inhalasi yang tepat untuk penyakit
sistem respiratori adalah obat dapat mencapai organ target dengan menghasilkan partikel aerosol
berukuran optimal agar terdeposisi di paru-paru dengan kerja yang cepat, dosis kecil, efek samping
yang minimal karena konsentrasi obat di dalam darah sedikit atau rendah, mudah digunakan, dan
efek terapeutik segera tercapai yang ditunjukkan dengan adanya perbaikan klinis (Rahajoe, 2008).
Agar mendapatkan manfaat obat yang optimal, obat yang diberikan secara inhalasi harus dapat
mencapai tempat kerjanya di dalam saluran napas. Obat inhalasi diberikan dalam bentuk aerosol,
yakni suspensi dalam bentuk gas (Yunus, 1995).
Menurut Suwondo (1991), keuntungan yang lebih nyata dari terapi inhalasi adalah efek
topikalnya yakni konsentrasi yang tinggi di paru-paru, dengan dosis obat yang kecil 10% dari dosis
oral dan efek sistemik yang minimal. Terapi inhalasi dibandingkan terapi oral mempunyai dua
kelemahan yaitu : 1) Jumlah obat yang mencapai paru-paru sulit dipastikan 2) Inhalasi obat ke dalam
saluran napas dapat menjadi masalah koordinasi Efektifitas terapi inhalasi tergantung pada jumlah
obat yang mencapai paru-paru untuk mencapai hasil yang optimal pasien harus dilatih untuk : 1)
Ekshalasi sehabis-habisnya. 2) Bibir menutup/melingkari mouthpiece, tidak perlu terlalu rapat. 11
3) Semprotkan aerosol kurang lebih pada pertengahan inspirasi. 4) Teruskan inhalasi lambat-lambat

5
dan sedalam mungkin. 5) Tahan napas dalam inspirasi penuh selama beberapa detik (bila mungkin
10 detik).

2.2 Macam-Macam Terapi Inhalasi


Pemberian obat melalui rute inhalasi merupakan bagian penting dalam pengobatan penyakit
asma. Efektivitas obat inhalasi tidak hanya tergantung pada formulasi tetapi lebih ke desain dan
kemampuan pasien dalam menggunakan perangkat dengan benar. Inhaler secara umum terdiri dari
3 jenis yaitu Metered Dose Inhaler (MDI), Dry Powder Inhaler (DPI), dan Nebulizer.
1. Metered Dose Inhaler (MDI)
Pada saat ini, jenis obat dengan sediaan inhaler yang paling sering diresepkan yaitu
Metered-Dose Inhaler (MDI). MDI merupakan inhaler tertua di pasar dan telah tersediasejak awal
1950-an. Obat ini terkandung dalam aerosol bertekanan dan dicampur dengan propelan yang
membantu untuk mendorong obat keluar dari inhaler dan ke mulut dan paruparu. MDI merupakan
alat inhalasi yang paling banyak digunakan di luar klinik saat ini, keuntungannya adalah ukuran
kecil, dapat dibawa kemana-mana, harga terjangkau dan penggunaan yang nyaman. Namun,
penggunaan MDI membutuhkan koordinasi antara tangan dan kemampuan inspirasi yang
memadai, sehingga terapi inhalasi dengan MDI harus diberikan pada anak yang sudah mampu
berkoordinasi dengan baik. Kesalahan yang sering terjadi pada penggunaan
MDI adalah koordinasi tangan dan napas yang kurang, menahan napas terlalu singkat,
menarik napas terlalu cepat, kurang mengocok inhaler, berhenti mendadak saat inhalasi, jumlah
semprotan dalam satu kali tarikan napas, dan menyemprot melalui mulut tapi menghirup napas
melalui hidung MDI terdiri dari tabung bertekanan dan ruang dilengkapi dengan corong
(mouthpiece) dan tutup pelindung. Tabung itu berisi obat, surfaktan dan/atau pelarut, dan propelan
cair. Inhaler itu sendiri dirancang untuk memberikan dosis yang tepat dari obat pada saat
penyemprotan. MDI berisi larutan, suspensi atau emulsi yang disediakan dalam wadah khusus yang
dilengkapi dengan katup dan dibuat di bawah tekanan dengan propelan yang cocok atau campuran
propelan cair yang cocok, yang digunakan sebagai pelarut.

2. Dry Powder Inhaler (DPI)


Dry-powder inhalers (DPI) adalah alat baru dan memiliki bermacam–macam bentuk sediaan.
DPI merupakan alat inspiratory flow-driven portabel yang menghantarkan formulasi dry powder
(serbuk kering) melalui obat inhalasi ke dalam paru-paru. Obat berupa serbuk kering tersebut bisa
murni atau dicampur dengan eksipien berukuran partikel besar (biasanya laktosa) sebagai serbuk
pembawa. Saat pasien menghirup melalui perangkat, obat dilepaskan, pecah, dan didorong masuk
kedalam bronkus. Volume inspirasi dan aliran udara yang dihasilkan oleh pasien merupakan faktor
utama yang menentukan pemberian obat ke paru-paru. Aliran inspirasi minimum yang dibutuhkan

6
sangat bervariasi tergantung pada perangkat. DPI secara umum lebih mudah digunakan
dibandingkan MDI karena menggunakan dorongan napas tidak menggunakan gas propellant
seperti MDI, lebih mudah dibawa dan cepat untuk digunakan

3. Nebulizer
Nebulizer adalah alat untuk mengubah obat dalam bentuk cairan menjadi uap yang dihirup.
Pengobatan yang memanfaatkan alat ini biasanya diberikan kepada penderita gangguan
pernapasan, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), saat mengalami sesak
napas. Nebulizer adalah alat berupa mesin kecil yang berguna untuk menciptakan kabut dari
obat cair. Hal ini memungkinkan penyerapan obat ke dalam paru-paru lebih cepat dan lebih
mudah untuk dilakukan. Alat ini tersedia dalam dua versi, yaitu listrik dan portabel. Pada jenis
pertama, ukurannya lebih besar dan harus mencolokkannya ke stopkontak. Sebab, kebutuhan
listriknya cukup besar, sehingga tidak bisa hanya menggunakan baterai. Adapun, untuk jenis
portabel, bisa menggunakan baterai atau hanya mencolokkannya ke stopkontak mobil.
Beberapa jenis yang portabel berukuran kecil sehingga dapat dimasukkan ke dalam tas untuk
dibawa kemana-mana.
Prinsip kerja nebulizer yaitu mengubah obat dalam bentuk larutan ataupun suspensi
menjadi aerosol. Terdapat 3 jenis nebuliser yaitu nebuliser jet, nebuliser ultrasonik dan
nebuliser mesh. Kekurangan dari penggunaan nebulizer ini adalah teknik pemakaian yang tidak
mudah, biaya yang lebih besar, dan dosis obat yang terhirup pasien kadang tidak tepat.
Beberapa kesalahan dalam penggunaan nebuliser di rumah, yang sering dijumpai, adalah
perakitan perangkat yang tidak benar, pemilihan interface yang tidak tepat, fill-
volume atau flow yang tidak tepat, tumpahan obat yang disebabkan nebuliser miring, gagal
meletakkan mouthpiece di mulut selama proses nebulisasi, serta kebocoran di sekitar muka.
nebulisasi, serta kebocoran di sekitar muka.

7
➢ Perbedaan antara Metered Dose Inhaler (MDI), Dry Powder Inhaler (DPI), dan Nebulizer
yaitu sebagai berikut :
Metered Dose Inhaler Dry Powder Inhaler Nebulizer
(MDI) (DPI)
a. Dapat menggunakan a. DPI tidak mengandung a. Alat berupa mesin
spacer propelan sehingga yang mengubah obat
b. Energi yang dibutuhkan tertinggalnya obat di asma bentuk cair
berdasarkan dari orofaringeal lebih kecil. menjadi uap
propilen b. Energi yang dibutuhkan b. Penghirupan obat
c. Memerlukan kordinasi berasal dari kekuatan menggunakan
yang pas antara pasien dalam menarik masker
mengirup dan menekan nafas c. Mengeluarkan suara
obat c. Tidak memerlukan yang berisik
d. Terjadi penurunan dosis bantuan spacer untuk d. Memerlukan sumber
pada keadaan dingin mempermudah daya listrik
e. Memerlukan persiapan penggunaan. e. Harga relatif lebih
khusus seperti d. Membutuhkan aliran mahal
pengocokan dan inspirasi yang lebih
penyemprotan aerosol tinggi
sebelum digunakan e. Tidak dapat digunakan
untuk pasien usia

2.3 Macam-Macam Nebulizer

Sebelum membeli nebulizer, pastikan Anda konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter
spesialis terkait. Namun ada 3 jenis nebulizer yang dapat Anda jadikan sebagai bahan
pertimbangan, yaitu:

1. Nebulizer jet kompresor

Nebulizer dengan jet kompresor dapat mengalirkan tekanan gas dengan kecepatan
tinggi untuk mengubah obat cair menjadi bentuk uap. Jenis alat inhalasi ini memiliki
kemampuan untuk menghantarkan obat cair yang tidak dapat inhaler biasa lakukan, seperti
kandungan pada obat antibiotik dan mukolitik (pengencer dahak). Nebulizer ini sering
digunakan di Rumah Sakit atau penggunaan pribadi pada pasien yang sulit menggunakan

8
inhiler, alat ini terhubung dengan kabel di setiap penggunaannya sehingga kurang praktis untuk
dibawa bepergian.

Kelebihannya yaitu harga yang ekonomis, memiliki fitur yang canggih, penggunaan mudah
dan tidak cepat panas pada penggunaan cukup lama. Selain itu tipe ini cukup tahan lama dan
mudah dibersihkan.

Kekurangannya yaitu menghasilkan suara yang lebih berisik ketimbang jenis lainnya, fisik
nebulizer umumnya berat, ukurannya cenderung lebih besar dibandingkan dengan tipe
ultrasonik. Untuk dibawa bepergian diperlukan tas khusus.

Penggunaan alat ini biasanya dianjurkan oleh dokter untuk mengobati beberapa gangguan
pernapasan, seperti asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan pneumonia.

2. Ultrasonic Nebulizer

Nebulizer ultrasonik bekerja dengan osilator elektronik dalam alat yang menghasilkan
gelombang ultrasonik, yang menimbulkan vibrasi mekanis dari elemen piezoelektrik. Vibrasi
ini bersambungan dengan wadah cairan obat dalam nebulizer, di mana vibrasi tinggi dari
osilator ini cukup untuk memecah partikel obat dalam cairan obat menjadi partikel uap halus
aerosol. Nebulizer ultrasonik umumnya lebih ringan dibandingkan nebulizer kompressor.
Nebulizer jenis ini juga umumnya tidak begitu bising. Edisi generasi terbaru ini dapat
menghasilkan uap 10 kali lebih cepat daripada tipe kompresor. Hanya saja mesin nebulizer
ultrasonik memiliki harga yang lebih mahal.

Kelebihannya adalah mudah dibawa (portebel) dan tidak bising. Bentuknya sangat sederhana
bahkan bisa disimpan dalam kantung tas dan tidak memakan banyak tempat.

Kekurangannya adalah harganya yang relatif lebih mahal, beberapa jenis alat ini tempat
cairan obatnya cukup sulit digunakan, dan cenderung cepat panas pada penggunaan lama.
Harga alat ini berkisar 3-5 kali lebih mahal daripada tipe kompresor.

9
3. Mesh Nebulizer

Mesh nebulizer dioprasikan secara elektronik, tidak memerlukan gas untuk menghasilkan
aerosol, dengan efisiensi yang lebih besar dengan volume obat residu yang rendah pada akhir
nebulisasi. Cara kerja nebulizer mesh digerakkan oleh elemen piezo dan menggunakan frekuensi
ultrasonik untuk menggetarkan mesh. Getaran mesh menyebabkan proses pembentukan aerosol
ketika cairan melewatinya. Mesh nebulizer merupakan salah satu rekomendsi alat hirup paling
bagus, efisien, tidak berisik, dan mampu menghasilkan tetesan uap cairan yang sangat halus
dibandingkan jenis nebulizer lainnya. Dengan pemanfaatan penggunaan batrai dan ukurannya yang
praktis menjadikannya sebagai salah satu pilihan untuk dibawa kemanapun. Untuk kekurangannya,
harga nebulizer ini tergolong mahal dan kurang dapat mengolah obat dengan konsistensi yang
kental.

Nebulizer kerap digunakan oleh penderita gangguan pernapasan. Namun, memilih


nebulizer sebaiknya tidak sembarangan karena terdiri dari berbagai jenis. Hal ini bertujuan agar
hasil pengobatan dapat maksimal dan terhindar dari efek samping yang dapat
muncul.Nebulizer adalah alat yang digunakan untuk mengubah obat cair menjadi uap agar bisa
dihirup masuk ke dalam paru-paru. Penggunaan alat ini biasanya dianjurkan oleh dokter untuk
mengobati beberapa gangguan pernapasan, seperti asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK),
dan pneumonia.

2.4 SOP Terapi Nebulizer


No Langkah/Kegiatan
Medical Consent
1 Sapalah pasien atau keluarganya dengan ramah dan perkenalkan diri anda, serta
tanyakan keadaannya.
2 Berikan informasi umum kepada pasien atau keluarganya tentang indikasi/tujuan dan
cara pemakaian alat.
4. Mempersiapkan alat sesuai yang dibutuhkan :
- Main unit
- Air hose (selang)
- Nebulizer kit (masker, mouthpiece, cup)
- Obat-obatan

10
Main unit Nebulizer cup Air hose (selang)

Masker Mouthpiece Obat bronkodilator

5 Memperhatikan jenis alat nebulizer yang akan digunakan (sumber tegangan, tombol
OFF/ON), memastikan masker ataupun mouthpiece terhubung dengan baik,
persiapan
obat)
Persiapan Pasien
6 Meminta pasien untuk kumur terlebih dahulu.
7 Mempersilakan pasien untuk duduk, setengah duduk atau berbaring (menggunakan
bantal), posisi senyaman mungkin.
8 Meminta pasien untuk santai dan menjelaskan cara penggunaan masker (yaitu
menempatkan masker secara tepat sesuai bentuk dan mengenakan tali pengikat). Bila
menggunakan mouthpiece maka mouthpiece tersebut dimasukkan ke dalam mulut
dan mulut tetap tertutup
9 Menjelaskan kepada pasien agar pasien menghirup uap yang keluar secara
perlahan-lahan dan dalam hingga obat habis
10 Melatih pasien dalam penggunaan masker atau mouthpiece.
11 Memastikan pasien mengerti dan berikan kesempatan untuk bertanya.
Pelaksanaan Terapi Inhalasi
12 Menghubungkan nebulizer dengan sumber tegangan
13 Menghubungkan air hose, nebulizer dan masker/mouthpiece pada main kit

11
14 Buka tutup cup, masukkan cairan obat ke dalam alat penguap sesuai dosis yang
telah ditentukan.

15 Gunakan mouthpiece atau masker sesuai kondisi pasien


16 Mengaktifkan nebulizer dengan menekan tombol ON pada main kit. Perhatikan jenis
alat, pada nebulizer tertentu, pengeluaran uap harus menekan tombol pengeluaran
obat pada nebulizer kit.
17 Mengingatkan penderita, jika memakai masker atau mouthpiece, uap yang keluar
dihirup perlahan-lahan dan dalam secara berulang hingga obat habis (kurang lebih
10-15 menit)

Menggunakan mouthpiece Menggunakan masker


18 Tekan tombol OFF pada main kit, melepas masker/mouthpiece, nebulizer kit, dan air
Hose
19 Menjelaskan kepada penderita bahwa pemakaian nebulizer telah selesai
dan mengevaluasi penderita apakah pengobatan yang dilakukan
memberikan
perbaikan/mengurangi keluhan
20 Membersihkan mouthpiece dan nebulizer kit serta obat-obatan yang telah dipakai

2.5 Keuntungan dan Keterbatasan Pengobatan dengan Rute Inhalasi

Keuntungan utama pada terapi inhalasi bahwa obat dihantarkan langsung ke dalam saluran
pernapasan langsung masuk ke paru-paru, kemudian menghasilkan konsentrasi lokal yang lebih
tinggi dengan risiko yang jauh lebih rendah terhadap efek samping sistemik yang ditimbulkan
(GINA, 2008).Pengobatan gangguan pernafasan dapat diberikan melalui berbagai cara yaitu:
inhalasi, oral dan parenteral (subkutan, intramuskular, intravena). Kelebihan pemberian medikasi
langsung ke jalan napas (inhalasi) adalah:
1. Efek langsung ke target pengobatan di saluran pernafasan.
2. Lebih efektif untuk dapat mencapai konsentrasi tinggi di jalan napas.
3. Efek sistemik minimal atau dihindarkan (tidak ada nyeri akibat injeksi).
4. Beberapa obat hanya dapat diberikan melalui inhalasi, karena tidak terabsorpsi pada
pemberian oral (antikolinergik dan kromolin).
5. Waktu kerja bronkodilator lebih cepat bila diberikan inhalasi daripada oral.
6. Relatif kecil, ringan, dan mudah dibawa dalam tas, saku, atau koper.
7. Relatif mudah digunakan dengan petunjuk yang benar.

12
Namun terapi dengan inhaler juga memiliki beberapa keterbatasan seperti:
1. Sulit bagi beberapa orang untuk berkoordinasi, terutama anak kecil, cacat mental, dan orang
usia tua (lansia).
2. Ukuran relatif kecil, mudah dibawa, dan relatif mudah hilang. Oleh karena itu terkadang
3. sulit untuk ditemukan pada saat dibutuhkan secara mendadak (misal: saat terjadi perburukan
serangan asma).
4. Membutuhkan aliran inspirasi tertentu untuk menggerakkan obat-obatan
5. , membuat kurang ideal pada saat perburukan gejala (seperti pada asma atau PPOK)

13
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari makalah ini inhalasi merupakan sebuah alat yang digunakan untuk memberikan obat
kedalam tubuh melalui paru-paru. Dan ada 3 type penghantaran obat yang ada hingga saat ini,
yakni: Metered Dose Inhaler(MDI),Metered Dose Inhaler (MDI) Dengan spacer,Dan Dry Powder
Inhaler(DPI).Nebulizer merupakan alat yang digunakan untuk merubah obat dari bentuk cair ke
bentuk partikel aerosol. Bentuk aerosol ini sangat bermanfaat apabila dihirup atau dikumpulkan
dalam organ paru. Efek dari pengobatan ini adalah untuk mengembalikan kondisi spasme bronkus
Dan Nebulisasi yaitu proses pembentukan aerosol dengan cara melewatkan suatu gas diatas cairan.
Aerosol merupakan suspensi berbentuk padat atau cair dalam bentuk gas tujuan untuk
menghantarkan obat ke target 11 organ dengan efek samping minimal dengan keamanan dan
efektifitas yang tinggi.

3.2 Saran

Untuk mahasiswa keperawatan, setelah membaca makalah ini hendaklah dapat benar-benar
memahami terapi inhalasi. Diharapka juga untuk mahasiswa juga pembaca dapat memahami isi
dari makalah yang kami buat ini terkhususnya dapat memahami dan meningkatkan kemampuan
juga keterampilan. Untuk masyarakat dapat mengetahui dengan baik bagaimana penggunaan terapi
inhalasi dengan baik dan benar, mengakplikasikan terapi inhalasi karena lebih mudah untuk
dilakukan dengan biaya yang terjangkau. perawat dan pihak rumah sakit sebagai tim kesehatan
yang sering berhubungan dengan pasien sangat perlu untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan terhadap acuan terkini agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien
tuberkolosid paru atau gangguan pertukaran gas

14
DAFTAR PUSTAKA

Bottrell J. Benefit and Limitations of Inhalers and Nebulizers. Health Central; 2014.
https://www.healthcentral.com/article/benefits-and-limitations-of-inhalersandnebulizers.
Ikawati Z. Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan. Penerbit Pustaka Adipura,
Yogyakarta, Indonesia; 2009.
Lorensia,Amelia , Sryadinata, Rivan Virlando. 2018. Panduan Lengkap Penggunaan Macam-
macam Alat Inhaler. Surabaya:M-Brothers Indonesia.
Lorensia A, Queljoe DD, Valensia Y. Karakteristik Informasi Terkait Cara Penggunaan
Metered-Dose Inhaler dengan Spacer yang Mengandung Kombinasi Beta-2 Agonis dan
Kortikosteroid oleh Apoteker di Apotek Wilayah Surabaya Timur. Jurnal Ilmiah
Manuntung. 2018;4(1):15-27.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI; 2013

15

Anda mungkin juga menyukai