Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Paper Sistem Pernafasan
mata kuliah Histologi Veteriner II dengan baik dan tepat waktu.

Adapun penyusunan paper ini dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
Histologi Veteriner II.

Penyusun berterimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Histologi Veteriner


II karena telah memberikan kami tugas sehingga menambah pengetahuan dan
serta membentuk kebersamaan dan sinergi dalam kelompok kami ini.

Selain itu kami juga sadar bahwa pada paper kami ini dapat ditemukan banyak sekali
kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami benar-benar menanti kritik dan
saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami tulis dimasa yang akan datang, sebab sekali
lagi kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang
konstruktif. Dan semoga paper ini dapat memberikan manfaat.

Denpasar, 12 Februari 2019

Hormat kami,

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................... ii

Daftar Gambar ..................................................................................................... iii

BAB I. Pendahuluan ............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 1-2

BAB II. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 3

2.1 Sistem Respirasi ............................................................................................. 3


2.2 Bagian-Bagian Sistem Respirasi dan Struktur Histologisnya ................... 3-12
2.3 Mekanisme Respirasi .............................................................................. 12-13

BAB III. Penutup ................................................................................................ 14

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 14


3.2 Saran............................................................................................................. 14

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 15

ii
DAFTAR GAMBAR

2.1 Struktur Histologis Rongga Hidung...................................................................... 4

2.2 Struktur Histologis Rongga Nasofaring ................................................................ 5

2.3 Struktur Histologis Rongga Laring ....................................................................... 6

2.4 Struktur Histologis Trachea .................................................................................. 7

2.5 Struktur Histologis Bronkiolus ............................................................................. 9

2.6 Struktur Histologis Bronkiolus Respiratorius ..................................................... 10

2.7 Alveolus .............................................................................................................. 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai makhluk hidup baik itu tumbuhan, hewan, maupun manusia pasti senantiasa
bernafas untuk melangsungkan kehidupan. Makhluk hidup di dunia ini akan mati jika tidak
bernafas lagi. Pernapasan atau respirasi dibutuhkan salah satunya adalah untuk metabolisme
dalam tubuh. Metabolisme normal dalam sel-sel makhluk hidup memerlukan oksigen dan
karbon dioksida sebagai sisa metabolisme yang harus dikeluarkan dari tubuh. Pertukaran gas
O2 dan CO2 dalam tubuh makhluk hidup disebut pernapasan atau respirasi.

Sistem pernapasan dimulai dari rongga hidung/mulut hingga ke alveolus, di mana pada
alveolus terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida dengan pembuluh darah. Sistem
repiratorius terdiri dari : rongga hidung, faring, laring, trachea, dan paru-paru (bronchus dan
broncheolus).

Systema respirasi dapat dibagi menjadi 2 bagian pokok yaitu : bagian konduksi dan bagian
respirasi. Bagian konduksi merupakan tabung yang menghubungkan dunia luar dan paru-paru.
Terdiri atas hidung, pharynx, larynx, trachea dan bronchi serta bronchioli. Bagian ini ada yang
terletak dalam paru-paru, ada yang diluar. Bagian respirasi merupakan tempat dimana benar-
benar terjadi pertukaran gas antara darah dan udara. Bagian konduksi juga untuk pencuci,
memanasi atau mendinginkan dan membuat udara lebih lembab.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dari paper Sistem Pernafasan
ini, yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan sistem respirasi?


2. Apa saja bagian-bagian dari sistem respirasi serta bagaimana struktur histologisnya?
3. Bagaimana mekanisme respirasi?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari paper Sistem Pernasafan ini, yaitu antara lain :

1. Untuk mengetahui tentang sistem respirasi.

1
2. Untuk mengetahui bagian-bagian dari sistem respirasi serta struktur histologisnya.
3. Untuk mengetahui mekanisme repirasi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Respirasi

Sistem respirasi atau sistem pernafasan adalah sistem yang bertugas memasukkan udara
pernafasan dari luar tubuh ke komponen yang mampu meneruskan oksigen kepada aliran darah
untuk diedarkan kepada jaringan tubuh, serat bertugas menyelenggarakan pertukaran gas
pernafasan dengan aliran darah, selanjutnya mengeluarkan karbondioksida yang diperoleh dari
aliran darah.

Sistem respirasi terdiri atas dua bagian, yaitu bagian konduksi dan bagian respirasi. Bagian
konduksi yaitu bagian yang menyalurkan udara, mulai dari cavum nasi, faring, laring, trachea,
bronchus, broncheolus, sampai broncheolus terminalis. Sedangkan bagian espirasi yaitu bagian
yang bekerja mengikat oksigen dan melepas karbondioksida yang dibawa ke dan dari jaringan
tubuh oleh sistem sirkulasi, terdiri atas broncheolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus
alveolaris, dan alveoli.

Fungsi sistem respirasi adalah menyediakan permukaan untuk pertukaran gas antara udara
dan sistem aliran darah, sebagai jalur untuk keluar masuknya udara dari luar ke paru-paru,
melindungi permukaan respirasi dari dehidrasi, perubahan temperatur, dan berbagai keadaan
lingkungan yang merugikan atau melindungi sistem respirasi itu sendiri dan jaringan lain dari
patogen, serta sumber produksi suara termasuk untuk berbicara, menyanyi, dan bentuk
komunikasi lainnya.

2.2 Bagian-bagian Sistem Respirasi dan Struktur Histologisnya

Sistem respirasi atau sistem pernafasan terdiri dari : Rongga hidung, faring, laring, trankea
dan paru-paru (bronchus dan brocheolus).

3
a. Rongga Hidung

Gambar 2.1. Struktur histologis rongga hidung

Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. Pada vestibulum di sekitar nares
terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di dalam vestibulum merupakan
epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis. Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang dibagi dua
oleh septum nasi pada garis medial, terdapat konka (superior, media, inferior) pada masing-
masing dinding lateralnya. Konka media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi, sedangkan
konka superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk fungsi menghidu/membaui.
Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler, sel olfaktorius (neuron
bipolar dengan dendrit yang melebar di permukaan epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi
sebagai reseptor dan memiliki akson yang bersinaps dengan neuron olfaktorius otak), sel
basal(berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria. Kelenjar Bowman
menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga memudahkan akses
neuron untuk membaui zat-zat. Adanya vibrisa, konka dan vaskularisasi yang khas pada rongga
hidung membuat setiap udara yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan dan
penghangatan sebelum masuk lebih jauh.

4
b. Faring

Gambar 2.2 Struktur histologi nasofaring


Terdiri atas pars respiratoria (nasopharynx) dan pars digestoria (oropharynk). Kecuali pada
palatum molle dan dinding dorsalnya yang hanya terdiri atas mukosa dan tulang maka dinding
pharynk dibentuk oleh mukosa, fascia pharyngea interna, otot seran lintang fascia pharyngea
eksterna dan tunica adventitia yang bersifat longgar.

Nasopharynk dilapisi dengan epithelium pseudocomplex bersilia, oropharynx epitel


squomus komplek. Lamina propria oropharynx terdiri atas jaringan fibroelastis dan banyak
mengandung glandula mukosa serta mempunyai banyak jaringan lymphatik. Pada nasopharynx
pada umumnya bersifat mukoserosa fascaia paryngea interna terdiri dari serabut longitudinal
dan sirculer, yang sirkuler tebal. Fascia pharyngea externa terdiri atas membran fibrosa padat
dengan jala-jala serabut elastis. Tunica adventitia berupa jaringan ikat longgar.

Dinding pharynx banyak mengandung pembuluh darah dan lymphe. Pembuluh-pembuluh


lymphe ini berhubungan dengan pembuluh limphe cavum nasi. Serabut saraf membentuk
plexus-plexus superficial dan profundal.

5
c. Laring

Gambar 2.3 Struktur histologis laring

Laring tersusun dari kartilago hyalin dan elastis yang membentuk tabung panjang yang
kurang teratur, dilapisi dengan jaringan ikat, otot seran lintang dan membrana mukosa dengan
glandulanya. Laring merupakan penghubung faring dan trachea.

Rangka laring tersusun atas beberapa kartilago thyroidea, cricoidea dan epiglotis bersifat
tunggal, sedangkan cartilago arytenoidea, cornikulata dan cuneiformis sepasang. Otot-otot
external laring berhubungan dengan otot-otot dan ligamentum di sekitarnya dan membantu
mekanisme menelan. Otot internal menghubungkan kartilago satu dengan yang lain dan
kontraksinya menyebabkan bentuk cavum laring berubah-ubah dan memberikan type produksi
suara.

Mukosa vestibulum sampai margo cranialis dari plica vokalis dilapisi oleh epithelium
squomus komplek sedangkan bagian yang lain dilapisi oleh epitel pseudocomplek bersilia,
sehingga permukaan epiglotis, arytenoidea dan plica aryepiglotica dilapisi oleh epitel squamus
komplek. Lamina propria dibentuk oleh jaringan ikat dengan banyak serabut elastis. Disana
banyak ditemukan jaringan lymphoid dengan nodulus lymphaticus dan glandula yang bersifat
serosa, mukosa dan campuran.

6
Submukosanya tipis, otot laring bersifat seran lintang. Pada ruminansia tidak ditemukan
saculus laryngis. Pada kuda bagian ini dilapisi epitel pseudokomplek bersilia, pada babi dan
carnivora oleh epitel squamus komplek. Pembuluh-pembuluh darah membentuk plexus
perichondral atau sub mukosa, jala-jala priglanduler dan jala-jala padat sub epithelial.
Pembuluh limphe membentuk jala-jala padat superficialis dan provundal. Saraf-saraf sensorik
berasal di laryngis inferior.

d. Trachea

Gambar 2.4 Struktur histologis trachea

Susunan trachea terdiri atas mukosa epitel pseudokomplek bersilia dengan membrana
basalis, lamina propria, lapisan serabut elastis longitudinal, sub mukosa dengan glandula,
membrana fibroelastis dengan cincin kartilago, otot (hanya terdapat di bagian dorsal) dan
tunika adventitia.

Epithelium banyak mempunyai sel piala dan diantara epithelium banyak terdapat leukosit.
Gerak cilia kearah hidung dan berguna untuk mengusir partikel debu. Lamina propria terdiri
dari serbaut halus dengan banyak lumphosit. Sub mukosa kaya akan serabut elastis dan lemak
melekat pada perikhondium cincin kartilago. Bagian provundal dari lamina propria dan
submukosa mengandung banyak glandula tubuler campuran terutama banyak ditemukan
dibagian ventral dan lateral.

Cincin-cincin kartilago dibungkus oleh membran fibrosa, cincin ini menjaga agar trachea
jangan kolaps, terutama saat oesofagus dilalui bolus makanan. Tunika muskularisnya adalah

7
musculus transversus trachea berupa otot polos dengan arah melintang pada bagian dorsal.
Pada kuda ruminansia dan babi terletak sebelah medial ujung-ujung cincin. Tunika adventitia
terdiri atas serabut elastis dan kolagen yang longgar dengan banyak jaringan lemak, vasa dan
nervi.

e. Pulmo (Paru-paru)

Struktur pulmo mirip dengan glandula alveolar komplek. Terletak dalam cavum toracis dan
bentuknya berubah-ubah sesuai dengan irama respirasi. Pulmo terdiri rangka penyokong
berupa kapsula dan jaringan ikat interstitiak, bagian konduksi dalam pulmo dan bagian
respirasi. Capsula pulmo berupa membrana serosa yang disebut pleura visceralis. Pada sapi
tertebal dan pada karnivora paling tipis. Paling superfisial dilapisi oleh mesothelium, capsula
memiliki banyak serabut otot polos.

Dibawah epithelium terdapat jala-jala serabut elastis pada yang memisahkan serosa dengan
sub serosa. Sub serosa terdiri atas serabut kolagen, jaringan kolagen melanjutkan diri ke lobulus
pulmo, dalam sub serosa juga ditemukan nodulus lymphaticus. Pulmo terbagi atas lobus,
sedang lobus terbagi menjadi lobulus oleh jaringan ikat tipis yang disebut septa. Lobulus
berbentuk pyramida. Tiap lobulus menerima cabang dari bronchus primarius (merupakan
cabang dari trachea) sedangkan lobulus menerima bronchiolus kecil.

Bronkus

Mukosa bronkus secara struktural mirip dengan mukosa trakea, dengan lamina propria yang
mengandung kelenjar serosa, serat elastin, limfosit dan sel otot polos. Tulang rawan pada
bronkus lebih tidak teratur dibandingkan pada trakea pada bagian bronkus yang lebih besar,
cincin tulang rawan mengelilingi seluruh lumen, dan sejalan dengan mengecilnya garis tengah
bronkus, cincin tulang rawan digantikan oleh pulau-pulau tulang rawan hialin.

8
Bronkiolus

Gambar 2.5 Struktur histologis bronkiolus

Bronkiolus tidak memiliki tulang rawan dan kelenjar pada mukosanya. Lamina propria
mengandung otot polos dan serat elastin. Pada segmen awal hanya terdapat sebaran sel goblet
dalam epitel. Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya adalah epitel bertingkat silindris
bersilia, yang makin memendek dan makin sederhana sampai menjadi epitel selapis silindris
bersilia atau selapis kuboid pada bronkiolus terminalis yang lebih kecil. Terdapat sel Clara
pada epitel bronkiolus terminalis, yaitu sel tidak bersilia yang memiliki granul sekretori dan
mensekresikan protein yang bersifat protektif. Terdapat juga badan neuroepitel yang
kemungkinan berfungsi sebagai kemoreseptor. epitel bronkiolus terminalis, tidak ditemukan
adanya tulang rawan dan kelenjar campur pada lamina propria.

9
Bronkiolus respiratorius

Gambar 2.6 Struktur histologis bronkiolus respiratorius

Mukosa bronkiolus respiratorius secara struktural identik dengan mukosa bronkiolus


terminalis, kecuali dindingnya yang diselingi dengan banyak alveolus. Bagian bronkiolus
respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan sel Clara, tetapi pada tepi muara alveolus,
epitel bronkiolus menyatu dengan sel alveolus tipe 1. Semakin ke distal alveolusnya semakin
bertambah banyak dan silia semakin jarang/tidak dijumpai. Terdapat otot polos dan jaringan
ikat elastis di bawah epitel bronkiolus respiratorius.

Duktus alveolaris

Semakin ke distal dari bronkiolus respiratorius maka semakin banyak terdapat muara
alveolus, hingga seluruhnya berupa muara alveolus yang disebut sebagai duktus alveolaris.
Terdapat anyaman sel otot polos pada lamina proprianya, yang semakin sedikit pada segmen
distal duktus alveolaris dan digantikan oleh serat elastin dan kolagen. Duktus alveolaris
bermuara ke atrium yang berhubungan dengan sakus alveolaris. Adanya serat elastin dan
retikulin yang mengelilingi muara atrium, sakus alveolaris dan alveoli memungkinkan alveolus
mengembang sewaktu inspirasi, berkontraksi secara pasif pada waktu ekspirasi secara normal,
mencegah terjadinya pengembangan secara berlebihan dan pengrusakan pada kapiler-kapiler
halus dan septa alveolar yang tipis.

10
Alveolus

Gambar 2.7 Alveolus

Alveolus merupakan struktur berongga tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida
antara udara dan darah. Septum interalveolar memisahkan dua alveolus yang berdekatan,
septum tersebut terdiri atas 2 lapis epitel gepeng tipis dengan kapiler, fibroblas, serat elastin,
retikulin, matriks dan sel jaringan ikat. Terdapat sel alveolus tipe 1 yang melapisi 97%
permukaan alveolus, fungsinya untuk membentuk sawar dengan ketebalan yang dapat dilalui
gas dengan mudah. Sitoplasmanya mengandung banyak vesikel pinositotik yang berperan
dalam penggantian surfaktan (yang dihasilkan oleh sel alveolus tipe 2) dan pembuangan
partikel kontaminan kecil. Antara sel alveolus tipe 1 dihubungkan oleh desmosom dan taut
kedap yang mencegah perembesan cairan dari jaringan ke ruang udara.
Sel alveolus tipe 2 tersebar di antara sel alveolus tipe 1, keduanya saling melekat melalui taut
kedap dan desmosom. Sel tipe 2 tersebut berada di atas membran basal, berbentuk kuboid dan
dapat bermitosis untuk mengganti dirinya sendiri dan sel tipe 1. Sel tipe 2 ini memiliki ciri
mengandung badan lamela yang berfungsi menghasilkan surfaktan paru yang menurunkan
tegangan alveolus paru. Septum interalveolar mengandung pori-pori yang menghubungkan

11
alveoli yang bersebelahan, fungsinya untuk menyeimbangkan tekanan udara dalam alveoli dan
memudahkan sirkulasi kolateral udara bila sebuah bronkiolus tersumbat.

2.3 Mekanisme Respirasi


a) Unggas

Istirahat. Pada waktu istirahat saat inspirasi, costae bergerak ke arah cranioventral,
sehingga cavum thorneali smembesar, paru-paru mengembang dan udara masuk ke dalam
paru-paru. Pada saat ekspirasi, costae kembali pada kedudukan semula, cavum thornealis
mengecil, paru-paru mengempis dan udara keluar. Beberapa otot yang berfungsi pada ekspirasi
adalah musculus intercostalis internus, musculus rectus abdominis, musculus obliquus
abdominis externus dan musculus transversus abdominis.

Terbang. Pada waktu terbang yang berfungsi adalah saccus interclavicularisdan saccus
axilaris.Apabila sayap diturunkan saccus axilaris terjepit, sehingga saccus
interclavicularis menjadi longgar, begitu pula sebaliknya apabila sayap diangkat saccus
axilaris membesar dan saccus interclavicularis mengecil. Pada peristiwa ini akan
mengakibatkan terjadinya pergantian udara pada paru-paru (Radiopoetra, 1991).

b) Mamalia
Hewan mamalia memiliki sistem pernapasan yang dengan manusia. Alat-alat pernapasan
terdiri atas hidung, batang tenggorok, dan paru-paru. Pada paru-paru terdapat gelembung paru-
paru (alveolus) yang berdinding pembuluh tipis dan terdiri atas satu lapis sel. Dinding alveolus
berimpitan dengan dinding pembuluh kapiler darah yang juga terdiri atas satu lapisan sel.
Oksigen masuk ke dalam kapiler darah dan karbon dioksida keluar dari kapiler darah melalui
proses difusi. Mekanisme pernapasan mamalia terdiri dari pernapasan dada dan pernapasan
perut. Pernapasan dada terjadi karena adanya kontraksi otot pada tulang rusuk yang
menyebabkan tulang dada terangkat ke depan, sehingga volume rongga dada bertambah besar.
Pada saat itu, paru-paru mengembang dan terjadilah inspirasi. Sebaliknya, ketika otot tulang
mengendur, tulang rusuk dan tulang dada turun sehingga volume rongga dada mengecil. Pada
saat itu paru-paru mengempis dan terjadilah ekspirasi.

Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma. Mekanismenya


dapat dibedakan sebagai berikut.

12
- Fase inspirasi.

Fase ini merupakan fase kontraksi otot diafragma sehingga rongga dada membesar,
akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga
udara luar yang kaya oksigen masuk.

- Fase ekspirasi.

Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot diaframa ke posisi semula yang
dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya,
tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam
rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem respirasi atau sistem pernafasan adalah sistem yang bertugas memasukkan udara
pernafasan dari luar tubuh ke komponen yang mampu meneruskan oksigen kepada aliran darah
untuk diedarkan kepada jaringan tubuh, serat bertugas menyelenggarakan pertukaran gas
pernafasan dengan aliran darah, selanjutnya mengeluarkan karbondioksida yang diperoleh dari
aliran darah.

Sistem respirasi atau sistem pernafasan terdiri dari : Rongga hidung, faring, laring, trankea
dan paru-paru (bronchus dan brocheolus).

3.2 Saran

Adapun saran penulis kepada pembaca yaitu agar senantiasa menjaga sistem respirasi atau
sistem pernafasan dengan baik karena sistem pernafasan sangat penting bagi kehidupan.
Semoga paper ini dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai sistem respirasi.

Selain dari pada itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan karena kami masih
dalam proses pembelajaran. Dan yang kami harapkan dengan adanya paper ini dapat menjadi
wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberi saran yang sifatnya tersirat maupun
tersurat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Gibran, Farhan. 2011. Histologi Sistem Pernafasan. http://farhan-


gibran.blogspot.com/2011/06/histologi-sistem-pernafasan-sistem.html?m=1

Bagus, Teguh. -. Histologi Sistem Respirasi. http://teguhbaguspribadi-


fkh12.weeb.unair.ac.id/artikel_detail-78675-Materi%20Kuliah%20Semester%202-
Histologi%20Sistem%20Respirasi.html#.XGjHhB58owA

-. 2011. Sistem Pernafasan pada Mamalia. https://www.ilmusaudara.com/2016/04/sistem-


pernapasan-pada-mamalia.html?m=1J

Junqueira LC, Carneiro J. 2009. Histologi Dasar Teks & Atlas. Jakarta : EGC

15

Anda mungkin juga menyukai