Anda di halaman 1dari 72

MAKALAH BIOMEDIK I

SISTEM PERNAPASAN MANUSIA

Oleh :

Cahyani Belvana Pratiwi Anshar

(14120230140)

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. drg. H. Masriadi, SKM., SKG., S.Pd.I., M.Kes., M.H.,


M.Biomed

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2023
KATA PENGANTAR

‫ِبْس ِم ِهَّللا الَّرْح َمِن الَّر ِح يِم‬

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongannya,
penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam juga kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai saritauladan bagi
umatnya yang telah membawa kami dari alam kegelapan menuju alam yang
terang benderang seperti sekarang ini.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat
nya sehingga makalah “ SISTEM PERNAPASAN MANUSIA ” dapat
terselesaikan. Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Biomedik I.
Penulis berharap dengan membaca makalah ini dapat memperluas wawasan para
pembaca.

Akhir kalimat, penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, penulis meminta maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang
terdapat pada penulisan makalah ini. Kami mengharapkan segala bentuk saran
serta masukan bahkan kritik kepada penulis. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Makassar, 22 September 2023

Cahyani Belvana Pratiwi Anshar


DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................6
2.1 Pengertian Sistem Pernapasan...............................................................6
2.2 Bagian-bagian saluran pernapasan........................................................8
2.3 Struktur histologi pada bagian saluran pernapasan.............................32
2.4 Mekanisme pada sistem pernapasan....................................................38
2.5 Pengaturan dan pengendalian pernafasan............................................40
2.6 Volume dan kapasitas paru..................................................................43
2.7 Masalah pernapasan.............................................................................44
2.8 Macam-macam kelainan pernapasan...................................................45
BAB III..................................................................................................................63
PENUTUP..............................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................64
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udara di sekitar kita mengandung oksigen yang diperlukan untuk proses


kimia dalam tubuh. Bagian yang khusus mengambil udara serta menyalurkan
oksigen ke dalam darah untuk di sebarkan keseluruh tubuh dikenal sebagai
sistem pernapasan. Sistem pernapasan terdiri atas Hidung, Tenggorokan,
Laring (kotak suara), Trakea (batang tenggororkan), Bronkus (jalan udara
utama di dada), dan Paru-paru.

Dalam proses pernapasan, oksigen merupakan zat kebutuhan utama.


Oksigen untuk pernapasan diperoleh dari udara di lingkungan sekitar. Alat-alat
pernapasan berfungsi memasukan udara yang mengandung oksigen dan
mengeluarkan udara yang mengandung karbon dioksida dan uap air. Tujuan
proses pernapasan yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas
terjadi pelepasan energi. Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal,
yakni saluran pernapasan dan mekanisme pernapasan.

1.2 Rumusan Masalah

A. Jelaskan pengertian dari sistem pernapasan!


B. Apa saja bagian-bagian saluran pernapasan?
C. Bagaimana struktur histologi dari masing-masing bagian tersebut?
D. Bagaimana mekanisme pada pernapasan?
E. Bagaimana pengaturan dan pengendalian pernapasan?
F. Bagaimana volume dan kapasitas paru?
G. Apa saja masalah yang terjadi pada pernapasan?
H. Apa macam-macam kelainan pernapasan pada manusia ?
1.3 Tujuan

Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah :


A. Untuk mengetahui pengertian pada sistem pernapasan.
B. Untuk mengetahui bagian-bagian saluran pernapasan.
C. Untuk mengetahui struktur histologi masing-masing pada bagian saluran
pernapasan.
D. Untuk mengetahui mekanisme pada pernapasan.
E. Untuk mengetahui pengaturan dan pengendalian pernapasan.
F. Untuk mengetahui volume dan kapasitas paru.
G. Untuk mengetahui masalah pernapasan.
H. Untuk mengetahui macam-macam kelainan pada pernapasan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan pada manusia adalah sistem menghirup oksigen dari


udara serta mengeluarkan karbon dioksida dan uap air. Pernapasan adalah
proses pengambilan (menghirup) oksigen (O2) atau zat asam ke dalam tubuh
serta mengeluarkan karbon dioksida (CO2) atau zat asam arang dan uap air ke
luar tubuh. Pernapasan pada manusia menggunakan beberapa alat, yaitu
hidung, tenggorokandan paru-paru. Oksigen dihirup melalui jalan pernapasan
yaitu hidung, selanjutnya melalui tenggorokan kemudian masuk ke paru-paru.
Udara yang masuk melalui hidung disaring menggunakan alat penyaring atau
filter yang berupa rambut-rambut atau bulu-bulu yang terdapat di dalam
hidung. Alat penyaring atau filter ini berfungsi menyaring oksigen atau udara
agar udara yang masuk tersebut benar- benar bersih, sehingga tidak mengotori
alat-alat pernapasan yang lain.
(sumber gambar:
https://katadata.co.id/sitinuraeni/berita/61cbe90c6fcf6/fungsi-paru-paru-
lengkap-dengan-antomi-dan-mekanismenya)
sistem respirasi berperan untuk menukar udara kepermukaan dalam paru-
paru. Udara masuk dan menetap dalam sistem pernafasan dan masuk dalam
pernafasan otot sehingga trakea dapat melakukan penyaringan, penghangatan
dan melembabkan udara yang masuk juga melindungi permukaan organ yang
lembut. Hantaran tekanan menghasilkan udara diparu-paru melalui saluran
pernafasan atas.

Saluran pernapasan adalah bagian tubuh manusia yang berfungsi sebagai


tempat pertukaran gas yang diperlukan untuk proses pernapasan. Saluran ini
berpangkal pada hidung, tekak (faring), tenggorokan (trakea), cabang
tenggorokan (bronkus), bronkiolus, alveolus, dan berakhir pada paru-paru.
Pernapasan merupakan pertukaran O2 dan CO2 antara sel-sel tubuh serta
lingkungan. Pernapasan juga merupakan peristiwa menghirup udara dari luar
yang mengandung O2 dan mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari oksidasi dari
tubuh. Penghisapan udara ke dalam tubuh disebut proses inspirasi dan
menghembuskan udara keluar tubuh disebut proses ekspirasi.

Beberapa fungsi pernapasan yang penting adalah :

1. Mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah keseluruhan tubuh


untuk mengadakan pembakaran.
2. Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran
kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang.
Prinsip dasar sistem pernapasan :
 Mempertahankan pertukaran oksigen dan karbondioksida di paru-paru dan
jaringan.
 Membantu mengatur keseimbangan asam-basa tubuh.
 Tersusun atas zona penghantar dan zona pernapasan
- Zona penghantar terdiri dari jalur bersambung yang
mengangkut udara ke dalam dan keluar paru-paru (hidung,
faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus)
- Zona pernapasan (tersusun atas bronkiolus, ductus
alveolus, dan alveolus) melakukan pertukaran gas
 Terdiri dari saluran pernapasan atas, saluran pernapasan bawah, dan
rongga toraks.

Refleks bersin merupakan salah satu bentuk refleks perlindungan. Refleks bersin
dipicu oleh partikel-partikel asing yang menyebabkan iritasi pada mukosa rongga
hidung. Impuls ini akan dibawa oleh nervus trigeminus menuju pusat bersin di
medula oblongata. Impuls dari medula oblongata akan mengatur otot-otot yang
menjadi efektor refleks bersin. Efektor refleks bersin hampir sama dengan batuk,
tetapi pada reflek bersin, uvula akan tertekan, sehingga sejumlah udara akan
menuju hidung. Keluarnya iritan melalui hidung akan disertai dengan pengeluaran
hasil sekresi rongga hidung yang berfungsi membersihkan. Refleks bersin
memiliki mekanisme serupa refleks batuk, yaitu ekspirasi paksa yang kuat dan
cepat.

Berbeda dengan refleks bersin yang bertujuan untuk membersihkan rongga


hidung, refleks batuk bertujuan untuk membersihkan laring, trakea, bronkus, dan
percabangannya dari benda asing. Refleks batuk dapat distimulasi oleh adanya
stimulus kimia maupun mekanik pada nasal, laring, trakea, dan sepanjang
percabangan bronkus. Mekanisme batuk terdiri dari empat fase, yaitu inspirasi,
kompresi, ekspresif, dan relaksasi. Refleks batuk dimulai dari stimulus yang
memicu penjalaran impuls melalui n.X menuju medula oblongata. Hal ini memicu
sirkuit neuronal di medula oblongata sehingga terjadi inspirasi cepat dan dalam
(fase inspirasi). Fase berikutnya adalah fase kompresi, yaitu penutupan glotis,
kontraksi otot-otot abdomen, dan interkostal interna yang menyebabkan
diafragma terdorong ke arah kaudal sehingga tekanan intratorakal
meningkatDengan peningkatan tekanan intrapulmonal, glotis yang sebelumnya
tertutup akan terbuka secara tiba-tiba, sehingga udara akan keluar dengan
kecepatan yang tinggi, hingga 250 m/detik (fase ekspresif). Fase terakhir adalah
fase relaksasi. Pada fase ini, otot polos saluran napas akan relaksasi, sehingga
terjadi bronkodilatasi sementara.

2.2 Bagian-bagian saluran pernapasan

Rongga hidung
(sumber gambar : https://www.istockphoto.com/id/foto-foto/rongga-
hidung)

Hidung merupakan jalan masuknya oksigen sekaligus jalan keluarnya


udara sisa pernapasan (CO2 dan uap air). Hidung dan tenggorokan
merupakan alat pernapasan pada manusia yang memiliki fungsi secara
umum sebagai ventilator atau saluran udara menuju ke paru-paru. Secara
khusus hidung berfungsi sebagai alat penyaring udara yang masuk menuju
ke tenggorokan dan paru-paru pada proses pernapasan. Di dalam rongga
hidung terdapat rambut-rambut atau bulu-bulu hidung yang berfungsi
sebagai filter atau penyaring udara tersebut. Selain terdapat rambut atau
bulu-bulu penyaring udara, di dalam batang atau rongga hidung juga
terdapat lendir. Dengan demikian, kotoran dari udara yang tersaring oleh
bulu-bulu atau rambut hidung tersebut akan menempel pada lendir tersebut
agar tidak masuk ke dalam tenggorokan dan paru-paru.

Di samping dengan hidung, manusia juga dapat bernapas menggunakan


mulut. Udara yang masuk ke dalam mulut selanjutnya akan melalui tekak
(faring) terus ke pangkal tenggorokan (laring). Dari pangkal tenggorokan
selanjutnya udara masuk melalui batang tenggorok (trakea) menuju paru-
paru.
Sebagai pintu utama masuknya udara, hidung memiliki berbagai fungsi
yang penting, yaitu:
a. Sebagai saluran udara
Hidung merupakan saluran alami pernapasan, sedangkan mulut,
meskipun juga dapat digunakan untuk bernapas. Namun, hal ini
dilakukan setelah melalui proses belajar. Adanya hidung juga
memungkinkan manusia dapat bernapas dan makan pada waktu
yang bersamaan.

b. Membersihkan udara
Udara inspirasi yang masuk ke dalam hidung dibersihkan
melalui beberapa mekanisme, yaitu penyaringan oleh rambut
hidung atau vibrissae, trapping oleh mukus yang melapisi mukosa
hidung, serta pergerakan silia hidung. Rambut hidung atau vibrissae
dapat menyaring partikel yang masuk ke dalam hidung bersama
udara inspirasi, sehingga partikel berukuran >30 µm umumnya
tidak dapat melewatinya.
Setelah melewati rambut hidung, udara akan mengalami
turbulensi akibat menabrak choncha dan septum nasi. Turbulensi ini
akan menyebabkan partikel asing atau patogen yang turut masuk ke
dalam kavum nasi akan kehilangan arah, berputar-putar, dan
akhirnya terperangkap di dalam mukus yang terdapat pada
permukaan mukosa hidung. Bentuk anatomis hidung yang memiliki
penonjolan berupa choncha juga akan menambah luas permukaan
mukosa sehingga meningkatkan kontak antara udara dengan
membran mukosa. Melalui mekanisme ini, umumnya partikel
berukuran >6 µm akan terperangkap dan tidak bisa menuju faring.
Epitel hidung juga terdiri dari sel bersilia. Silia pada epitel akan
membawa partikel yang sudah terjebak di dalam mukus menuju ke
faring untuk kemudian ditelan atau dikeluarkan. Efektivitas hidung
dalam menyaring partikel telah terbukti dalam studi penggunaan
obat aerosol. Dalam studi, tampak bahwa penetrasi molekul obat ke
dalam paru pada penggunaan obat aerosol melalui mulut lebih baik
daripada melalui hidung.

c. Melembapkan udara
Udara di dalam hidung akan mengalami peningkatan
kelembapan oleh karena mukus yang dihasilkan oleh sel goblet, uap
air yang dihasilkan saat ekspirasi, sekresi dari kelenjar lakrimalis,
dan sekresi dari sinus paranasal. Proses melembapkan ini bertujuan
untuk memelihara integritas dan fungsi silia epitel. Dalam
kehidupan sehari-hari, mukosa hidung tak henti-hentinya terpapar
oleh udara yang kering. Untuk menjaga kelembapan mukosa
hidung, choncha nasi inferior akan mengalami kongesti secara
berkala dan bergantian antara kanan dan kiri. Hal ini dapat terjadi
karena choncha nasi inferior memiliki pleksus venosus. Pleksus
venosus ini akan terisi oleh darah dan menjadi membesar sehingga
akan menghambat lewatnya udara melalui nares sisi tersebut, dan
udara akan masuk melalui nares sisi lainnya.

d. Menjadi drainase dari duktus nasolakrimalis dan sinus paranasal


Kelenjar lakrimalis memproduksi air mata secara kontinu untuk
membasahi permukaan bola mataDengan adanya sistem drainase
ini, air mata kita tidak selalu tumpah dan tampak seperti menangis
meski air mata terus diproduksiDalam keadaan fisiologis, sinus
paranasal juga dapat memproduksi sekret. Penumpukan sekret
dicegah dengan adanya drainase menuju hidung.

e. Menghangatkan udara
Hidung juga berfungsi untuk mengatur suhu udara yang masuk
agar sama dengan suhu inti tubuh. Pengaturan suhu udara inspirasi
terutama diperankan oleh permukaan mukosa rongga hidung di
daerah choncha medial dan inferior serta dekat dengan septum. Hal
ini disebabkan tingginya vaskularisasi dan adanya ruang vena
cavernosa di daerah tersebut. Kondisi daerah yang kaya
vaskularisasi berperan sebagai radiator untuk memanaskan udara
inspirasi yang dingin hingga sama atau mendekati suhu inti tubuh
hanya dalam waktu 1/4 (seperempat) detik. Demikian juga saat
udara inspirasi terlalu panas, maka akan berlaku mekanisme serupa
untuk menurunkan suhunya. Karena mampu mengatur suhu serta
kelembapan udara yang masuk, hidung sering disebut sebagai air
conditioner bagi paru.

f. Sebagai indera penghidu


Hidung memiliki sel dengan kemoreseptor penciuman yang
terdapat pada membran olfaktori di bagian atap cavum nasi. Sel ini
memiliki waktu hidup yang cukup pendek, yaitu sekitar 60 hari.
Namun, sel ini akan selalu mengalami regenerasi dari sel basalis
membran hidung. Substansi kimia yang merangsang reseptor
tersebut akan dihantarkan oleh nervus olfaktorius menuju pusat
sensori di korteks, sehingga kita dapat mencium berbagai bau-bauan
di sekitar kita. Kemampuan hidung dalam mencium bau juga
memiliki fungsi protektif. Pengenalan akan bau gas berbahaya akan
menimbulkan kewaspadaan dan memungkinkan kita menahan
napas, sehingga gas tersebut tidak mencapai saluran napas bagian
bawah.

g. Sebagai ruang resonansi bicara.


Nares anterior adalah saluran-saluran didalam lubang hidung. Saluran-
saluran ini bermuara kedalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum
hidung. Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan
pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farink dan selaput lendir.
Semua sinus yang mempunyai lubang masuk kedalam rongga hidung.
Rongga hidung sendiri berfungsi sebagai berikut :
- Bekerja sebagai saluran udara pernapasan.
- Sebagai penyaring udara pernapasan yang dilakukan oleh
bulu-bulu hidung.
- Dapat menghangatkan udara pernapasan oleh mukosa
- Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama
udara pernapasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput
lendir atau hidung.

Pada bagian belakang rongga hidung terdapat ruangan yang disebut


nasophaynk. Rongga hidung dan nasoparing berhubungan dengan :

1. Sinus paranasalis, yaitu rongga-rongga pada tulang kranial.


Berhubungan dengan rongga hidung melalui ostium (lubang). Terdapat
beberapa sinus paranasalis, sinus maksilaris dan sinus ethmoidalis
yang dekat dengan permukaan dan sinus sphenoidalis dan sinus
ethmoidalis yang terletak lebih dalam.
2. Ductus nasolacriminalis, yang menyalurkan air mata kedalam hidung.
3. Tuba eustachius, yang berhubungan dengan ruang telinga bagian
tengah.

Pada rongga hidung misalnya terjadi influenza atau hidung buntu, tak
boleh dilupakan kemungkinan tertutupnya lubang-lubang tersebut
sehingga dapat menimbulkan penumpukan cairan dan terjadi radang
didalam sinus paranasalis dan ruang telinga tengah akibatnya bisa terjadi
sinusitis, otitis media, keluar air mata karena ductus nasolacrimalis buntu.
Karena itu pada hidung buntu perlu diberi obat-obatan tetes hidung untuk
mengurangi kemungkinan tertutupnya lubang-lubang tersebut di atas.

Udara pernapasan dalam hidung mengalami tiga kali proses yakni :

 Disaring oleh rambut-rambut hidung dan selaput lendir


 Disesuaikan suhunya
 Diatur kelembapannya (kadar airnya)

Nasal terdiri atas bagian eksternal dan internal. Bagian eksternal menonjol
dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago, dilindungi otot-
otot dan kulit, serta dilapisi oleh membrane mukosa. Lapisan dalam terdiri
dari selaput lender yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung
(konka nasalis) yang berjumlah 3 buah :

a. Konka nasalis inferior (karang hidung bagian bawah).


b. Konka nasalis media (karang hidung bagian tengah).
c. Konka nasalis superior (karang hidung bagian atas).

Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, ke atas rongga
hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus
paranasalis yang terdiri dari :

a. Sinus maksilaris pada rongga rahang atas.


b. Sinus frontalis pada rongga tulang dahi.
c. Sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji.
d. Sinus etmoidalis pada rongga tulang tapis.

Faring
(sumber gambar : https://www.istockphoto.com/id/foto-foto/rongga-
hidung)

Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesofagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Bila terjadi radang disebut pharyngitis.

Pharynx atau Faring merupakan organ berbentuk corong sepanjang 15


cm yang tersusun atas jaringan fibromuscular yang berfungsi sebagai
saluran pencernaan dan juga sebagai saluran pernafasan. Pharynx terletak
setinggi Bassis cranii (bassis occipital dan bassis sphenoid) sampai
cartilage cricoid setinggi Vertebrae Cervical VI. Bagian terlebar dari
pharynx terletak setinggi os. Hyoideum dan bagian tersempitnya terletak
pada pharyngoesophageal junction. Faring merupakan organ tubuh tempat
persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan, terdapat di
bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah
depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ lain disekitarnya
meliputi :
a. Ke atas berhubungan dengan rongga hidung dengan perantaraan
lubang yang disebut koana.
b. Ke depan berhubungan dengan rongga mulut yang disebut itsmus
fausium.
c. Ke bawah terdapat dua lubang ke arah depan lubang faring dan ke
arah belakang lubang esophagus.

Rongga tekak dibagi dalam 3 bagian antara lain:

a. Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana disebut


nasofaring.
b. Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut
orofaring.
c. Bagian bawah sekali disebut laringofaring.

Pembentuk dinding faring yaitu sebagai berikut:

a. Membrane mukosa yang tersusun atas epitel squamos


pseudokompleks bersilia pada bagian atas dan epitel squamos
kompleks di bagian bawah.
b. Submukosa.
c. Jaringan fibrosa, membentuk fascia pharyngobasillaris yang
melekat pada bassis crania.
d. Jaringan muskular yang terdiri atas otot sirkular dan longitudinal.
e. Jaringan ikat longgar yang membentuk fascia buccopharyngeal.

Faring terbagi menjadi 3 bagian yaitu nasofaring, orofaring dan


laringofaring.
1. Nasofaring
Adalah bagian posterior rongga nasal yang membuka kearah rongga
nasal melalui dua naris internal (koana), yaitu :
a. Dua tuba eustachius (auditorik) yang menghubungkan nasofaring
dengan telinga tengah. Tuba ini berfungsi untuk menyetarakan
tekanan udara pada kedua sisi kendang telinga.
b. Amandel (adenoid) faring adalah penumpukan jaringan limfatik
yang terletak didekat naris internal. Pembesaran pada adenoid
dapat menghambat aliran darah.

Peran penting dari nasofaring di antaranya adalah:

- Menyamakan tekanan antara telinga bagian tengah dan


atmosfer. Pada nasofaring terdapat ostium tuba auditiva
atau tuba eustachii. Tuba auditiva adalah suatu saluran
yang menghubungkan antara telinga bagian tengah dengan
nasofaring. Tuba auditiva umumnya berada dalam keadaan
tertutup, tetapi ketika menelan, ostium tuba auditiva akan
terbuka. Terbukanya ostium tuba auditiva memungkinkan
udara mengalir dari atau ke dalam telinga bagian tengah,
sehingga tekanan antara telinga dalam dan nasofaring
(atmosfer) akan menjadi seimbang. Tekanan yang
seimbang akan melindungi membran timpani agar tidak
terlalu cekung atau bulging.
- Pertahanan tubuh.
Struktur penting lain yang terdapat pada nasofaring adalah tonsila
faringea atau kelenjar adenoid yang terletak di bagian posterior
nasofaring. Tonsil merupakan jaringan limfoid yang berperan
dalam sistem pertahanan tubuh. Karena posisi tonsila faringea
terdapat pada perbelokan saluran napas, maka udara dari hidung
yang masuk ke nasofaring akan berkontak dengan mukosa sekitar
tonsil. Jika terdapat patogen pada udara napas, patogen tersebut
akan terperangkap dan memicu respons pertahanan seluler tubuh.

2. Orofaring
Orofaring merupakan dinding posterior mulut. Orofaring
merupakan penghubung antara cavum oris dengan faring. Pada
orofaring, terdapat tosila palatina dan tonsila lingualis yang merupakan
bagian dari sistem pertahanan tubuh. Orofaring menghubungkan
nasofaring dan laringofaring. Dipisah dari nasoparing oleh palatum
lunak muscular, suatu perpanjangan palatum keras tulang.
a. Uvula (anggur kecil) adalah prosesus kerucut (conical) kecil yang
menjulur ke bawah dari bagian tengah tepi bawah palatum lunak.
b. Amandel palatinum terletak pada kedua sisi ororfaring posterior.

3. Laringofaring
Laringofaring merupakan saluran napas sekaligus saluran cerna.
Laringofaring dimulai dari os hyoid hingga pembukaan esofagus (pada
bagian posterior) dan plika vokalis (pada bagian anterior).
Laringofaring memanjang ke esofagus dan laring. Mengelilingi mulut
esophagus dan laring, yaitu merupakan gerbang untuk sistem
respiratorik selanjutnya.

Laring

(sumber gambar: https://hellosehat.com/tht/tenggorokan/fungsi-laring/)

Larynx (laring) atau tenggorokan merupakan salah satu saluran


pernafasan (tractus respiratorius). Laring membentang dari
laryngoesophageal junction dan menghubungkan faring (pharynx) dengan
trakea. Laring terletak setinggi Vertebrae Cervical IV VI. Laring juga
bertindak sebagai pembentukan suara. Laring atau pangkal tenggorokan
itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglottis
yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita
menelan makanan menutupi laring. Laring terdiri dari 5 tulang rawan
antara lain:
a. Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun, sangat jelas terlihat pada pria.
b. Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker.
c. Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin.
d. Kartilago epiglotis (1 buah).

Laring berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan


nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring dapat tersumbat,
antara lain oleh benda asing (gumpalan makanan), infeksi (misalnya
difteri) dan tumor.

Pada laring terdapat pita suara yang berjumlah 2 buah terdiri dari
bagian atas adalah pita suara palsu tidak mengeluarkan suara disebut
ventrikularis dan di bagian bawah adalah pita suara sejati yang membentuk
suara yang disebut. vokalis yang terdapat 2 buah otot.

Terbentuknya suara merupakan hasil kerja sama antara rongga mulut,


rongga hidung, laring, lidah dan bibir. Pada pita suara palsu tidak terdapat
otot oleh karena itu pita suara ini tidak dapat bergetar, hanya antara kedua
pita suara tadi dimasuki oleh aliran udara maka tulang rawan gondok dan
tulang rawan bentuk beker tadi diputar. Akibatnya pita suara dapat
mengencang dan mengendor dengan demikian sela udara menjadi sempit
atau luas. Perbedaan suara seseorang bergantung pada tebal dan
panjangnya pita suara.
Pada leher pria kalua kita perhatikan ada benjolan yang disebut jakun.
Pada wanita juga sebetulnya terdapat juga jakun hanya tidak menonjol
seperti pada pria. Jakun ini tersusun dari katup pangkal tenggorok. Perisai
tulang rawan serta gelang-gelang tulang rawan. Di dalam jakun terdapat
pita suara yang selalu bergetar kalua kita bersuara.

Laring mengandung pita suara dan menghubungkan faring dengan


trakea. Laring berperan sebagai titik transisi antara saluran atas dan bawah.
Otot tulang rawan membentuk dinding laring, termasuk tulang rawan
tiroid yang besar dan berbentuk perisai yang terletak tepat dibawah garis
rahang. Epiglottis, suatu jaringan penutup yang menutup bagian atas laring
ketika pasien menelan, melindungi pasien dari aspirasi makanan atau
cairan ke dalam saluran napas bawah.

- Epiglottis, merupakan katup tulang rawan untuk menutup


larynx sewaktu orang menelan. Bila waktu makan kita
berbicara (epiglottis terbuka), makanan bisa masuk ke
larynx (keselek) dan terbatu-batuk. Pada saat bernafas
epiglottis terbuka tapi pada saat menelan epiglottis
menutup laring. Jika masuk ke laring maka akan batuk dan
dibantu bulu-bulu getar silia untuk menyaring debu,
kotoran-kotoran.
- Jika bernafas melalui mulut udara yang masuk ke paru-
paru tak dapat disaring, dilembabkan atau dihangatkan
yang menimbulakan gangguan tubuh dan sel-sel bersilia
akan rusak adanya gas beracun dan dehidrasi.
- Pita suara, terdapat dua pita suara yang dapat ditegangkan
dan dikendurkan, sehingga lebar sela-sela antara pita-pita
tersebut berubah-ubah sewaktu bernafas dan berbicara.
Selama pernafasan pita suara sedikit terpisah sehingga
udara dapat keluar masuk.
Laring dimulai dari kartilago epiglotis hingga setinggi kartilago
krikoid. Laring terdiri dari kartilago, otot intrinsik, dan otot ekstrinsik.
Laring memiliki beberapa peran, yaitu:

a. Mencegah makanan atau minuman masuk ke dalam saluran napas


Epitel pada saluran napas berbeda dengan epitel pada saluran
cerna, sehingga ketika terdapat makanan, minuman, atau benda
lain selain udara yang masuk ke dalam saluran napas, saluran
napas tidak mampu mengabsorbsinya. Masuknya partikel selain
udara ke dalam saluran napas disebut sebagai aspirasi. Untuk
mencegah aspirasi, ketika menelan, epiglotis akan mendatar dan
menutup laringofaring, sehingga mencegah makanan atau
minuman masuk ke laring. Selain itu, otot laring bagian superior
akan terangkat sehingga makanan lebih mudah masuk ke esofagus.
Proses menelan ini diperankan oleh otot-otot ekstrinsik laring
dengan kontrol dari pusat menelan di medula oblongata.

b. Phonasi
Phonasi adalah produksi suara oleh getaran plika vokalis. Phonasi
terjadi akibat bergetarnya plika vokalis saat udara ekspirasi
melewatinya. Keras atau lemahnya volume suara yang dihasilkan
ditentukan oleh kekuatan udara yang melewatinya, sedangkan
tinggi dan rendahnya nada suara (pitch) yang dihasilkan
ditentukan oleh tegangan pada pita suara. Semakin tegang pita
suara, maka getaran yang dihasilkan ketika ada udara yang lewat
akan lebih cepat dan suara yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini
menyebabkan pria umumnya memiliki suara yang rendah. Pria
memiliki pita suara yang tebal dan panjang karena pengaruh
hormon testosteron sehingga getaran pita suara cenderung lambat.
Karena berfungsi dalam produksi suara, maka gangguan pada
laring, misalnya inflamasi, sering kali ditandai dengan suara yang
terdengar serak.

c. Berperan pada proses mengejan


Ketika mengejan, plika vestibular akan mendekat dan menutup
laring. Hal ini akan mencegah udara keluar, meskipun tekanan
intratorakal meningkat akibat kontraksi otot-otot ekspirasi. Hal ini
kemudian juga akan menigkatkan tekanan intraabdominal.

Trakea

(sumber gambar: https://hellosehat.com/tht/tenggorokan/fungsi-laring/)

Trakea terbentuk dari 16-20 kartilago berbentuk "C". Struktur kartilago


yang kaku memungkinkan trakea selalu dalam keadaan terbuka. Sementara
itu, bagian lunak di posterior (bagian terbuka dari kartilago berbentuk C)
memberikan tempat untuk makanan ketika melewati esofagus. Otot
trakealis dapat berkontraksi atau relaksasi untuk menyesuaikan aliran
udara. Trakea akan bercabang menjadi bronkus primer kanan dan kiri.
Titik tempat trakea bercabang menjadi bronkus disebut carina. Mukosa
carina sensitif terhadap stimulus dan dapat memunculkan refleks batuk
bila terangsang.

Trakea bersifat fleksibel, sehingga mampu mengalami kontraksi dan


kembali mengalami relaksasi ke ukuran semula. Kontraksi otot polos
trakea akan mengurangi ukuran diameter rongga trakea, dan pada keadaan
ini dibutuhkan tenaga yang cukup besar untuk mengeluarkan udara dari
paru-paru. Tulang rawan berfungsi mencegah terjadinya penyumbatan dan
menjamin keberlangsungan jalannya udara, walaupun terjadi perubahan
tekanan selama pernafasan. Trakea berfungsi sebagai tempat perlintasan
udara setelah melewati saluran pernafasan bagian atas yang membawa
udara bersih, hangat dan lembab. Pada trakea terdapat sel-sel bersilia yang
berguna untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-
sama dengan udara pernapasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus
kiri dan kanan disebut karina.

Percabangan Bronkus

(sumber gambar: https://hellosehat.com/tht/tenggorokan/fungsi-laring/)


Bronkus, merupakan percabangan trachea. Setiap bronkus primer
bercabang 9 sampai 12 kali untuk membentuk bronki sekunder dan tersier
dengan diameter yang semakin kecil. Struktur mendasar dari paru-paru
adalah percabangan bronchial yang selanjutnya secara berurutan adalah
bronki, bronkiolus, bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorik, ductus
alveolar, dan alveoli. Dibagian bronkus masih disebut pernapasan
extrapulmonary dan sampai memasuki paru-paru disebut intrapulmonar.
Bronkus utama kanan – lebih pendek, lebih lebar, dan lebih vertical
daripada yang kiri – memasok udara ke paru-paru kanan. Bronkus utama
kiri menghantarkan udara ke paru-paru kiri. Bronkus utama dibagi menjadi
lima bronkus lobaris (sekunder). Setiap bronkus lobaris memasuki sebuah
lobus pada setiap paru-paru. Setiap bronkus lobaris bercabang menjadi
bronkus segmental (bronkus tersier). Segmen berlanjut bercabang menjadi
bronkus yang lebih kecil, akhirnya bercabang menjadi bronkiolus.
Bronkus yang lebih besar terdiri dari tulang rawan, otot polos, dan epitel.
Seiring dengan mengecilnya bronkus, mereka kehilangan tulang rawan
kemudian otot polos; bronkiolus terkecil hanya terdiri dari satu lapis sel
epitel.
Bronkus terdiri atas kartilago dan otot polos sirkular. Otot bronkus
memiliki irama tonus sirkardian. Otot ini akan berkonstriksi maksimal
pada pukul 6 pagi dan dilatasi maksimal pada pukul 6 sore.

Secara anatomis, bronkus kanan lebih pendek dan lebar dibanding


bronkus kiri sehingga jika terdapat partikel asing atau patogen yang turut
masuk bersama dengan udara napas, partikel tersebut akan lebih
cenderung masuk ke bronkus kanan. Masing-masing bronkus kemudian
akan bercabang menjadi bronkus sekunder, tersier, bronkiolus, dan
seterusnya hingga menjadi bronkiolus respiratorius. Bentuknya yang
bercabang-cabang dan ukuran percabangan bronkus yang semakin kecil
memberikan bentuk seperti pohon terbalik, sehingga sering disebut
sebagai bronchial tree.
Bronkus dan percabangannya tersusun atas kartilago dan otot polos.
Meski demikian, terdapat transisi komposisi pada dinding bronkus hingga
ke bronkiolus. Jika pada bronkus primer struktur kartilago lebih dominan
dibandingkan otot polos, semakin ke distal, kartilago akan semakin
minimal hingga akhirnya tidak ada kartilago di bronkiolus distal,
sedangkan otot polos akan semakin banyak.

Otot polos pada saluran napas area konduksi memiliki reseptor ẞ2 dan
muskarinik. Stimulasi reseptor ẞ2 oleh rangsang simpatis akan memicu
relaksasi otot polos, sehingga terjadi bronkodilatasi. Sementara itu,
stimulasi reseptor muskarinik oleh rangsang parasimpatis atau alergen
akan memicu bronkokonstriksi.

Secara histologi, saluran napas area konduksi, yaitu hidung hingga


bronkiolus terminalis dilapisi oleh epitel bersilia. Epitel-epitel ini juga
dilapisi oleh selapis cairan tipis yang disebut airway surface liquid (ASL)
setebal 5-25 µm. Cairan ini dihasilkan oleh sel serous, kelenjar, dan
eksudat plasma. Selain memiliki pH yang rendah, ASL juga mengandung
komponen antimikrobial. Cairan ASL mampu memerangkap patogen yang
masuk ke dalam saluran napas. Setelah terperangkap, silia-silia pada epitel
mukosa hidung akan mendorong mukus beserta partikel asing tersebut ke
arah faring, hingga akhirnya diludahkan, dibatukkan atau ditelan, dan
dihancurkan oleh kandungan asam pekat di dalam lambung.

Pada kondisi normal, dengan adanya barier fisik di hidung, mekanisme


mukosiliar di sepanjang area konduksi beserta penurunan kecepatan aliran
udara akibat percabangan-percabangan bronkus, partikel berukuran 1-5
µm akan terdeposit di sepanjang jalan napas dan hanya partikel berukuran
<1 µm yang dapat mencapai alveolus. Partikel berukuran 0,5-1 µm dapat
terdeposit pada dinding alveolus, sedangkan partikel berukuran <0,5 µm
akan keluar lagi bersama udara ekspirasi.

Bronkiolus respiratorius

(sumber gambar: https://hellosehat.com/tht/tenggorokan/fungsi-laring/)

Setiap bronkiolus meliputi bronkiolus terminalis dan asinus – unit


pernapasan utama untuk pertukaran gas. Di dalam asinus, bronkiolus
terminalis bercabang menjadi bronkiolus respiratorius yang lebih kecil.
Bronkiolus respiratorius menuju ke alveolus secara langsung di sepanjang
dinding mereka.

Alveolus
(sumber gambar: https://www.alodokter.com/fungsi-alveolus-pada-
paru-paru-dan-gangguan-yang-dapat-terjadi)

Alveolus merupakan struktur seperti gelembung yang menonjol di


bronkiolus respiratorius atau bergerombol pada ujung duktus alveolus.
Meski tampak seperti gerombolan anggur, tidak seperti anggur yang
memiliki kulit yang terpisah satu dengan lainnya, alveolus satu dengan
yang lain saling berbagi dinding seperti dinding sarang lebah. Selain
itu, antara alveolus satu dengan yang di dekatnya terhubung oleh suatu
lubang yang disebut Pores of Kohn. Adanya pori-pori ini
memungkinkan perpindahan cairan surfaktan dan patogen dari satu
alveolus ke alveolus lain.

Pada bagian luar, alveolus dibungkus oleh anyaman kapiler yang


sangat rapat. Hal ini memungkinkan terjadinya difusi gas antara
alveolus dengan sel darah merah di dalam kapiler. Sel darah merah dan
plasma di dalam pembuluh darah kapiler ini juga akan berperan dalam
transpor gas dari dan ke jaringan. Diameter pembuluh darah kapiler
pada alveolus dapat berubah-ubah sesuai dengan banyaknya udara yang
masuk di dalam alveolus. Hal ini akan dijelaskan lebih detail pada bab
mengenai ventilasi/perfusi.
Dinding alveolus tersusun atas beberapa sel yang memiliki fungsi
khusus, yaitu:
a. Sel epitelial tipe 1
Tersusun secara kontinu membentuk dinding alveolus. Struktur
histologis yang tipis memungkinkan terjadinya difusi gas.
b. Sel epitelial tipe 2
Sel epitelial tipe 2 berada di sela-sela sel epitelial tipe 1, umumnya
di dekat pori-pori Kohn. Sel epitel tipe 2 adalah penghasil surfaktan.
c. Sel makrofag alveolus (MA)
Merupakan sel imun utama pada alveolus. Makrofag alveolar
akan memfagositosis partikel asing yang berhasil masuk ke
alveolus. Partikel yang dapat lolos hingga alveolus umumnya
berukuran <2 µm, seperti: droplet, virus, bakteri, dan asap rokok.
Ketika memfagositosis bakteri, sel MA akan melepaskan berbagai
radikal bebas seperti hidrogen peroksida (H₂O₂) dan radikal
hidroksil (OH) untuk membunuh bakteri yang telah terperangkap di
vakuolanya. Ada kalanya, sel MA juga akan melepaskan berbagai
sitokin seperti Interleukin-8 (IL-8) yang akan memanggil neutrofil
dari aliran darah sistemik untuk menuju paru.

Permukaan dinding bagian dalam alveolus dilapisi oleh cairan


tipis. Cairan ini berhadapan dengan udara sehingga menyebabkan
munculnya tegangan permukaan akibat molekul air yang saling
tarik-menarik. Tegangan permukaan ini membuat alveolus
cenderung kolaps sehingga disebut sebagai surface tension elastic
force. Tegangan permukaan ini dapat diturunkan dengan adanya
surfaktan. Surfaktan adalah suatu cairan yang merupakan campuran
dari fosfolipid, protein, dan ion. Surfaktan tersusun atas bagian
kepala yang bersifat hidrofilik dan ekor yang bersifat
hidrofobikDengan struktur demikian, tegangan permukaan alveolus
dapat diturunkan.

 Bronkiolus respiratorius pada akhirnya akan menjadi ductus


alveolus, yang berakhir dalam bentuk Kumpulan alveolus yang
dibungkus kapiler yang di sebut sakus alveolus.
 Pertukaran gas terjadi di alveolus
 Dinding alveolus mengandung dua jenis sel epitel dasar:
- Sel tipe 1 (paling banyak) merupakan sel selapis gepeng
dan datar yang ditembus pada saat pertukaran gas.
- Sel tipe 2 mensekresikan surfaktan, suatu zat yang
menyelubungi alveolus dan berperan dalam pertukaran gas
dengan menurunkan tegangan permukaan.

Pleura

(sumber gambar: https://id.wikipedia.org/wiki/Rongga_pleura)

Pulmo dibungkus oleh selaput yang disebut pleuraPleura terdiri dari


dua bagian, yaitu pleura parietalis yang menempel pada dinding thorax,
serta pleura visceralis yang menempel pada pulmo. Di antara kedua
lapisan pleura ini terdapat cavitas pleuralis.
a. Pleura parietalis
Pleura parietalis dibagi lagi menjadi beberapa bagian sesuai
dengan bagian dinding thorax yang dilekati oleh pleura
parietalis, yaitu pleura parietalis pars costalis, pleura parietalis
pars mediastinalis, pleura parietalis pars diaphragmatica, dan
pleura parietalis pars cervicalis (cupula pleurae).

Pleura pars cervicalis ditutupi oleh membrana suprapleuralis


yang berbentuk seperti kubah. Membran ini melekat di lateral ke
tepi costa prima dan di posterior melekat ke processus spinosus
VC7.
b. Pleura visceralis
Pleura visceralis merupakan pleura yang melekat pada pulmo.
Pleura visceralis akan bertemu dengan pleura parietalis pada
hilum pulmonis.
c. Cavitas pleuralis
Cavitas pleuralis memiliki dua pelebaran yang penting, yaitu
recessus costophrenicus (costodiaphragmaticus) dan recessus
costomediastinalis. Recessus costophrenicus terletak di
inferolateral pada pertemuan antara pleura parietalis pars costalis
dan pars diaphragmatica. Recessus costomediastinalis terletak di
medial pada pertemuan antara pleura parietalis pars costalis dan
pars mediastinalis.

Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura


adalah membran serosa pembungkus paru. Pleura terdiri atas pleura
parietal (menempel dengan dinding dada) dan viseral (menempel
dengan paru). Pleura dibagi menjadi dua yaitu:
a. Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang
langsung membungkus paru.
b. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
Antara kedua pleura ini terdapat ronggga (kavum) yang disebut
kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara,
sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit
cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura,
menghindari gesekan antara paru- paru dan dinding dada sewaktu ada
gerakan bernafas.

Di antara pleura parietal dan viseral terdapat ruangan yang disebut


sebagai kavum pleura. Tiga fungsi utama kavum pleura adalah:
a. Mengurangi gesekan antara paru dengan dinding dada
Adanya cairan di dalam kavum pleura memungkinkan paru
untuk mengembang dengan gesekan yang minimal. Jika kavum
pleura kering dan mengalami inflamasi, fungsi ini akan terganggu
sehingga pasien akan mengalami nyeri setiap kali menarik napas. Di
sisi lain, cairan di dalam kavum pleura selalu dijaga dalam volume
yang minimal. Cairan yang berlebihan (efusi pleura) akan
membatasi volume rongga thoraks sehingga pengembangan paru
akan terhambat.

b. Menciptakan gradien tekanan


Di dalam ke kavum pleura, terdapat sedikit cairan yang
dihasilkan oleh pleura itu sendiri. Meski selalu dihasilkan, cairan ini
selalu dipertahankan dalam jumlah yang sedikit karena reabsorbsi
oleh pembuluh limfatik. Proses reabsorbsi ini menyebabkan tekanan
pleura menjadi negatif, sehingga paru akan tertarik ke arah pleura
viseral dan dinding dada akan selalu tertarik ke arah pleura parietal.
Hal ini menyebabkan paru dan dan dinding dada selalu saling
mendekat seperti terekat.

c. Mencegah penyebaran infeksi


Pleura membentuk kompartemen-kompartemen yang akan
mencegah penyebaran infeksi, baik antarsegmen paru maupun
menuju organ lain di sekitar paru.

Paru-paru

(sumber gambar:
https://www.kompas.com/skola/read/2022/10/11/070000569/paru-
paru--pengertian-dan-bagiannya?page=all)

Paru-paru merupakan pusat alat pernafasan. Di dalam paru-paru


terjadi peristiwa pertukaran antara gas O2 dari luar dengan gas CO2
dan gas H2O (uap air) yang berasal dari dalam darah sebagai sisa atau
limbah dari proses oksidasi biologis. Paru-paru pada manusia terletak di
rongga dada. Cara kerja paru-paru pada saat bernapas adalah
mengembang dan mengempis melalui gerakan tulang rusuk dan
diafragma. Pada saat paru-paru mengembang, udara masuk melalui
hidung dan tenggororkan. Ketika paru-paru mengempis, udara
dikeluarkan dalam bentuk karbondioksida dan uap air. Diafragma
adalah sekat yang membatasi rongga dada dan rongga perut. Paru-paru
berada dalam rongga torak, yang terkandung dalam susunan tulang-
tulang iga dan terletaknya di sisi kiri dan kanan mediastinum yaitu
struktur blok padat yang berada di belakang tulang dada. Paru-paru
berbentuk seperti spons dan bersisi udara dengan pembagian ruang
sebagai berikut:
1. Paru kanan, memiliki tiga lobus
2. Dan paru kiri dua lobus.

Masing-masing lobus paru-paru tersebut diselimuti oleh selaput


paru-paru yang disebut Pleura. Paru-paru terletak dalam rongga dada.
Dibagian bawah paru-paru terdapat otot diafragma atau sekat rongga
badan yang membatasi antara rongga dada dibagian atas dengan rongga
perut di bagian bawah.

 Paru-paru tergantung di dalam rongga pleura kanan dan kiri,


mengangkangi jantung, dan dipertahankan posisinya oleh
ligamen pangkal dan pulmonal
 Paru kanan lebih pendek, lebih lebar, dan lebih besar daripada
paru kiri; mempunyai tiga lobus dan menangani 55% pertukaran
gas
 Paru kiri mempunyai dua lobus
 Setiap dasar konkaf paru-paru terletak di atas diafragma;
apeksnya memanjang sekitar 1,5 cm diatas iga pertama

Paru-paru adalah salah satu organ vital bagi kehidupan manusia. Bila organ ini
tidak berfungsi, manusia tidak akan hidup. Demikian pula bila organ ini
terganggu, misalnya karena suatu penyakit, aktivitas kehidupan seseorang akan
terganggu.

Pada saat beristirahat atau tidur, setiap napas mengirimkan sekitar setengah liter
udara ke dalam ataupun ke luar tubuh setiap menit sebanyak 15 sampai 20 kali.
Ketika beraktivitas berat (berlari) tubuh membutuhkan lebih banyak oksigen. Kita
menarik napas lebih dalam dan lebih cepat sekitar 3 liter sebanyak 50 kali setiap
menit.

Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus (lobus dekstra
superior, lobus media dan lobus inferior). Tiap lobus tersusun atas lobules. Paru-
paru kiri terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap
lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri
mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior dan 5 buah
segmen inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen
pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus media dan 3 buah segmen pada
lobus inferior. Tiap- tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan
yang bernama lobulus.

Paru-paru berfungsi sebagai pertukaran oksigen dan karbondioksida yang tidak


dibutuhkan tubuh. Selain itu masih banyak lagi fungsi paru-paru diantaranya
sebagai penjaga keseimbangan asam basa tubuh. bila terjadi acidosis, maka tubuh
akan mengkompensasi dengan mengeluarkan banyak karbondioksida yang
bersifat asam ke luar tubuh. Dalam sistem ekskresi, fungsi paru-paru adalah untuk
mengeluarkan karbondioksida dan uap air. Dalam sistem pernapasan, fungsi paru-
paru adalah untuk proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di dalam darah.
Dalam sistem peredaran darah, fungsi paru-paru adalah untuk membuang
karbondioksida di dalam darah dan menggantinya dengan oksigen.

Di dalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen dan


karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen, sel- sel darah merah menangkap
karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru.
Di paru-paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-
paru melalui hidung.
2.3 Struktur histologi pada bagian saluran pernapasan

Sistem respirasi merupakan suatu sistem yang berfungsi mengalirkan gas


dari luar tubuh ke dalam tubuh dan berperan penting dalam pertukaran oksigen
dan karbon dioksida yang diangkut oleh pembuluh darah dari dan ke seluruh
tubuh. Sistem respirasi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pars
konduktoria dan pars respiratoria. Pars konduktoria berfungsi menghantarkan
udara pernapasan dari bagian luar tubuh menuju paru. Saluran yang termasuk
pars konduktoria meliputi rongga hidung (cavitas nasi), nasopharynx, larynx,
trachea, bronchus, dan bronchiolus. Pars respiratoria merupakan bagian sistem
respiratoria yang berfungsi untuk pertukaran gas antara darah dan udara.
Struktur yang termasuk pars respiratoria adalah bronchiolus respiratorius,
ductus alveolaris, dan alveolus. Paru manusia berjumlah sepasang dan berada
sebagian besar dalam cavum thoracis. Kedua paru dibungkus oleh pleura yang
terdiri atas 2 lapisan yang saling berhubungan, yaitu pleura visceralis dan
pleura parietalis. Unit fungsional paru disebut lobulus primarius terdiri dari
bronchiolus terminalis, bronchiolus respiratorius, ductus alveolaris, atrium,
saccus alveolaris, dan alveoli. Lobulus paru berbentuk piramid dan pada
bagian apeks tampak area hilum.

Cavitas nasi

Cavitas nasi merupakan rongga di antara tulang yang terhubung


dengan dunia luar melalui lubang hidung (nares). Ruangan cavitas nasi
dipisahkan oleh septum nasi. Ke arah lateral septum nasi berlanjut ke
dinding lateral sebagai concha. Secara keseluruhan pembatas ruangan
rongga hidung tersusun oleh jaringan ikat, kartilago, tulang, dan otot
skelet. Cavitas nasi dibagi menjadi vestibulum nasi, regio respiratoria,
dan regio olfaktori.
Vestibulum nasi merupakan daerah paling dekat dengan nares.
Ruangan ini diselubungi oleh kulit yang merupakan lanjutan dari nares.
Jenis epithelium pelapis vestibulum nasi adalah epithelium stratificatum
squamosum non- cornificatum. Lamina propria disusun oleh jaringan
ikat longgar banyak mengandung folikel rambut dan kelenjar sero-
mukus. Rambut dan kelenjar berperan menghalangi paparan debu dan
kotoran yang masuk bersama udara pernapasan.

Regio respiratoria terletak di bagian belakang cavitas nasi pada sisi


inferior. Pada regio respiratoria epitheliumnya berubah menjadi
epithelium respirasi pada umumnya, yaitu epithelium
pseudostratificatum columnare bercilia dengan sel piala (sel goblet).
Lamina proprianya berupa jaringan ikat longgar mengandung glandula
tubulo alveolar bersifat seromukus yang berperan menjaga kelembapan
rongga hidung. Lamina propria mengandung banyak plexus venosus
yang berfungsi menghangatkan udara pernapasan. Regio olfaktori dapat
ditemukan pada cavitas nasi bagian superior. Pada epitelnya dapat
dijumpai neuron olfaktorius. Struktur dan fungsi region olfaktori akan
dibahas pada bab indra.

Sinus paranasalis dan nasopharynx

Sinus paranasalis merupakan ruangan yang dibatasi tulang dan


terletak di kanan kiri dan berhubungan dengan cavum nasi. Sinus
paranasalis meliputi sinus paranasal, sinus ethmoidale, sinus maxilla,
dan sinus spenoidalis yang terdapat dalam tulang-tulang yang
bersangkutan. Keempat sinus ini dilapisi epithelium
pseudostratificatum columnare dengan sedikit sel goblet. Mukus yang
dihasilkan sel goblet melapisi permukaan epitel dan menjadi tempat
menempelnya debu yang masuk. Cilia pada epitel dapat digerakkan
untuk mengeluarkan debu dan kotoran yang sudah menempel pada
lapisan mucus. Ke arah posterior cavitas nasalis dijumpai nasopharynx.
Nasopharynx merupakan bagian awal pharynx yang melanjutkan ke
caudal sebagai oropharynx. Nasopharynx dilapisi epithelium
pseudostratificatum columnnare.

Larynx

Larynx merupakan penghubung antara pharynx dan trachea,


berbentuk tabung pendek, tidak beraturan, dan dindingnya terbentuk
dari kartilago hyalin, kartilago elastis, jaringan ikat, dan otot seran
lintang. Fungsi laring adalah mencegah makanan/minuman untuk
masuk ke dalam trachea.

Dinding larynx terdiri dari tunika mukosa, tunika muskularis dan


tunika adventitia. Tunika mukosa larynx bagian epiglottis pada
permukaan lingual masih melanjutkan epitel rongga mulut, yaitu
epithelium stratificatum squamosum non-cornificatum, sedangkan pada
permukaan larynx dilapisi epithelium pseudostratificatum colummnare.

Kartilago pada larynx terdiri dari masing-masing satu kartilago


thyroidea, kartilago cricoidea, dan epiglotis serta masing-masing
sepasang kartilago arythenoidea, kartilago corniculata, dan kartilago
cuneiformis.

Pada lamina propria epiglottis dijumpai glandula seromukus dan


kartilago elastik. Di bawah epiglotis, tunika mukosa larynx meluas
membentuk dua pasang lekukan ke arah lumen, yaitu plika vestibular
dan chorda vokalis yang dilapisi epithelium stratificatum squamosum
yang banyak mengandung berkas serabut elastik dan serabut otot seran
lintang (otot vokalis).
Tunika muskularis disusun oleh otot seran lintang yang dapat dibagi
menjadi otot ekstrinsik dan intrinsik. Otot ekstrinsik berfungsi untuk
menopang dan menghubungkan sekitarnya. Kontraksinya terjadi pada
proses menelan. Otot instrinsik berfungsi menghubungkan masing-
masing kartilago larynx. Kontraksinya berperan dalam proses bersuara.

Trachea

Trachea merupakan lanjutan dari larynx dan berakhir pada


percabangan yang disebut bronchus. Dinding trachea terdiri atas tunika
mukosa yang meliputi epitel dan lamina propria, tunika submukosa,
tunika muskularis, dan tunika adventitia. Tunika mukosa trachea
dilapisi epithelium pseudostratificatum columnnare bercilia dengan
banyak sel piala. Gerak cilia ke arah hidung berguna untuk
menghalangi masuknya partikel debu. Lamina propria trachea disusun
oleh jaringan ikat longgar yang mengandung glandula trachealis yang
bersifat mukus bersama sekret yang dihasilkan sel goblet berperan
sebagai penapis debu yang masuk ke lumen. Glandula tersebut dapat
dijumpai hingga lapisan submukosa. Pada tunika submukosa dijumpai
kartilago hyalin yang melingkar seperti cincin, berbentuk huruf C
berderet-deret dan berperan menjaga agar lumen tidak menutup. Pada
tunika muskularis, berbatasan dengan perikondrium, terdapat berkas
otot polos, yaitu muskulus trachealis dan ligamentum annularis yang
berupa jaringan ikat fibroelastik. Pada bagian terluar trachea
diselubungi oleh tunika adventitia.

Bronkus dan bronkiolus

Trachea bercabang menjadi dua bronchus primarius yang memasuki


paru pada daerah hilum. Tiap bronchus primarius bercabang-cabang
sesuai dengan jumlah lobiSesudah memasuki hilum, bronchus
primarius sebelah kanan membentuk tiga bronchus sekundarius
(lobaris) dan pada paru sebelah kiri membentuk dua bronchus
sekundarius ke arah bawah maupun ke lateral. Bronchus sekundarius
bercabang lagi menjadi bronchus tertier (segmental). Bronchus terdiri
atas tiga lapisan, yaitu tunika mukosa, tunika muskularis, dan tunika
adventitiaTunika mukosa dilapisi epithelium pseudostratificatum
columnare bercilia dan lamina proprianya terdiri dari jaringan ikat
longgar dengan glandula serous dan mucus. Pada lamina propia juga
banyak dijumpai agregasi lymphocytes, yaitu MALT (Mucosa
Associated Lymphocyte Tissue) yang meluas sampai tunika adventitia.
Di bawah tunika mukosa terdapat tunika muskularis yang mengandung
banyak otot polos yang tersusun melingkar (muskulus spiralis) dan
kartilago hyalin. Tunika adventitia bronchus disusun oleh jaringan ikat
longgar.

Bronchus tertier bercabang menjadi bronchus yang lebih kecil


disebut bronchiolus. Dibandingkan dengan bronchus, bronchiolus
memiliki diameter lebih kecil dan epithelium pelapisnya berubah dari
epithelium pseudostratificatum columnare menjadi simpleks columnare
atau simpleks cuboideum. Pada bronchiolus sudah tidak ditemukan sel
piala dan kartilago. Lapisan otot polos dan lapisan jaringan ikat padat
tetap ada. Tiap bronchiolus membentuk lima sampai tujuh cabang
terminal yang disebut bronchiolus terminalis. Epithelium bronchiolus
terminalis mengandung sel eksokrin bronchiolus yang disebut sel Clara.
Sel Clara merupakan sel yang tidak bersilia dan berperan memproduksi
substansi lipoprotein dan CC16 yang mencegah perlekatan antarbagian
apical sel epitel ketika lumen mengecil saat ekspirasi.

Alveoli
Bronchiolus terminalis bercabang menjadi dua atau lebih
bronchiolus respiratorius. Epithelium pelapis bronchiolus respiratorius
adalah epithelium simpleks cuboid bercilia dan dilengkapi dengan sel
Clara. Epithelium pelapis bronchiolus respiratorius berhubungan
langsung dengan epithelium ductus alveolaris sehingga pada irisan
transversal tampak perubahan epithelium dari simpleks cuboid menjadi
simpleks squamous.

Bronchiolus respiratorius bercabang menjadi duktus alveolaris yang


berakhir pada ruangan yang disebut saccus alveolaris. Ruangan yang
berada di antara ductus alveolaris dan saccus alveolaris dinamakan
atrium. Dinding ductus dan saccus alveolaris dilapisi oleh epithelium
simpleks squamosum dan disokong lapisan otot polos tipis. Saccus
alveolaris merupakan kantong yang disokong dengan serabut elastis,
kolagen, dan otot polos. Kantong tersebut terbuka pada sisi yang
menghadap ke duktus alveolaris. Dinding alveolus (septum alveolaris)
penuh dengan anyaman kapiler darah yang saling beranastomosis dan
berpori (porus alveolaris)Septum alveolaris dibentuk oleh sel alveolar
tipe I dan sel alveolar tipe II. Sel alveolar tipe I atau pneumocytus tipe I
merupakan sel yang lebih banyak dijumpai, berbentuk pipih melapisi
permukaan alveolus. Fungsi sel alveolar tipe I adalah sebagai pembatas
yang harus dilalui oleh gas yang bertukar tempatSel alveolar tipe II atau
pneumocytus tipe II berbentuk bulat besar, terdistribusi di antara
pneumocytus tipe I dan bersandar pada membrana basalis. Fungsi
pneumocytus tipe II adalah menyekresi surfaktan yang berperan
mengurangi tegangan permukaan alveolus. Selain pneumocytus tipe I
dan II pada septum alveolaris juga dijumpai sel makrofag yang disebut
sel dustSelain pada septum alveolaris, sel makrofag juga ditemukan
pada alveolus. Kantong alveolus divaskularisasi oleh kapiler yang
merupakan cabang dari vena pulmonaris. Kapiler ini sangat tipis,
dilapisi oleh sel endotel non-fenestrata.
2.4 Mekanisme pada sistem pernapasan

Pernafasan manusia terdiri atas proses inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi


adalah proses masuknya udara ke dalam paru-paru. Ekspirasi adalah proses
keluarnya udara dari paru-paru.

Proses Inspirasi adalah sebagai berikut:


o Bila otot-otot antar tulang rusuk berkontraksi akibatnya tulang rusuk akan
terangkat.
o Kontraksi otot antar tulang rusuk dikuti oleh kontraksi otot diafragma.
o Kontraksi kedua otot tersebut menyebabkan rongga dada menjadi besar.
o Rongga dada membesar tetapi tekanan udara di dalamnya justru menjadi
berkurang.

(sumber gambar: Buku Sistem Organ Manusia Halaman 10)

Sedangkan Ekspirasi adalah sebagai berikut:

o Bila otot-otot antar tulang rusuk berelaksasi maka tulang rusuk akan
turun.
o Relaksasi otot antar tulang rusuk diikuti oleh relaksasinya otot diafragma.
o Relaksasi kedua otot tersebut menyebabkan rongga dada mengecil.
o Bila rongga dada mengecil maka tekanan udara di dalamnya justru
menjadi besar.
o Akibatnya udara keluar dari paru-paru atau menghembuskan nafas.

(sumber gambar: https://quatrebonbon.wordpress.com/2012)

Ketika udara sudah sampai paru-paru (alveolus) Oksigen akan berosmosis


masuk ke dalam pembuluh darah. Kebalikannya karbondioksida dari
pembuluh darah masuk ke alveolus. Bersama gas lainnya yang tidak
diperlukan tubuh karbondioksida akan mengalami "arus balik" dari alveolus
ke broncheolus, bronchus, trakea, dihembuskan melalui hidung. Sedangkan
oksigen yang masuk ke pembuluh darah akan diedarkan ke seluruh tubuh. Di
dalam setiap sel tubuh kita oksigen akan bertemu dengan sari-sari makanan
yang juga dibawa oleh pembuluh darah dari sistem pencernaan. Maka
terjadilah proses oksidasi makanan dalam setiap sel tubuh oleh oksigen yang
menghasilkan energi. Energinya kita gunakan untuk berbagai aktivitas sehari-
hari, pertumbuhan dan juga untuk memelihara suhu tubuh supaya suhu tubuh
kita tetap.

Pada saat kita bernafas biasa volume udara yang masuk kurang lebih 500
ml udara pernafasan ini disebut juga udara tidal, setelah bernafas biasa kita
masih dapat menarik nafas dalam-dalam maka akan masuk kurang lebih 1500
ml udara ini disebut udara komplementer. Sebaliknya kalau kita
menghembuskan nafas sekuat-kuatnya maka akan keluar pula udara kurang
lebih sebanyak 2000 ml, udara ini disebut udara suplementer. Tetapi sekalipun
kita sudah menghembuskan nafas sekuat-kuatnya di dalam paru-paru masih
tersisa udara kurang lebih sebanyak 1500 ml, udara ini dinamakan udara sisa
atau residu. Kapasitas vital paru-paru merupakan volume udara yang dapat
keluar masuk paru-paru. Sedangkan kapasitas total paru-paru merupakan
selruh udara yang terdapat di dalam paru-paru. Ringkasan volume udara
tersebut dapat dilihat pada table sebagai berikut:

Bersin merupakan respon cepat dari saluran pernafasan bila ada partikel
asing yang masuk ke dalam saluran pernafasan pada saat kita bernafas.
Partikel-partikel yang mengganggu dalam tenggorokan dikeluarkan dengan
cara batuk. Diafragma kadang-kadang menyempit secara tiba- tiba yang
mengakibatkan udara masuk ke paru-paru hal ini menyebabkan pita suara
tertutup inilah yang menimbulkan kita cegukan. Sedangkan bila tubuh kita
capek atau bosan paru-paru akan menambah kekurangan oksigen dengan cara
menguap.

Suara yang kita keluarkan menggunakan udara yang berasal dari paru-paru
sehingga kita akan sulit mengeluarkan suara ketika sedang bernafas. Semakin
keras dorongan udara dari paru-paru semakin keras suara yang kita keluarkan.

Manusia sangat membutuhkan oksigen dalam hidupnya, bila tidak


mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada
otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian. Bila oksigen
tidak mencukupi kebutuhan tubuh maka akan terjadi sianosis yaitu adanya
warna kebiruan pada bibir, telinga, lengan dan kaki.
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat
dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam
alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah
pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan
udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di
luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila
tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar. Sehubungan
dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan
pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas
dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada
dan perut terjadi secara bersamaan.

1. Pernapasan Perut

Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan


aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada.
Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni
sebagai berikut:

a. Fase inspirasi
Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma
mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil
sehingga udara luar masuk.
b. Fase ekspirasi
Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali
ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan
tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.
2. Pernapasan dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang
rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Fase inspirasi.
Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga
rongga dada membesarakibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi
lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya
oksigen masuk.
b. Fase ekspirasi.
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang
rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk
sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di
dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar,
sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbondioksida keluar.

Volume darah di paru-paru kira-kira 450 ml, sekitar 9% dari volume darah total
system sirkulasi (70 ml) berada pada kapiler sedangkan sisanya dibagi sama rata
antara arteri dan vena. Bila seseorang menghembuskan udara dengan sangat kuat
sehingga timbul tekanan tinggi di paru-paru sebanyak 250 ml, darah dapat
dikeluarkan dari system sirkulasi paru ke sirkulasi sistemik. Begitu pula hilangnya
darah dari sirkulasi sistemik karena perdarahan dapat dikompensasi sebagian oleh
pergeseran darah secara otomatis dari paru-paru ke pembuluh sistemik.

Frekuensi pernapasan merupakan intensitas memasukkan atau mengeluarkan


udara per menit. Pada umumnya frekuensi pernapasan pada manusia berkisar
antara 16-18 kali per menit. Faktor yang mempengaruhi kecepatan frekuensi
pernapasan antara lain:

a. Usia. Balita memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat. dibandingkan manula.


Semakin bertambah usia, intensitas pernapasan akan semakin menurun.

b. Jenis kelamin. Laki-laki memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat


dibandingkan perempuan.

c. Suhu tubuh. Semakin tinggi suhu tubuh (demam) maka frekuensi pernapasan
akan semakin cepat.
d. Posisi tubuh. Frekuensi pernapasan meningkat saat berjalan atau berlari
dibandingkan posisi diam. frekuensi pernapasan posisi berdiri lebih cepat
dibandingkan posisi duduk. Frekuensi pernapasan posisi tidur terlentar lebih cepat
dibandingkan posisi tengkurap

e. Aktivitas. Semakin tinggi aktivitas, maka frekuensi pernapasan akan semakin


cepat.

2.5 Pengaturan dan pengendalian pernafasan

Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh 2 faktor utama yaitu


faktor kimiawi dan pengendalian oleh saraf.

Kendali Kimiawi

Faktor kimiawi adalah faktor utama dalam pengendalian dan


pengaturan frekwensi, kecepatan dan dalamnya gerakan pernafasan.
Pusat pernafasan di sumsum sangat peka pada reaksi kimia.
Karbondioksida adalah produk asam dari metabolisme, yang
merangsang pusat pernafasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang
bekerja atas otot pernafasan.

Latihan menyebabkan peningkatan pada jumlah karbon dioksida


yang dihasilkan oleh kerja otot-otot. Peningkatan kadar karbon dioksida
dalam darah, atau peningkatan konsentrasi ion hidrogen (H) darah,
mempunyai efek kuat yang langsung pada neuron-neuron susunan
retikular yang menyebabkan peningkatan kecepatan dan kedalaman
pernafasan dengan peningkatan ekskresi karbon dioksida.

Pusat pengendalian ada di kemoreseptor yang mendeteksi perubahan


kadar oksigen, karbondioksida dan ion hydrogen dalam darah arteri dan
cairan serebrospinalis dan menyebabkan penye suaian yang tepat antara
frekuensi dan kedalaman respirasi.
1. Kemorseptor sentral
Yaitu neuron yang terletak dipermukaan ventral lateral me- dulla.
Peningkatan kadar karbondioksida dalam darah arteri dan cairan
serebrospinalis merangsang peningkatan frekuensi dan kedalaman
respirasi. Penurunan kadar oksigen hanya sedikit berpengaruh pada
kemoreseptor sentral.

2. Kemorseptor perifer
Terletak dibadan aorta dan karotid pada sistem arteri.
Kemoreseptor ini merespon terhadap perubahan konsentrasi ion
oksigen, karbondioksida dan ion hidrogen.

Contoh:

Kalau kita melakukan olahraga maka akan terjadi proses pem


bakaran didalam tubuh, hal ini memerlukan oksigen yang sangat
besar, maka efek dari kompensasi tubuh adalah dengan jalan
respirasi yang cepat dan dalam untuk menyediakan bahan bakar
tersebut, sewaktu kita mulai istirahat maka tubuh akan kembali
normal karena oksigen yang dibutuhkan standar karena pembakaran
yang terjadi tidak terlalu banyak (standard).

Kendali syaraf

Pernafasan dikendalikan oleh sel-sel saraf dalam susunan


retikularis dibatang, terutama pada medulla. Sel-sel ini mengirim
impuls menuruni medulla spinals, kemudian melalui saraf frenkus ke
diafragma, dan melalui saraf-saraf interkostalis ke otot-otot
interkostalis. Jadi pusat pernafasan ialah suatu pusat otomatik di
dalam medula oblongata yang mengeluarkan impuls eferen ke otot
pernafasan impuls aferen yang dirangsang oleh pemekaran gelembung
udara, yang diantarkan oleh saraf vagus kepusat pernafasan didalam
medula.
Susunan retikularis mempunyai pola aktivitas saraf dengan irama
teratur yang mempertahankan aktivitas berirama dari otot-otot ini.
Irama ini dilengkapi dengan Hering-Breuer yaitu reseptor-reseptor
yang regang yang terdapat pada perenkhim paru-paru yang
memancarkan rangsangan ke medula oblongata melalui vagus,
pengembangan paru-paru yang cepat menghambat rangsang respirasi.

Reseptor regangan di jaringan paru mengirim impuls-impuls


melalui nervus vagus ke batang otak impuls ini menghambat inspirasi
saat paru-paru dikembangkan, dan merangsang inspirasi bila paru di
kempeskan. Selain nyeri, dan impuls saraf dari gerakan anggota
badan, menyebabkan peningkatan pada kecepatan dan kedalaman
pernafasan, karena kerjanya pada susunan retikular.

Beberapa faktor tertentu merangsang pusat pernafasan yang


terletak didalam medula oblongata, dan kalau dirangsang maka pusat
itu mengeluarkan impuls yang disalurkan oleh sarat spinalis ke otot
pernafasan yaitu diafragma dan otot interkostalis.

Rangsang ritmis (berirama) pada medula oblongata medula


oblongata berhubungan dengan pernafasan secara klasik dinamakan
pusa pernafasan. Ada 2 kelompok neuron pernafasan, kelompok sosial
yang dekat dengan nukleus traktus solitarius adalah sumber irama
yang mengendalikan neuron motoris phrenieus kontralateral. Neuron-
neuron ini juga memproyeksikan diri dan mengendalikan golongan
ventral. Golongan ini mempunyai 2 bagian, Bagian kranial dibentuk
oleh neuron-neuron nucleus ambigus yang mempersarafi otot-otot
pembantu pernafasan ipsilateral, pada hakekat nya melalui nervus
vagus. Bagian caudal dibentuk oleh neuron-neuron dalam nucleus
retroambigualis yang menyelenggarakan pengendalian inspirasi dan
ekspirasi ke neuron-neuron motoris yang mempersarafi interkostalis.

Pernafasan spontan ditimbulkan oleh rangsang yang ritmis neuron


motoris yang mempersafari otot-otot pernafasan. Rangsang ini secara
keseluruhan tergantung pada impuls-impuls saraf otak.

2.6 Volume dan kapasitas paru.

Volume udara dalam paru-paru dan kecepatan pertukaran saat inspirasi dan
expirasi dapat diukur melalui spirometer.

1. Volume
a. Volume tidal (VT), yaitu volume udara yang masuk dan keluar paru-
paru selama ventilasi normal biasa. Nilai VT pada dewasa normal
sekitar 500 ml untuk laki-laki dan 380 ml untuk perempuan.
b. Volume cadangan inspirasi (VCI), yaitu volume udara extra yang
masuk ke paru-paru dengan inspirasi maximum di atas inspirasi tidal.
CDI berkisar 3100 ml pada laki-laki dan 1900 ml pada perempuan.
c. Volume cadangan expirasi (VCE), yaitu volume extra udara yang dapat
dengan kuat dikeluarkan pada akhir ekspirasi tidak normal. VCE
berkisar 1200 ml pada laki-laki dan 800 ml pada perempuan.
d. Volume residual (VR), yaitu volume udara sisa dalam paru-paru
setelah melakukan expirasi kuat. Rata-rata pada laki-laki sekitar 1200
ml dan pada perempuan 1000 ml. Volume residual penting untuk
kelangsungan aerasi dalam darah saat jeda pernafasan.

2. Kapasitas
a. Kapasitas residual fungsional (KRF) adalah penambahan volume
residual dan volume cadangan expirasi. Kapasitas ini merupakan
jumlah udara sisa dalam sistem respiratorik. setelah ekspirasi normal.
Nilai rata-ratanya adalah 2200ml. Jadi nilai (KRF = VR + VCE).
b. Kapasitas inspirasi (K), adalah penambahan volume tidal dar volume
cadangan inspirasi. Nilai rata-ratanya adalah 3500 ml. Jadi nilai (KI =
VT + VCI)
c. Kapasitas Vital (KV), yaitu penambahan volume tidal, vol. ume
cadangan inspirasi dan volume cadangan expirasi (KT-VT + VCI +
VCE) Nilai rata-ratanya sekitar 4. 500 ml.
d. Kapasitas total paru (KTP) adalah jumlah total uadara yang dapat
ditampung dalam paru-paru dan sama dengan kapasitas vital ditambah
volume residual (KTP = KV + VR), Nilai rata-ratanya adalah 5. 700
ml.

2.7 Masalah pernapasan.

1. Hipoksia (anoksia)
Adalah defisiensi oksigen karena berkurangnya kadar oksigen
dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam jaringan dan organ.
Hipoksia dapat terjadi akibat kekurangan oksigen dalam atmosfer, anemia,
gangguan sirkulasi darah, penyakit paru, adanya zat toksik (karbon
monoksida atau sianida).
2. Hiperkapnia
Peningkatan kadar CO₂ dalam cairan tubuh dan sering disertai dengan
hipoksia. Jika CO, berlebih akan meningkatkan res- pirasi dan konsentrasi
ion hydrogen, yang akan menyebabkan asidosis (kadar asam berlebih)
3. Hipokapnia
Penurunan kadar CO₂ dalam darah, biasanya terjadi akibat hiperventilasi
(pernafasan cepat) dan penghembusan CO, menyebabkan terjadinya
alkalosis (jumlah bikarbonat berlebih)
4. Asfisia (sufokasi)
Suatu kondisi hipoksia dan hiperkapnia akibat ketidakcukupan ventilasi
pulmonar.
5. Dispnea Kesukaran bernafas, dan berhentinya nafas selama 3 menit
(dicekik) sudah bisa menimbulkan kematian.

2.8 Macam-macam kelainan pernapasan

Saluran pernapasan adalah bagian tubuh manusia yang berfungsi sebagai


tempat pertukaran gas yang diperlukan untuk proses pernapasan. Saluran ini
berpangkal pada hidung, tekak (faring), tenggorokan (trakea), cabang
tenggorokan (bronkus), bronkiolus, alveolus, dan berakhir pada paru-paru.
Namun, dalam organ-organ tersebut dapat mengalami gangguan. Gangguan ini
biasanya berupa kelainan, penyakit, atau karena ulah manusia itu sendiri
(seperti merokok). Penyakit atau gangguan yang menyerang sistem
pernapasan ini dapat menyebabkan terganggunya proses pernapasan. Adapun
penyakit yang bisa terjadi pada saluran pernapasan berdasarkan beberapa
askep keperawatan yaitu:

Tuberkulosis

Tuberculosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis bisa menyerang bagian paru-
paru dan dapat menyerang semua bagian tubuh. Tuberculosis adalah
penyakit menular langsung, sebagian besar kuman TB menyerang paru-
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Tuberculosis
adalah penyakit infeksius kronik dan berulang biasanya mengenai organ
paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.

Bakteri tersebut masuk melalui saluran pernafasan dan saluran


pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Biasanya paling banyak
melalui inhalasi droplet yang berasal dari si penderita. Bakteri masuk
dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang baik terutama pada
orang dengan daya tahan tubuh yang rendah dan menyebar melalui
pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itu infeksi TBC
dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti paru-paru,
saluran pencernaan, tulang, otak, ginjal, kelenjar getah bening, dan lain-
lain, namun organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

Tuberculosis (TB) dapat menyebar menyebar dengan cara yang sama


dengan flu, tetapi penularannya tidak mudah. Infeksi TB biasanya
menyebar antar anggota keluarga yang tinggal serumah. Seseorang bisa
terinfeksi saat duduk disamping penderita di dalam bus atau kereta api.
Selain itu, tidak semua orang yang terkena TB bisa menularkannya. TB
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini
berbentuk batang, memiliki dinding lemak yang tebal, tumbuh lambat,
tahan terhadap asam dan alcohol, sehingga sering disebut basil tahan
asam BTA). Bakteri ini memasuki tubuh manusia terutama melalui
paru-paru, namun dapat juga lewat kulit, saluran kemih, dan saluran
makanan. Gejala yang ditimbulkan penyakit tuberkulosis yaitu batuk
berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk yang dialami dapat disertai
dengan dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas,
nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat
malam hari tanpa kegiatan fisik, demam lebih dari satu bulan.
Gejala Tuberkulosis antara lain:
1) Kelelahan;
2) Kehilangan berat badan;
3) Berkeringat pada malam hari.

Jika infeksi lebih buruk, Gejala Tuberkulosis yang akan timbul yaitu:
1) Dada sakit;
2) Batuk dengan mengeluarkan dahak atau darah;
3) Napas pendek atau sesak nafas.
(Sumber: www.images.google.co.id)

Penyakit tuberkulosis atau TB paling sering menyerang organ paru.


Namun, sebagian kecil dapat menyerang organ-organ lain, misalnya
otak, tulang, kelenjar getah bening, kulit, usus, mata, telinga, dan
sebagainya.

TB ekstra paru yaitu Pleuritis TB merupakan suatu penyakit TB


dengan manifestasi menumpuknya cairan di rongga paru, tepatnya di
antara lapisan luar dan lapisan dalam paru. Bila jumlah cairan yang
menumpuk sangat banyak akan menimbulkan sesak napas.

Untuk memeriksa TB paru dapat dengan cara anamnesis (tanya


jawab dokter dan pasien), pemeriksaan jasmani, pemeriksaan dahak
atau sputum BTA (Basil Tahan Asam atau kuman TB), pemeriksaan
penunjang dan laboratorium.

Pemeriksaan penunjang laboratorium dapat dilakukan dengan foto


rontgen dada, pemeriksaan darah (terutama Laju Endap Darah), tes
kulit uji tuberkulin atau Mantoux test, uji serologi lain, misalnya PCR-
TB dan Myco-dot.

Faringitis
(sumber gambar:
https://steemit.com/esteem/@nurultasnimms/faringitis-radang-
tenggorokan-26531c6b6fde)

Faringitis merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan


akut (ISPA). Penyakit ini sangat umum terjadi baik pada anak-anak dan
orang dewasa. Puncak insiden umumnya terjadi pada anak usia sekolah.
Penyakit ISPA ini masih menjadi penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada anak kurang dari 5 tahun khususnya di negara
berkembang. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian
ISPA ini antara lain: sistem imunitas umur, jenis kelamin, status gizi,
status imunisasi, berat badan lahir (BBL). inisiasi menyusui dini,
pemberian air susu ibu (ASI), sosial ekonomi, pekerjaan, dan
pendidikan orang tua.

Faringitis merupakan infeksi yang terjadi pada faring akibat infeksi


bakteri atau virus. Faringitis yang disebabkan oleh virus 40-80% akan
sembuh dengan sendirinya (self-limiting). Bakteri yang paling sering
menjadi penyebab faringitis adalah bakteri Streptococcus group A.
Bakteri ini bertanggung jawab pada 10% kasus faringitis akut pada
orang dewasa dan 15%-30% kasus pada anak-anak.
Faringitis umumnya dapat sembuh sendiri. Bila berlangsung selama
1 minggu disertai gejala seperti demam, pembesaran nodul limfa, atau
bintik kemerahan, kemungkinan sudah terjadi komplikasi. Komplikasi
yang dapat terjadi akibat faringitis akut adalah demam scarlet (demam
yang ditandai dengan bintik kemerahan), demam reumatik (demam
yang disertai adanya inflamasi sendi atau kerusakan katup jantung), dan
glomerulonephritis.

Penyebab faringitis adalah infeksi, baik infeksi virus (40-60%),


bakteri (5-40%) maupun fungal. Virus yang umumnya menjadi
penyebab faringitis adala virus influenza dan adenovirus, sedangkan
bakteri yang dapat menyebabkan faringitis adalah bakteri golongan
Streptococcus B haemolyticus, Streptococcus viridians, dan
Streptococcus pyogenes. Selain akibat infeksi, faringitis juga dapat
disebabkan oleh faktor alergi, refluks laringofaring, penyakit autoimun,
trauma, neoplasma, dan efek dari rokok.

Faringitis akut dapat disebabkan oleh virus ataupun bakteri. Virus


penyebab faringitis umumnya adalah respiratory viruses seperti
rhinovirus, coronavirus, adenovirus, influenza virus, parainfluenza
virus, respiratory syncytial virus, dan metapneumovirus. Faringitis
akibat virus (viral pharyngitis) umunyanya tidak memerlukan terapi
antibiotik. Faringitis akibat bakteri umumnya disebabkan oleh infeksi
bakteri Streptococcus group A.

Asma
(sumber gambar:
https://rsuppersahabatan.co.id/artikel/read/perawatan-asma-untuk-
semuaa)

Asma adalah gangguan pada organ pernapasan berupa penyempitan


saluran pernapasan akibat reaksi terhadap suatu rangsangan tertentu.
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan
banyak sel dan elemennya. Inflamasi terus menerus menyebabkan
hiperresponsif yang meningkat pada jalan napas sehingga timbul gejala
episodic berulang berupa sesak napas, dada terasa berat, mengi, dan
terutama malam dan atau siang hari.

Prevalensi asma banyak dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain


jenis kelamin, umur, status atopi, keturunan, dan lingkungan. Pencetus
serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor seperti alergen,
virus, bahan iritan yang menyebabkan munculnya respon inflamasi.
Respon ini dibagi menjadi reaksi asma dini dan reaksi asma lambat.
Setelah kedua reaksi ini, proses berlanjut menjadi reaksi inflamasi
kronik. Perpu Asma disebabkan oleh inflamasi dinding saluran nafas.
Terdapat peningkatan berbagai sel inflamasi pada umumnya eosinofil,
basofil, sel mast, makrofag, dan tipe limfosit tertentu dapat ditemukan
pada biopsi dinding saluran napas dan cairan bilas bronkoalveolar pada
pasien asma.

Faktor resiko asma dibagi menjadi genetik yaitu berupa


hiperreaktivitas, atopi, jenis kelamin, ras/etnik, faktor yang
memodifikasi penyakit genetik. Lalu faktor lingkungan yaitu perubahan
cuaca, alergen di dalam maupun di luar ruangan, makanan, obat, emosi
berlebih, polusi udara, asap rokok, dan lainnya.

Gejala-gejala awal dari serangan asma yaitu:


1) Perubahan dalam pola pernapasan;
2) Bersin-bersin;
3) Perubahan suasana hati;
4) Hidung mampat;
5) Batuk;
6) Gatal-gatal pada tenggorokan;
7) Sering merasa capek;
8) Lingkaran hitam di bawah mata;
9) Susah tidur;
10) Turunnya toleransi tubuh terhadap kegiatan olahraga.

Gejala-gejala asma akut memberi indikasi bahwa suatu serangan asma


sedang terjadi. Gejalanya meliputi:
1) Napas berat;
2) Batuk-batuk;
3) Napas pendek tersengal-sengal;
4) Sesak dada;
Hal-hal di atas menunjukkan bahwa perubahan telah terjadi pada
saluran pernapasan dan aliran udara terhambat. Penderita asma
mengalami beberapa atau semua gejala di atas pada suatu serangan.
Asma Bronkial Gejala:
 Mengi
 Dada rasa penuh (chest tightness)
 Sesak napas
 Asma nokturnal terjadi antara jam 4-6 pagi dan menghilang
dengan bronkodilator
 Batuk kronis
 Batuk menetap dan timbul berulang
 Batuk timbul akibat paparan zat tertentu, aktivitas, gangguan
emosi, dan infeksi virus
 Batuk memberat pada malam hari
 Ada riwayat keluarga asma dan atopi

Sinusitis
(sumber gambar:
https://ners.unair.ac.id/site/lihat/read/1340/manajemen-dan-tatalaksana-
sinusitis)

Sinusitis merupakan peradangan yang terjadi pada organ sinus. Sinus


sendiri adalah rongga udara yang terdapat didaerah wajah yang
langsung terhubung dengan hidung. Peradangan pada sinus ini dapat
menyebabkan penimbunan lendir pada rongga sinus dan menjadi media
bagi pertumbuhan bakteri.

Sinusitis dibagi menjadi kelompok akut dan kronik. Secara anatomi,


sinus maksilaris, berada di pertengahan antara hidung dan rongga mulut
dan merupakan lokasi yang rentan terinvasi oleh organisme patogen
lewat ostium sinus maupun lewat rongga mulut.

Sinusitis maksilaris akut dapat disebabkan oleh rhinitis akut, infeksi


faring seperti faringitis, adenoiditis, tonsillitis akut, infeksi gigi rahang
atas P1, P2, serta Ml, M2, M3 (dentogen). Sinusitis dentogen
merupakan salah satu penyebab penting sinusitis. Dasar sinus maksila
adalah prosesus alveolaris tempat akar gigi rahang atas, sehingga
rongga sinus maksila hanya dipisahkan oleh tulang tipis dengan akar
gigi, bahkan kadang-kadang tanpa tulang pembatas. Infeksi gigi rahang
atas seperti infeksi apikal akar gigi atau inflamasi jaringan periodontal
mudah menyebar secara langsung ke sinus atau melalui pembuluh
darah dan limfe.

Sinusitis dibagi menjadi dua menurut waktunya, yaitu sinusitis akut


dan sinusitis kronik. Sinusitis akut bila keluhan terjadi kurang dari 12
minggu dan sinusitis kronis bila keluhan terjadi 12 minggu atau lebih.
Pada pasien didapatkan keluhan keluar ingus dari hidung kiri berwarna
kekuningan dan berbau busuk, nyeri tumpul pada pipi kiri dan rasa
penuh pada wajah. Hal ini sesuai gejala pada sinusitis maksilaris. Pada
sinusitis maksilaris, terdapat gejala subyektif terdiri dari gejala sistemik
dan gejala lokal. Gejala sistemik ialah demam dan rasa lesu. Gejala
lokal pada hidung terdapat ingus kental yang kadang-kadang berbau
dan dirasakan mengalir ke nasofaring. Dirasakan hidung tersumbat,
seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk, serta
nyeri di tempat lain karena nyeri alih (referred pain). Sekret
mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk.
Penciuman terganggu dan ada perasaan penuh dipipi waktu
membungkuk ke depan. Terdapat perasaan sakit kepala waktu bangun
tidur dan dapat menghilang hanya bila peningkatan sumbatan hidung
sewaktu berbaring sudah ditiadakan.

Gejala-gejala yang ditimbulkan penyakit ini adalah:


1) Sakit atau nyeri pada wajah dan dahi;
2) Ingus keluar dari hidung berwarna kuning atau hijau serta berbau
tajam;
3) Hidung tersumbat;
4) Berkurangnya daya pengecap;
5) Kepala yang terasa nyeri;
6) Batuk;
7) Sakit tenggorokan.

Bronkhitis

Penyakit bronkitis yang menyerang organ paru-paru yang


merupakan organ tubuh yang sangat penting bagi kehidupan manusia
yang merupakan penyedia udara (napas) bagi manusia, namun sering
kali menuai gangguan penyakit yang umumnya diakibatkan oleh
kesalahan individu itu sendiri, seperti merokok yang merupakan faktor
utama dari kasus penyebab penyakit bronkitis dan penyakit seputar
paru-paru yang banyak menyerang.

Bronkitis banyak diartikan oleh masyarakat umum sebagai penyakit


sesak napas akut terutama bagi mereka yang aktif dalam rokok. Mereka
yang menderita bronkitis umumnya akan menunjukkan gejala umum
seperti:
1) Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan);
2) Sesak napas ketika melakukan olahraga atau aktivitas ringan;
3) Sering menderita infeksi pernapasan (misalnya flu);
4) Napas berat;
5) Mudah lelah;
6) Pembengkakan di pergelangan kaki, kaki, dan tungkai kaki kiri dan
kanan;
7) Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan;
8) Pipi tampak kemerahan;
9) Sakit kepala;
10) Gangguan penglihatan.

Pneumonia
(sumber gambar: https://www.alodokter.com/pneumonia)

Pneumonia atau sering disebut paru-paru basah adalah infeksi atau


peradangan pada salah satu atau kedua paru-paru, lebih tepatnya
peradangan itu terjadi pada kantung udara. Kantung udara akan terisi
cairan atau nanah, sehingga menyebabkan sesak nafas, batuk berdahak,
demam, menggigil, dan kesulitan bernapas. Infeksi tersebut disebabkan
oleh berbagai organisme, termasuk bakteri, virus dan jamur.

Pneumonia adalah penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang


mengenai jaringan paru (alveoli). Penyakit ini ditandai dengan adanya
batuk dan atau kesukaran bernapas yang disertai pula napas sesak atau
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Pneumonia yang terjadi
sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus atau bakteri)
dan sebagian kecil disebabkan oleh faktor lain, seperti: kondisi
lingkungan, sosial, ekonomi, adat istiadat, malnutrisi, dan imunisasi.

Tanda-tanda dan gejala pneumonia bervariasi mulai dari yang ringan


hingga yang berat, tergantung pada faktor-faktor seperti jenis kuman
penyebab, usia penderita dan kondisi kesehatan secara keseluruhan.
Tanda-tanda dan gejala pneumonia yang ringan sering kali mirip
dengan flu atau sakit demam dan batuk-pilek, namun tak kunjung
sembuh atau bertahan lama.

Ciri-ciri dan gejala pneumonia antara lain:


1) Demam, berkeringat dan menggigil;
2) Suhu tubuh lebih rendah dari normal pada orang di atas usia 65
tahun, dan pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah;
3) Batuk berdahak tebal dan kental (lengket);
4) Nyeri dada saat bernapas dalam atau ketika batuk;
5) Sesak napas (nafas cepat);
6) Kelelahan dan nyeri otot;
7) Mual, muntah atau diare;
8) Sakit kepala.

Ada banyak kemungkinan penyebab pneumonia, yang paling sering


adalah karena infeksi bakteri dan virus dari udara yang kita hirup.

Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)

Infeksi saluran pernapasan atas atau sering disebut sebagai ISPA


adalah terjadinya infeksi yang parah pada bagian sinus, tenggorokan,
saluran udara, atau paru-paru. Infeksi yang terjadi lebih sering
disebabkan oleh virus meski bakteri juga bisa menyebabkan kondisi ini.

ISPA bagian atas adalah infeksi saluran pernapasan akut di atas


laring, yang meliputi: rinitis, faringitis, tonsilitis, sinusitis, dan otitis
medis. Sedangkan, ISPA bagian bawah adalah infeksi saluran
pernapasan akut dari laring ke bawah, yang terdiri atas: epiglotitis,
bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia.

ISPA akan menimbulkan gejala yang terutama terjadi pada hidung dan
paru-paru. Beberapa gejalanya antara lain:
1) Hidung tersumbat atau berair;
2) Para-paru terasa terhambat;
3) Batuk-batuk dan tenggorokan terasa sakit;
4) Kerap merasa kelelahan;
5) Tubuh merasa sakit.

Apabila ISPA bertambah parah, gejala yang lebih serius akan muncul,
seperti:
1) Kesulitan bernapas;
2) Demam tinggi dan menggigil;
3) Tingkat oksigen dalam darah rendah;
4) Kesadaran yang menurun dan bahkan pingsan

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

(sumber gambar: https://www.idntimes.com/health/medical/halifa-


ghaisani/penyakit-paru-obstruktif-kronis-c1c2)

Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah suatu keadaan


kegawatdaruratan yang dapat menyebabkan kematian pada penderita
dimana kematian dengan penyebab tersebut menempati urutan nomor
tiga di dunia setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.

PPOK merupakan salah satu penyakit kronik yang ditandai dengan


terbatasnya aliran udara yang terdapat di dalam saluran pernapasan.
Penderita PPOK di dunia memiliki jumlah yang sangat tinggi sehingga
pada tahun 2020 PPOK diperkirakan menempati urutan kelima penyakit
yang akan diderita di seluruh dunia. . Peningkatan angka kejadian
PPOK disebabkan karena penuaan penduduk serta paparan factor resiko
PPOK.
Data dari Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
menyatakan PPOK merupakan penyebab kematian tertinggi penyakit
tidak menular berbasis rumah sakit di Sulawesi Selatan yang berjumlah
43 kasus. PPOK merupakan suatu penyakit yang proses perkembangan
penyakitnya secara perlahan-lahan dan gejala yang ditimbulkan akan
semakin memburuk karena adanya obstruksi saluran pernapasan.
Penyakit ini dapat dicegah dan meringankan gejala yang ditimbulkan
apabila pasien diberikan pengobatan dan diberikan program pelatihan
yang tepat.

PPOK dapat mengakibatkan gangguan pada proses oksigenisasi


keseluruhan anggota tubuh karena adanya kerusakan pada alveolar serta
perubahan fisiologi pernapasan. Kerusakan dan perubahan tersebut
dapat menyebabkan inflamasi pada bronkus dan mengakibatkan
terjadinya kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis serta
menimbulkan obstruksi atau penutupan awal fase eksprirasi sehingga
terjadi keterbatasan saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversible
yang berhubungan dengan respon inflamasi.

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Gejala:


 Batuk > 3 minggu
 Ketika bernapas kadang terdengar suara “ngik” atau mengi
 Dahak tidak banyak hanya beberapa sendok teh per hari
 Dahak bersifat mukoid (kental berwarna hijau)
 Dahak bersifat purulen (kuning sedikit cair) dan bernanah pada
keadaan infeksi
 Sesak napas ketika mengerahkan tenaga
 Batuk muncul sebelum atau bersamaan dengan sesak napas.

Kanker paru-paru
Kanker adalah salah satu dari penyebab kematian terbesar di dunia.
Kanker merupakan penyakit kompleks yang melibatkan pertumbuhan
sel abnormal atau sel tidak biasa yang dikenal sebagai tumor ganas.
Dari semua kanker, kanker paru-paru menjadi penyakit paling umum
yang menyebabkan kematian. Kanker paru-paru secara umum
dikelompokkan menjadi Non-Small Cell Lung Cancer) dan Small Cell
Lung Cancer, kelompok tersebut dibedakan berdasarkan pertumbuhan
dan penyebarannya. Kanker paru-paru dilaporkan menjadi penyebab
pertama kematian pada pria dan kedua pada wanita.

Pengobatan kanker yang ada sekarang ini, seperti kemoterapi,


radioterapi, dan operasi, menginduksi efek samping yang tidak
disengaja yang membahayakan kesehatan dan kesejahteraan pasien.

Kanker Paru Gejala:


 Batuk
 Batuk > 3 minggu tanpa respon terhadap obat batuk
 Batuk darah
 Sesak
 Hilang nafsu makan
 Penurunan berat badan ( > 4 kg / 6 bulan)
 Rasa capai berlebihan
 Radang paru kerap berulang
 Suara parau
 Rasa nyeri di dada, bahu, atau punggung
 Pembengkakan leher dan wajah

Covid-19
Coronavirus ini adalah keluarga besar virus penyebab penyakit pada
hewan dan manusia. Pada manusia, beberapa coronavirus diketahui
menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa, hingga penyakit
yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS)
dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). COVID-19 menular
melalui droplets atau percikan yang keluar saat seseorang yang
terinfeksi batuk, bersin atau berbicara.

Penularan COVID-19 yang sangat cepat berdampak yang sangat luas


bagi seluruh masyarakat dari negara diseluruh dunia. Hingga sekarang
belum terdapat vaksin atau pengobatan pasti untuk COVID-19,
berbagai intervensi kesehatan masyarakat (nonfarmasi) telah digunakan
untuk mengendalikan persebaran COVID-19.

Menurut WHO tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah


mencuci tangan pakai sabun atau handsanitizer, tidak menyentuh area
wajah dan menggunakan masker. Virus ini menyebar terutama melalui
tetesan air liur atau keluar dari hidung ketika orang yang terinfeksi
batuk atau bersin, jadi penting bagi setiap orang berlatih etika batuk
yaitu dengan batuk pada siku yang ditekuk atau dengan tisu lalu
bekasnya dibuang di tempat sampah dan mencuci tangan.

Di Indonesi kasus COVID-19 muncul pertama kali pada bulan Maret


2020. Sejak saat itu persebaran COVID-19 makin meluas hingga
sekarang. Saat ini jumlah angka positif COVID-19 di Indonesia
mencapai 4,07 juta jiwa dengan korban meninggal mencapai 132 ribu.

Penularan COVID-19 terbagi kedalam beberapa jenis, diantaranya


sebagai berikut :
a. Kontak dan droplet Penularan COVID-19 terjadi melalui kontak
langsung, tidak langsung maupun kontak erat dengan orang yang
terjangkit COVID-19 melalui air liur dan droplet yang keluar dari
orang dengan COVID-19 pada saat sedang berbicara, bernyanyi,
batuk dan aktivitas lainnya. Penularan melalui droplet dapat terjadi
pada jarak kurang lebih 1 meter.
b. Udara Penularan melalui udara didefinisikan sebagai agen infeksius
yang diakibatkan oleh penyebaran droplet yang melayang dan
masih dalam keadaan infeksius dan dapat bergerak hingga jauh.
c. Fomit Adalah penularan yang disebabkan oleh kontaminasi
permukaan dan benda yang terkena droplet dari orang yang
terjangkit COVID-19.

Gejala klinis yang biasanya terjadi pada kasus COVID-19 adalah


demam, batuk kering dan sesak napas. Berdasarkan penelitian pada
pasien, gejala yang paling sering muncul adalah demam (98%), batuk
(76%), dan myalgia atau kelemahan (44%), sakit kepala 8%, batuk
darah 5%, dan diare 3% .

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pernafasan adalah proses inspirasi udara kedalam paru-paru dan ekspirasi


udara dari paru-paru kelingkungan luar tubuh. Inspirasi terjadi bila muskulus
diafragma telah dapat rangsangan dari nervus pernikus lalu mengkerut datar.
Saat ekspirasi otot akan ken- dor lagi dan dengan demikian rongga dada
menjadi kecil kembali maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi
terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.

DAFTAR PUSTAKA

De Luh Pratiwi Anggi L, dkk. Diagnosis dan tatalaksana faringitis streptococcus


Group A. J Lingkungan & Pembangunan, 2022; 6(2): 88-90.
Barakatul Q, dkk. Efektivitas Teknik lipsbreathing pada pasien penyakit paru
obstruksi kronik (ppok). J Kesehatan, 2019; 12(2): 138.

Zeth A, dkk. Diagnosa penyakit saluran pernapasan dengan menggunakan support


vector machine (svm). J Ilmu Matematika dan Terapan, 2015; 9(2): 109-12.

Esti R, Hari W. Sistem pakar diagnosis penyakit paru-paru menggunakan metode


forward chaining. J Teknik Elektro, 2016; 8(2): 65-66.

Anisa Z R, Jihan N P. Potensi tanaman cermai dalam mengatasi asma. J Penelitian


Perawat Profesional, 2020; 2(2): 147-148.

Girin K S, dkk. Tuberkulosis paru post wodec pleural efusion: laporan kasus. J
Medical Profession (MedPro), 2022; 4(2): 175-176.

A’laa N H, Bambang W. pelayanan puskesmas berbasis manajemen terpadu balita


sakit dengan kejadian pneumonia balita. J Kesehatan Masyarakat, 2011; 7(1): 35-
40.

Farida N. (2019). Buku penyakit paru-paru dan pernapasan. Jawa tengah: Alprin.
1-10.

Eka L A, Dhebys S H. Augmented reality untuk sistem pernapasan pada manusia.


J Smartics, 2019; 5(2): 55-59.

Arianda A. Covid-19: epidemiologi, virologi, penularan, gejala klinis, diagnose,


tatalaksana, factor risiko dan pencegahan. J Penelitian Perawat Profesional, 2021;
3(4): 654-656.

Ronald E. (2014). Buku Ilustrasi berwarna anatomi & fisiologi. Tanggerang


Selatan: Binarupa Aksara Publisher. 211-228.
Setiadi. (2007). Buku Anatomi dan fisiologi manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
38-59.

Kurniasih T. (2018). Buku Sistem organ manusia. Yogyakarta: Deepublish. 4-14.

Saktya Y A U. (2018). Buku ajar Keperawatan medical bedah sistem respirasi.


Yogyakarta: Deepublish. 1-13.

Abu T A, dkk. (2023). Buku sistem respirasi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press. 21-36.

Anda mungkin juga menyukai