Anda di halaman 1dari 19

i

JENIS, UKURAN DAN FUNGSI ALAT SUNTIK


ILMU BEDAH UMUM VETERINER

Oleh :
Kelompok 1 Kelas D

I Wayan Mudiana (1809511008)


I Nyoman Surya Tri Hartaputera (1809511040)
I Wayan Chandra Dharmawan (1809511041)
Putu Aditya Pratama Arta Putra (1809511048)
Dwi Fortuna Hasiholanda (1809511059)
Angel Novelyn Leonard (1809511078)
Dwi Arum Permatasari (1809511097)
Alviona (1809511098)
Ni Made Suksmadewi Wisnantari (1809511099)
Nur Intan Wulan Yunita (1809511100)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan paper ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan paper yang berjudul “JENIS, UKURAN DAN FUNGSI ALAT SUNTIK” tepat
waktu. Paper disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Bedah Umum Veteriner di FKH
UNUD. Selain itu, penulis juga berharap agar paper ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah
Ilmu Bedah Umum Veteriner. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan paper ini.
Penulis menyadari paper ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan paper ini.

Denpasar, 06 Februari 2021

Hormat kami,
Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2.Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1
1.3.Tujuan Penulisan ..................................................................................................................... 2
1.4.Manfaat Penulisan ................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Spuit/syringe ......................................................................................................................... 3
2.2. Jarum Suntik/Injection Needle ............................................................................................. 5
2.3. Wing Needle ......................................................................................................................... 8
2.4. IV Catheter ............................................................................................................................ 8
2.5. Infus Set/Transet ................................................................................................................... 8
2.6. Teknik Menyuntik ................................................................................................................. 9
BAB III PENUTUP
3.1. Simpulan ............................................................................................................................. 14
3.2. Saran .................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 15

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi spuit ............................................................................................................... 3


Gambar 2. Ukuran spuit ................................................................................................................ 4
Gambar 3. Tipe ujung spuit ........................................................................................................... 4
Gambar 4. Jenis Spuit berdasarkan ukuran ................................................................................ 5
Gambar 5. Anatomi jarum............................................................................................................. 5
Gambar 6. Jarum suntik ................................................................................................................ 6
Gambar 7. Ukuran dan panjang jarum........................................................................................ 7
Gambar 8. Penggunaan jarum ...................................................................................................... 7
Gambar 9. Wing Needle ................................................................................................................. 8
Gambar 10. IV Catheter................................................................................................................. 8
Gambar 11. Infus Set/Transe ......................................................................................................... 9

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seorang dokter bertugas mengobati dan mencegah timbulnya kembali suatu penyakit.
Dokter akan melakukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan medis pada pasien dengan
pengetahuan medisnya. Berkaitan dengan tugas tersebut, seorang dokter memerlukan peralatan
penunjang sebagai alat bantu dalam pekerjaannya yang disebut dengan peralatan medis.
Peralatan medis merupakan sarana dan prasarana pendukung pelayanan perawata ndan
pengobatan medis. Sehingga sangat diperlukan pengetahuan serta ketrampilan untuk
menggunakannya, agar maksud dan tujuan dari penggunaan alat tersebut dapat tercapai dengan
maksimal. Pengguna peralatan medis harus dipastikan tahu tata cara penggunaannya melalui
bimbingan dan pengajaran sebelumnya yang kompeten.
Pelayanan medis tentu berkaitan erat dengan persediaan alat – alat medis, salah satunya
yaitu alat suntik (spuit). Alat suntik atau spuit adalah pompa piston sederhana untuk
menyuntikkan atau menghisap cairan atau gas. Alat suntik terdiri dari tabung dengan piston
didalamnya yang keluar dari ujung belakang. Adapun ujung depannya dapat dilengkapi dengan
jarum hipodermik atau selang untuk membantu mengarahkan aliran ke dalam atau keluar
tabung. Jarum suntik bekerja pada prinsip tekanan udara dalam ruang tertutup. Silinder jarum
suntik adlaah ruang tertutup, sehingga kita dapat mengatur besar-kecil tekanan dalam silinder
jarum suntik. Jika piston jarum suntik ditekan maka cairan di dalamnya akan keluar, hal itu
disebabkan karena tekanan dalam silinder lebih besar daripada tekanan di luar. Spuit memiliki
beberapa ukuran dan jenis dengan masing – masing memiliki fungsi yang berbeda.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja jenis-jenis alat suntik?
2. Apa saja ukuran alat suntik?
3. Apa fungsi alat suntik?
4. Bagaimana cara menggunakan alat suntik ?

1
2

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui jenis-jenis alat suntik.
2. Untuk mengetahui ukuran dari jenis-jenis alat suntik.
3. Untuk mengetahui fungsi dari jenis-jenis alat suntik.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan alat suntik.

1.4. Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan paper ini adalah untuk menambah wawasan pembaca
mengenai pengenalan alat suntik seperti jenis-jenis alat suntik, ukuran alat suntik serta
fungsinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Spuit / syringe
Spuit dalam bahasa Inggris yaitu syringe adalah pompa piston sederhana untuk
menyuntikkan atau menghisap cairan atau gas. Alat suntik terdiri dari tabung dengan piston
di dalamnya yang keluar dari ujung belakang. Adapun ujung depannya dapat dilengkapi
dengan jarum hipodermik atau selang untuk membantu mengarahkan aliran ke dalam atau
keluar tabung. Alat suntik beserta jarum suntik umumnya dijual dalam satu paket.
Spuit/syringe merupakan alat yang digunakan untuk pemberian secara intravena/
intramuskulus/sub cutan dengan volume tertentu memiliki ukuran 1 ml, 3 ml, 5 ml, 10 ml,
20 ml, 50 ml masing-masing mempunyai penggunaan yang berbeda-beda.

Gambar 1. Anatomi spuit

Memilih spuit harus didasari dengan volume dari obat yang akan digunakan dan
tekanan yang dibutuhkan. Tanda yang berada pada barrel spuit adalah jumlah dari cairan
yang berada di dalamnya diukur dengan satuan cc. Jumlah obat yang besar memerlukan
jenis spuit yang lebih besar. Jika memerlukan tekanan aliran yang rendah maka gunakan
juga spuit dengan dimensi yang lebih besar.

3
4

Gambar 2. Ukuran spuit

Terdapat lima tipe ujung spuit. Yang pertama dan paling umum adalah tipe Luer lock,
dimana jarum yang berada pada ujung spuit ini dapat dilepas dan diganti. Penghubung jarum
dengan spuit dapat mengunci dengan ujung spuit dengan cara didorong dan diputar. Gerakan
memutar ini dapat mengunci jarum dengan spuit agar spuit lebih aman dan stabil untuk digunakan.
Yang kedua tipe slip tip. Pengguna harus mendorong penghubung jarum ke dalam spuit. Pada tipe
ini tidak terdapat pengunci seperti yang terdapat pada tipe luer lock. Yang ketiga tipe eccentric tip,
tipe ini biasanya digunakan jika diperlukan menginjeksikan obat ke dalam vena dengan resiko
bengkok dan merusak dinding yang lebih minim. Tipe yang keempat adalah Catheter tip,
digunakan untuk irigasi luka dan flushing. Yang terakhir adalah tipe spuit dengan jarum yang
terpasang permanen. Biasanya digunakan untuk penggunaan dosis kecil obat. Biasanya injeksi
tuberkulin dan insulin menggunakan tipe jarum ini.

Gambar 3. Tipe ujung spuit

4
5

Gambar 4. Jenis Spuit berdasarkan Ukuran.


a. Spuit Auto-Disposable (AD)
Spuit yang hanya bisa dipakai sekali dan dibuang (disposible single-use), tidak
direkomendasikan untuk suntikan dalam imunisasi karena resiko penggunaan
kembali spuit dan jarum disposible menyebabkan resiko infeksi tinggi.
b. Alat Suntik Prefilled Auto Disable (AD)
Alat suntik prefilled Auto Disable adalah jenis alat suntik yang bisa digunakan
sekali yang telah berisi vaksin dosis tunggal dengan jarum yang telah dipasang oleh
pabriknya.
c. Socorex
Alat suntik ini adalah salah satu alat suntik modern otomatis yang dapat dibersihkan
dan disterilkan agar dapat digunakan secara berulang
2.2. Jarum suntik/Injection Needle

Gambar 5. Anatomi jarum


6

Jarum suntik/Injection Needle berfuungsi untuk menyuntik. Jarum suntik ini


digabungkan dengan alat suntik (Spuit = Syringe). Jarum suntik mempunyai ukuran : 19,
21, 22, 23, 25, 26, 27 G.
Jarum memiliki bentuk yang sederhana dengan bagian ujung yang runcing, bagian
tengah berongga, dan ujung lainnya memiliki penghubung yang dapat dihubungkan dengan
spuit. Jarum memiliki variasi panjang yang berbeda dengan ukuran diameter dan ketebalan
yang berbeda. Ujung jarum biasanya berbentuk miring untuk memudahkan penggunaan.
Jarum biasanya memiliki tutup untuk melindunginya saat digunakan.
Kriteria untuk memilih jarum memiliki tiga pertimbangan utama. Gauge, length,
dan use. Gauge jarum adalah besaran lebar atau diameter dari jarum. Length adalah ukuran
panjang dari jarum tersebut. Use adalah bagaimana jarum tersebut akan digunakan,
seberapa dalam jarum tersebut akan masuk ke dalam lokasi injeksi. Penggunaan jarum
tersebut meliputi intradermal, subkutan, dan muskular.

Gambar 6. Jarum suntik


7

Pemilihan panjang jarum tergantung pada teknik pemberian obat, sementara


pemilihan ukuran (gauge) jarum tergantung pada viskositas obat yang disuntikkan. Panjang
jarum standar biasanya 3/8 inch – 3-1/2 inch. Lokasi dari penggunaan akan menentukan
seberapa panjang jarum dibutuhkan. Ukuran jarum (gauge) diberi nomor 14 - 32. Makin
besar angka, semakin kecil diameter jarum. Semakin kecil angka, semakin besar diameter
jarum dan semakin tebal dinding jarum. Jarum berukuran kecil dipergunakan untuk obat
yang encer atau cair, sementara jarum diameter besar dipergunakan untuk obat yang kental.

Gambar 7. Ukuran dan panjang jarum

Injeksi subkutan memerlukan jarum yang pendek. Panjang jarum ½ - 5/8” dengan
ukuran jarum 19 – 27. Injeksi Intradermal memerlukan jarum yang lebih pendek dibanding
jarum untuk injeksi subkutan, yaitu panjang 3/8 – 3/4” dengan ukuran jarum 26-28. Injeksi
intramuskuler memerlukan jarum yang lebih panjang, yaitu 7/8” – 1-1/2” dengan ukuran
jarum 26 – 30. Injeksi intramuskular memerlukan sudut 90 derajat. Injeksi subkutan 45
derajat – 90 derajat. Dan injeksi intradermal 10 derajat – 15 derajat.

Gambar 8. Penggunaan jarum.


8

2.3. Wing needle.


Wing needle adalah jarum suntik bersayap, mempunyai ukuran 21, 22, 25, 27 G.
Wing needle memiliki fungsi sebagai alat transfusi cairan tertentu yang diberikan kepada
pasien dan sebagai vena tambahan untuk pengobatan secara intra vena.

Gambar 9. Wing Needle.


2.4. IV Catheter
IV Catheter adalah catheter yang dimasukkan ke pembuluh darah vena. IV Catheter
mempunyai ukuran 18, 20, 22, 24 G. IV Catheter berfungsi sebagai vena tambahan untuk
pengobatan secara intra vena.

Gambar 10. IV Catheter.


2.5. Infus set/Transet
Selang infus fungsinya untuk jalan masuk cairan. Infus digunakan untuk khusus
cairan infus kalau transet gunanya untuk tranfusi, infus set tidak bisa digunakan untuk
transet dan transet bisa digunakan untuk infus set, perbedaanya di saringannya kalau transet
ada saringannya kalau infus set tidak ada.
1. Infus set (micro)
Infus set (micro) merupakan bagian dari infusion set untuk menampung cairan dengan
volume tertentu dengan jumlah tetesan 60 tetes/ml. Mempuyai ukuran 19, 21, 23, 25
G.
2. Infus set (macro)
9

Infus set (macro) merupakan seperangkat alat infus yang digunakan untuk pemberian
cairan dalam volume besar (100–1000 ml) kepada pasien. Mempunyai ukuran 23, 25,
27 G.

Gambar 11. Infus Set/Transe

2.6. Teknik Menyuntik


2.6.1. Teknik menyuntik subkutan
Injeksi subkutan adalah injeksi yang disuntikkan ke lapisan lemak yang berada
tepat di bawah kulit. Obat dimasukkan ke dalam jaringan ikat jarang di bawah
dermis. Jaringan subkutan tidak mempunyai banyak pembuluh darah maka absorpsi
obat agak sedikit lambat dibandingkan suntikkan intramuskuler. Jaringan subkutan
mengandung reseptor nyeri, jadi hanya obat dalam dosis kecil yang larut dalam air,
yang tidak mengiritasi yang dapat diberikan melalui cara ini
. Setiap jaringan subkutan dapat dipakai untuk area injeksi, yang lazim adalah
pada lengan atas bagian luar dan leher. Area lain yang lazim digunakan adalah
perut, area scapula, ventrogluteal dan dorsogluteal. Area injeksi subcutan perlu
dirotasi secara regular untuk meminimalkan kerusakan jaringan, membantu
absorpsi, dan menghindari ketidaknyamanan.
Langkah awal untuk melakukan injeksi subkutan adalah mempersiapkan semua
alat seperti jarum dan alat suntik (syringe) dan obat yang akan digunakan untuk
injeksi. Bersihkan bagian atas suntikan dengan kapas alkohol, buat dosis yang tepat
dan keluarkan semua udara dari jarum suntik. Letakkan alat suntik di tempat yang
mudah dijangkau, jauh dari pandangan hewan. Apabila hewan sulit dikendalikan,
praktisi dapat meminta bantuan orang lain atau pemilik hewan untuk menenangkan
hewan tersebut. Belai rambut dan cubit kulit yang kendur di sekitar area leher
10

secara acak agar hewan terbiasa dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Kemudian cubit kulit yang kendur di antara ibu jari dan telunjuk, pegang alat suntik
dengan tangan yang lain di antara jari telunjuk dan tengah dengan ibu jari pada
syringe. Miringkan syringe pada 30-45 derajat dengan kemiringan jarum ke atas.
Masukkan jarum dengan cepat dan tarik sedikit ke belakang plunger untuk
memastikan tidak ada darah, lalu segera masukkan isinya. Jika darah muncul di
hub, pembuluh telah ditembus, dan jarum harus dikeluarkan dan dimasukkan
kembali di lokasi lain. Setelah penyuntikan, kulit dipijat sebentar untuk
memperlancar distribusi obat. Depot obat yang diinjeksikan di bawah kulit
mungkin meninggalkan pembengkakan kecil, yang akan menghilang saat obat
diserap. Tutup kembali jarum suntik dan buang jarum suntik ke dalam wadah
khusus.
2.6.2. Teknik menyuntik intramuskular
Injeksi intramuskular adalah injeksi yang dilakukan untuk mengantarkan suatu
zat ke dalam otot, dengan tujuan dapat diserap dengan cepat oleh pembuluh darah.
Otot juga dapat menerima volume obat yang lebih besar tanpa menimbulkan
ketidaknyamanan dibandingkan jaringan subkutaneus, walaupun bergantung pada
ukuran otot dan kondisi serta lokasi yang digunakan. Cara melakukan teknik
menyuntik intramuskular:
1. Bantu hewan mengurangi rasa sakit saat jarum dimasukkan. Karena injeksi
intramuskular lebih sakit daripada injeksi subkutan, dokter hewan harus berusaha
mengurangi rasa sakit yang akan dirasakan hewan saat jarum dimasukkan. Untuk
melakukan ini, kebanyakan dokter hewan akan memukulkan tulang telapak
tangannya ke leher hewan sebanyak dua hingga tiga kali sebelum menusukkan
jarum. Sangat disarankan untuk mengikuti prosedur ini. Menepuk leher hewan
dengan tangan akan membuat saraf-sarafnya menjadi kurang sensitif. Jadi, ketika
jarum ditusukkan, hewan kemungkinan tidak merasakan jarumnya masuk dan tidak
akan terkejut.
2. Pilih lokasi untuk memberikan injeksi Intramuskular. Pegang suntikan di
tangan dominan (kanan jika tidak kidal). Cari area segitiga suntikan dan pilihlah
11

wilayah di dekat bagian tengahnya, bersiaplah menusukkan jarum pada sudut tegak
lurus terhadap permukaan kulit.
3. Masukkan jarum ke leher hewan. Jaga agar jarum tegak lurus terhadap
permukaan kulitnya dan gunakan gerakan cepat sembari menusukkan jarum
melewati kulit hewan hinga mencapai ototnya. 10 Hal ini harus segera dilakukan
setelah menepuk leher hewan beberapa kali. Pada titik ini, hewan mungkin terkejut
sehingga bersiaplah akan kemungkinan ia bergerak pada chutenya (ia akan
bergerak lebih banyak jika tidak terbiasa melakukan kontak dengan manusia).
Periksa jika mengenai pembuluh vena atau arteri. Untuk melakukan ini, tarik sedikit
bagian penekan suntikan dan lihat jika ada aliran darah yang masuk ke suntikan.
Jika ini terjadi, berarti telah mengenai pembuluh darah. Segera keluarkan suntikan
dan mencoba titik yang berbeda.
4. Lakukan pengobatan. Setelah yakin bahwa tidak mengenai pembuluh darah,
selanjutnya bisa melakukan pengobatan. Tekan penekan suntikan dengan perlahan
hingga hewan mendapatkan dosis yang tepat. Jika Anda memberikan lebih dari 10
ml Intramuskular, pastikan Anda tidak memberikan lebih dari 10 ml pada setiap
titik penyuntikan. Setelah melepas suntikan, tekan titik tersebut dengan jari-jari
selama beberapa saat untuk mencegah pendarahan.
2.6.3. Teknik menyuntik intravena
Pemberian obat dengan cara ini, obat tidak mengalami absorpsi, maka kadar
obat dalam darah dapat diperoleh dengan cepat, tepat dan dapat disesusaikan
langsung dengan penderita. Cara melakukan teknik menyuntik intravena:
1. Cari Pembuluh Vena Lakukan dengan menjalankan jari-jari di area vena.
Anda akan merasakan pembuluh vena ini berdenyut. Setelah menemukannya, tekan
bagian bawah pembuluh untuk membuatnya menonjol. Ini akan membantu untuk
menemukan lokasi vena dengan lebih mudah saat melakukan penyuntikan.
2. Periksa untuk Memastikan Bahwa Tidak Ada Gelembung di Suntikan
Gelembung udara, jika disuntikkan ke dalam pembuluh, bisa menimbulkan risiko
kesehatan yang serius, atau kematian. Jika udara ada di dalam suntikan saat telah
melakukan injeksi obat, pegang suntikan dalam posisi tegak dan tepuk dengan jari-
jari sampai gelembung-gelembung udaranya naik. Keluarkan gelembung udara
12

dengan sedikit menarik penekan suntikan sampai semua gelembung keluar. Obat
akan keluar sedikit saat melakukan ini.
3. Masukkan Suntikan pada Sudut 30 hingga 45 Derajat Masukkan suntikan ke
pembuluh yang menyembul secara perlahan dan pasti. Akan terasa jika telah
mengenai pembuluh dengan benar, karena sedikit tarikan pada bagian penekan
suntikan akan menghisap darah ke suntikan dan membuatnya bercampur dengan
isinya. Ini adalah tanda yang baik.
4. Lakukan Pengobatan Tekan bagian penekan suntikan dengan sangat perlahan
agar cairan obatnya masuk ke pembuluh vena. Setelah memberikan obat dalam
jumlah yang diperlukan, lepas jarumnya secara perlahan. Pegang tangan di atas titik
suntik tersebut dan tekanlah selama beberapa saat untuk mengurangi pendarahan
yang akan terjadi saat memberikan injeksi jenis ini.
2.6.4. Teknik menyuntik intradermal
Injeksi Intradermal (ID) adalah jenis suntikan yang tidak masuk ke bawah
dermis. Teknik ini hanya digunakan untuk terapi tertentu, seperti tes tuberkulosa
dan tes alergi. Keuntungan dari penggunaan teknik ini adalah respon imun yang
lebih tinggi untuk vaksinasi, imunologi dan pengobatan kanker baru dan
penyerapan obat yang lebih cepat, karena untuk protein dan molekul kecil lainnya
dapat lebih terserap cepat secara sistematis dibandingkan dengan injeksi subkutan.
Selain itu, reaksi tubuh terhadap zat lebih mudah terlihat, karena lebih dekat ke
permukaan. Alat dasar yang dibutuhkan untuk melakukan teknik ini adalah spuit 1
cc, obat sediaan, aquades, gloves, dan alkohol swab. Cara melakukan teknik
menyuntik intradermal :
1. Setelah diusap dengan alkohol dan dibiarkan mengering, kulit ditarik di antara
jempol dan telunjuk, dan jarum (ukuran 25G atau 26G) ditusukkan (bevel di atas)
sekitar 3 mm ke dalam lapisan kulit superfisial dengan sudut suntikan antara 10 –
15 derajat, (hampir paralel dengan permukaan).
2. Jarum harus pendek dengan bevel pendek (biasanya dapat dilihat melalui
epidermis sewaktu penyuntikan).
3. Bula putih yang timbul di kulit dan memperlihatkan ujung folikel rambut
menandakan injeksi telah dilakukan dengan benar; bula 7 mm = injeksi 0,1 mL;
13

bula 3 mm = injeksi 0,05 mL; bila tidak dirasakan tahanan yang cukup, jarum
terlalu dalam dan harus dikeluarkan dan ditusukkan kembali sebelum
menambahkan vaksin lagi.
2.6.5. Teknik menyuntik intraperitoneal
Teknik penyuntikan intraperitoneal jarang digunakan secara klinis, cara ini
sering digunakan untuk memberikan obat pada hewan kecil. Dinding otot di
peritoneum (dibawah abdomen) sangat tipis dan usus banyak memiliki pembuluh
darah vaskuler. Ini berarti suntikan pada bagian tersebut akan menyebabkan sedikit
kesakitan, akan tetapi obat mudah diserap ke dalam sistem peredaran darah.
Pada hewan coba, spuit yang digunakan adalah spuit 1 ml, dengan panjang ¾ -
1 ml, dan ukuran jarum 19-25, penyuntikan dilakukan pada perut sebelah kanan
garis tengah, jangan terlalu tinggi agar tidak mengenai hati dan kantung kemih.
Hewan dipegang pada punggung supaya kulit abdomen menjadi tegang. Pada saat
penyuntikan sudut jarum membentuk sudut 10o menembus kulit dan otot masuk ke
rongga peritoneal.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Spuit dalam bahasa Inggris yaitu syringe adalah pompa piston sederhana untuk
menyuntikkan atau menghisap cairan atau gas. Alat suntik terdiri dari tabung dengan piston
di dalamnya yang keluar dari ujung belakang. Adapun ujung depannya dapat dilengkapi
dengan jarum hipodermik atau selang untuk membantu mengarahkan aliran ke dalam atau
keluar tabung. Terdapat lima tipe ujung spuit. Yang pertama dan paling umum adalah tipe
Luer lock, slip tip, eccentric tip, Catheter tip, dan tipe spuit dengan jarum yang terpasang
permanen. Sementara jenis suntikan dan jarum antara lain spuit dispossable, prefilled-
autodissposable, socorex, wing needle, IV Catheter, dan Infus Set. Injeksi bisa menjadi
pilihan lain untuk memberikan obat ke pada hewan ketika hewan sangat susah diberi obat
oral atau hewan tidak memungkinkan untuk mengkonsumsi obat secara oral. Ada berbagai
macam cara atau teknik dalam injeksi yaitu teknik menyuntik subkutan, teknik menyuntik
intramuskule, teknik menyuntik intravena, teknik menyuntik intradernal, dan teknik
menyuntik intraperitonal.
3.2. Saran
Sebaiknya pembuatan penugasan diarahkan dengan diberikan saran buku
penunjang atau literatur lainnya yang dapat digunakan sebagai bahan literatur yang akan
dikembangkan dalam penugasan terkait.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, R. R., Madjid, B. 2014. Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1: Panduan
Menyuntik. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Cancaster, Burt. 2015. Selecting Syringes and Needles.
https://www.vitalitymedical.com/blog/selecting-syringes-and-needles.html diakses
pada tanggal 6 Februari 2021.
Hermasari, B. K. Dkk. 2019. Buku Pedoman Keterampilan Klinis TEKNIK INJEKSI DAN
PUNGSI. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Laboratorium Keterampilan Klinis. 2019. Buku Pedoman Keterampilan Klinis Teknik Injeksi dan
Pungsi. https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/smt-4-
KETERAMPILAN-INJEKSI-DAN-PUNGSI-2019.pdf. Diakses pada tanggal 6
Februari 2021
Nasution, Embun S, dkk. 2019. Penuntun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi. Fakultas
Farmasi Univesitas Sumatra Utara.
Susmarini, D. 2018. TATA KELOLA VAKSIN, TATA LAKSANA PENYUNTIKAN, DAN
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI MEASLES RUBELLA PADA ANAK USIA
9–18 BULAN (Studi di Puskesmas Mulyoharjo Kecamatan Pemalang Kabupaten
Pemalang) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).
Taylor CR, Lillis C, LeMone P, Lynn P (2011). Fundamentals of Nursing: the Art and Science of
Nursing Care (7th ed.). Philadelphia: Kesehatan Wolters Kluwer / Lippincott Williams
& Wilkins. p. 749, 788.
Yanti, Aprilia R, dkk. 2015. Petunjuk Praktikum Farmakologi Program Studi Ilmu Farmasi.
Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan. Universitas Esa Unggul.

15

Anda mungkin juga menyukai