Oleh :
(14120230140)
Dosen Pengampu :
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongannya,
penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam juga kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai saritauladan bagi
umatnya yang telah membawa kami dari alam kegelapan menuju alam yang
terang benderang seperti sekarang ini.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat
nya sehingga makalah “ SISTEM PERNAPASAN MANUSIA ” dapat
terselesaikan. Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Biomedik I.
Penulis berharap dengan membaca makalah ini dapat memperluas wawasan para
pembaca.
Akhir kalimat, penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, penulis meminta maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang
terdapat pada penulisan makalah ini. Kami mengharapkan segala bentuk saran
serta masukan bahkan kritik kepada penulis. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................6
2.1 Pengertian Sistem Pernapasan...............................................................6
2.2 Bagian-bagian saluran pernapasan........................................................8
2.3 Struktur histologi pada bagian saluran pernapasan.............................32
2.4 Mekanisme pada sistem pernapasan....................................................38
2.5 Pengaturan dan pengendalian pernafasan............................................40
2.6 Volume dan kapasitas paru..................................................................43
2.7 Masalah pernapasan.............................................................................44
2.8 Macam-macam kelainan pernapasan...................................................45
BAB III..................................................................................................................63
PENUTUP..............................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................64
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Refleks bersin merupakan salah satu bentuk refleks perlindungan. Refleks bersin
dipicu oleh partikel-partikel asing yang menyebabkan iritasi pada mukosa rongga
hidung. Impuls ini akan dibawa oleh nervus trigeminus menuju pusat bersin di
medula oblongata. Impuls dari medula oblongata akan mengatur otot-otot yang
menjadi efektor refleks bersin. Efektor refleks bersin hampir sama dengan batuk,
tetapi pada reflek bersin, uvula akan tertekan, sehingga sejumlah udara akan
menuju hidung. Keluarnya iritan melalui hidung akan disertai dengan pengeluaran
hasil sekresi rongga hidung yang berfungsi membersihkan. Refleks bersin
memiliki mekanisme serupa refleks batuk, yaitu ekspirasi paksa yang kuat dan
cepat.
Rongga hidung
(sumber gambar : https://www.istockphoto.com/id/foto-foto/rongga-
hidung)
b. Membersihkan udara
Udara inspirasi yang masuk ke dalam hidung dibersihkan
melalui beberapa mekanisme, yaitu penyaringan oleh rambut
hidung atau vibrissae, trapping oleh mukus yang melapisi mukosa
hidung, serta pergerakan silia hidung. Rambut hidung atau vibrissae
dapat menyaring partikel yang masuk ke dalam hidung bersama
udara inspirasi, sehingga partikel berukuran >30 µm umumnya
tidak dapat melewatinya.
Setelah melewati rambut hidung, udara akan mengalami
turbulensi akibat menabrak choncha dan septum nasi. Turbulensi ini
akan menyebabkan partikel asing atau patogen yang turut masuk ke
dalam kavum nasi akan kehilangan arah, berputar-putar, dan
akhirnya terperangkap di dalam mukus yang terdapat pada
permukaan mukosa hidung. Bentuk anatomis hidung yang memiliki
penonjolan berupa choncha juga akan menambah luas permukaan
mukosa sehingga meningkatkan kontak antara udara dengan
membran mukosa. Melalui mekanisme ini, umumnya partikel
berukuran >6 µm akan terperangkap dan tidak bisa menuju faring.
Epitel hidung juga terdiri dari sel bersilia. Silia pada epitel akan
membawa partikel yang sudah terjebak di dalam mukus menuju ke
faring untuk kemudian ditelan atau dikeluarkan. Efektivitas hidung
dalam menyaring partikel telah terbukti dalam studi penggunaan
obat aerosol. Dalam studi, tampak bahwa penetrasi molekul obat ke
dalam paru pada penggunaan obat aerosol melalui mulut lebih baik
daripada melalui hidung.
c. Melembapkan udara
Udara di dalam hidung akan mengalami peningkatan
kelembapan oleh karena mukus yang dihasilkan oleh sel goblet, uap
air yang dihasilkan saat ekspirasi, sekresi dari kelenjar lakrimalis,
dan sekresi dari sinus paranasal. Proses melembapkan ini bertujuan
untuk memelihara integritas dan fungsi silia epitel. Dalam
kehidupan sehari-hari, mukosa hidung tak henti-hentinya terpapar
oleh udara yang kering. Untuk menjaga kelembapan mukosa
hidung, choncha nasi inferior akan mengalami kongesti secara
berkala dan bergantian antara kanan dan kiri. Hal ini dapat terjadi
karena choncha nasi inferior memiliki pleksus venosus. Pleksus
venosus ini akan terisi oleh darah dan menjadi membesar sehingga
akan menghambat lewatnya udara melalui nares sisi tersebut, dan
udara akan masuk melalui nares sisi lainnya.
e. Menghangatkan udara
Hidung juga berfungsi untuk mengatur suhu udara yang masuk
agar sama dengan suhu inti tubuh. Pengaturan suhu udara inspirasi
terutama diperankan oleh permukaan mukosa rongga hidung di
daerah choncha medial dan inferior serta dekat dengan septum. Hal
ini disebabkan tingginya vaskularisasi dan adanya ruang vena
cavernosa di daerah tersebut. Kondisi daerah yang kaya
vaskularisasi berperan sebagai radiator untuk memanaskan udara
inspirasi yang dingin hingga sama atau mendekati suhu inti tubuh
hanya dalam waktu 1/4 (seperempat) detik. Demikian juga saat
udara inspirasi terlalu panas, maka akan berlaku mekanisme serupa
untuk menurunkan suhunya. Karena mampu mengatur suhu serta
kelembapan udara yang masuk, hidung sering disebut sebagai air
conditioner bagi paru.
Pada rongga hidung misalnya terjadi influenza atau hidung buntu, tak
boleh dilupakan kemungkinan tertutupnya lubang-lubang tersebut
sehingga dapat menimbulkan penumpukan cairan dan terjadi radang
didalam sinus paranasalis dan ruang telinga tengah akibatnya bisa terjadi
sinusitis, otitis media, keluar air mata karena ductus nasolacrimalis buntu.
Karena itu pada hidung buntu perlu diberi obat-obatan tetes hidung untuk
mengurangi kemungkinan tertutupnya lubang-lubang tersebut di atas.
Nasal terdiri atas bagian eksternal dan internal. Bagian eksternal menonjol
dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago, dilindungi otot-
otot dan kulit, serta dilapisi oleh membrane mukosa. Lapisan dalam terdiri
dari selaput lender yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung
(konka nasalis) yang berjumlah 3 buah :
Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, ke atas rongga
hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus
paranasalis yang terdiri dari :
Faring
(sumber gambar : https://www.istockphoto.com/id/foto-foto/rongga-
hidung)
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesofagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Bila terjadi radang disebut pharyngitis.
2. Orofaring
Orofaring merupakan dinding posterior mulut. Orofaring
merupakan penghubung antara cavum oris dengan faring. Pada
orofaring, terdapat tosila palatina dan tonsila lingualis yang merupakan
bagian dari sistem pertahanan tubuh. Orofaring menghubungkan
nasofaring dan laringofaring. Dipisah dari nasoparing oleh palatum
lunak muscular, suatu perpanjangan palatum keras tulang.
a. Uvula (anggur kecil) adalah prosesus kerucut (conical) kecil yang
menjulur ke bawah dari bagian tengah tepi bawah palatum lunak.
b. Amandel palatinum terletak pada kedua sisi ororfaring posterior.
3. Laringofaring
Laringofaring merupakan saluran napas sekaligus saluran cerna.
Laringofaring dimulai dari os hyoid hingga pembukaan esofagus (pada
bagian posterior) dan plika vokalis (pada bagian anterior).
Laringofaring memanjang ke esofagus dan laring. Mengelilingi mulut
esophagus dan laring, yaitu merupakan gerbang untuk sistem
respiratorik selanjutnya.
Laring
Pada laring terdapat pita suara yang berjumlah 2 buah terdiri dari
bagian atas adalah pita suara palsu tidak mengeluarkan suara disebut
ventrikularis dan di bagian bawah adalah pita suara sejati yang membentuk
suara yang disebut. vokalis yang terdapat 2 buah otot.
b. Phonasi
Phonasi adalah produksi suara oleh getaran plika vokalis. Phonasi
terjadi akibat bergetarnya plika vokalis saat udara ekspirasi
melewatinya. Keras atau lemahnya volume suara yang dihasilkan
ditentukan oleh kekuatan udara yang melewatinya, sedangkan
tinggi dan rendahnya nada suara (pitch) yang dihasilkan
ditentukan oleh tegangan pada pita suara. Semakin tegang pita
suara, maka getaran yang dihasilkan ketika ada udara yang lewat
akan lebih cepat dan suara yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini
menyebabkan pria umumnya memiliki suara yang rendah. Pria
memiliki pita suara yang tebal dan panjang karena pengaruh
hormon testosteron sehingga getaran pita suara cenderung lambat.
Karena berfungsi dalam produksi suara, maka gangguan pada
laring, misalnya inflamasi, sering kali ditandai dengan suara yang
terdengar serak.
Trakea
Percabangan Bronkus
Otot polos pada saluran napas area konduksi memiliki reseptor ẞ2 dan
muskarinik. Stimulasi reseptor ẞ2 oleh rangsang simpatis akan memicu
relaksasi otot polos, sehingga terjadi bronkodilatasi. Sementara itu,
stimulasi reseptor muskarinik oleh rangsang parasimpatis atau alergen
akan memicu bronkokonstriksi.
Bronkiolus respiratorius
Alveolus
(sumber gambar: https://www.alodokter.com/fungsi-alveolus-pada-
paru-paru-dan-gangguan-yang-dapat-terjadi)
Pleura
Paru-paru
(sumber gambar:
https://www.kompas.com/skola/read/2022/10/11/070000569/paru-
paru--pengertian-dan-bagiannya?page=all)
Paru-paru adalah salah satu organ vital bagi kehidupan manusia. Bila organ ini
tidak berfungsi, manusia tidak akan hidup. Demikian pula bila organ ini
terganggu, misalnya karena suatu penyakit, aktivitas kehidupan seseorang akan
terganggu.
Pada saat beristirahat atau tidur, setiap napas mengirimkan sekitar setengah liter
udara ke dalam ataupun ke luar tubuh setiap menit sebanyak 15 sampai 20 kali.
Ketika beraktivitas berat (berlari) tubuh membutuhkan lebih banyak oksigen. Kita
menarik napas lebih dalam dan lebih cepat sekitar 3 liter sebanyak 50 kali setiap
menit.
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus (lobus dekstra
superior, lobus media dan lobus inferior). Tiap lobus tersusun atas lobules. Paru-
paru kiri terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap
lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri
mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior dan 5 buah
segmen inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen
pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus media dan 3 buah segmen pada
lobus inferior. Tiap- tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan
yang bernama lobulus.
Cavitas nasi
Larynx
Trachea
Alveoli
Bronchiolus terminalis bercabang menjadi dua atau lebih
bronchiolus respiratorius. Epithelium pelapis bronchiolus respiratorius
adalah epithelium simpleks cuboid bercilia dan dilengkapi dengan sel
Clara. Epithelium pelapis bronchiolus respiratorius berhubungan
langsung dengan epithelium ductus alveolaris sehingga pada irisan
transversal tampak perubahan epithelium dari simpleks cuboid menjadi
simpleks squamous.
o Bila otot-otot antar tulang rusuk berelaksasi maka tulang rusuk akan
turun.
o Relaksasi otot antar tulang rusuk diikuti oleh relaksasinya otot diafragma.
o Relaksasi kedua otot tersebut menyebabkan rongga dada mengecil.
o Bila rongga dada mengecil maka tekanan udara di dalamnya justru
menjadi besar.
o Akibatnya udara keluar dari paru-paru atau menghembuskan nafas.
Pada saat kita bernafas biasa volume udara yang masuk kurang lebih 500
ml udara pernafasan ini disebut juga udara tidal, setelah bernafas biasa kita
masih dapat menarik nafas dalam-dalam maka akan masuk kurang lebih 1500
ml udara ini disebut udara komplementer. Sebaliknya kalau kita
menghembuskan nafas sekuat-kuatnya maka akan keluar pula udara kurang
lebih sebanyak 2000 ml, udara ini disebut udara suplementer. Tetapi sekalipun
kita sudah menghembuskan nafas sekuat-kuatnya di dalam paru-paru masih
tersisa udara kurang lebih sebanyak 1500 ml, udara ini dinamakan udara sisa
atau residu. Kapasitas vital paru-paru merupakan volume udara yang dapat
keluar masuk paru-paru. Sedangkan kapasitas total paru-paru merupakan
selruh udara yang terdapat di dalam paru-paru. Ringkasan volume udara
tersebut dapat dilihat pada table sebagai berikut:
Bersin merupakan respon cepat dari saluran pernafasan bila ada partikel
asing yang masuk ke dalam saluran pernafasan pada saat kita bernafas.
Partikel-partikel yang mengganggu dalam tenggorokan dikeluarkan dengan
cara batuk. Diafragma kadang-kadang menyempit secara tiba- tiba yang
mengakibatkan udara masuk ke paru-paru hal ini menyebabkan pita suara
tertutup inilah yang menimbulkan kita cegukan. Sedangkan bila tubuh kita
capek atau bosan paru-paru akan menambah kekurangan oksigen dengan cara
menguap.
Suara yang kita keluarkan menggunakan udara yang berasal dari paru-paru
sehingga kita akan sulit mengeluarkan suara ketika sedang bernafas. Semakin
keras dorongan udara dari paru-paru semakin keras suara yang kita keluarkan.
1. Pernapasan Perut
a. Fase inspirasi
Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma
mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil
sehingga udara luar masuk.
b. Fase ekspirasi
Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali
ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan
tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.
2. Pernapasan dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang
rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Fase inspirasi.
Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga
rongga dada membesarakibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi
lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya
oksigen masuk.
b. Fase ekspirasi.
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang
rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk
sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di
dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar,
sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbondioksida keluar.
Volume darah di paru-paru kira-kira 450 ml, sekitar 9% dari volume darah total
system sirkulasi (70 ml) berada pada kapiler sedangkan sisanya dibagi sama rata
antara arteri dan vena. Bila seseorang menghembuskan udara dengan sangat kuat
sehingga timbul tekanan tinggi di paru-paru sebanyak 250 ml, darah dapat
dikeluarkan dari system sirkulasi paru ke sirkulasi sistemik. Begitu pula hilangnya
darah dari sirkulasi sistemik karena perdarahan dapat dikompensasi sebagian oleh
pergeseran darah secara otomatis dari paru-paru ke pembuluh sistemik.
c. Suhu tubuh. Semakin tinggi suhu tubuh (demam) maka frekuensi pernapasan
akan semakin cepat.
d. Posisi tubuh. Frekuensi pernapasan meningkat saat berjalan atau berlari
dibandingkan posisi diam. frekuensi pernapasan posisi berdiri lebih cepat
dibandingkan posisi duduk. Frekuensi pernapasan posisi tidur terlentar lebih cepat
dibandingkan posisi tengkurap
Kendali Kimiawi
2. Kemorseptor perifer
Terletak dibadan aorta dan karotid pada sistem arteri.
Kemoreseptor ini merespon terhadap perubahan konsentrasi ion
oksigen, karbondioksida dan ion hidrogen.
Contoh:
Kendali syaraf
Volume udara dalam paru-paru dan kecepatan pertukaran saat inspirasi dan
expirasi dapat diukur melalui spirometer.
1. Volume
a. Volume tidal (VT), yaitu volume udara yang masuk dan keluar paru-
paru selama ventilasi normal biasa. Nilai VT pada dewasa normal
sekitar 500 ml untuk laki-laki dan 380 ml untuk perempuan.
b. Volume cadangan inspirasi (VCI), yaitu volume udara extra yang
masuk ke paru-paru dengan inspirasi maximum di atas inspirasi tidal.
CDI berkisar 3100 ml pada laki-laki dan 1900 ml pada perempuan.
c. Volume cadangan expirasi (VCE), yaitu volume extra udara yang dapat
dengan kuat dikeluarkan pada akhir ekspirasi tidak normal. VCE
berkisar 1200 ml pada laki-laki dan 800 ml pada perempuan.
d. Volume residual (VR), yaitu volume udara sisa dalam paru-paru
setelah melakukan expirasi kuat. Rata-rata pada laki-laki sekitar 1200
ml dan pada perempuan 1000 ml. Volume residual penting untuk
kelangsungan aerasi dalam darah saat jeda pernafasan.
2. Kapasitas
a. Kapasitas residual fungsional (KRF) adalah penambahan volume
residual dan volume cadangan expirasi. Kapasitas ini merupakan
jumlah udara sisa dalam sistem respiratorik. setelah ekspirasi normal.
Nilai rata-ratanya adalah 2200ml. Jadi nilai (KRF = VR + VCE).
b. Kapasitas inspirasi (K), adalah penambahan volume tidal dar volume
cadangan inspirasi. Nilai rata-ratanya adalah 3500 ml. Jadi nilai (KI =
VT + VCI)
c. Kapasitas Vital (KV), yaitu penambahan volume tidal, vol. ume
cadangan inspirasi dan volume cadangan expirasi (KT-VT + VCI +
VCE) Nilai rata-ratanya sekitar 4. 500 ml.
d. Kapasitas total paru (KTP) adalah jumlah total uadara yang dapat
ditampung dalam paru-paru dan sama dengan kapasitas vital ditambah
volume residual (KTP = KV + VR), Nilai rata-ratanya adalah 5. 700
ml.
1. Hipoksia (anoksia)
Adalah defisiensi oksigen karena berkurangnya kadar oksigen
dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam jaringan dan organ.
Hipoksia dapat terjadi akibat kekurangan oksigen dalam atmosfer, anemia,
gangguan sirkulasi darah, penyakit paru, adanya zat toksik (karbon
monoksida atau sianida).
2. Hiperkapnia
Peningkatan kadar CO₂ dalam cairan tubuh dan sering disertai dengan
hipoksia. Jika CO, berlebih akan meningkatkan res- pirasi dan konsentrasi
ion hydrogen, yang akan menyebabkan asidosis (kadar asam berlebih)
3. Hipokapnia
Penurunan kadar CO₂ dalam darah, biasanya terjadi akibat hiperventilasi
(pernafasan cepat) dan penghembusan CO, menyebabkan terjadinya
alkalosis (jumlah bikarbonat berlebih)
4. Asfisia (sufokasi)
Suatu kondisi hipoksia dan hiperkapnia akibat ketidakcukupan ventilasi
pulmonar.
5. Dispnea Kesukaran bernafas, dan berhentinya nafas selama 3 menit
(dicekik) sudah bisa menimbulkan kematian.
Tuberkulosis
Jika infeksi lebih buruk, Gejala Tuberkulosis yang akan timbul yaitu:
1) Dada sakit;
2) Batuk dengan mengeluarkan dahak atau darah;
3) Napas pendek atau sesak nafas.
(Sumber: www.images.google.co.id)
Faringitis
(sumber gambar:
https://steemit.com/esteem/@nurultasnimms/faringitis-radang-
tenggorokan-26531c6b6fde)
Asma
(sumber gambar:
https://rsuppersahabatan.co.id/artikel/read/perawatan-asma-untuk-
semuaa)
Sinusitis
(sumber gambar:
https://ners.unair.ac.id/site/lihat/read/1340/manajemen-dan-tatalaksana-
sinusitis)
Bronkhitis
Pneumonia
(sumber gambar: https://www.alodokter.com/pneumonia)
ISPA akan menimbulkan gejala yang terutama terjadi pada hidung dan
paru-paru. Beberapa gejalanya antara lain:
1) Hidung tersumbat atau berair;
2) Para-paru terasa terhambat;
3) Batuk-batuk dan tenggorokan terasa sakit;
4) Kerap merasa kelelahan;
5) Tubuh merasa sakit.
Apabila ISPA bertambah parah, gejala yang lebih serius akan muncul,
seperti:
1) Kesulitan bernapas;
2) Demam tinggi dan menggigil;
3) Tingkat oksigen dalam darah rendah;
4) Kesadaran yang menurun dan bahkan pingsan
Kanker paru-paru
Kanker adalah salah satu dari penyebab kematian terbesar di dunia.
Kanker merupakan penyakit kompleks yang melibatkan pertumbuhan
sel abnormal atau sel tidak biasa yang dikenal sebagai tumor ganas.
Dari semua kanker, kanker paru-paru menjadi penyakit paling umum
yang menyebabkan kematian. Kanker paru-paru secara umum
dikelompokkan menjadi Non-Small Cell Lung Cancer) dan Small Cell
Lung Cancer, kelompok tersebut dibedakan berdasarkan pertumbuhan
dan penyebarannya. Kanker paru-paru dilaporkan menjadi penyebab
pertama kematian pada pria dan kedua pada wanita.
Covid-19
Coronavirus ini adalah keluarga besar virus penyebab penyakit pada
hewan dan manusia. Pada manusia, beberapa coronavirus diketahui
menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa, hingga penyakit
yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS)
dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). COVID-19 menular
melalui droplets atau percikan yang keluar saat seseorang yang
terinfeksi batuk, bersin atau berbicara.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Girin K S, dkk. Tuberkulosis paru post wodec pleural efusion: laporan kasus. J
Medical Profession (MedPro), 2022; 4(2): 175-176.
Farida N. (2019). Buku penyakit paru-paru dan pernapasan. Jawa tengah: Alprin.
1-10.