Anda di halaman 1dari 30

SISTEM PERNAPASAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Biomedik Dasar

dengan Dosen Pembimbing Sajodin, S.Kep.,Ners.,M.Kes., AIFO

Disusun oleh :

Septi Maelani 302022137

Ilma Nur Afidah 302022138

Melan Melani 302022139

Claudia Putri Andini 302022140

Fadilla Nur Handayani 302022141

Hani Dita Salsabila 302022142

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AISYIYAH BANDUNG

Jalan K.H.A. Dahlan Dalam No. 6 Bandung

2022
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Assalamualaikum wr. wb puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.


atas segala rahmat, taufik, dan inayahnya kami telah menyelesaikan tugas makalah
untuk mata kuliah Ilmu Biomedik Dasar yang membahas tentang Sistem
Pernafasan.

Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penyusunan maupun materi yang disampaikan, mengingat akan
kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki masih sangat sedikit. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi melengkapi
kekurangan pada makalah ini.

Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Tidak
lupa kami senantiasa mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing mata
kuliah Ilmu Biomedik Dasar yaitu Bapak Sajodin, S.Kep.,Ners.,M.Kes., AIFO. dan
rekan-rekan yang ikut serta membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Bandung, 10 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I. ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II. ................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. Anatomi Pernafasan......................................................................................3
B. Mekanisme Pernapasan .............................................................................. 12
C. Gangguan dalam Sistem Pernafasan .......................................................... 16
BAB III. ................................................................................................................ 26
PENUTUP ............................................................................................................ 26
A. Kesimpulan ................................................................................................ 26
B. Saran........................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27

iii
BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Energi penting dalam mempertahankan aktivitas seluler penyokong
kehidupan, seperti sintesis protein dan transfor aktif menembus membran
plasma. Sel tubuh memerlukan pasokan oksigen yang berkesinambungan
untuk mendukung reaksi kimia yang menghasilkan energi. Karbondioksida
yang dihasilkan selama reaksi ini harus dikeluarkan dari tubuh dengan
kecepatan yang sama seperti laju produksinya untuk mencegah fluktuasi
pada pH yang berbahaya (yaitu, untuk mempertahankan keseimbangan
asam basa) 𝐶𝑂2 menghasilkan karbonat. (Lauralee Sherwood, Edisi 8
2014).

Sitem pernafasan atau yang sering disebut sistem respirasi


melibatkan sejumlah proses yang melakukan pergerakan pasif oksigen dari
atmosfer ke jaringan untuk mendukung metabolisme sel dan pergerakan
pasif berkesinambungan 𝐶𝑂2 yang dihasilkan secara metabolik dari jaringan
ke atmosfer Sistem respirasi berperan dalam homeostasis dengan
mempertukarkan 𝑂2 dan 𝐶𝑂2 antara atmosfer dan darah. Darah mentransfor
𝑂2 dan 𝐶𝑂2 antara sistem respirasi dan jaringan. (Lauralee Sherwood, Edisi
8 2014).

Sel tubuh memerlukan energi untuk semua aktivitas metaboliknya.


Sebagian besar energi ini didapat dari reaksi yang hanya dapat terjadi jika
ada oksigen. Produk sisa reaksi ini adalah karbon dioksida. Sistem respirasi
memungkinkan oksigen yang ada di atmosfer masuk ke dalam tubuh dan
memungkinkan ekskresi karbon diaksida dari tubuh. Pertukaran gas antara
darah dan paru disebut respirasi eksternal, sedangkan pertukaran gas antara
darah dan sel disebut respirasi internal. (Rose and Wilson, Edisi 12).

1
Sistem pernafasan tidak ikut serta dalam semua tahap respirasi.
Sebagian besar orang berpikir bahwa respirasi sebagai proses menghirup
dan menghembuskan udara. Namun, dalam fisiologi respirasi memiliki arti
yang jauh lebih luas. Respirasi mencakup dua proses yang terpisah tetapi
berkaitan: respirasi selular dan respirasi eksternal.

Respirasi eksternal mencakup langkah-langkah yang terlibat dalam


pertukaran 𝑂2 dan 𝐶𝑂2 antara lingkungan eksternal dan sel jaringan.
Respirasi selular mencakup reaksi metabolik intra sel yang melibatkan
pemakaian 𝑂2 untuk menghasilkan energi (ATP) dari makanan
menghasilkan 𝐶𝑂2 sebagai produk sampingan.

B. Rumusan Masalah
Fungsi utama respirasi adalah memperoleh 𝑂2 untuk digunakan oleh
sel tubuh yang mengeluarkan 𝐶𝑂2 yang diproduksi oleh sel.

1. Apa itu sistem pernapasan?


2. Bagaimana Mekanisme Pernapasan?
3. Apa saja gangguan dalam sistem pernafasan?

C. Tujuan
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Biomedik Dasar
tentang sistem pernafasan. Juga mengetahui lebih luas mengenai sistem
pernafasan, kebutuhan oksigenasi, serta gangguan yang akan terjadi pada
sistem pernafasan.

2
BAB II.

PEMBAHASAN

A. Anatomi Pernafasan

Sel tubuh memerlukan energi untuk semua aktifitas metaboliknya.


Sebagian besar energi ini didapat dari reaksi yang hanya terjadi jika ada
oksigen. Produk sisa reaksi ini adalah karbondioksida. Sistem respirasi
memungkinkan oksigen yang ada di atmosfer masuk ke dalam tubuh dan
memungkinkan ekskresi korbon dioksida dari tubuh. Pertukaran gas anatar
darah dan paru disebut respirasi eksternal, sedangkan pertukaran antara
darah dan sel disebut respirasi internal. (Rose and Wilson, Edisi 12).
Sistem respirasi merupakan rute untuk mengeluarkan air dan
eliminasi panas. Udara atmosfer yang dihirup (diinspirasi) dilebapkan dan
dihangatkan oleh saluran nafas sebelum dihembuskan. Pelembapan yang
masuk merupakan hal yang esensial untuk mencegah dinding alveolus
mengering. 𝑂2 dan 𝐶𝑂2 tidak dapat berdifusi melalui membran yang kering.
(Lauralee Sherwood, Edisi 8 2014).

Sistem respirasi mengeluarkan, memodifikasi, mengaktifkan, atau


mengnonaktifkan berbagai bahan yang mengalir melewati sirkulasi paru.
Semua darah yang kembali ke jantung dari jaringan harus melewati paru
sebelum dikembalikan ke sirkulasi sistemik. (Lauralee Sherwood, Edisi 8
2014).

Organ respirasi meliputi : Hidung, Faring, Laring, Trakea, Dua


Bronkus (satu bronkus pada tiap paru), Bronkiolus dan saluran respirasi
kecil, Paru-paru, Pleura, Otot respirasi (otot interkosta dan diafragma).
(Rose and Wilson, Edisi 12).

3
Gambar 1.1 Organ Respirasi

Sumber : Buku rose dan wilson

1. Hidung

Hidung (nasal) adalah jalan masuk udara utama dan terdiri atas
rongga berukuran besar yang tidak beraturan yang dibagi menjadi dua
lubang yang sama besar oleh suatu septum. Bagian posterior tulang
septum dibentuk oleh lempeng perpendikular tulang etmoid dan vomer.
Dibagian anterior, nasal terdiri atas kartilago hilian.

Gambar 1.2 Struktur pembentuk septum nasal

Sumber : Buku rose dan wilson

4
Fungsi hidung adalah menghangatakan, melembapkan, dan
menyaring udara. Hidung adalah organ indera penciuman. Ujung saraf
yang mendeteksi penciuman berada diatap hidung di aea lempeng
kribiformis tulang etmoid dan konka superior, distimulasi oleh baru di
udara. Impuls saraf dihantarkan oleh saraf olfaktorius ke otak dimana
sensai bae dipersepsikan.

2. Faring
Faring adalah saluran yang memiliki panjang 12-14 cm dan
memanjang dari dasar tengkorak hingga vertebra servikalis ke-6. Faring
berada di belakang hidung, mulut, dan laring serta lebih lebar bagian
atasnya. Untuk alasan deskriptif, faring dibagi 3 bagian: nasofaring,
orofaring, dan laringofaring.
Kebutuhan darah pada faring disuplai oleh beberapa cabang dari
arteri wajah. Aliran balik vena menuju vena fasialis dan jugularis interna.
Faring dipersafasi oleh pleksus faringeal yang dibentuk oleh saraf vagus
dan glosofaringeal (parasimpatis) serta ganglia servikalis superior
(simpatis). Faring dilapisi oleh tiga jaringan yaitu membran mukosa,
jaringan fibrosa dan otot polos.
Fungsi faring dalam saluran respirasi dan makanan adalah organ
yang terlibat dalam sistem pencernaan dan respirasi: udara masuk
melalui bagian nasal dan oral, sedangkan makanan melalu bagian oral
dan laring. Lalu dalam penghangat dan pelembab adalah dengan cara
yang sama seperti hidung, udara dihangatkan dan dilembapkan saat
masuk ke faring. Lalu dalam pengecap terdapat ujung saraf olfaktorius
dari indra pengecap di epitelium oral dan bagian faringeal. Dalam
pendengaran saluran auditori (pendengaran), memanjang dari nasofaring
pada tiap telinga tengah, memungkinkan udara masuk ke telinga tengah.
Lalu dalam perlindungan jaringan limfatik faring dan tonsil laring
menghasilkan antibodi dalam berespons terhadap antigen, misal
mikroba. Lalu yang terakhir dalam berbicara adalah dengan bekerja

5
sebagai bilik resonansi untuk suara yang naik dari laring, faring (bersama
sinus) membantu memberikan suara yang khas pada tiap individu.
3. Laring
Laring atau kotak suara memanjang dari langit- langit lidah dan
tulang hioid hingga trakea. Laring berada didepan laringofaring pada
vertebra servikalis ke-3, 4, 5 dan 6. Saat masa pubertas, terdapat
perbedaan ukuran laring pada pria dan wanita. Selanjutnya, ukuran laring
membesar pada pria, disebut jakun (Adam’s apple) dan umumnya
menyebabkan pria memiliki suara yang berat.
Laring terdiri atas beberapa kartilagi yang berbentuk tidak
beraturan dan melekat satu sama lain oleh ligamen dan membran.
Kartilago utama meliputi: 1 kartilago tiroid. 1 katilago krikoid, 2
kartilago aritenoid, dan 1 epiglotis.

Gambar 1.3 Laring-tampak dari belakang.

Sumber : Buku rose dan wilson

6
Gambar 1.4 Laring tampak dari depan

Sumber : Buku rose dan wilson

Gambar 1.5 Kartilago Krikoid.

Sumber : Buku rose dan wilson

Fungsi laring adalah pertama dalam produksi suara, suara


memiliki nada, volume, dan resonansi. Nada suara bergantung pada
panjang dan keraptan pita suara. Lalu kedua adalah dalam berbicara,
berbicara terjadi saat ekspirasi ketika suara yang dihasilkan oleh pita
suara dimanupulasi oleh lidah, pipi, dan bibir. Lalu yang ketiga adalah
dalam pelindung saluran respirasi bawah, saat menelan laring bergerak
ke atas, menyumbat saluran faring sehingga engsel epiglotis menutup
faring. Hal ini menyebabkan makanan tidak melalui esofagus dan
saluran respirasi bawah. Lalu yang keempat adalah jalan masuk udara,
laring berfungsi sebagai penghubung saluran respirasi antara faring dan

7
trakea. Yang terakhir adalah pelembab, penyaring dan penghangat.
Proses ini berlanjut saat yang diinspirasi berjalan melalui laring.

4. Trakea

Trakea atau pipa angin merupakan kelanjutan dari faring dan


memanjang kebawah hingga sekitar vertebra torasik ke-5 dimana trakea
mengalami bifurkasi (percabangan) di karina menjadi bronkus primer
kiri dan kanan, dimana tiap bronkus menuju ke tiap paru (kiri dan
kanan). Panjang trakea sekitar 10-11 cm dan terutama terletak di bidang
median di depan esofagus.

Gambar 1.6 Trakea dan struktur terkait

Sumber : Buku rose dan wilson

Fungsi trakea adalah yang pertama penunjang dan menjaga


kepatenan, tulang rawan trakea mempertahankan trakea terbuka
secara permanen (paten), tetapi jaringan lunak yang berada antar
tulang rawan memungkinkan adanya fleksibilitas sehingga kepala
dan leher dapat bergerak bebas tanpa menyumbat atau menekuk
trakea. lalu yang kedua adalah eskalator mukosiliaris, yaitu
keselarasan frekuensi gerakan silia membran mukosa yang teratur
yang membawa mukus dengan partikel yang melekat padanya ke
atas laring dimana partikel ini akan ditelan dan dibatukkan.

8
Gambar 1.7 Membran mukosa bersilia dilihat di bawah mikrokop

Sumber : Buku rose dan wilson

Lalu yang ketiga adalah refleks batuk, ujung saraf dilaring.


trakea. dan bronkus peka terhadap iritasi sehingga membangkitkan
impuls saraf yang dihantarkan oleh saraf vagus ke pusat respirasi di
batang otak. dan terakhir adalah penghangat, pelembap, dan
penyaring. fungsi ini merupakan kelanjutan dari hidung, walaupun
normalnya, udara sudah jenuh saat mencapai trakea.

5. Paru

Paru memiliki struktur yang ideal untuk pertukarab gas. Menurut


hukum difusi Fick, semakin pendk jarang yang harus ditempus oleh
difusi, semakin besar laju difusi. Juga, semakin besar luas permukaan
tempat difusi berlansung, semakin besar laju difusi. Terdapat dua paru,
dimana masing-masing terletak disamping garis medialis dirongga
toraks. Bentuk paru menyerupai kerucut dan terdiri atas bagian apeks,
basal, permukaan kosta, dan permukaan medialis.

9
Gambar 1.8 Organ yang menyertai paru

Sumber : Buku rose dan wilson

6. Bronkus dan Bronkiolus


Dua bronkus primer terbentuk oleh trakea yang membentuk
percabangan, yaitu sekita vertebra torasik ke-5.

Gambar 1.9 Aliran darah antara jantung dan paru

Sumber : Buku rose dan wilson

Diameter saluran respirasi diubah oleh kontraksi atau relaksasi


otot involuntir di dinding bronkus, dengan demikian mengatur volume
udara yang masuk ke paru. Perubahan ini dikendalikan oleh saraf
otonom yang mempersarafi bronkus: stimulasi parasimpatis
menyebabkan konstriksi bronkus dan stimulasi simpatis menyebabkan
dilatasi bronkus.

10
7. Bronkiolus dan Alveolus Respirasi

Saraf parasimpatis dari saraf vagus menyebabkan


bronkokonstriksi. Tidak adanya kartilago penunjang berarti bahwa jalan
saluran dapat tertutup sempurna oleh konstriksi otot polos bronkiolus.
Stimulasi simpatis merelaksasi otot polos bronkiolus.

Fungsi pertama adalah respirasi eksternal (Lihat bagian


pertukaran gas: Respirasi eksternal). Lalu kedua pertahanan terhadap
mikroba, pada bronkiolus, epitelium, sel goblet, dan mukus sudah tidak
ada. Pada saat udara yang diinspirasi mencapai alveolus, udara biasanya
bersih. Pertahanan di paru bergantung pada sel protektif yang ada
didalam jaringan paru. Yang terakhir pelembab dan penghangat,
inhalasi udara kering dan udara yang tidak cukup lembab menyebabkan
iritasi mukosa dan mendorong infeksi.

Gambar 1.10 Alveolus dan jaringan kapilernya

Sumber : Buku rose dan wilson

8. Respirasi

Istilah respirasi berarti pertukaran gas antara sel tubuh dan


lingkungan. Hal ini melibatkan bernapas (ventilasi paru) yang berarti
perpindahan udara ke dalam dan keluar paru, serta pertukaran gas yang
berlangsung didalam paru (respirasi eksternal) dan didalam jaringan

11
(respirasi internal). Bernapas berarti memasukkan oksigen ke dalam
alveolus dan mengeluarkan karbon dioksida.

Gambar 1.11 Diafragma

Sumber : Buku rose dan wilson

Otot diafragma berbentuk kubah yang memisahkan rongga dan


abdomen. Otot ini menyusun dasar rongga toraks dan bagian atas
rongga abdomen serta terdiri atas tendon sentral. Saat otot diafragma
berelaksasi, tendon sentral berda pada vertebra torasik ke-8). Saat
otot diafragma berkontraksi, serat otot memendek dan tendon sentral
tertarik kebawah hingga vertebra torasik ke-9, menyebabkan rongga
toraks membesar. Hal ini menurunkan tekanan didalam rongga
toraks dan meningkatkan tekanan didalam rongga abdomen dan
panggul. Diafragma dipersarafi oleh saraf frenik.

B. Mekanisme Pernapasan
Proses pemasukan dan pengeluaran udara dari paru secara
bergantian sehingga udara di alveolus lama yang telah ikut serta dalam
pertukaran . 𝑂2 dan 𝐶𝑂2 denga darah kapiler paru dapat ditukar dengan
udara atmosfer segar.
Ventilasi dilakukan secara mekanis dengan mengubah secara
bergantian arah gradien tekanan untuk aliran udara antara atmosfer dan
alveolus melalui ekspansi dan rekoil siklik paru. Ketika tekanan intra-

12
alveolus berkurang akibat ekspansi paru selama inspirasi, udara mengalir
masuk ke paru dari tekanan atmosfer yang lebih tinggi. Ketika tekanan intra-
alveolus meningkat akibat rekoil paru selama ekspirasi, udara mengalir
keluar paru menuju tekanan atmosfer yang lebih rendah.

Gambar 1. Berbagai tekanan yang penting pada ventilasi

Sumber : Buku Lauralee Sherwood, Edisi 8 2014

Kontraksi dan relaksasi bergantian otot-otot inspirasi (terutama


diafragma) secara tak-langsung menimbulkan inflasi dan deflasi periodik
paru dengan secara siklis mengembangkan dan mengempiskan rongga
toraks, dengan paru secara pasif mengikuti gerakannya.

Gambar 1. Anatomi otot-otot pernapasan

Sumber : Buku Lauralee Sherwood, Edisi 8 2014

Paru mengikuti gerakan rongga toraks berkat daya rekat


(kohesivitas) cairan intrapleura dan gradien tekanan transmural melintasi

13
dinding paru yang terbentuk karena tekanan intrapleura menjadi
subatmosfer dan karenanya lebih rendah daripada tekanan intra-alveolus.
Karena energi dibutuhkan untuk kontraksi otot-otot inspirasi,
inspirasi adalah proses aktif, tetapi ekspirasi bersifat pasif selama ber napas
tenang karena tercapai melalui rekoil elastik paru setelah otot otot inspirasi
melemas, tanpa mengeluarkan energi.

Gambar 1. Otot pernapasan sewaktu inspirasi dan ekspirasi

Sumber : Buku Lauralee Sherwood, Edisi 8 2014

Untuk ekspirasi aktif yang lebih kuat, kontraksi otot-otot ekspirasi


(yaitu otot abdomen) semakin mengurangi ukuran rongga toraks dan paru,
yang meningkatkan gradien tekanan intra-alveolus terhadap atmosfer.
Semakin besar gradien antara alveolus dan atmosfer di kedua arah, semakin
besar laju aliran udara karena udara mengalir hingga tekanan intra-alveolus
seimbang dengan tekanan atmosfer.
Selain berbanding lurus dengan gradien tekanan, laju aliran udara
juga berbanding terbalik dengan resistensi saluran napas. Karena resistensi
saluran napas, yang bergantung pada kaliber saluran napas penghantar,
normalnya sangat rendah, laju aliran udara biasanya terutama bergantung
pada gradien tekanan antara alveolus dan atmosfer.
Paru dapat diregangkan dengan derajat bervariasi selama inspirasi
dan kemudian mengempis kembali ke ukuran prainspirasinya sewaktu

14
ekspirasi karena sifat elastiknya. Istilah daya regang paru merujuk kepada
distensibilitas paru-seberapa besar paru teregang sebagai respons terhadap
perubahan tertentu gradien tekanan transmural. Istilah rekoil elastik
merujuk pada kembalinya paru ke posisi istirahatnya sewaktu ekspirasi.
Sifat elastik paru bergantung pada serat elastin di dalam paru dan
pada tegangan permukaan alveolus. Tegangan permukaan alveolus, yang
disebabkan oleh gaya tarik antara molekul-molekul air permukaan dalam
lapisan cairan yang membatasi dinding dalam setiap alveolus, cenderung
menolak peregangan alveolus saat inflasi (menurunkan daya regang) dan
cenderung mengembalikannya ke luas permukaan yang lebih kecil saat
deflasi (meningkatkan rebound paru).
Jika alveolus dilapisi hanya oleh air, tegangan permukaan akan
sedemikian besar sehingga paru berdaya regang rendah dan paru cenderung
kolaps. Surfaktan paru terselip di antara molekul-molekul air dan
menurunkan tegangan permukaan alveolus sehingga paru lebih berdaya
regang dan dapat melawan kecenderungan alveolus untuk kolaps.
Paru dapat diisi hingga sekitar 5,5 liter pada upaya inspirasi
maksimal atau dikosongkan hingga sekitar 1 liter pada upaya ekspirasi
maksimal. Dalam keadaan normal, paru beroperasi "setengah kapasitas".
Volume paru biasanya bervariasi dari sekitar 2 hingga 2,5 liter sewaktu
volume tidal rerata 500 mL udara masuk dan keluar setiap kali bernapas.
Jumlah udara yang masuk dan keluar paru dalam satu menit,
ventilasi paru, sama dengan volume tidal dikalikan dengan kecepatan napas.
Tidak semua udara yang masuk dan keluar tersedia untuk pertukaran O, dan
CO, dengan darah karena sebagian menempati saluran napas penghantar
yang dikenal sebagai ruang mati anatomik. Ventilasi alveolus, volume udara
yang dipertukarkan antara atmosfer dan alveolus dalam satu menit, adalah
ukuran udara yang benar-benar tersedia untuk pertukaran gas dengan darah.
Ventilasi alveolus sama dengan (volume tidal dikurangi volume ruang mati)
dikalikan dengan kecepatan napas.

15
C. Gangguan dalam Sistem Pernafasan
1. Gangguan sistem pernafasan akibat peradangan atau infeksi
a. COPD

COPD (Cronic Obstrucsi Pulmonary Disease) disebut juga


dengan PPOK (Penyakit Paru Obstrustif Kronis) atau PPOM
(Penyakit Paru Obstruksi Menahun). COPD adalah suatu penyakit
yang menimbulkan obstruksi saluran nafas, termasuk ke dalamnya
ialah asthma, bronchitis kronis, dan emfisema pulmonum (Barbara
C. Long, 1996). COPD adalah suatu istilah yang sering digunakan
untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan
ditandai oleh peningkatan retensi terhadap aliran udara sebagai
gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk
satu kesatuan yang dikenal dengan istilah COPD yaitu bronchitis
kronis, empisema paru-paru dan asma. Insidensi COPD telah
meningkat dalam tahun-tahun terakhir ini. Statistik terbaru
menunjukkan bahwa terdapat tujuh belas juta jiwa orang Amerika
yang menderita asthma, emfisema dan bronchitis kronis. Pada tahun
1984 COPD merupakan penyebab kematian keenam setelah
penyakit jantung, neoplasma, stroke, kecelekaan dan pneumonia-
influenza.

b. Bronkhitis Kronis
1) Pengertian

Inflamasi luas jalan nafas dengan penyempitan atau


hambatan jalan nafas dan peningkatan produksi sputum mukoid,
menyebabkan ketidakcocokan ventilasi perfusi dan
menyebabkan sianosis (Marilynn E. Doenges, 2000).

Batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran


dahak, sekurang-kurangnya tiga bulan dalam satu tahun dan

16
terjadi paling sedikit selama dua tahun berturut-turut (Suryono,
2001).

2) Penyebab

Penyebab utamanya yaitu, merokok dengan tembakau


dan polusi udara yang biasa terdapat pada daerah industri.

3) Tanda dan Gejala


a) Gejala awal, ditandai dengan terjadinya batuk produktif saat
terbangun.
b) Gejala berikutnya, yaitu kelemahan fisik.
c) Cor pulmonal.
d) Gagal jantung kanan, seperti gagal pernafasan demam bisa
mencapai suhu 38,9o C, nafas pendek, sering sianosis, dan
edema kaki.
4) Asthma
a) Pengertian

Asthma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat


reversible (Reeves, 2001).

Asthma adalah suatu penyakit yang ditandai oleh


serangan intermitten bronchus disebabkan oleh rangsang
alergik atau iritatif (Rukmono, 1994).
b) Penyebab
• Pemajanan terhadap allergen: Debu rumah, bulu halus
binatang, serbuk sari bunga.
• Pemajanan terhadap iritan: Asap rokok, minyak wangi.
• Infeksi saluran nafas: Influenza.
• Kegiatan jasmani: Lari.
• Ekspresi emosional: Takut, marah, frustasi.
• Lingkungan kerja: Uap zat kimia.
• Polusi udara: Asap.

17
• Pengawet makanan: Sulfit.
• Obat-obatan: Aspirin, penyekat beta, NSAID.
• Lain-lain: Herediter, sinusitis, haid, kehamilan.
c) Tanda dan Gejala
• Batuk produktif, sering pada malam hari.
• Sesak nafas berat.
• Sakit pada daerah dada, dada terasa seperti tertekan.
• Bunyi nafas tambahan (wheezing).
• Pernafasan dangkal.
• Peningkatan usaha bernafas.
• Pernafasan cuping hidung.
d) Emfisema
1) Pengertian
Perubahan destruktif dinding alveolus dan
pembesaran ruang udara distal dari bronkhiolus non
respirstoar terminalis (Barbara C. Long, 1996).
Pembesaran ruang udara bronkhioli distal sampai
terminalis, hal ini menyebabkan kerusakan pada dinding
alveolar, sehingga mengakibatkan timbulnya malfungsi
pada pertukaran gas (Reevses, 2001).
2) Macam-macam bentuk emfisema:
• Emfisema sentrilobuler (Emfisema obstruktif)
Kelainan terutama mengenai bronkiolus respiraorius.
• Emfisema panlobuler (Emfisema merata atau umum)
Kelainan mengenai bagian ujung percabangan
bronkus.
• Emfisemabullosa (Bullous emfisema)
Kelainan terdapat dibagian perifer paru-paru disertai
pembentukan ruang udara besar seperti balon.
• Emfisema senilis (“Aging lung”

18
Istilah ini digunakan pada orang tua dengan dada
yang berbentuk tong (barrel), disertai pelebaran pada
ruang udara di dalam paru-parunya.
• Emfisema fokal (lokalisata)
Kelainan hanya local dan dapat berbentuk
sentrilobuler atau panlobuler.
• Emfisema intertisiil (Emfisema mediatinal)
Keadaan ini disebabkan oleh pecahnya alveolus pada
emfisema paru dan robekan pada paru-paru.
3) Penyebab
• Kelainan radang, pada bronchus dan bronchiolus
yang diakibatkan oleh asap rokok, debu industri.
• Kelainan atrofik, yang meliputi pengurangan
jaringan elastik dan gangguan aliran darah. Dapat
dijumpai pada proses menjadi tua.
• Obstruksi inkomplit, yang disebabkan oleh
penebalan dinding bronchiolus akibat bertambahnya
makrofag pada penderita yang banyak merokok.
4) Tanda dan Gejala
• Dispnea pada gerak badan menunjukkan distrees
pernafasan akut.
• Menggunakan otot-otot aksesorius untuk bernafas,
wajah merah.
• Kurus dengan “barrel chest”.
• Mual, munta, anoreksia.
• Penurunan berat badan menetap.
• Batuk.
• Nafas cepat, kadang lambat, fase ekspirasi
memanjang dengan mendengkur, nafas bibir.
• Bunyi nafas adventius.

19
• Tabuh pada jari-jari.
e) Pneumonia
1) Pengertian
Peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsilidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat
(Suyono, 2001).
2) Penyebab
• Bakteri.
• Virus.
• Jamur.
• Protozoa atau ricketsia.
• Faktor lain: Iritan kimia dan terapi radiasi.
3) Tanda dan Gejala
• Dispne.
• Takipnea.
• Nyeri dada pleuritis.
• Demam.
• Menggigil.
• Haempotisis.
• Batuk produktif berupa sputum purulen atau putih.
• Penurunan toleransi terhadap aktivitas.
• Kehilangan nafsu makan.
f) TB Paru
1) Pengertian
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat
bervariasi (Price, 2001).

20
2) Penyebab
Sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang
1-4/mikron dan tebal 0,3-0,6/mikron.
3) Penularan
TB paru dapat ditularkan dari individu dengan penyakit
pulmonal aktif yang mengeluarkan kuman organisme
ketika:
• Berbicara.
• Batuk.
• Bersin.
• Menyanyi.
4) Tanda dan Gejala
• Batuk lebih dari tiga minggu.
• Batuk berdarah.
• Sakit di dada selama lebih dari tiga minggu.
• Demam selama lebih dari tiga minggu.
• Dapat juga ditemukan: Penurunan berat badan secara
drastic, keringat dingin pada malam hari, anoreksia,
kedinginan.

2. Gangguan sistem pernafasan akibat neoplasma


a. Carsinoma Laring
1. Pengertian

Disebut juga kanker laring. Yaitu tumor ganas yang


berasal dari epitel permukaan laring (Rukmono, 1994).

2. Penyebab
Penyebab pastinya belum diketahui, akan tetapi terdapat
beberapa faktor risiko terjadinya Carsinoma Laring, yaitu:
a) Rokok.
b) Minuman keras seperti alkohol.

21
c) Asap debu pada daerah industri.
d) Laringitis kronis.
e) Penggunaan suara berlebihan.
f) Berasal dari keluarga yang pernah mengidap penyakit ini.
3. Tanda dan Gejala
a) Dispnea.
b) Dyspagia.
c) Batuk.
d) Haemoptisis.
e) Penurunan berat badan.
f) Suara parau.
g) Nyeri disekitar area thyroid
h) Pembesaran nodus lympha.
b. Carsinoma Paru
1) Pengertian

Disebut juga dengan Kanker Paru-paru.

2) Penyebab
a) Merokok.
b) Debu asbes.
c) Uap kimiawi.
d) Zat karsinogen.
e) Genetik.
f) Faktor makanan.
3) Tanda dan Gejala
a) Bronkopulmonal.
b) Batuk.
c) Hemoptysis.
d) Wheezing.
e) Pernafasan pendek.
f) Nyeri saat bernafas.

22
g) Friction rub.
h) Kelelahan.
i) Jari tabuh.
j) Berat badan turun.
c. Carsinoma Nasopharing
1) Pengertian
Disebut juga dengan Kanker Nasopharing. Yaitu tumor
ganas yang berasal dari epitel permukaan nasopharing
(Rukmono, 1994).
2) Penyebab

Penyebab pastinya belum diketahui, akan tetapi terdapat


beberapa faktor risiko terjadinya Carsinoma Nasopharing, yaitu:

a) Rokok.
b) Minuman keras seperti alkohol.
c) Asap debu pada daerah industri.
d) Faringitis kronis.
e) Genetik.
3) Tanda dan Gejala
a) Dispnea.
b) Dyspagia.
c) Batuk.
d) Haemoptisis.
e) Penurunan berat badan.
f) Suara parau.
g) Nyeri disekitar area thyroid.
h) Pembesaran nodus lympha.
3. Gangguan sistem pernafasan akibat trauma
a. Pneumothoraks
1) Pengertian

23
Suatu keadaan dimana udara masuk ke area pleural antara
pleura visceral dan parietal. Ada 2 tipe pneumothoraks, yaitu:
Pneumothoraks Spontan dan Tegangan Pneumothoraks.
2) Penyebab

Pneumothoraks Spontan :

a) Ruptur kista alveolar subpleural.


b) Emfisema.
c) Trauma dada.
d) Resusitasi kardio pulmonal.
e) Bedah thoraks.
f) Bedah abdomen atas.
g) Thoracentesis.
h) Ruptur trakheobronkhial.
i) Patah tulang iga.
j) Tegangan Pneumothoraks:
k) Sobekan pada bronkus paru.
l) Sobekan pada dinding dada.
3) Tanda dan Gejala

Berhentinya suara nafas di sekitar paru-paru yang


mengalami cedera.

a) Tekanan darah menurun.


b) Suara denyut jantung menurun.
c) Dyspnea.
d) Nyeri dada.
e) Pernafasan sangat cepat namun dangkal.
f) Sianosis.
4) Haemothoraks
1) Pengertian
Bila dijumpai adanya darah pada lokasi ini (area pleural).

24
2) Penyebab
a) Patah tulang rusuk.
b) Perdarahan pada kapiler pulmoner.
c) Aorta thoracic.
3) Tanda dan Gejala
a) Ventilasi berkurang.
b) Hipoksemia.
c) Penurunan tekanan darah.
d) Takikardia.
e) Pernafasan pendek-pendek namun cepat.
f) Dyspnea.
g) Nyeri dada.

25
BAB III.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem respirasi memungkinkan oksigen yang ada di atmosfer
masuk ke dalam tubuh dan memungkinkan ekskresi korbon dioksida dari
tubuh. Pertukaran gas antar darah dan paru disebut respirasi eksternal,
sedangkan pertukaran antara darah dan sel disebut respirasi internal. Organ
respirasi meliputi : Hidung, Faring, Laring, Trakea, Dua Bronkus (satu
bronkus pada tiap paru), Bronkiolus dan saluran respirasi kecil, Paru-paru,
Pleura, Otot respirasi (otot interkosta dan diafragma).
Tegangan permukaan alveolus, yang disebabkan oleh gaya tarik
antara molekul-molekul air permukaan dalam lapisan cairan yang
membatasi dinding dalam setiap alveolus, cenderung menolak peregangan
alveolus saat inflasi (menurunkan daya regang) dan cenderung
mengembalikannya ke luas permukaan yang lebih kecil saat deflasi
(meningkatkan rebound paru).
Gangguan pada sistem pernafasan terbagi menjadi 3, yaitu gangguan
sistem pernafasan akibat peradangan atau infeksi,gangguan sistem
pernafasan akibat neoplasma, dan gangguan sistem pernafasan akibat
trauma.
B. Saran
Lebih memperhatikan kembali cara mencegah dan menghindari
bahaya yang mengancam sistem pernapasan pada tubuh kita. Serta
menyadari bahwa memelihara tubuh khususnya sistem pernapasan sangat
penting. Perlu di adakan nya metode penelitian dimana penyebab hal yang
dianggap sepele dapat mengakibatkan hal serius terjadi pada sistem
pernapasan guna mengetahui dan memahami cara melindunginya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Manurung, N. (2021). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta


Timur: Trans Info Media

Sherwood, L. (Edisi 8). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Indonesia : Buku
Kedokteran

Wilson, R. (2017). Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi. Indonesia : Hooi Ping


Chee

27

Anda mungkin juga menyukai