Anda di halaman 1dari 28

Obat-Obatan Sistem Respirasi

Fasilitator:
Nailiy Huzaimah, S.Kep.,N.,M.Kep

Oleh :
Cindy Eka Lestari 719621254
Mery Agustini 719621254
Robi’atul Adawiyah 719621310
Faris Anjariksa 719621274
Audy Aribi Ilhamsyah 719621281

PROGRAM STUDY KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA MADURA
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................

BAB IPENDAHULUAN...................................................................................................................
1.1 LatarBelakang..............................................................................................................................
1.2 RumusanMasalah.........................................................................................................................
1.3 TujuanUmum...............................................................................................................................
1.4 ManfaatPenulisanProposal...........................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................................................
2.1 SistemSiskulasi............................................................................................................................
2.2 Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan..........................................................................................
2.3 PengertianObatRespirasi..............................................................................................................
2.4 DaftarObatSistemRespirasi..........................................................................................................
1. Beta2-adrenergicAgonists........................................................................................................
2.Anticholinergics........................................................................................................................
3.Corticosteroid............................................................................................................................

4.LeukotrieneModefiers...............................................................................................................
5. Mast cell stabilizers.................................................................................................................
6. Methylxanthines.......................................................................................................................
7. Decongstanst............................................................................................................................
8. Expectorants.............................................................................................................................
9. Antitussives..............................................................................................................................

BAB 3 PENUTUP.............................................................................................................................
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................
3.2 Saran ...........................................................................................................................................
DAFTARPUSTAKA.........................................................................................................................
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
laporan yang berjudul " Obat - Obatan Sistem Respirasi "

Laporan ini berisikan tentang macam - macam obat sistem Respirasi. Diharapkan
makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua serta sebagai bahan dalam proses
pembelajaran terutama dalam lingkup keperawatan.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu Saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amiin. Alhamdulillahirabbil’alamiin.

Sumenep, 8 April 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pernafasan atau yang sering disebut system respirasi merupakan sistem organ
yang digunakan untuk proses pertukaran gas, dimana sistem pernafasan ini merupakan salah
satu sistem yang berperan sangat penting dalam tubuh untuk menunjang kelangsungan
hidup. Sistem pernafasan dibentuk oleh beberapa struktur, seluruh struktur tersebut terlibat
didalam proses respirasi eksternal yaitu pertukaran oksigen antara atmosfer dan darah serta
pertukaran karbon dioksida antara darah dan atmosfer, selain itu terdapat juga respirasi
internal yaitu proses pertukaran gas antara darah sirkulasi dan sel jaringan dimana system
respirasi internal ini terjadi pada seluruh system tubuh. (Djojodibroto, 2012).

Struktur utama dalam sistem pernafasan adalah saluran udara pernafasan, saluran-saluran
ini terdiri dari jalan napas, saluran napas, serta paru-paru. Struktur saluran napas dibagi
menjadi beberapa bagian diantaranya system penafasan bagian atas dan bawah. Pada system
pernafasan bagian atas terdiri dari hidung, faring, laring dan trakhea. Struktur pernafasan
tersebut memiliki peran masing masing dalam system pernafasan. Sedangkan pada system
pernafasan bagian bawah terdiri dari bronkus, bronkiolus dan alveolus (Manurung dkk,
2013).

Organ-organ pernafasan seperti hidung, dan yang lainnya sangat berperan penting dalam
proses pertukaran gas, yang mana proses pertukaran gas ini yang memerlukan empat proses
yang mempunyai ketergantungan satu sama lainnya, dimana proses tersebut terdiri dari
proses yang berkaitan dengan volume udara napas dan distribusi ventilasi, proses yang
berkaitan dengan volume darah di paru-paru dan distribusi aliran darah, proses yang
berkaitan dengan difusi oksigen dan karbon dioksida, serta proses yang berkaitan dengan
regulasi pernafasan. Sama seperti system dan struktur tubuh lainnya, system pernafasan juga
sering mengalami masalah dan gangguan dalam menjalankan fungsinya, baik yang
disebabkan oleh infeksi baik yang disebabkan oleh virus maupun bakteri.

Beberapa penyakit yang terjadi pada sistem pernafasan manusia, diantaranya:

1. Influenza yang disebabkan oleh virus dan mudah menular. Penularan bisa melalui kontak
langsung ke cairan seperti batuk atau bersin. Saat flu, hidung dipenuhi lendir sehingga
mengganggu pernapasan.

2. Emfisema, penyakit yang disebabkan karena alveolus kehilangan elastisitasnya.


3. Kanker paru-paru, penyakit yang berbahaya karena disebabkan sel kanker yang tumbuh di
paru-paru. Bila dibiarkan, sel kanker dapat menyerang bagian tubuh lain.

4. Tuberkulosis (TBC), penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis


menyerang paru-paru dan menimbulkan bintil-bintil pada dinding alveolus sehingga
menyebabkan proses difusi oksigen terganggu.

5. Asma, asma adalah penyakit yang terjadi karena penyempitan saluran pernapasan yang
disebabkan alergi terhadap debu, bulu, serangga kecil, ataupun rambut.

6. Laringitis, penderita mengalami peradangan yang terjadi di laring atau pangkal


tenggorokan karena infeksi bakteri, virus atau jamur.

7. Bronkhitis, gangguan pada cabang trakea (bronkus) akibat infeksi yang menyebabkan
penderita menghasilkan lendir yang menyumbat bronkus sehingga dapat membuat sesak
napas.

8. Asfiksi, gangguan pengangkutan oksigen ke jaringan tubuh yang disebabkan karena


hemoglobin darah mengikat komponen selain oksigen seperti karbon monoksida. Karena
daya ikat HB lebih tinggi terhadap CO, maka CO akan lebih berpotensi untuk masuk ke
dalam tubuh.

9. Pneumonia, sering disebut gejala Coronavirus yang disebabkan oleh infeksi bakteri
diplococcus pneumoniae, sehingga alveolus penderita akan terisi cairan

Dengan pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengurangi gejala infeksi saluran pernapasan
Beberapa jenis obat yang biasanya diberikan adalah:
 Beta2-adrenergic agonists
 Anticholinergics
 Corticosteroids
 Leukotriene modifiers
 Mast cell stabilizers
 Methylxanthines
 Decongstanst
 Expectorants
 Antitussives

Tujuan mahasiswa membuat makalah ini adalah untuk mempelajari ilmu Farmakologi
dan obat sistem respirasi ini adalah agar mahasiswa dapat memilih dan dan menggunakan
obat secara tepat dan masuk akal dengan memperhatikan keampuhan serta keamanannya.

1.2 Rumusan Masalah

Apa saja Daftar obat-obatan Sistem Respirasi?

1.3 Tujuan Penulisan Proposal


1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Daftar obat-obatan Sistem Respirasi

1.4 Manfaat Penulisan Proposal

a. Mengetahui Daftar obat-obatan Sistem Respirasi

b. Memberikan informasi Daftar obat-obatan Sistem Respirasi


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Respirasi

Pernapasan atau bisa disebut juga dengan respirasi yang dapat didefinisikan sebagai
sebuah proses pengambilan oksigen dan pelepasan karbohidrat dan penggunaan energi yang
ada di dalam tubuh. Ketika manusia bernapas, berarti sedang terjadi proses masuknya oksigen
ke dalam tubuh dan pelepasan karbondioksida keluar tubuh. Pertukaran antara oksigen dan
karbondioksida tersebut terjadi di dalam darah manusia. Manusia yang memiliki pernapasan
yang normal ditandai dengan bernapas sebanyak 12-20 kali dalam satu menit.

Dalam bernapas, umumnya manusia membutuhkan 300 liter oksigen dalam sehari. Jika
seseorang tersebut sedang mengerjakan pekerjaan berat seperti olahraga maka kebutuhan
oksigennya menjadi bertambah berkali kali lipat. Jumlah oksigen yang diambil ini tergantung
dari jenis aktivitas yang dilakukan, ukuran tubuh dan jenis makanan yang dikonsumsi.

Umumnya, orang-orang yang melakukan aktivitas berat akan mengambil oksigen lebih
banyak dibanding orang yang melakukan aktivitas ringan. Orang yang memiliki tubuh yang
lebih besar juga membutuhkan oksigen yang lebih banyak. Selain itu orang yang sering
mengkonsumsi daging-dagingan akan membutuhkan lebih banyak oksigen dibanding orang
yang lebih sering mengkonsumsi sayur-sayuran atau vegetarian.

Manusia bisa melakukan dua cara pernapasan yaitu menggunakan pernapasan dada dan
pernapasan perut. Manusia bernapas menggunakan alat atau organ-organ pernapasan yang
terdiri dari hidung, faring, trakea, bronkus, bronkiolus dan paru-paru.Pada paru-paru yang
normal, volume udara bisa mencapai 4500 cc. Kapasitas ini biasa dikenal dengan kapasitas
total. ketika proses pernapasan berlangsung, kapasitas vital udara yang digunakan hanya
sampai 3500 cc. Kapasitas vital adalah jumlah udara maksimal yang bisa dikeluarkan manusia
setelah paru-parunya terisi. Lalu ke mana sisa yang 1000 cc nya? 1000 cc yang tersisa adalah
sisa udara yang tidak bisa digunakan. Sisa udara tersebut akan mengisi bagian paru-paru
sebagai residu.

Pernapasan adalah sebuah proses yang terjadi secara otomatis di dalam tubuh manusia.
Bahkan ketika kita tertidur sekalipun. Pernapasan dibedakan menjadi dua yaitu pernapasan
luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah di mana terjadinya pertukaran udara di
dalam alveolus dengan darah yang berada di dalam kapiler. Sedangkan pernapasan dalam
adalah di mana terjadinya pernapasan antara darah yang ada di dalam kapiler dengan semua
sel-sel yang ada di dalam tubuh.

Jumlah udara yang masuk dan ke luar dari dalam tubuh setiap bernapas disebut dengan
frekuensi pernapasan. Frekuensi pernapasan pada manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu usia, jenis kelamin, suhu tubuh, posisi tubuh dan aktivitas yang dilakukan. Semakin
bertambahnya usia, frekuensi pernapasannya akan semakin rendah. Selain itu, laki-laki
memiliki frekuensi pernapasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan karena
kebutuh oksigen dan produksi karbondioksida pada tubuh laki-laki lebih tinggi dibandingkan
pada tubuh perempuan.

2.2 Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama untuk melakukan respirasi
dimana respirasi merupakan proses mengumpulkan oksigen
dan mengeluarkan karbondioksida. Fungsi utama
sistem respirasi adalah untuk memastikan bahwa tubuh
mengekstrak oksigen dalam jumlah yang cukup untuk
metabolisme sel dan melepaskan karbondioksida
(Peate and Nair, 2011).

Gambar 2.2 Organ respirasi tampak depan

Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan bawah.
Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan sistem pernafasan
bawah terdiri dari trakea, bronkus dan paru-paru (Peate and Nair, 2011).

a. Hidung

Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ pertama dalam sistem
respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagian internal. Di hidung bagian
eksternal terdapat rangka penunjang berupa tulang dan hyaline kartilago yang terbungkus oleh
otot dan kulit. Struktur interior dari bagian eksternal hidung memiliki tiga fungsi : (1)
menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara yang masuk; (2) mendeteksi stimulasi
olfaktori (indra pembau); dan (3) modifikasi getaran suara yang melalui bilik resonansi yang
besar dan bergema. Rongga hidung sebagai bagian internal digambarkan sebagai ruang yang
besar pada anterior tengkorak (inferior pada tulang hidung; superior pada rongga mulut);
rongga hidung dibatasi dengan otot dan membrane mukosa (Tortorra and Derrickson, 2014)

b. Faring

Faring, atau tenggorokan, adalah saluran berbentuk corong dengan panjang 13 cm.
Dinding faring disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh membrane mukosa. Otot rangka
yang terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap sedangkan apabila otot rangka kontraksi
maka sedang terjadi proses menelan. Fungsi faring adalah sebagai saluran untuk udara dan
makanan, menyediakan ruang resonansi untuk suara saat berbicara, dan tempat bagi tonsil
(berperan pada reaksi imun terhadap benda asing) (Tortorra and Derrickson, 2014)

c. Laring

Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan 3 bagian
berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah kartilago arytenoid, cuneiform, dan
corniculate. Arytenoid adalah bagian yang paling signifikan dimana jaringan ini
mempengaruhi pergerakan membrane mukosa (lipatan vokal sebenarnya) untuk menghasilkan
suara. 3 bagian lain yang merupakan bagian tunggal adalah tiroid, epiglotis, dan cricoid.
Tiroid dan cricoid keduanya berfungsi melindungi pita suara. Epiglotis melindungi saluran
udara dan mengalihkan makanan dan minuman agar melewati esofagus (Peate and Nair,
2011).

d. Trakea

Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati udara dari
laring menuju paru- paru. Trakea juga dilapisi
oleh epitel kolumnar bersilia sehingga dapat
menjebak zat selain udara yang masuk lalu
akan didorong keatas melewati esofagus untuk
ditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan
bronkus juga memiliki reseptor iritan yang
menstimulasi batuk, memaksa partikel besar
yang masuk kembali keatas (Peate and Nair,2011).
Gambar 2.2 Struktur bronkus (averey, 2019)

e. Bronkus

Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan dan kiri, yang
mana cabang-cabang ini memasuki paru kanan dan kiri
pula. Didalam masing-masing paru, bronkus terus bercabang dan
semakin sempit, pendek, dan semakin banyak jumlah
cabangnya, seperti percabangan pada pohon. Cabang
terkecil dikenal dengan sebutan bronchiole (Sherwood,
2010). Pada pasien PPOK sekresi mukus berlebih ke dalam
cabang bronkus sehinga menyebabkan bronkitis kronis.

f. Paru

Gambar 2.3 Alveoli ( Naisya Pratiwi, 2021)

Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobus. Terdapat tiga lobus di paru
sebelah kanana dan dua lobus di paru sebelah kiri. Diantara kedua paru terdapat ruang yang
bernama cardiac notch yang merupakan tempat bagi jantung. Masing-masing paru dibungkus
oleh dua membran pelindung tipis yang disebut parietal dan visceral pleura. Parietal pleura
membatasi dinding toraks sedangkan visceral pleura membatasi paru itu sendiri. Diantara kedua
pleura terdapat lapisan tipis cairan pelumas. Cairan ini mengurangi gesekan antar kedua pleura
sehingga kedua lapisan dapat bersinggungan satu sama lain saat bernafas. Cairan ini juga
membantu pleur visceral dan parietal melekat satu sama lain, seperti halnya dua kaca yang
melekat saat basah (Peate and Nair, 2011).
Cabang-cabang bronkus terus terbagi hingga bagian terkecil yaitu bronchiole. Bronchiole
pada akhirnya akan mengarah pada bronchiole terminal. Di bagian akhir bronchiole terminal
terdapat sekumpulan alveolus, kantung udara kecil tempat dimana terjadi pertukaran gas
(Sherwood, 2010).

Dinding alveoli terdiri dari dua tipe sel epitel alveolar. Sel tipe I merupakan sel epitel
skuamosa biasa yang membentuk sebagian besar dari lapisan dinding alveolar. Sel alveolar tipe
II jumlahnya lebih sedikit dan ditemukan berada diantara sel alveolar tipe I. sel alveolar tipe I
adalah tempat utama pertukaran gas. Sel alveolar tipe II mengelilingi sel epitel dengan
permukaan bebas yang mengandung mikrofili yang mensekresi cairan alveolar. Cairan alveolar
ini mengandung surfaktan sehingga dapat menjaga permukaan antar sel tetap lembab dan
menurunkan tekanan pada cairan alveolar. Surfaktan merupakan campuran kompleks fosfolipid
dan lipoprotein. Pertukaran oksigen dan karbondioksida antara ruang udara dan darah terjadi
secara difusi melewati dinding alveolar dan kapiler, dimana keduanya membentuk membran
respiratori (Tortora dan Derrickson, 2014).

Respirasi mencakup dua proses yang berbeda namun tetap berhubungan yaitu respirasi
seluler dan respirasi eksternal. Respirasi seluler mengacu pada proses metabolism intraseluler
yang terjadi di mitokondria. Respirasi eksternal adalah serangkaian proses yang terjadi saat
pertukaran oksigen dan karbondioksida antara lingkungan eksternal dan sel-sel tubuh
(Sherwood, 2014).

Pernapasan adalah tindakan otomatis dan berirama yang dihasilkan oleh jaringanneuron
di otak belakang (pons dan medula). Jaringan saraf mengarahkan otot yang membentuk dinding
dada dan perut dan menghasilkan gradien tekanan yang menggerakkan udara masuk dan keluar
dari paru- paru . Irama pernapasan dan panjang setiap fase pernapasan diatur oleh interkoneksi
timbal balik dan penghambatan dari neuron batang otak ini.

Karakteristik penting dari sistem pernapasan manusia adalah kemampuannya untuk


menyesuaikan pola pernapasan terhadap perubahan baik di lingkungan internal maupun
lingkungan eksternal . Ventilasi meningkat dan menurun sebanding dengan perubahan produksi
karbon dioksida dan konsumsi oksigen yang disebabkan oleh perubahan laju metabolisme.
Sistem pernapasan juga mampu mengkompensasi gangguan yang mempengaruhi mekanisme
pernapasan, seperti penyempitan saluran napas yang terjadi pada serangan asma. Pernapasan
juga mengalami penyesuaian yang tepat ketika keuntungan mekanis dari otot-otot pernapasan
diubah oleh perubahan postur atau gerakan.

Fleksibilitas dalam pola pernapasan ini sebagian besar muncul dari sensor yang
didistribusikan ke seluruh tubuh yang mengirimkan sinyal ke jaringan saraf pernapasan di otak.
Kemoreseptor mendeteksi perubahan kadar oksigen darah dan mengubah keasaman darah dan
otak.Mekanoreseptor memantau perluasan paru- paru , ukuran jalan napas, kekuatan kontraksi
otot pernapasan , dan tingkat pemendekan otot.
Walaupun diafragma adalah otot utama pernapasan, tindakan pernapasannya dibantu
dan ditambah oleh kumpulan kompleks kelompok otot lain. Otot -otot interkostal yang
berinsersi pada tulang rusuk, otot perut, dan otot-otot seperti skalene dan sternokleidomastoid
yang melekat baik pada tulang rusuk maupun pada tulang belakang leher di dasar tengkorak
juga berperan penting dalam pertukaran udara antara atmosfer dan paru-paru. Selain itu, otot
laring dan otot di faring mulut dan hidungmengatur resistensi pergerakan gas melalui saluran
udara atas selama inspirasi dan ekspirasi. Meskipun penggunaan kelompok otot yang berbeda
ini sangat menambah fleksibilitas tindakan pernapasan, mereka juga mempersulit pengaturan
pernapasan.

Otot-otot yang sama ini digunakan untuk melakukan sejumlah fungsi lain, seperti
berbicara, mengunyah dan menelan, dan mempertahankan postur. Mungkin karena otot-otot
"pernapasan" digunakan dalam melakukan fungsi-fungsi non-pernapasan, pernapasan dapat
dipengaruhi oleh pusat-pusat otak yang lebih tinggi dan bahkan dikendalikan secara sukarela
sampai tingkat yang substansial. Sebuah contoh yang luar biasa dari kontrol sukarela adalah
kemampuan untuk menangguhkan pernapasan dengan menahan napas. Masukan ke dalam
sistem kontrol pernapasandari pusat otak yang lebih tinggi dapat membantu mengoptimalkan
pernapasan sehingga tidak hanya kebutuhan metabolik yang dipenuhi oleh pernapasan tetapi
ventilasi juga dapat dicapai dengan penggunaan energi yang minimal.

Terdapat empat proses utama dalam proses respirasi ini yaitu:

 Ventilasi pulmonar – bagaimana udara masuk dan keluar dari paru

 Respirasi eksternal – bagaimana oksigen berdifusi dari paru ke sirkulasi darah dan
karbondioksida berdifusi dari darah ke paru

 Transport gas – bagaimana oksigen dan karbondioksida dibawa dari paru ke


jaringan tubuh atau sebaliknya

 Respirasi internal – bagaimana oksigen dikirim ke sel tubuh dan karbondioksida


diambil dari sel tubuh (Peate and Nair, 2011)

2.3 Pengertian Obat Respirasi

Obat respirasi adalah kelompok obat yang mempengaruhi dan memperbaiki sistem
respirasi secara langsung ataupun tidak langsung. Obat respirasi sering kita jumpai sehari-
hari baik dalam penggunaan di institusi kesehatan maupun masyarakat.

2.4 Daftar Obat Sistem Respirasi

Terdapat berbagai jenis gangguan pada sistem pernafasan khususnya paru-paru,


gangguan/penyakit ini biasanya bermanifestasi dalam bentuk batuk dan ekspektoransi,
dispneu, nyeri dada, dan hemoptisis.
Obat Respirasi dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan yang akan diuraikan
berikut ini:
1. Beta2-adrenergic agonists
2. Anticholinergics
3. Corticosteroids
4. Leukotriene modifiers
5. Mast cell stabilizers
6. Methylxanthines
7. Decongstanst
8. Expectorants

9. Antitussives

1. Beta2-adrenergic agonists

Gambar

Golongan Beta2-adrenergic agonists

Bentuk Tablet, suspensi inhalasi, cairan nebulizer, atau sirup

Nama Kimiawi (RS)-4-[2-(tert-Butylamino)-1-hydroxyethyl]-2-


(hydroxymethyl)phenol

Nama Generik Salbutamol

Indikasi Pada asma bronkial, penyakit paru obstruktif kronis, bronkitis, dan
profilaksis bronkospasme untuk berolahraga.
Kontraindikasi Penggunaan salbutamol kontraindikasi pada pasien dengan riwayat
alergi atau pernah mengalami riwayat hipersensitivitas dengan obat ini.

Dosis Dewasa: 3 – 4 kali sehari 1 – 2 tablet. Anak-anak berusia 6 – 12 tahun:


3 kali sehari 1 tablet.

Cara Pemakaian -Salbutamol suntik akan diberikan langsung oleh dokter atau tenaga
medis di bawah pengawasan dokter.

-Sedangan untuk salbutamol tablet, sirop, atau obat hirup melalui


inhaler maupun nebulizer, pastikan Anda mengikuti anjuran dokter dan
membaca informasi yang tertera pada kemasan obat sebelum
menggunakannya.

-Jangan menambah atau mengurangi dosis serta menghentikan


pengobatan tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter.

Mekanisme Kerja Salbutamol bekerja dengan cara melemaskan otot-otot di sekitar


saluran pernapasan yang menyempit, sehingga udara dapat mengalir
lebih lancar ke dalam paru-paru.

Interaksi Obat Meningkatkan risiko terjadinya hipokalemia (kekurangan kalium), bila


digunakan bersama obat kortikosteroid, teofilin, atau golongan obat
diuretik, seperti thiazide, diuretik loop, dan furosemide.

2. Anticholinergics

Gambar

Golongan Anticholinergics

Bentuk Inhalasi, dan nebulisasi

Nama Kimiawi [8-methyl-8-(1-methylethyl)- 8-azoniabicyclo[3.2.1] oct-3-yl] 3-


hydroxy-2-phenyl-propanoate

Nama Generik Ipratropium bromide

Indikasi Meredakan dan mencegah gejala karena penyempitan saluran


pernapasan (bronkospasme), seperti mengi atau sesak napas, akibat
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

Kontraindikasi Pada pasien yang mendapatkan obat golongan atropine dan


turunannya. Peringatan terhadap risiko bronkospasme paradoksikal
pada penggunaan ipratropium kombinasi dengan salbutamol.

Dosis Dewasa (di atas 12 tahun) dan lansia, 250–500 mikrogram sebanyak 3-
4 kali sehari, tidak melebihi 2 mg. Pada kondisi bronkospasme akut
dapat diberikan 500 mikrogram

Pada anak usia 6 hingga 12 tahun, diberikan dosis 250 mikrogram


dengan total dosis harian adalah 1 mg

Pada anak usia 0 hingga 5 tahun, obat ini diberikan hanya pada kasus
asma akut. Dosis yang dapat diberikan adalah 125–250 mikrogram
dengan total dosis harian 1 mg. Pemberian kedua sebaiknya dilakukan
tidak kurang dari 6 jam setelah pemberian obat pertama[6,11]

Cara Pemakaian Buang napas terlebih dahulu sebelum menghirup dari inhaler. Letakkan
moncong inhaler di dalam mulut. Tutup bibir rapat-rapat, lalu tarik
napas dalam-dalam. Jangan menggigit moncong inhaler.

Mekanisme Kerja Obat ini bekerja dengan cara mengendurkan otot di saluran
pernapasan, sehingga udara dapat mengalir dengan lebih lancar dan
penderita bisa bernapas dengan lebih mudah.

Interaksi Efek bronkodilator tambahan jika diberikan bersamaan dengan obat β-


adrenergik dan sediaan xantin.

3. Corticosteroids

Gambar

Golongan Corticosteroids

Bentuk Tablet

Nama Kimiawi (11β)-11,17,21-Trihydroxypregna-1,4-diene-3,20-dione

Nama Generik Prednisolon

Indikasi Untuk mengatasi peradangan, seperti radang sendi, konjungtivitis, dan


masalah pernapasan seperti asma.

Kontraindikasi Pada pasien dengan riwayat hipersensitifitas terhadap obat ini atau
pasien dengan infeksi jamur sistemik. Prednison kontraindikasi pada
beberapa keadaan berikut: Hipersensitivitas terhadap obat ini, atau
komponennya. Infeksi Jamur sistemik.
Dosis Dewasa: 40-80 mg per hari dibagi dalam beberapa dosis atau dosis
tunggal, diberikan hingga asma membaik.

Anak-anak: 1–2 mg/kg BB per hari, dibagi dalam beberapa dosis atau
dosis tunggal, obat diberikan selama 3-10 hari atau lebih.

Cara Pemakaian -Konsumsi Prednisolone oral setelah makan untuk mencegah nyeri
lambung.

-Jangan berhenti mengonsumsi obat secara tiba-tiba jika telah


menjalani pengobatan selama lebih dari 3 minggu.

Mekanisme Kerja Menekan reaksi sistem imunitas tubuh yang sangat aktif.

Interaksi Ada beberapa interaksi obat yang dapat terjadi bila prednisolone
digunakan dengan obat-obatan lain, di antaranya: Penurunan efektvitas
prednisolone jika digunakan dengan mifepristone, aminoglutethimide,
rifampicin, carbamazepine, phenobarbital, phenytoin, rifabutin, atau
primidone.

4. Leukotriene modifiers

Gambar

Golongan Leukotriene modifiers

Bentuk Tablet

Nama Kimiawi Cyclopentyl 3-{2-methoxy-4-[(o-tolylsulfonyl)carbamoyl]benzyl}-1-


methyl-1H-indol-5-ylcarbamate

Nama Generik Zafirlukast

Indikasi Untuk mencegah gejala asma dan mengurangi jumlah serangan asma
pada orang berumur 5 tahun dan lebih. Obat ini membantu
memudahkan pernapasan dengan mengurangi bengkak (radang) di
dalam saluran udara.

Kontraindikasi Pada pasien dengan gangguan hati termasuk sirosis hati. Jangan
digunakan untuk anak di bawah 5 tahun. Beberapa produk bahkan
membatasi sampai di atas 12 tahun.

Dosis Dosis Dewasa : 20 Mg secara oral 2 x sehari, 1 jam sebelum atau 2 jam
sesudah makan.

Dosis anak kurang dari 5 tahun : Keamanan dan efektivitas belum


ditetapkan.

Dosis anak 5 - 11 tahun : 10 Mg secara oral 2 x sehari, 1 jam sebelum


atau 2 jam sesudah makan.

Dosis anak ≥ 12 tahun : 20 Mg secara oral 2 x sehari, 1 jam sebelum


atau 2 jam sesudah makan.

Cara Pemakaian Minum obat biasanya 2 kali sehari atau sesuai dengan arahan dokter.
Zafirlukast harus diminum saat perut kosong setidaknya 1 jam sebelum
atau 2 jam sesudah makan. Dosis berdasarkan umur, kondisi medis,
dan respon terhadap terapi. Gunakan obat secara teratur agar
mendapatkan manfaat maksimal.

Mekanisme Kerja Obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas zat alami (leukotriene)
yang mungkin menyebabkan atau memperparah asma. Obat ini tidak
langsung bekerja dan tidak digunakan untuk mengobati serangan asma
mendadak

Interaksi Dapat meningkatkan aktivitas antikoagulan warfarin sehingga terjadi


peningkatan protrombin time (PT).

Terjadi penurunan kadar plasma Zafirlukast jika diberikan bersamaan


dengan teofilin, terfenadin dan erithromycin.

Terjadi peningkatan kadar plasma jika digunakan bersama fluconazole


dan aspirin dosis tinggi.

Makanan mengurangi tingkat absorpsi Zafirlukast.

5. Mast cell stabilizers

Gambar
Golongan Mast cell stabilizers

Bentuk Obat tetes mata & Tablet

Nama Kimiawi {(11 Z )-11-[3-(dimethylamino)propylidene]-6,11-

Nama Generik Olopatadine

Indikasi Obat yang dapat digunakan untuk mengatasi mata merah atau gatal
akibat alergi

Kontraindikasi Hindari penggunaan pada orang yang hipersensitif terhadap


olopatadine.

Dosis Dewasa

Larutan 0,1%: 2 x sehari 1 tetes pada setiap mata yang terinfeksi,


dengan jarak 6-8 jam;

Larutan 0,2% atau 0,7%: 1 x sehari 1 tetes pada setiap mata yang
terinfeksi.

Anak-anak

Anak usia 2 tahun ke atas: menggunakan larutan 0,2% atau 0,7%, 1 x


sehari 1 tetes pada setiap mata yang terinfeksi;

Anak usia 3 tahun ke atas: menggunakan larutan 0,1%, 2 x sehari pada


setiap mata yang terinfeksi, dengan jarak 6-8 jam.

Cara Pemakaian Miringkan kepala ke belakang dan lihat ke atas, tarik kelopak mata
bawah ke arah bawah, lalu pegang pipet tepat di atas mata, teteskan
obat sesuai anjuran, lihat ke arah bawah, lalu tutup mata selama 1-2
menit, letakkan satu jari di sudut dalam mata dekat hidung, lalu tekan
dengan lembut.

Tindakan ini dapat membantu mencegah obat mengalir ke luar mata,


indari menggosok-gosok mata setelahnya.
Mekanisme Kerja Olopatadine bekerja dengan cara memblokir reseptor di mana histamin,
zat dalam tubuh yang memicu alergi, biasanya menempel

Interaksi Obat Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat
lain, sehingga dapat mengubah cara kerja obat. Sebagai akibatnya, obat
tidak dapat bekerja dengan maksimal atau bahkan menimbulkan racun
yang membahayakan tubuh. Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui
obat apa saja yang sedang Anda konsumsi dan beri tahukan pada
dokter.

6. Methylxanthines

Gambar

Golongan Methylxanthines

Bentuk Tablet dan suntik

Nama Kimiawi 1,3-Dimetil-7 H -purin-2,6-dion; etana-1,2-diamin

Nama Generik Aminophylline

Indikasi Obat yang digunakan untuk meredakan beberapa keluhan, seperti sesak
napas, mengi, atau sulit bernapas, yang disebabkan oleh asma, penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK), bronkitis, atau emfisema.
Kontraindikasi Porfiria akut (sekelompok kelainan genetik yang timbul akibat proses
pembentukan heme (bagian protein darah) yang tidak sempurna).
Menggunakan turunan xanthin lainnya.

Dosis Kondisi: Sesak napas akut

Dewasa: Untuk pasien yang tidak minum obat teofilin, dosis awal
adalah 5 mg/kgBB atau 250–500 mg, selama lebih dari 20–30 menit
diberikan melalui infus. Dosis perawatan 0,5 mg/kgBB per jam.

Dewasa: Untuk pasien yang minum obat teofilin, pemberian dosis


dapat ditunda hingga kadar teofilin dalam darah diketahui. Jika sangat
diperlukan, dosis dapat diberikan sebesar 3,1 mg/kgBB.
Anak-anak: Dosis awal sama dengan dosis dewasa. Dosis perawatan 1
mg/kgBB per jam untuk anak usia 6 bulan–9 tahun dan 0,8 mg/kgBB
per jam untuk anak usia 10–16 tahun.

Kondisi: Sesak napas kronis

Dewasa: 225–450 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan jika


diperlukan.

Anak-anak dengan berat badan >40 kg: 225 mg, 2 kali sehari. Dosis
dapat ditingkatkan hingga 450 mg setelah 1 minggu penggunaan.

Cara Pemakaian Aminofilin tablet dapat dikonsumsi sebelum atau setelah makan.
Gunakan air putih untuk menelan tablet. Jangan mengunyah,
membelah, atau menghancurkan tablet karena dapat meningkatkan
risiko efek samping. Jika lupa mengonsumsi aminofilin, segera minum
jika jeda dengan dosis yang terlewat tidak lebih dari 4 jam. Jika sudah
lebih dari 4 jam, abaikan dan lanjutkan dosis seperti biasa. Jangan
menggandakan dosis aminofilin untuk mengganti dosis yang terlewat.

Selama menggunakan obat ini, pastikan selalu berkonsultasi dengan


dokter secara rutin agar dapat dilakukan tes darah untuk memastikan
kadar obat ini di dalam tubuh tidak terlalu tinggi, dan memeriksa kadar
kalium darah. Jangan berhenti mengonsumsi aminofilin tanpa
berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu, untuk mencegah gejala
muncul kembali.

Simpan aminofilin pada suhu ruangan dan letakkan di dalam wadah


tertutup. Lindungi dari paparan sinar matahari secara langsung.
Jauhkan dari jangkauan anak-anak

Mekanisme Kerja Aminofilin bekerja dengan cara melebarkan saluran pernapasan yang
sebelumnya menyempit, sehingga udara dapat mengalir dari dan
menuju paru-paru tanpa hambatan

Interaksi Obat Berikut ini adalah sejumlah interaksi yang berisiko terjadi jika
menggunakan aminofilin bersama dengan obat-obatan lainnya:

Mempercepat pembuangan aminofilin dan menurunkan efektivitasnya


jika digunakan bersama dengan carmabazepine, phenytoin, rifampicin,
dan barbiturat.

Memperlambat pembuangan aminofilin dan berisiko meningkatkan


efek samping jika digunakan bersama dengan allopurinol, carbimazole,
cimetidine, ciprofloxacin, clarithromycin, diltiazem, erythromycin,
fluconazole, interferon, isoniazid, methotrexate, norfloxacin,
propranolol, ofloxacin, thiabendazole, dan verapamil.

Meningkatkan kadar phenytoin dalam darah.

Meningkatkan risiko keracunan jika digunakan bersama dengan obat


golongan xanthine lainnya, seperti teofilin.

7. Decongstanst

Gambar

Golongan Decongstanst

Bentuk Kapsul, oral

Nama Kimiawi (1R,2S)-2-(methylamino)-1-phenylpropan-1-ol

Nama Generik Ephedrin

Indikasi Efedrin adalah untuk bronkospasme akut, hidung tersumbat, dan


hipotensi yang disebabkan oleh anestesi spinal atau epidural.

Kontraindikasi Pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap obat ini,
glaukoma sudut tertutup, dan penggunaan bersama siklopropan atau
halotan

Dosis Dosis dewasa untuk asma akut

IM: 25-50 mg

IV: 5-25 mg IV diberikan perlahan, dan mungkin dapat diberikan lagi


dalam jangka waktu 5-10 menit jika memang dibutuhkan

Dosis anak-anak untuk asma akut

Oral: Untuk anak usia 12 tahun ke atas dosisnya adalah 12.5-25 mg


diminum setiap 4 jam sekali. Dosis maksimumnya adalah 150 mg per
hari.
IM: 0.5 miligram (mg)/kilogram (kg) atau 16.7 miligram (mg)/m2 dari
permukaan tubuh IM setiap 4-6 jam sekali

Cara Pemakaian Jika dokter meresepkan efedrin, gunakan sesuai dengan yang
diresepkan oleh dokter atau ikuti instruksi yang tertera pada kemasan
obat. Anda boleh mengonsumsi obat ini saat perut kosong maupun
sudah terisi makanan. Namun, jika perut Anda terasa sakit, sebaiknya
isi perut Anda terlebih dahulu dengan makanan untuk mengurangi
iritasi pada perut.

Jika ada hal yang tidak Anda pahami dari instruksi dokter atau dari
petunjuk pemakaian obat yang ada di dalam kemasan, tanyakan kepada
dokter.

Jangan mengambil lebih dari dosis yang dianjurkan, dan jangan


menggunakan produk ini selama lebih dari 7 hari berturut-turut kecuali
diarahkan oleh dokter Anda. Ketika digunakan untuk waktu yang
panjang, efedrin mungkin tidak bekerja dengan baik. Bicarakan dengan
dokter Anda jika obat ini berhenti bekerja dengan baik

Mekanisme Kerja Dalam hal ini, efedrin bertindak sebagai dekongestan, yaitu dapat
melebarkan saluran napas yang tersumbat. Sebagai dekongestan,
efedrin biasanya akan dicampurkan dengan bahan aktif lainnya, seperti
hidroklorida sehingga menjadi efedrin Hcl

Interaksi Obat Beta-blocker (misalnya, propranolol), kokain, indometasin,metildopa,


MAO inhibitor (misalnya, phenelzine), linezolid, obat-obatan oxytocic
(misalnya oksitosin), turunan rauwolfia (misalnya, reserpin),
antidepresan trisiklik (misalnya, amitriptyline), alkaloid ergot
(misalnya dihydroergotamine)

Jika terjadi interaksi terjadi antara efedrin dengan obat-obatan yang


telah disebutkan di atas, kemungkinan risiko efek samping penggunaan
obat akan lebih besar.

8. expectorants

Gambar
Golongan Expectorants

Bentuk Tablet, sirup

Nama Kimiawi ( RS )-3-(2-metoksifenoksi)propana-1,2-diol

Nama Generik Guarfenesin

Indikasi Mungkin akan terjadi jika mengonsumsi beberapa obat secara


bersamaan.

Kontraindikasi secara absolut pada pasien yang mengalami reaksi hipersensitivitas,


mulai dari ruam kemerahan hingga reaksi anafilaktik yang mengancam
jiwa, baik terhadap guaifenesin ataupun komponen lain di dalam
sediaan.

Dosis Dewasa: Sebagai sediaan konvensional: 200-400 mg setiap 4 jam jika


diperlukan. Sebagai tablet lepas lambat: 600-1.200 mg setiap 12 jam.
Maksimal: 2.400 mg per hari.

Anak: 6-12 tahun 100 mg empat kali sehari. Maksimal: 400 mg per
hari. Durasi pengobatan maksimal: 5 hari.

Anak Umur >12 tahun sama dengan dosis orang dewasa.

Cara Pemakaian Dewasa: 200–400 mg, tiap 4 jam, atau untuk tablet pelepasan lambat

600–1.200 mg, tiap 12 jam. Dosis maksimal adalah 2.400 mg per hari.

Anak usia 6–12 tahun: 100–200 mg, 4 kali sehari. Dosis maksimal 400
mg per hari.

Mekanisme Kerja Dengan cara mengencerkan dahak, sehingga dahak bisa lebih mudah
dikeluarkan dari saluran pernapasan.

Interaksi Obat Pusing; Sakit Kepala; Mual; Muntah; Sakit perut; Diare. Konsultasikan
dengan dokter jika efek samping di atas tidak segera mereda.
9. Antitussives

Gambar

Golongan Antitussives

Bentuk Tablet, sirop, salep mata, tetes mata, suntik

Nama Kimiawi 1S,9S,10S)-4-methoxy-17-methyl-17-azatetracyclo


[ 7.5.3.0^{1,10}.0^{2,7}] heptadeca-2(7), 3, 5-triene.

Nama Generik Benzonatate

Indikasi -Batuk kering tidak produktif

-Peringatan: kehamilan dan menyusui, data keamanan pada anak


kurang lengkap-Kontraindikasi: asma, batuk produktif, gangguan
fungsi hati, sensitif terhadap dekstrometorfan
Kontraindikasi Kontraindikasi dextromethorphan adalah pada pasien dengan riwayat
hipersensitivitas dan pasien yang sedang mengonsumsi antidepresan.
Peringatan diperlukan pada pasien dengan riwayat penyalahgunaan zat
dan penggunaan pada pasien anak.

Dosis Dosis : Dewasa: 60 mg, tiap 12 jam. Dosis tidak boleh lebih dari 120
mg per hari.

Anak-anak usia 6–12 tahun: 30 mg, tiap 12 jam. Dosis tidak boleh
lebih dari 60 mg per hari.

Anak-anak usia 4–6 tahun: 15 mg, tiap 12 jam. Dosis tidak boleh lebih
dari 20 mg per hari

Cara Pemakaian Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada pada
kemasan obat sebelum mengonsumsi dextromethorphan. Jangan
mengurangi atau menambah dosis tanpa berkonsultasi terlebih dahulu
dengan dokter

Dextromethorphan dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan,


tiap 4–12 jam sekali. Usahakan untuk mengonsumsi dextromethorphan
pada jam yang sama tiap hari agar pengobatan maksimal.

Untuk mengonsumsi dextromethorphan , sebaiknya menggunakan


sendok atau gelas takar yang tersedia di dalam kemasan. Jangan
menggunakan sendok makan biasa, karena dosis bisa jadi tidak sesuai
dengan yang diresepkan.

Mekanisme Kerja Dextromethorphan merupakan obat penekan respon batuk. Obat ini
bekerja dengan cara menghambat respon atau refleks batuk di otak.
Perlu diketahui bahwa obat ini tidak efektif untuk meredakan batuk
berdahak atau batuk yang disebabkan oleh bronkitis kronis, asma,
emfisema, atau kebiasaan merokok.

Interaksi Obat Interasksi obat dapat mengubah cara kerja obat anda atau
meningkatkan risiko anda untuk efek samping yang serius.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama untuk melakukan respirasi
dimana respirasi merupakan proses mengumpulkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
Fungsi utama sistem respirasi adalah untuk memastikan bahwa tubuh mengekstrak oksigen
dalam jumlah yang cukup untuk metabolisme sel dan melepaskan karbondioksida (Peate and
Nair, 2011).

Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan bawah.
Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan sistem pernafasan bawah
terdiri dari trakea, bronkus dan paru-paru (Peate and Nair, 2011).

. Sama seperti system dan struktur tubuh lainnya, system pernafasan juga sering mengalami
masalah dan gangguan dalam menjalankan fungsinya, baik yang disebabkan oleh infeksi baik
yang disebabkan oleh virus maupun bakteri.

Beberapa penyakit yang terjadi pada sistem pernafasan manusia, diantaranya:

 Influenza

 Emfisema

 Kanker paru-paru

 Tuberkulosis (TBC)

 Asma
 Laringitis

 Bronkhitis

 Asfiksi

 Pneumonia

Dengan pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengurangi gejala infeksi saluran


pernapasan Beberapa jenis obat yang biasanya diberikan adalah:
 Beta2-adrenergic agonists
 Anticholinergics
 Corticosteroids
 Leukotriene modifiers
 Mast cell stabilizers
 Methylxanthines
 Decongstanst
 Expectorants
 Antitussives

Obat respirasi adalah kelompok obat yang mempengaruhi dan memperbaiki sistem respirasi
secara langsung ataupun tidak langsung. Obat respirasi sering kita jumpai sehari-hari baik dalam
penggunaan di institusi kesehatan maupun masyarakat. Obat respirasi dapat dikelompokkan ke
berbagai golongan berdasarkan fungsinya yang meliputi Beta2-adrenergic agonists,
Anticholinergics, Corticosteroids, Leukotriene modifiers Mast cell stabilizers, M
ethylxanthines,Decongstanst, dan Expectorants
Antitussives

3.2 Saran

Dalam penyusunan proposal ini mungkin masih banyak kesalahan dalam penyusunan nya

oleh karena itu kami meminta kritik dan saran dari dosen sekaligus pembaca proposal ini.
Daftar Pustaka

Nursing pharmacology made incredibly easyl.-3rd ed. P.;cm.

https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/ataroc-sirup-60-ml

https://www.alodokter.com/hydrocortisone#:~:text=Ada%20beberapa%20interaksi%20yang
%20dapat,hipokalemia%20jika%20digunakan%20dengan%20thiazide

https://hellosehat.com/obat-suplemen/dexamethasone/?amp=1

https://www.alodokter.com/pseudoephedrine#:~:text=Pseudoephedrine%20adalah%20obat
%20yang%20dapat,atau%20kombinasi%20dengan%20obat%20lain

https://www.alodokter.com/pseudoephedrine#:~:text=Pseudoephedrine%20adalah%20obat
%20yang%20dapat,atau%20kombinasi%20dengan%20obat%20lain

https://www.alodokter.com/amonium-klorida

https://lifepack.id/ammonium-chloride/

https://www.honestdocs.id/potassium-iodide

https://www.alodokter.com/bromhexine

https://www.alodokter.com/acetylcysteine

https://idnmedis.com/kalium-iodida

Anda mungkin juga menyukai