Anda di halaman 1dari 11

Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banda aceh , 1 maret  2022

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................................3

PENDAHULUAN...........................................................................................................................3

A.Latar Belakang......................................................................................................................3

B.TUJUAN...............................................................................................................................4

C.Manfaat.................................................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................6

KONSEP TEORI.............................................................................................................................6

A.KONSEP...............................................................................................................................6

1. Definisi.......................................................................................................................................6

B.JURNAL...............................................................................................................................9

PENDAHULUAN..........................................................................................................................9

METODOLOGI PENELITIAN...................................................................................................10

PEMBAHASAN..........................................................................................................................10

KESIMPULAN............................................................................................................................10

Saran.............................................................................................................................................11

BAB III..........................................................................................................................................11

MODEL DAN APLIKASI TERAPI KOMPLEMENTER...........................................................11


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batuk bukanlah suatu penyakit melainkan salah satu tanda gejala klinik yang
paling sering dijumpai pada penyakit paru dan saluran napas. Batuk merupakan salah
satu cara tubuh untuk membersihkan saluran pernafasan dari lendir atau bahan dan
benda asing yang masuk. Batuk berfungsi sebagai imun atau perlindungan tubuh
terhadap benda asing namun dapat juga sebagai gejala dari suatu penyakit (Price &
Wilson, 2006).

Salah satu penyakit yang paling sering memberikan gejala batuk adalah ISPA. Di
tahun 2013 Indonesia telah mencapai 25% dengan rentang kejadian yaitu sekitar 17,5
% - 41,4 % dengan 16 provinsi diantaranya mempunyai prevalensi di atas angka
nasional. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di
rumah sakit (RISKESDAS, 2013).

Di Provinsi Gorontalo, prevalensi penyakit ISPA khususnya salah satu gejala batuk
kering atau batuk berdahak mengalami peningkatan pada tahun 2013. Kasus ISPA di
Kabupaten Gorontalo sekitar 31,05%, di Kota Gorontalo 25,3%, Kabupaten Boalemo
15,7%, Kabupaten Gorontalo Utara 20,9%, Kabupaten Pohuwato 18,15%, dan di
Kabupaten Bone Bolango sekitar 49,5% (DIKES, 2013).

Strategi terapi pada batuk dilakukan dengan 2 cara, yaitu terapi non farmakologi dan
terapi farmakologi. Tujuan dari pengobatan batuk adalah untuk mengurangi
frekuensi, keparahan dan komplikasi lebih lanjut dari batuk, terapi farmakologi
diberikan dalam bentuk pemberian obat antibiotik sedangkan untuk terapi non
farmakoogi yakni dengan memberikan terapi komplementer (Abufatih, 2014)

Terapi komplementer adalah terapi pengobatan tradisional yang telah diakui dan
dapat dipakai sebagai pendamping terapi konvensional atau terapi medis.
Pelaksanaannya dapat diterapkan bersamaan dengan terapi medis. Dalam Permenkes
nomor 1109 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-
alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan dan Terapi komplementer salah satunya
adalah terapi herbal (Purwanto, 2012).

Herbal yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi batuk diantaranya bersifat
menghangatkan dan mempunyai efek/khasiat meredakan batuk (antitussive), peluruh
dahak (expectorant), penurun panas (antipiretik), anti-infeksi, antiradang (anti-
inflamasi), dan merangsang imunitas/daya tahan tubuh (imunostimulator)
(Wijayaksuma, 2011).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulvina (2011), terdapat beberapa
tumbuhan herbal yang dimanfaatkan atau digunakan dalam pengelolaan batuk adalah
jahe, daun sirih, kencur, kulit jeruk mandarin, sambiloto, pegagan, daun saga, jeruk
nipis. Cara meramu tumbuhan herbal dalam pengelolaan batuk adalah jahe, kulit
jeruk mandarin, kencur, pegagan, daun saga, sambiloto, daun sirih diolah dengan cara
direbus setelah itu disaring dan tambahkan madu dan air perasan jeruk nipis
(Ramdhani, 2014).

B. TUJUAN
a. Tujuan umum
Mengetahui tanaman apa saja yang digunakan untuk menurunkan gejala batuk di
indonesia
b. Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik
2. Mendeskripsikan jenis tanaman yang digunakan untuk menrurunkan gejala
batuk
3. Mengetahui cara pengolahan tanaman yang digunakan untuk menurunkan
gejala batuk
4. Mengetahui cara pemakaian tanaman obat yang digunakan untuk menurunkan
gejala batuk
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Tersedianya data base tentang penggunaan tanaman-tanaman obat sebagai terapi
untuk menurunkan gejala batuk. Tidak hanya itu, diharapkan dengan adanya
penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk pelaksanaan penelitian
berikutnya.
2. Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi
petugas kesehatan, institusi kesehatan dan masyarakat agar dapat memanfaatkan
tanaman obat sebagai pengobatan alternatif untuk menurukan gejala batuk.
BAB II

KONSEP TEORI

A.KONSEP

1. Definisi
Batuk merupakan suatu rangkaian refleks yang terdiri dari reseptor batuk, saraf aferen,
pusat batuk, saraf eferen,dan efektor. Refleks batuk tidak akan sempurna apabila salah
satu unsurnya tidak terpenuhi. Adanya rangsangan pada reseptor batuk akan dibawa oleh
saraf aferen ke pusat batukyaitu medula untuk diteruskan ke efektor melalui saraf eferen
(Guyton, 2008).

Reseptor batuk terdapat pada farings, larings,trakea, bronkus, hidung (sinus paranasal),
telinga, lambung,dan perikardium sedangkan efektor batuk dapat berupa ototfarings,
larings, diafragma, interkostal, dan lain-lain. Proses batuk terjadi didahului inspirasi
maksimal, penutupan glotis,peningkatan tekanan intra toraks lalu glotis terbuka dan
dibatukkan secara eksplosif untuk mengeluarkan benda asing yang ada pada saluran
respiratorik. Inspirasi diperlukan untuk mendapatkan volume udara sebanyak-banyaknya
sehingga terjadi peningkatan tekanan intratorakal. Selanjutnya terjadi penutupan glotis
yang bertujuan mempertahankan volume paru pada saat tekanan intratorakal besar.Pada
fase ini terjadi kontraksi otot ekspirasi karena pemendekan otot ekspirasi sehingga selain
tekanan intratorakal tinggi tekanan intraabdomen pun tinggi.

Setelah tekanan intratorakal dan intraabdomen meningkat maka glotis akan terbuka yang
menyebabkan terjadinya ekspirasi yang cepat, singkat, dan kuat sehingga terjadi
pembersihan bahan-bahan yang tidak diperlukan seperti mukus dan lain-lain. Setelah fase
tersebut maka otot respiratorik akan relaksasi yang dapat berlangsung singkat atau lama
tergantung dari jenis batuknya. Apabila diperlukan batuk kembali maka fase relaksasi
berlangsung singkat untuk persiapan batuk ( KF, 2008).
Batuk bukanlah sebuah penyakit melainkan salah satu tanda atau gejala klinis yang paling
sering dijumpai pada penyakit paru dan saluran nafas. Batuk merupakan salah satu cara
untuk membersihkan saluran pernafasan dari lendir atau bahan dan benda asing yang
masuk sebagai refleks pertahanan yang timbul akibat iritasi trakeobronkial
(Susanti,2013). Batuk juga berfungsi sebagai imun dan perlindangan tubuh terhadap
benda asing namun, dapat juga merupakan gejala dari suatu penyakit. (LM, 2006).

2. Mekanisme batuk

1) Fase Iritasi

Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus d laring, trakea, bronkus besar, atau
serat aferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk.Batuk
juga timbul bila reseptor batuk dilapisan faring dan esophagus, rongga pleura dan
saluran telinga luar dirangsang.
2) Fase Inspirasi
Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga dengan cepat dan dalam jumlah
banyak masuk ke dalam paru-paru.
3) Fase Kompresi
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis dan batuk dapat terjadi tanpa penutupan
glotis karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intrathoraks walaupun
glotis tetap terbuka.
4) Fase Ekspirasi
Pada fase ini glottis terbuka secara tiba-tiba akibat konst\raksi aktif otot-otot
ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluarana udara dalam jumlah besar dengan
kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran benda – benda asing dan bahan –
bahan lain. Gerakan glotis, otot – otot pernafasan, dan bronkus sangat penting dalam
mekanisme batuk karena merupakan fase batuk yang sesungguhnya. Suara batuk
bervariasi akibat getaran secret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara
(Guyton, 2008).
3. Klasifikasi batuk menurut Nadesul Hendrawan adalah

1) Batuk akut

Batuk akut adalah fase awal batuk dan mudah untuk disembuhkan dengan kurun
waktu kurang dari tiga minggu. Penyebab utamanya adalah infeksi saluran nafas
atas,seperti salesma, sinusitis bakteri akut, pertusis, eksaserbasi penyakit paru
obstruktif kronis,rhinitis alergi, dan rhinitis karena iritan.

2) Batuk sub-akut
Batuk Sub-akut adalah fase peralihan dari akut menjadi kronis yang terjadi selama 3-
8 minggu.Penyebab paling umum adalah batuk paska infeksi, sinusitis bakteri, atau
asma.
3) Batuk kronis
Batuk kronis batuk kronis adalah fase batuk yang sulit untuk disembuhkan karena
terjadi pada kurun waktu yang cukup lama yaitu lebih dari delapan minggu. Batuk
kronis juga bisa digunakan sebagai tanda adanya penyakit lain yang lenih berat
misalkan ; asma , tuberculosis (tbc), penyakit paru obstruktif kronis (ppok), gangguan
refluks lambung, dan kanker paru-paru. Berdasarkan penelitian, 95 % penyebab batuk
kronis adalah post nasal drip, sinusitis, asma, penyakit refluks gastroesofageal (gerd),
bronchitis kronis karena merokok, bronkiektasis, atau penggunaan obat golongan
ACE I, 5 % sisanya dikarenakan kanker paru, sarkoidosis, gagal jantung kanan, dan
aspirasi karena disfungsi faring. Jika tidak ada sebab lain, batuk kronis bisa juga
dikarenakan faktos psikologis.

4. Faktor Penyebab Batuk menurut Ikawati adalah :


Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab dari batuk diantaranya :
a) Rangsangan mekanis, misalnya asap rokok, debu, dan tumor
b) Adanya perubahan suhu yang secara cepat dan mendadak
c) Rangsangan kimiawi, misalnya gas dan bau – bauan
d) Adanya peradangan atau infeksi karena bakteri atau jamur
e) Reaksi alergi
5. Bakteri penyebab batuk :
Bakteri dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan kebutuhannya akan oksigen,yaitu
bakteri aerob dan anaerob. Bakteri aerob merupakan bakteri yang membutuhkan
oksigen dalam pertumbuhannya, sedangkan bakteri anerob tidak.Contoh bakteri aerob
adalah Nitrosomonas, Nitrococcus, Staphylococcus sp, dll.Bakteri anaerob contohnya
adalah aerobacter aeroginosa, Streptococcus sp, Escherechia coli, dll. (Tumiwa,
2006).

Bakteri anaerob seringkali ditemukan secara bersamaan dengan bakteri aerob pada
lokasi infeksi. Oleh karena itu, sering disinggung adanya asumsi bahwa bakteri
anaerob berada pada tempat infeksi akibat lingkungan yang dibentuk oleh bakteri
aerob yang berada di tempat infeksi secara bersamaan sehingga nantinya eliminasi
terhadap bakteri aerob akan secaraotomatis menimbulkan kematian juga pada bakteri
anaerob (Sylvia , 2010). Infeksi oleh bakteri aerob dan anaerob secara klinis sukar
dibedakan (Klirgman, 2010).

B. JURNAL

PENDAHULUAN
Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan
keterjangkauan pengobatan. Pada pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi
sumber terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) karena keterbatasan
pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunaannya. Salah satu obat yang banyak
diiklankan dan diperoleh tanpa resep dokter atau dikenal sebagai obat bebas (over the
counter medicine) yaitu obat batuk. Jenis obat batuk bebas yang sering ada di pasaran
adalah jenis ekspektoran dan antitusif.

Diketahui bahwa obat batuk tidak bisa disamaratakan untuk semua jenis batuk yang
diderita. Antitusif untuk obat menekan refleks batuk, ekspektoran untuk merangsang
dahak dikeluarkan dari saluran pernafasan, dan mukolitik untuk mengencerkan
dahak. Antitusif akan diberikan kepada penderita batuk yang tidak berdahak,
sedangkan ekspektoran dan mukolitik akan diberikan kepada penderita batuk yang
berdahak (Corelli, 2007).
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Malalayang pada bulan Mei – Juli 2013.
Penelitian ini adalah penelitian bersifat eksperimen dimana bentuk desain yang
digunakan adalah desain one group pretest-postest. Populasi dalam penelitian ini
adalah masyarakat.

Pemilihan sampel secara acak atau random sampling pada sebagian masyarakat di
Kecamatan Malalayang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
Cluster sampling yakni dengan membagi populasi sebagai cluster-cluster kecil, yaitu
3 Kelurahan yakni Kelurahan Bahu, Kleak dan Malalayang Satu Timur, yang
berumur 18 tahun sampai 60 tahun. Dengan jumlah responden yakni 150 dari 3
kelurahan masing-masing 50 responden.

PEMBAHASAN
Pengetahuan masyarakat atau responden sebelum penyuluhan, dimana tingkat
pengetahuan masyarakat yang paling banyak pada tingkat pengetahuan cukup yakni
65 responden (43,3%). Hal ini berarti masyarakat sudah cukup tahu mengenai
informasi pemilihan dan penggunaan obat batuk. Namun tingkat pengetahuan
masyarakat pada tingkat pengetahuan kurang masih banyak yakni 56 responden
(37,3%), hal ini berarti masih banyak yang menganggap symptom batuk merupakan
suatu symptom yang ringan dan bisa hilang sendiri tanpa pengobatan. Ini juga
menunjukkan masyarakat masih kurang aktif untuk membaca brosur obat dan mau
berkomunikasi pada apoteker tentang pemilihan dan penggunaan obat batuk .
Tingkat pengetahuan baik 29 responden 19,3%.

Hasil penelitian Pulungan (2007) juga membuktikan bahwa metode pendidikan


kesehatan dengan penyuluhan (ceramah) dapat meningkatkan pengetahuan setelah
dilakukan posttest dibandingkan pretest.

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan nilai rerata sebelum penyuluhan 64,55 dan sesudah
penyuluhan sebesar 90,11, dan nilai p (0,000) < nilai α (0.05) maka disimpulkan
bahwa ada perbedaan signifikan pengetahuan masyarakat sebelum dan sesudah
penyuluhan. Penyuluhan dengan pemberian leaflet secara signifikan mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang pemilihan dan penggunaan obat batuk swamedikasi.

Saran
1. Diharapkan bagi masyarakat agar mendapatkan informasi tentang obat batuk yang
benar dari sumber yang bisa dipercaya dalam hal ini petugas kesehatan agar
kesehatan tubuh dapat dijaga dengan lebih baik
2. Diharapkan bagi petugas kesehatan menyampaikan informasi yang benar tentang
obat batuk kepada masyarakat agar masyarakat tidak memiliki pengetahuan yang
salah tentang pemilihan dan penggunaan obat batuk.

BAB III

MODEL DAN APLIKASI TERAPI KOMPLEMENTER

Anda mungkin juga menyukai