Anda di halaman 1dari 20

Anatomi dan Fisiologi Manusia

Sistem Pernafasan

Mata Kuliah :
Anatomi Fisiologi Manusia

Dosen Pengampu :
Dr. Irdalisa, S.Si., M.Pd

Disusun oleh :
1. Mayang Apriyanti 1701125009
2. Nadzriati Iswah 1701125078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Tuham Yang Maha Esa.
Karena atas segala rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini untuk memenuhi tugas Anatomi Fisiologi Manusia. Makalah ini dapat
digunakan sebagai wadah untuk menambah ilmu pengetahuan, sebagai teman
belajar dan sebagai referensi tambahan dalam mempelajari anatomi dan fisiologi
system pernafasan pada manusia.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua yang telah membantu
dalam menyelesaikan penulisan makalah ini. Segala upaya yang dilakukan dalam
menyelesaikan makalah ini, namun tidak mustahil jika dalam penyusunannya
masih terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang dapat dijadikan masukan agar makalah ini dapat disempurnakan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk memahami
dan menambah ilmu pengetahuan serta wawasan tentang Anatomi Fisiologi
Manusia.

Jakarta, 24 Oktober 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
A. Sistem Pernafasan................................................................................................6
B. Organ-Organ Pernafasan....................................................................................6
D. Kelainan-Kelainan Pada Sistem Pernafasan....................................................16
E. Menghitung Kapasitas Vital Pada Paru-Paru Manusia..................................17
BAB 3..............................................................................................................................20
PENUTUP.......................................................................................................................20
A. Kesimpulan.........................................................................................................20
B. Saran...................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai makhluk hidup kita masih hidup sampai saat ini karena
setiap saat kita selalu bernafas menghirup udara. Makhluk hidup, di dunia
ini, baik itu hewan maupun manusia akan mati (wafat) jika sudah tidak
dapat bernafas lagi. Sebenarnya bagaimana sistem pernafasan yang
terdapat dalam tubuh kita ? maka dari itu penulis ingin mengetahui lebih
banyak tentang sistem pernapasan pada mammalia khususnya
manusia.Sistem pernapasan secara garis besarnya terdiri dari paru-paru
dan susunan saluran yang menghubungkan paru-paru dengan yang
lainnya, yaitu hidung, tekak, pangkal tenggorok, tenggorok, cabang
tenggorok.
Metabolisme normal dalam sel-sel makhluk hidup memerlukan
oksigen dan karbon dioksida sebagai sisa metabolisme yang harus
dikeluarkan dari tubuh. Pertukaran gas O2 dan CO2 dalam tubuh makhluk
hidup di sebut pernapasan atau respirasi. O2 dapat keluar masuk jaringan
dengan cara difusi.
Pernapasan atau respirasi dapat dibedakan atas dua tahap. Tahap
pemasukan oksigen ke dalam dan mengeluarkan karbon dioksida keluar
tubuh melalui organ-organ pernapasan disebut respirasi eksternal.
Pengangkutan gas-gas pernapasan dari organ pernapasan ke jaringan tubuh
atau sebaliknya dilakukan oleh sistem respirasi. Tahap berikutnya adalah
pertukaran O2 dari cairan tubuh (darah) dengan CO2 dari sel-sel dalam
jaringan, disebut respirasi internal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sistem pernafasan ?
2. Apa saja organ-organ pada sistem pernafasan ?
3. Bagaimanakah mekanisme inspirasi dan ekspirasi pada sistem
pernafasan?
4. Bagaimanakah kelainan-kelainan pada sistem pernafasan ?
5. Bagaimanakah cara menghitung kapasitas vital pada paru-paru
manusia ?

C. Tujuan

4
1. Mengetahui tentang sistem pernafasan.
2. Mengetahui tentang anatomi dan fisiologi hidung dan paru-paru
sebagai organ pernafasan.
3. Mengetahui mekanisme inspirasi dan ekspirasi.
4. Mengetahui kelainan yang berkaitan dengan sistem pernafasan.
5. Mengetahui cara menghitung kapasitas vital pada paru-paru manusia.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Pernafasan
Pernafasan merupakan peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 dan mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari oksidasi dari
tubuh. Namun pernafasan dapat juga didefinisikan sebagai proses
pengambilan O2, pengeluaran CO2, dan penggunaan energi yang
dihasilkan oleh tubuh, serta pertukaran gas antara sel dengan lingkungan
dan juga terdapat reaksi enzimatis dalam prosesnya yaitu enzim sitokrom
(enzim pernafasan) yang memiliki peranan penting dalam proses tersebut.
Tujuan dari pernafasan adalah untuk menyedikan oksigen bagi
jaringan dan membuang karbondioksida. Sistem pernafasan itu sendiri
mencakup semua proses pertukaran gas yang terjadi antara atmosfir/
lingkungan melalui rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
bronkeolus, paru-paru, alveolus, serta sel-sel melalui dinding kapiler
darah. Pernafasan merupakan proses yang terjadi secara otomatis
walaupun dalam keadaan tidur sekalipun, karena system pernafasan
dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.

B. Organ-Organ Pernafasan

Gambar 1. Organ Pernafasan

6
Sumber : ciptacendikia.com

1. Hidung

Gambar 2. Anatomi Hidung


Sumber : materi.co.id

Hidung merupakan bagian yang paling menonjol di wajah,


yang berfungsi untuk menghirup udara pernafasan, menyaring
udara, dan juga sebagai resonasi suara. Hidung memiliki beberapa
bagian dan fungsinya masing-masing :
 Rongga hidung : sebagai tempat masuknya udara menuju
tenggorokan dan juga untuk menjaga kelembaban, suhu dan
tekanan udara
 Septum : pemisah antar lubang hidung, dilapisi oleh lendir
yang berfungsi untuk mengatur suhu dan kelembapan
rongga di dalamnya
 Silia : rambut-rambut yang terdapat di bagian bawah saraf
pembau, berfungsi untuk menyaring udara yang masuk
 Serabut saraf pembau : sebagai penerima rangsang berupa
bau
 Selaput lendir : untuk menghasilkan mucus

Rongga hidung (cavum nasi0 memiliki sepasang lubang


didepan untuk masuk udara yang disebut nares dan sepasang
lubanng di belakang untuk menyalurkan udara yang dihirup masuk
ke tenggorokan disebut choanae. Rongga hidung sepasang kiri
kanan, dibatasi di tengah oleh sekat yang disusun atas tulang rawan
dan tulang (Susanto, 2018).

7
Rongga hidung juga dilapisi atas berlapis selaput lendir,
didalamnya terdapat kelenjar minyak dan kelenjar keringat. Selaput
lendir ini berfungsi untuk menagkap benda asing yang masuk lewat
selaput pernapasan, selain itu juga terdapat rambut pendek dan
tebal yang berfungsi menyarin partikel kotoran yang masuk
Bersama udara. Rongga hidung dibagi atas 4 daerah yaitu :
 Vetibula : bagian depan rongga
 Atrium : bagian tengah
 Daerah pembauan : berada pada conchae yang atas
 Daerah pernafasan : terletak pada dua conchae yang bawah

Sekeliling rongga hidung ada empat rogga berisi udara


yang berhubungan dengannya, disebut sinus parasnal. Keempat
sinus itu berada pada tulang frontal, tulang maxilla, tulang ethmoid
dan tulang sphenoid. Sinus juga dilapisi oleh tunica mucosa, hanya
saja lebih tipis dan sel-selnya lebih kecil-kecil serta sedikit
mengandung kelenjar lendir (Susanto, 2018).

2. Faring

Gambar 3. Anatomi Faring


Sumber : seputarilmu.com

Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran


pernafasan (nasofaring) pada bagian depan dan saluran pencernaan
(orofaring) pada bagian belakang. Fungsi utama faring adalah
menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga
sebagai jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga

8
menyediakan tuang dengung untuk suara percakapan. Faring
dibedakan atas tiga daerah yaitu :
 Daerah hidung ( naso-pharynx)
Mengandung epitel bertorak bersilia bersel goblet. Terletak
dibbawah membrane basalis dan terdapat kelenjar campur
pada lamina propia. Pada bagian posteriornya terdapat
jaringan limfoid yang membentuk tonsila pharyngeal yang
pada anak-anak sering membesar dan meradang. Terdapat
muara yang menghubungkan rongga hidung dan telinga
bagian tengah dan disekelilingnya banyak kelompok
jaringan limfois yang disebut tonsila tuba (Fernandez,
2017).
 Daerah mulut ( oro-pharynx)
Mengandung epitel berlapis tanpa lapisan tanduk. Terletak
di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah.
Oropharynx ini akan dilanjutkan ke bagian atas menjadi
epitel mulut dan ke bawah, kea rah epitel esophagus. Disini
terdapat tonsila palatina yang sering meradang.
 Daerah jakun ( laryngeo-pharynx)
Mengandung epitel bervariasi, yang Sebagian besarnya
merupakan epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
Terletak di belakang laring.

3. Laring

Gambar 4. Anatomi Laring


Sumber : adalah.top
Menguhubngkan faring dan trakea. Laring pada umumnya
dikenal sebagai kotak suara, yang berada dibawah epiglotis dan

9
faring. Bentuk laring tidak beraturan dan mengandung epitel torak
bersilia bersel goblet. Laring berfungsi untuk fonasi
(menyuarakan), dan mencegah benda asing memasuki jalan nafas
dengan adanya refleks batuk (Khoirunnisa, 2017). Dinding laring
terdiri atas tulang rawan hialin, tulang rawan elastis, jaringan ikat,
otot, skelet, kelenjar campur.
Laring juga diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri
atas epitel pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan
getaran-getaran suara pada laring. Rangka larynx mempunya 9
tulang rawan, yakni 4 tulang rawan hialin (1 tulang rawan tiroid, 2
tulang rawan krikoid, 2 tulang rawan aritenoid); tulang rawan
elastis (1 tulang rawan epiglotis, 2 tulang rawan kuneiformis, dan 2
tulang rawan kornikulata); serta ujung tulang rawan aritenoid yang
merupakan tulang rawan elastis. Tulang-tulang rawan akan diikat
oleh ligamentum dan berarticulatio dengan otot intrinsik (M.
intrinsik laring) yang berfungsi untuk mengubah bentuk pita suara
sehingga timbul fonasi, sementara M. ekstrinsik laring berfungsi
untuk proses menelan. Ada juga M. vokalis yang berfungsi
mengatur ketengangan pita suara sehingga udara yang melalui pita
suara dapat menimbulkan suara dengan nada yang berbeda-beda.

4. Trakea ( batang tenggorokan )

Gambar 5. Anatomi Trakea


Sumber : contohsoalunbk-3.blogspot.com

10
Trakea terletak disebelah depan batang tenggorokan.
Trakea menghubungkan laring dengan paru-paru. Dinding
tenggorok dapat dibedakan atas tiga lapis, yaitu : tunica mucosa,
tunica muscularis dan tunica adventitia. Permukaan kelumen
diselaputi tunica mucosa, dengan epitel batanng berlapis semu dan
bersilia. Di bagian posterior tenggorok terdapat tunica muscularis
yang tipis dan tidak terlihat jelas. Dan tunica adventitia juga tidak
terlihat jelas, dan berintegrasi dengan jaringan penunjang yang
terdiri dari tulang rawan dibawahnya.
Tulang rawan dibawah tunica adventitia tersusun dalam
bentuk cincin-cincin hialin berbentuk huruf C. cincin inilah yang
menunjang tenggorok pada sebelah samping dan ventral.
Sedangkan bagian dorsal tenggorok adalah bagian terbuka cinicn,
terdapat serat otot polos yang susunannya melintang terhadap
poros tenggorokan (Susanto, 2018).
Serat otot itu melekat ke kedua cincin dan berfungsi untuk
mengecilkan diameter tenggorok, dan diantara cincin terdapat serat
fibroelastis. Struktur dari cincin yang tak bulat penuh ini dapat
membantu tenggorokan untuk merenggang untuk menyalurkan
lebih banyak udara ke dalam paru.

5. Bronkhus ( cabang tenggorokan)

Gambar 6. Anatomi Bronkhus


Sumber : ilmudasar.id
Percabangan tenggorok menuju paru kiri-kanan, disebut
bronkhus. Tiap bronkhus bercabang membentuk cabang kecil, dan
tiap cabang bronkhus ini membentuk banyak ranting. Dinding
bronkhus sama dengan trachea, yaitu terdiri dari : tunica mucosa,
tunica muscularis, tunica adventitia (Fernandez, 2017). Cincin

11
tulang rawan hilang, digantikan oleh keping tulang rawan, yang
susunannya tidak teratur dan menunjang seluruh keliling saluran.
Tunica adventitia mengandung serat jaringan ikat, sedikit
jaringan lemak, dan dibawahnya terdapat keping tulang rawan
yang susunannya tak teratur. Lapis terluar terdiri dari mesothelium,
sebagai penerusan selaput dalam pleura. Tunica mucosa pada
cabang dan ranting bronkhis yang besar, memiliki epitel bentuk
batang bersilia, sedangkan pada ranting yang kecil epitel berubah
jadi kubus dan tak bersilia.
Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara
yang masuk dan keluar paru-paru.

6. Paru-Paru

Gambar 7. Anatomi Paru-Paru


Sumber : sekolahan.co.id
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas,
dibagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian
bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada
dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas
3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2
lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut
pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru
disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang
menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk
disebut pleura luar (pleura parietalis).

12
Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan
elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang
rawan,tetapi rongga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya
mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus
terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi,
kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris
mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.
7. Bronkhiolus

Gambar 8. Anatomi Bronkhiolus


Sumber : medicinesia.com
Merupakan cabang ke 12-15 bronkus. Tidak mengandung
lempeng tulang rawan, tidak mengandung kelenjar submucosa
(Fernandez, 2017). Bronkhiolus akan bercabang membentuk
ranting, disebut bronkhiolus ujung. Bronkhiolus ujung ini berakhir
pada bronkhiolus pernafasan. Bronkhiolus pernafasan itu sendiri
merupakan saluran pendek yang dilapisi sel epitel bersilia. Sel itu
dipangkal bentuk batang, makin ke ujung ajan semakin rendah
sehingga menjadi kubud dan siliapun hilang. Di bronkhiolus
terdapat sel clara berbentuk benjolan menonjol ke lumen. Sel ini
menggetahkan surfaktan untuk melumasi permukaan dalam
saluran.
8. Alveolus

13
Gambar 9. Anatomi Alveolus
Sumber : pelajaran.co.id

Merupakan kantong berdinding tipis pada bronkioli terminalis.


Tempat terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida antara
darah dan udara yang dihirup. Jumlahnya 200-500 juta, bentuknya
bulat polygonal. Septa antar alveoli disokong oleh serat kolagen
dan elastis halus. Pada dinding-dinding elveoli terdapat lubang
kecil berbentuk bulat/ lonjong yang disebut poros/stigma alveolaris
yang berfungsi untuk mengubungkan alveoli yang berdekatan dan
mencegah atelectasis.

C. Mekanisme Inspirasi dan Ekspirasi Pada Sistem Pernafasan


Bernapas terdiri dari dua fase yaitu fase Inspirasi dan Fase
Ekspirasi. Inspirasi merupakan fase pemasukan oksigen ke dalam tubuh,
sedangkan ekspirasi merupakan proses pengeluaran karbondioksida dari
dalam tubuh. Kerja inspirasi dapat dibagi menjadi 3 bagian: (1) yang
dibutuhkan untuk pengembangan paru dalam melawan daya elastisitas
paru dan dada, yaitu kerja compliance atau kerja elastis, (2) yang
dibutuhkan untuk mengatasi vikositas jaringan paru dan struktur dinding
dada, disebut kerja resistensi jaringan, (3) yang dibutuhkan untuk
mengatasi resistensi jalan napas selama udara masuk ke dalam paru,
disebut kerja resistensi jalan napas. Pada pengembangan paru dan torak
memerlukan energi hampir dua kali lipat, daripada pengembangan paru
saja.
Mekanisme pernapasan manusia ada dua macam yaitu pernapasan dada
dan pernapasan perut.
 Pernapasan Dada

14
Fase inspirasi pada pernapasan dada terjadi akibat aktivitas otot-otot
antar tulang rusuk. Ketika otot-otot antar tulang rusuk berkontraksi, tulang
rusuk terangkat menyebabkan rongga dada membesar. Membesarnya
rongga dada menyebabkan tekanan udara dalam paru-paru menurun,
akibatnya udara dari lingkungan masuk ke dalam paru-paru melewati
hidung. Sedangkan fase ekspirasi terjadi ketika otot-otot antar tulang rusuk
berelaksasi, tulang rusuk kembali pada posisi semula menyebabkan
mengecilnya rongga dada. Tekanan udara dalam paru-paru meningkat
kembali mengakibatkan keluarnya udara dari paru-paru ke lingkungan.
Mengangkat rangka iga, pengembangan paru-paru ini dapat terjadi
karena pada posisi istirahat, iga miring ke bawah, dangan demikian
sternum turun kebelakang ke arah kolumna vertebralis. Tetapi, bila rangka
iga dielevasikan, tulang iga langsung maju sehingga sternum sekarang
bergerak ke depan menjahui spinal, membentuk jarak anteroposterior
dada. Oleh karena itu, otot-otot yang mengelevasikan rangka dada dapat
diklasifikasikan sebagai otot inspirasi, dan otot yang menurunkan rangka
disebut sebagai otot ekspirasi. Otot yang paling penting untuk yang
mengangkat rangka iga adalah otot intercostalis eksterna, tetapi ada otot-
otot lain yang membantunya adalah strenokleidomastoideus, mengangkat
sternum keatas, serratus anterior, mengangkat sebagian besar iga, scalenus,
mengangkat 2 iga pertama. Otot yang menarik rangka iga turun kebawah
saat ekspirasi adalah rectus abdominis, memiliki efek penarikan ke arah
bawah yang sangat kuat terhadap iga=iga bagian bawah pada saat yang
bersamaan ketika otot-otot ini dan otot abdominal lainnya menekan isi
abdomen ke atas ke arah diafragma, otot berikutnnya adalah intercostalis
internus.
 Pernapasan Perut
Inspirasi pada pernapasan perut terjadi akibat aktivitas otot-otot
diafragma. Diafragma adalah sekat antara rongga dada dan rongga perut.
Ketika otot diafragma berkontraksi, diafragma akan mendatar.
Mendatarnya diafragma menyebabkan membesarnya rongga dada, sebagai
akibatnya tekanan udara dalam paru-paru menurun. Udara dari lingkungan
masuk dari lingkungan ke dalam paru-paru melewati hidung, sedangkan
fase ekspirasi terjadi ketika otot diafragma berelaksasi, diafragma kembali
pada posisi semulanya yaitu melengkung ke atas. Kembalinya diafragma
pada posisi semulanya menyebabkan rongga dada mengecil. Tekanan
udara dalam paru-paru meningkat kembali mengakibatkan udara dalam
paru-paru keluar ke lingkungan.
Yang paling penting dari sistem ventilasi paru adalah terus-
menerus memperbarui udara dalam area pertukaran gas paru, dimana

15
udara dan darah paru saling berdekatan. Yang termasuk area ini adalah
alveoli, kantong alveolus, duktus alveolaris, bronkiolus respiratorius,
kecepatan udara baru yang masuk ke dalam area ini disebut juga ventilasi
alveolus.
Bila paru mengembang dan berkontraksi selama bernapas normal,
maka paru bergerak ke arah depan dan ke arah belakang dalam rongga
pleura. Untuk memudahkan pergerakan ini, terdapat lapisan tipis cairan
mukoid yang terletak diantara pleura parietalis dan pleura viseralis.
Masing-masing dari kedua pleura merupakan membran serosa msenkim
yang berpori-pori, dimana sejumlah kecil tranudat cairan intertisial dapat
terus menerus melaluinya untuk masuk kedalam pleura. Cairan ini
membawa protein jaringan, yang memberi sifat mukoid pada cairan
pleura, yang memungkinkan pergerakan paru agar berlangsung dengan
mudah.
Jumlah total cairan dalam setiap rongga pleura sangat sedikit,
hanya beberapa milimeter. Kapanpun jumlah ini menjadi lebih dari cukup
untuk memisahkan kedua pleura, maka kelebihan tersebut di pompa keluar
oleh pembuluh limfatik (yang membuka secara langsung) dari rongga
pleura ke dalam mediastinum, permukaan superior dari diafragma dan
permukaan lateral pleura pariealis. Oleh karena itu ruang pleura ruang
antara pleura viseralis dan parietalis disebut ruang potensial.

D. Kelainan-Kelainan Pada Sistem Pernafasan


Beberapa kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia
antara lain sebagai berikut:
1) Asma
Asma ditandai dengan kontraksi yang kaku dari bronkiolus yang
menyebabkan kesukaran bernapas. Asma biasanya disebabkan oleh
hipersensitivas bronkiolus (disebut asma bronkiale) terhadap benda-
benda asing di udara. penyebab penyakit ini juga dapat terjadi
dikarenakan faktor psikis dan penyakit menurun.

2) Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis merupakan penyakit spesiik yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosae. Bakteri ini dapat menyerang
semua organ tubuh, tetapi yang paling sering adalah paru-paru dan
tulang. Penyakit ini menyebabkan proses difusi oksigen yang
terganggu karena adanya bintik-bintik kecil pada dinding alveolus.
Keadaan ini menyebabkan :

16
a. Peningkatan kerja sebagian otot pernapasan yang berfungsi untuk
pertukaran udara paru-paru
b. Mengurangi kapasitas vital dan kapasitas pernapasan
c. Mengurangi luas permukaan membran pernapasan, yang akan
meningkatkan ketebalan membran pernapasan sehingga
menimbulkan penurunan kapasitas difusi paru-paru

3) Faringitis
Faringitis merupakan peradangan pada faring sehingga timbul rasa
nyeri pada waktu menelan makanan ataupun kerongkongan terasa
kering. Gangguan ini disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus dan
dapat juga disebabkan terlalu banyak merokok. Bakteri yang biasa
menyerang penyakit ini adalah Streptococcus pharyngitis.
4) Bronkitis
Penyakit bronkitis karena peradangan pada bronkus (saluran yang
membawa udara menuju paru-paru). Penyebabnya bisa karena infeksi
kuman, bakteri atau virus. Penyebab lainnya adalah asap rokok, debu,
atau polutan udara.
5) Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan paru-paru dimana alveolus
biasanya terinfeksi oleh cairan dan eritrosit berlebihan. Infeksi
disebarkan oleh bakteri dari satu alveolus ke alveolus lain hingga
dapat meluas ke seluruh lobus bahkan seluruh paru-paru. Umumnya
disebabkan oleh bakteri streptokokus (Streptococcus), Diplococcus
pneumoniae, dan bakteri Mycoplasma pneumoniae. ini perbedaan
antara alveoli yangnormal dengan yang terganggu.
6) Emisema Paru-paru
Emisema disebabkan karena hilangnya elastisitas
alveolus.Alveolus sendiri adalah gelembung-gelembung yang terdapat
dalam paru-paru. Pada penderita emisema, volume paru-paru lebih
besar dibandingkan dengan orang yang sehat karena karbondioksida
yang seharusnya dikeluarkan dari paru-paru terperangkap didalamnya.
Asap rokok dan kekurangan enzim alfa-1-antitripsin adalah penyebab
kehilangan elastisitas pada paru-paru ini.
7) Dipteri

17
Dipteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphterial yang dapat menimbulkan penyumbatan
pada rongga faring (faringitis) maupun laring (laringitis) oleh lendir
yang dihasilkan oleh bakteri tersebut.
8) Asiksi
Asiksi adalah gangguan dalam pengangkutan oksigen ke jaringan.

E. Menghitung Kapasitas Vital Pada Paru-Paru Manusia


Kapasital paru merupakan kemampuan paru-paru dalam menampung
udara dimana terdapat peristiwa-peristiwa sirkulasi paru atau menyatakan
dua atau lebih volume paru yaitu volume alun nafas,volume cadangan
ekspirasi ,dan volume residu (Arthur C.G,1990).Volume alun nafas atau
tidal volume yaitu volume udara inspirasi atau ekspirasi tiap kali bernafas
normal sedangkan volume residu merupakan sisa gas dalam pru-paru saat
menghembus maksimal.
Pengukuran kapasital paru pada umumnya menggunakan spirometer
yang di ukur secara manual.Peralatan yang di gunakan dalam mengukur
kapasital paru-paru yaitu,penjepit hidung,mouth piece dan filter
bakteri.Selam proses pengambilan data,sampel menggunakan penjepit
hidung dan mouth piece yang telah di hubungkan dengan sensor vernier
yang kemudian dimasukkan ke dalam rongga mulut.

Gambar 10. Spirometer


Sumber : inogen.com

18
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Di dalam sistem pernafasan, oksigen merupakan hal utama yang
dibutuhkan, secara garis pernafasan merupakan besar peristiwa menghirup
udara dari luar yang mengandung O2 dan mengeluarkan CO2 sebagai sisa
dari oksidasi dari tubuh. Namun pernafasan dapat juga didefinisikan
sebagai proses pengambilan O2, pengeluaran CO2, dan penggunaan energi
yang dihasilkan oleh tubuh, serta pertukaran gas antara sel dengan
lingkungan dan juga terdapat reaksi enzimatis dalam prosesnya yaitu
enzim sitokrom (enzim pernafasan) yang memiliki peranan penting dalam
proses tersebut. Jalur pada pernafasan yaitu : rongga hidung – faring –
laring – trakea – bronkus – bronkiolus – alveolus – paru-paru. Pernafasan
melibatkan 2 proses yaitu menarik nafas (inspirasi) dan mengeluarkan
nafas (ekspirasi) dan dibagi menjadi 2 yaitu pernafasan dada dan
pernafasan perut.
Ada beberapa gangguan atau kelainan yang menyerang sistem
pernafasan antara lain : asma, faringitis, pneumonia, difteri, dan lain-lain.
Kebutuhan oksigen pada pernafasan disesuaikan dengan aktivitas yang
dilakukan oleh orang tersebut. Semakin besar usaha yang dilakukan untuk
melakukan aktivitas tersebut, maka semakin besar juga oksigen yang
dibutuhkannya.

B. Saran
Melalui makalah ini, penulis berharap agar pembaca dapat
memahami isi materi dari makalah ini, dan penulis memiliki saran jika
makalah ini harus terus dikembangkan dan diperbaiki agar pembaca dapat
ikut berperan untuk menggali ilmu yang lebih dalam tentang anatomi dan
fisiologi pada sistem pernafasan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Fernandez, G. J. (2017). Sistem Pernafasan. Histologi Dasar, (1102005203), 335–


355.
Khoirunnisa, S. (2017). Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan, 4–5.
Susanto, R. (2018). anatomi Fsiologi manusia. Transformasi Nilai Budaya Sikap
Kerja 5S Dalam Penciptaan Suasana Akademik Perguruan Tinngi Yang
Bermutu.
Ikhsan, L. S., & Elektronika, L. (2019). Rancang Bangun Alat Ukur Frekuensi
Pernapasan Manusia Berbasis Sensor Serat Optik. 8(4), 301–307.
Prasetyo, O. Y., & Or, S. (2004). Adaptasi Sistem Pernapasan Terhadap Latihan.
Campbell,N.Biologi jilid 3.1997.California: The Benjamin/Cummings Publishing
Company,inc
Gisella,Jodelia,MadeFernandez, G. J. (2017). Sistem Pernafasan. Histologi Dasar,
(1102005203), 335–355.

20

Anda mungkin juga menyukai