Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA


DOSEN PEMBIMBING
Dra. Nevrita, M.Pd., M.Si

Disusu Oleh :
1. MUHAMAD KUKUH HANDOKO
2. NINUK ARDIANINGRUM
3. RYANDRA BIMA JATRA

: 140384205007
: 140384205011
: 140384205038

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
TANJUNGPINANG
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Swt, karena atas karunia dan hidayah-Nya
lah, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini sebagai tugas kelompok
pada mata kuliahAnatomi Fisiologi Manusia. Sesungguhnya makalah ini
membahas tentang Sistem pernapasan pada manusia.
Terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Pembimbing atas dorongan
dan ilmu yang telah diberikan kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya dan insya Allah sesuai dengan yang diharapkan.
Dan tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada rekan-rekan dan semua pihak
yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami susun dengan semaksimal dan sebaik
mungkin. Namun masih begitu banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang
terdapat pada makalah ini. Oleh karena itu kami berharap kepada pembaca agar
memberikan saran dan kritiknya untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Tanjungpinang, 4 Desember 2016

Penyusun,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Pengertian Sistem Pernapasan.......................................................................3
2.2 Susunan Sistem Pernapasan Manusia............................................................3
2.3 sistem pernapasan pada manusia....................................................................4
2.4 Rongga dan membrane plueral....................................................................22
2.5 Fisiologi Pernapasan....................................................................................24
2.6 Penuaan pada Sistem Pernapasan................................................................29
2.7 Gangguan pada Sistem Pernapasan..............................................................31
BAB III PENUTUP...............................................................................................36
3.1 Kesimpulan..................................................................................................36

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu organisme atau mahluk hidup memiliki bermacam-macam sistem
jaringan atau organ dalam tubuhnya, dimana sistem tersebut memiliki fungsi dan
peranan serta manfaat tertentu bagi mahluk hidup. Salah satu sistem yang ada
pada suatu organisme yaitu sistem pernapasan. Sistem pernapasan ini sendiri
memiliki fungsi dan peranan yang sangat struktural dan terkoordinir.
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis, istilah
pernapasan yang lazim digunakan mencakup dua proses yaitu pernapasan luar
(eksterna) merupakan penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secarah
keseluruhan serta dalam pernapasan dalam (interna) merupakan

penggunaan

O2dan pembentukan CO2oleh sel sel serta pertukaran gas (paru) dan sebuah
pompa ventilasi paru. Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukan
udara (inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan
dibedakan atas dua macam yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.
Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan. Semua sel hidup
membutuhkan suplai oksigen yang konstan supaya dapat mempertahankan
metabolism. Oksigen yang terdapat di udara akan masuk kedalam system aspirasi.
Selanjutnya di gunakan metabolism oleh jaringan dan pada saat yang sama
karbondioksida dan uap air akan dikeluarkan Dalam ilmu histologi, sistem
pernapasan akan dibahas secara detail bahkan sampai anatominya, sehingga kita
bisa mengetahui organ dan saluran apa saja yang ikut berperanan dalam
menyalurkan oksigen (O2) yang kita hirup
1.2 Rumusan Masalah
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Apa yang dimaksud Sistem Pernapasan


Bagaimana Susunan Sistem Pernapasan Manusia
Apa saja sistem pernapasan pada manusia
Bagaimana Fisiologi sitem Pernapasan
Bagaimana Proses Penuaan pada Sistem Pernapasan
Apa saja Gangguan pada Sistem Pernapasan

1.3 Tujuan
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Mengetahui maksud Sistem Pernapasan


Mengetahui Susunan Sistem Pernapasan Manusia
Mengetahui Apa saja sistem pernapasan pada manusia
Mengetahui Bagaimana Fisiologi sitem Pernapasan
Mengetahui Bagaimana Proses Penuaan pada Sistem Pernapasan
Mengetahui Apa saja Gangguan pada Sistem Pernapasan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Pernapasan
Pernafasan merupakan peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 dan mengeluarkan Co2 sebagai sisa dari oksidasi dari tubuh.
Penghisapan udara ke dalam tubuh disebut proses inspirasi dan menghembuskan
udara keluar tubuh disebut proses ekspirasi. Manusia membutuhkan suplay
oksigen secara terus-menerus untuk proses respirasi sel, dan membuang kelebihan
karbondioksida sebagai limbah beracun produk dari proses tersebut. Pertukaran
gas antara oksigen dengan karbondioksida dilakukan agar proses respirasi sel
terus berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan untuk proses respirasi sel ini berasal
dari atmosfer, yang menyediakan kandungan gas oksigen sebanyak 21% dari
seluruh gas yang ada. Oksigen masuk kedalam tubuh melalui perantaraan alat
pernapasan dan pada manusia disebut alveolus yang terdapat di paruparu berfungsi sebagai permukaan untuk tempat pertukaran gas.
Ada dua bagian yang mungkin dapat digambarkan dalam pernafasan yaitu :
O2 hidung trachea alveoli pembuluh kapiler alveolus ikatan O2
dengan Hb jantung seluruh tubuh sampai ke setiap sel.
Co2 membran alveoli kapiler alveoli bronchroli bronchus
trakea hidung.
2.2 Susunan Sistem Pernapasan Manusia
Saluran pernafasan dari atas kebawah dapat dirinci sebagai berikut : Rongga
hidung, faring, laring, trakea, percabangan bronkus, paru-paru (bronkiolus,
alveolus). Saluran nafas bagian atas adalah rongga hidung, faring dan laring dan
saluran

nafas

bagian

bawah

adalah

trachea,

bronchi,

bronchioli

dan

percabangannya sampai alveoli. Area konduksi adalah sepanjang saluran nafas


berakhir sampai bronchioli terminalis, tempat lewatnya udara pernapasan,
membersihkan, melembabkan & menyamakan udara dengan suhu tubuh hidung,
faring, trakhea, bronkus, bronkiolus terminalis. Area fungsional atau respirasi
3

adalah mulai bronchioli respiratory sampai alveoli, proses pertukaran udara


dengan darah.

Gambar 1.1 Susunan system pernapasan manusia


2.3 sistem pernapasan pada manusia
A. Hidung ( Rongga Hidung)
Hidung adalah organ indra penciuman. Ujung saraf yang mendeteksi
penciuman berada di atap (langit-langit) hidung di area lempeng kribriformis
tulang etmoid dan konka superior. Ujung saraf ini distimulasi oleh bau di udara.
Impuls saraf dihantarkan oleh saraf olfaktorius ke otak di mana sensasi bau
dipersepsikan. Ketika masuk dihidung, udara disaring, dihangatkan, dan
dilembabkan. Hal ini dilakukan oleh sel epitel yang memiliki lapisan mukus
sekresi sel goblet dan kelenjar mukosa. Lalu gerakan silia mendorong lapisan
mukus ke posterior didalam rongga hidung dan ke superior saluran pernapasan
bagian bawah menuju faring. Nares anterior adalah saluran- saluran didalam
lubang hidung. Saluran-saluran ini bermuara kedalam bagian yang dikenal sebagai
vestibulum hidung.
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh
darah, dan bersambung dengan lapisan farink dan selaput. Rongga hidung atau
kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang dipisahkan oleh septum
nasi dibagian tengahnya sehingga menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Setiap
kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan
4

superior (Corbrigde,1998). Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai ala nasi,
tepat dibelakang nares anterior, disebut sebagai vestibulum. Vestibulum ini
dilapisi oleh kulit yang memiliki banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut
yang disebut dengan vibrise. Septum Nasi Dinding medial rongga hidung adalah
septum nasi. Septum dibentuk oleh tulang rawan, dilapisi oleh perikondrium pada
bagian tulang rawan dan periostium pada bagian tulang sedangkan diluarnya
dilapisi juga oleh mukosa hidung.
Pada proses pernafasan secara khusus rongga hidung berfungsi antara lain :
Bekerja sebagai saluran udara pernafasan.
Sebagai penyaring udara pernafasan

yang

dilakukan

oleh bulu-

bulu hidung.
Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara pernafasan
oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir atau hidung.
Pada bagian belakang rongga hidung terdapat ruangan yang disebut
nasopharing dengan rongga hidung berhubungan dengan :
a. Sinus

paranasalis,

yaitu rongga-rongga pada

tulang

kranial,

yang

berhubungan dengan rongga hidung melalui ostium (lubang). Dan terdapat


beberapa sinus paranasalis, sinus maksilaris dan sinus ethmoidalis yang
dekat dengan permukaan dan sinus sphenoidalis dan sinus ethmoidalis
yang terletak lebih dalam.
b. Duktus nasolacrimalis, yang meyalurkan air mata kedalam hidung.
c. Tuba eustachius, yang berhubungan dengan ruang telinga bagian tengah.

Gambar 1.2 Rongga hidung

B. Tekak (Faring)
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong,
yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah serta terletak pada bagian
anterior kolum vertebra. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esophagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring
berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan
rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring di bawah
berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan dengan esophagus.
Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian
ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk
oleh (dari dalam keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan
sebagian fasia bukofaringeal.

Gambar 1.3 Anatomi Faring

Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring).

1. Nasofaring
Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah
adalah palatum mole, ke depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang
adalah vertebra servikal. Nasofaring yang relatif kecil, mengandung serta
berhubungan erat dengan beberapa struktur penting, seperti adenoid, jaringan
limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus faring yang disebut fosa
Rosenmuller, kantong Rathke, yang merupakan invaginasi struktur embrional
hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan
kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh n.
glosofaring, n. vagus dan n.asesorius spinal saraf cranial dan v.jugularis interna,
2. Orofaring
Orofaring disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum
mole, batas bawah adalah tepi atas epiglottis, ke depan adalah rongga mulut,
sedangkan ke belakang adalah vertebra sevikal. Struktur yang terdapat di rongga
orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatine, fosa tonsil serta arkus
faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum
(Rusmarjono dan Bambang Hermani, 2007; Rospa Hetharia, 2011).
3. Laringofaring (Hipofaring)
Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas
anterior ialah laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior ialah
vertebra servikal. Struktur pertama yang tampak di bawah lidah ialah valekula.
Bagian ini merupakan dua cengkungan yang dibentuk oleh ligamentum
glosoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral pada tiap sisi.

Valekula disebut juga kantong pil (pill pockets) sebab pada beberapa orang,
kadang kadang bila menelan pil akan tersangkut di situ. Di bawah valekula
terdapat epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berbentuk omega dan pada
perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang kadang bentuk
infantile (bentuk omega) ini tetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya,
epiglotis ini dapat menjadi demikian lebar dan tipisnya. Epiglotis berfungsi juga
untuk melindungi glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat
bolus tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esophagus.
Faring memiliki fungsi yang sangat penting beberapa fungsi faring antara
lain :
a. Saluran nafas dan makanan, faring adalah organ yang terlibat dalam sistem
pencernaan dan pernapasan: udara masuk melalui bagian nasal dan oral,
sedangkan makanan melalui bagian oral dan laring.
b. Penghangat dan pelembab, dengan cara yang sama seperti hidung, udara
dihangatkan dan dilembapkan saat masuk ke faring.
c. .Fungsi bahasa, fungsi faring dalam bahasa adalah dengan bekerja sebagai
bilik resonansi untuk suara yang naik dari laring, faring (bersama sinus)
membantu memberikan suara yang khas pada tiap individu
d. Fungsi Pengecap, terdapat ujung saraf olfaktorius dari indra pengecap di
epitelium oral dan bagian faringeal.
e. Fungsi Pendengaran, saluran auditori (pendengaran), memanjang dari
nasofaring pada tiap telinga tengah, memungkinkan udara masuk ke telinga
tengah. Pendengaran yang jelas bergantung pada adanya udara di tekanan
atmosfer pada tiap sisi membran timpani.
f. Fungsi Perlindungan, Jaringan limfatik faring dan tonsil laring menghasilkan
antibodi dalam berespon terhadap antigen, misal mikroba. Tonsil berukuran
lebih besar pada anak dan cenderung mengalami atrofi pada orang dewasa.
C. Laring
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian. Bentuk laring
menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih terpancung dan
bagian atas lebih besar dari bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring
sedangkan batas kaudal kartilago krikoid (Hermani; Abdurahman, 2003)
8

Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang (os hioid) dan beberapa
tulang rawan, baik yang berpasangan ataupun tidak. Komponen utama pada
struktur laring adalah kartilago tiroid yang berbentuk seperti perisai dan kartilago
krikoid. Os hioid terletak disebelah superior dengan bentuk huruf U dan dapat
dipalpasi pada leher depan serta lewat mulut pada dinding faring lateral. Dibagian
bawah os hioid ini bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap /
alae kartilago tiroid. Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit
yang melekat pada kartilago tiroidea lewat kartilago krikotiroid yang berbentuk
bulat penuh. Pada permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago aritinoid
ini mempunyai dua buah prosesus yakni prosesus vokalis anterior dan prosesus
muskularis lateralis (Boies, 1997)
Pada prosesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari korda
vokalis sedangkan ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau
bagian pita suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior korda
vokalis suara membentuk glotis. Kartilago epiglotika merupakan struktur garis
tengah tunggal yang berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi mendorong
makanan yang ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga terdapat dua
pasang kartilago kecil didalam laring yang mana tidak mempunyai fungsi yakni
kartilago kornikulata dan kuneiformis (Boies, 1997)
1) Kartilago
Kartilago laring terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu :
I.

Kelompok kartilago mayor, terdiri dari :


Kartilago Tiroidea, 1 buah
Kartilago Krikoidea, 1 buah
Kartilago Aritenoidea, 2 buah
II.
Kartilago minor, terdiri dari :
Kartilago Kornikulata Santorini, 2 buah
Kartilago Kuneiforme Wrisberg, 2 buah
Kartilago Epiglotis, 1 buah (Ballenger, 1993)

Gambar 1.4 Laring

a. Kartilago Tiroidea
Kartilago Tiroidea merupakan suatu kartilago hyalin yang membentuk
dinding anterior dan lateral laring, dan merupakankartilago yang terbesar. Terdiri
dari 2sayap (alae tiroidea)berbentuk seperti perisai yang terbuka dibelakangnya
tetapi bersatu di bagian depan dan membentuk sudut sehingga menonjol ke depan
disebut Adams Apple. Sudut ini pada pria dewasa kira-kira 90 derajat dan pada
wanita 120 derajat. Diatasnya terdapat lekukan yang disebut thyroid notch atau
ineiseura tiroidea, dimana di belakang atas membentuk kornu superior yang
dihubungkan dengan os hyoid oleh ligamentum tiroidea, sedangkan di bagian
bawah membentuk kornu inferior yang berhubungan dengan permukaan
posterolateral

dari

kartilago

krikoidea

dan

membentuk

artikulasio

krikoidea.Dengan adanya artikulasio ini memungkinkan kartilago tiroidea dapat


terangkat ke atas. Di sebelah dalam perisai kartilago tiroidea terdapat bagian
dalam laring, yaitu : pita suara, ventrikel, otot-otot dan ligamenta,kartilago
aritenoidea, kuneiforme serta kornikulata (Ballenger, 1993).
Permukaan luar ditutupi perikondrium yang tebal dan terdapat suatu alur
yangberjalan oblik dari bawah kornu superior ke tuberkulum inferior. Alur ini

10

merupakantempat

perlekatan

muskulus

sternokleidomastoideus,

muskulus

tirohioideus danmuskulus konstriktor faringeus inferior (Ballenger, 1993).


Permukaan dalamnya halus tetapi pertengahan antara incisura tiroidea dan
tepibawah kartilago tiroidea perikondriumnya tipis, merupakan tempat perlekatan
tendokomisura anterior. Tangkai epiglotis melekat 1 cm diatasnya olehligamentum
tiroepiglotika. Kartilago ini mengalami osifikasi pada umur 20 30tahun
(Ballenger, 1993).
b. Kartilago Krikoidea
Kartilago ini merupakan bagian terbawah dari dinding laring. Merupakan
kartilago hialin yang berbentuk cincin stempel (signet ring) dengan bagian
alasnya terdapat di belakang. Bagian anterior dan lateralnya relatif lebih sempit
daripada bagian posterior. Kartilago ini berhubungan dengan kartilago tiroidea
tepatnya dengan kornu inferior melalui membrana krikoidea (konus elastikus) dan
melalui artikulasio krikoaritenoidea. Di sebelah bawah melekat dengan cincin
trakea I melalui ligamentum krikotiroidea. Pada keadaan darurat dapat dilakukan
tindakan trakeostomi, krikotomi atau koniotomi pada konus elastikus (Ballenger,
1993). Kartilago krikoidea pada dewasa terletak setinggi vertebra servikalis VI
VII dan pada anak-anak setinggi vertebra servikalis III - IV. Kartilago ini
mengalami osifikasi setelah kartilago tiroidea.
c. Kartilago Aritenoidea
Kartilago ini juga merupakan kartilago hyalin yang terdiri dari sepasang
kartilago berbentuk piramid 3 sisi dengan basis berartikulasi dengan kartilago
krikoidea, sehingga memungkinkan pergerakan ke medio lateral dan gerakan
rotasi. Dasar dari piramid ini membentuk 2 tonjolan yaitu prosesus muskularis
yang merupakan tempat melekatnya muskulus krikoaritenoidea yang terletak di
posterolateral, dan di bagian anterior terdapat prosesus vokalis tempat melekatnya
ujung posterior pita suara. Pinggir posterosuperior dari konus elastikus melekat ke
prosesus vokalis. Ligamentum vokalis terbentuk dari setiap prosesus vokalis dan
berinsersi pada garis tengah kartilago tiroidea membentuk tiga per lima bagaian
membranosa atau vibratorius pada pita suara. Tepi dan permukaan atas dari pita
suara ini disebut glotis(Scott, 1997)

11

Kartilago aritenoidea dapat bergerak ke arah dalam dan luar dengan sumbu
sentralnya tetap, karena ujung posterior pita suara melekat pada prosesus vokalis
dari aritenoid maka gerakan kartilago ini dapat menyebabkan terbuka dan
tertutupnya glotis. Kalsifikasi terjadi pada dekade ke 3 kehidupan (Ballenger,
1993).
d. Kartilago Epiglotis
Bentuk kartilago epiglotis seperti bet pingpong dan membentuk dinding
anterior aditus laringeus tangkainya disebut petiolus dan dihubungkan oleh
ligamentum tiroepiglotika ke kartilago tiroidea di sebelah atas pita suara.
Sedangkan bagian atas menjulur di belakang korpus hyoid ke dalam lumen faring
sehingga membatasi basis lidah dan laring. Kartilago epiglotis mempunyai fungsi
sebagai pembatas yang mendorong makanan ke sebelah laring (Ballenger, 1993;
Graney, 1993).
e. Kartilago Kornikulata
Kartilago

ini

merupakan

kartilago

fibroelastis,

disebut

juga

kartilago

Santorini dan merupakan kartilago kecil di atas aritenoid serta di dalam plika
ariepiglotika (Ballenger, 1993).
f. Kartilago Kuneiforme
Merupakan kartilago fibroelastis dari Wrisberg dan merupakan kartilago kecil
yang terletak di dalam plika ariepiglotika (Ballenger, 1993).

2) Ligamentum dan membrana


Ligamentum dan membran laring terbagi atas 2 grup, yaitu :
I.

Ligamentum ekstrinsik, terdiri dari :


Membran tirohioid
Ligamentum tirohioid
Ligamentum tiroepiglotis
Ligamentum hioepiglotis
Ligamentum krikotrakeal

12

Gambar 1.5 Ligamentum ekstrinsik

II.

Ligamentum intrinsik, terdiri dari :


Membran quadrangularis
Ligamentum vestibular
Konus elastikus
Ligamentum krikotiroid media
Ligamentum vokalis

Gambar 1.6 Ligamentum intrinsik

3) Otot laring
Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot / muskulus ekstrinsik dan
intrinsik. Otot ekstrinsik bekerja pada laring secara keseluruhan yang terdiri dari
otot ekstrinsik suprahioid yang berfungsi menarik laring ke atas dan otot
ekstrinsik infrahioid. Otot intrinsik laring menyebabkan gerakan antara berbagai
struktur laring sendiri, seperti otot vokalis dan tiroaritenoid yang membentuk

13

tonjolan pada korda vokalis dan berperan dalam membentuk tegangan korda
vokalis, otot krikotiroid berfungsi menarik kartilago tiroid kedepan, meregang dan
menegangkan korda vokalis dan memiliki fungsi membentuk suara dan
bernafas(Ballenger, 1993).
1. Otot / muskulus ekstrinsik
Terbagi atas :
1.Otot suprahioid / otot elevator laring, yaitu :
Stilohioideus
Geniohioideus
Genioglosus

Milohioideus
Digastrikus
Hioglosus

2. Otot infrahioid / otot depresor laring, yaitu :


Omohioideus
Sternokleidomastoideus
Tirohioideus

14


Gambar 1.7 Otot suprahioid / otot elevator laring

Kelompok otot depresor dipersarafi oleh ansa hipoglossi C2 dan

C3 danpenting untuk proses menelan (deglutisi) dan pembentukan suara (fonasi).


Muskuluskonstriktor faringeus medius termasuk dalam kelompok ini dan melekat
pada lineaoblikus kartilago tiroidea. Otot ini penting pada proses deglutisi
(Ballenger, 1993).

2. Otot / muskulus intrinsik


Terbagi atas :
1.Otot adduktor :
Interaritenoideus transversal dan oblik
Krikotiroideus
Krikotiroideus lateral (Scott, 1997).

2.Otot abduktor :
Krikoaritenoideus posterior (Ballenger, 1993).

3.Otot tensor :
Tensor Internus : Tiroaritenoideus dan Muskulus Vokalis
Tensor Eksternus : Krikotiroideus (Ballenger, 1993)

Laring memiliki peran tersendiri antara lain Fungsi Laring :


a. Produksi suara, Suara memiliki nada, volume, dan resonansi. Nada suara
bergantung pada panjang dan kerapatan pita suara. Pada saat pubertas, pita
suara pria mulai bertambah panjang, sehingga nada suara pria semakin
rendah. volume suara bergantung pada besarnya tekanan pada pita suara yang
digetarkan. Semakin besar tekanan udara ekspirasi, semakin besar getaran
pita suara dan semakin keras suara yang dihasilkan. Resonansi bergantung
pada bentuk mulut, posisi lidah dan bibir, otot wajah, dan udara di paranasal.
b. Berbicara, berbicara terjadi saat ekspirasi ketika suara yang dihasilkan oleh
pita suara dimanipulasi oleh lidah, pipi, dan bibir.
c. Pelindung saluran napas bawah, saat menelan, laring bergerak ke atas,
menyumbat saluran faring sehingga engsel epiglotis menutup faring. Hal ini
menyebabkan makanan tidak melalui esofagus dan saluran napas bawah
d. Jalan masuk udara, bahwa Laring berfungsi sebagai penghubung jalan napas
antara faring dan trakea.
e. Pelembap, penyaring, dan penghangat, dimana proses ini berlanjut saat udara
yang diinspirasi berjalan melalui laring

D. Trakea

Trakea, merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16

sampai 20 cincin kartilago yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang terbentuk
seperti C. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitilium bersilia
dan sel cangkir. Trakea hanya merupakan suatu pipa penghubung ke bronkus.
Dimana bentuknya seperti sebuah pohon oleh karena itu disebut pohon
trakeobronkial. tempat trakea bercabang menjadi bronkus di sebut karina. di

karina menjadi bronkus primer kiri dan kanan, di mana tiap bronkus menuju ke
tiap paru (kiri dan kanan), Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan
bronkospasme dan batuk berat jika dirangsang.

Gambar 1.9 Trakea

Trakea terdiri atas tiga lapis jaringan yaitu:

a. Lapisan luar terdiri atas jaringan elastik dan fibrosa yang membungkus
kartilago.
b. Lapisan tengah terdiri atas kartilago dan pita otot polos yang membungkus
trakea dalam susunan helik. Ada sebagian jaringan ikat, mengandung
pembuluh darah dan limfe, serta saraf otonom.
c. .Lapisan dalam terdiri atas epitelium kolumnar penyekresi mukus

Fungsi trakea antara lain yaitu :

a. Penunjang dan menjaga kepatenan, Susunan jaringan kartilago dan elastik


menjaga kepatenan jalan napas dan mencegah obstruksi jalan napas saat
kepala dan leher digerakkan. Tidak adanya kartilago di bagian posterior
trakea, memungkinkan trakea berdilatasi dan berkontraksi saat esofagus
mengalami distensi saat menelan. Kartilago mencegah kolapsnya trakea

saat tekanan internal kurang dari tekanan intratoraksik, yaitu saat akhir
ekspirasi dengan upaya.
b. Eskalator mukosiliaris, Eskalator mukosiliaris adalah keselarasan frekuensi
gerakan silia membran mukosa yang teratur yang membawa mukus dengan
partikel yang melekat padanya ke atas laring di mana partikel ini akan
ditelan atau dibatukkan
c. Refleks batuk, Ujung saraf di laring, trakea, dan bronkus peka terhadap
iritasi sehingga membangkitkan impuls saraf yang dihantarkan oleh saraf
vagus ke pusat pernapasan di batang otak. Respons refleks motorik terjadi
saat inspirasi dalam yang diikuti oleh penutupan glotis, yakni penutupan
pita suara. Otot napas abdomen kemudian berkontraksi dan dengan tibatiba udara dilepaskan di bawah tekanan, serta mengeluarkan mukus
dan/atau benda asing dari mulut
d. Penghangat, pelembap, dan penyaring, Fungsi ini merupakan kelanjutan
dari hidung, walaupun normalnya, udara sudah jernih saat mencapai trakea

E. Percabangan Bronkus

Bronkus merupakan saluran nafas yang terbentuk dari belahan dua

trakea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur


serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.

Bronkus berjalan ke arah bawah dan samping menuju paru dan

bercabang menjadi dua, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Bronkus kanan
mempunyai diameter lumen lebih lebar, ukuran lebih pendek dan posisi lebih
vertikal. Letak sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis serta mengeluarkan
sebuah cabang utama yang melintas di bawah arteri, yang disebut bronkus kanan
lobus bawah. Sedangkan bronkus kiri memiliki ukuran lebih panjang, diameter
lumennya lebih sempit dibandingkan bronkus kanan dan melintas di bawah arteri
pulmonalis sebelum di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas
dan bawah.

Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi

bronkus lobaris, kernudian menjadi lobus segmentalis. Bronkus lobaris ini


bercabang terus menjadi bronkus yang lebih kecil, dengan ujung cabangnya yang
disebut bronkiolus. Setiap bronkiolus memasuki lobulus paru, dan bercabangcabang menjadi 5-7 bronkiolus terminalis

Gambar 1.10 Percabangan Bronkus

Bronkiolus terminalis adalah saluran udara terkecil yang tidak

mengandung alveoli (kantong udara). Bronkiolus terminalis memiliki garis tengah


kurang lebih 1 mm. Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi
dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran
udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar
udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat
pertukaran gas paru-paru. Sama seperti halnya hepar, bronkus juga memiliki
pembagian segmentasi yang nantinya juga merupakan segmentasi bagi pulmo
juga. Yang dimaksud dengan segmenta bronchopulmonalia adalah unit paru secara
anatomis, fungsi dan pembedahannya. Dimana dalam masing-masing segmenta
bronkus ini juga berperan sebagai segmenta pada pulmo yang memiliki ujung
saluran, cabang arteria pulmonalis, aliran vena, aliran limfe dan persarafan
otonom yg berbeda - beda pada masing-masing segmenta lainnya. Hal ini

berfungsi pada pasien pneumonektomi (suatu prosedur pembedahan untuk


pengangkatan paru).

Bronkus memiliki susunan struktural mukosa yang mirip dengan

trakea, kecuali susunan tulang rawan dan otot polosnya. Lapisan mukosa terdiri
dari lapisan sel-sel epitel silindris berlapis semu bersilia dengan lamina propria
yang tipis (dengan banyak serabut elastin). Sedangkan tulang rawan bronkus
berbentuk lebih tidak teratur daripada tulang rawan trakea. Pada bagian bronkus
yang lebih besar, cincin tulang rawan mengelilingi seluruh lumen. Dengan
mengecilnya garis tengah bronkus, cincin tulang rawan digantikan oleh lempenglempeng ataupulau-pulau tulang rawan hialin. Dibawah epitel, dalam lamina
propria bronkus tampak adanya lapisan otot polos(SM) yang terdiri dari anyaman
berkas otot polos yang tersusun menyilang.

Berkas otot polos menjadi menjadi lebih jelas terlihat di dekat

bagian respirasi. Pengerutan otot yang terjadi setelah kematian adalah hal yang
menyebabkan penampilan mukosa bronkus menjadi berlipat-lipatpada sediaan
histologi. Lamina propria banyak mengandung serat elastin dan memiliki banyak
kelenjar serosa dan mukosa, dengan saluran yang bermuara ke dalam lumen
bronkus.

Banyak limfosit yang berada di dalam lamina propria dan di

antarasel-sel epitel. Selain itu terdapat kelenjar getah bening dan terutama banyak
dijumpai di tempat percabangan bronkus.
F. Paru-paru (Pulmo)

Paru-paru adalah organ pernapasan yang sangat penting karena

memasok oksigen yang berguna untuk proses metabolisme. Manusia memiliki dua
paru-paru: paru-paru kiri dan paru-paru kanan. Udara masuk ke paru-paru melalui
bronkus kemudian di dalam paru-paru bronkus bercabang-cabang seperti akar
yang disebut bronkiolus, bronkiolus bermuara di alveolus yang merupakan tempat
terjadinya pertukaran gas dengan pembuluh darah.

Paru-paru adalah organ yang sangat lunak, elastis, ringan, dan

dapat terapung di dalam air. Wujud paru-paru seperti spons berwarna merah muda
dan berjumlah sepasang.

Paru-paru berjumlah sepasang yang mengisi sebagian besar rongga

dada. Paru-paru kiri lebih kecil dibandingkan paru-paru kanan. Hal ini
dikarenakan paru-paru kiri memiliki lekukan untuk memberi ruang kepada
jantung. Kedua paru-paru dihubungkan oleh bronkus dan trakea.

Paru-paru

kanan terbagi menjadi tiga lobus (lobus superior, lobus medialis, dan lobus
inferior), sedangkan paru-paru kiri terbagi menjadi dua lobus (lobus superior dan
lobus inferior). Lobus-lobus tersebut dipisahkan oleh fisura. Paru-paru kanan
memiliki dua fisura yaitu fisura oblique (interlobularis primer) dan fisura
transversal (interlobularis sekunder). Sedangkan paru-paru kiri terdapat satu fisura
yaitu fisura obliges. Tiap-tiap lobus terdiri atas bagian yang lebih kecil yang
disebut segmen.

Paru-paru diselimuti oleh selaput yang disebut pleura dengan luas

permukaan sekitar 90 m2. Selaput ini berfungsi untuk mengurangi gesekan saat
melakukan inspirasi (menghirup napas) maupun ekspirasi (menghembuskan
napas). Pleura terdiri dari dua lapisan yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis.

Masing-masing bagian paru-paru memiliki 10 segmen. Paru-paru

kiri memiliki 5 segmen pada lobus superior dan 5 buah segmen pada lobus
inferior. Paru-paru kanan memiliki 5 segmen pada lobus superior, 2 segmen pada
lobus medialis, dan 3 segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen terbagi
menjadi beberapa lobulus. Masing-masing lobulus dibatasi oleh jaringan ikat yang
berisi pembuluh darah, getah bening, dan jaringan saraf. Tiap-tiap lobulus terdapat
bronkiolus yang memiliki banyak cabang. Cabang tersebut disebut duktus
alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus dengan diameter antara
0,2 hingga 0,3 mm. Di dalam paru-paru terdapat ribuan bronkiolus dan jutaan
alveolus. Alveoli merupakan gelembung udara tempat terjadinya pertukaran gas
dengan pembuluh darah. Dinding alveolus terdiri dari jaringan epitel dan endotel.
Jumlah total alveolus di kedua paru-paru sekitar 700 juta atau masing-masing 350
juta. Alveolus dan bronkiolus dapat diisi 3,5 liter udara.

Paru-paru terletak di dalam rongga dada (mediastinum) dan

dilindungi oleh tulang selangka. Rongga dada dan rongga perut dibatasi oleh suatu
sekat yang disebut diafragma. Paru-paru terletak di atas jantung dan hati (liver).
Paru-paru berada di dalam pleura yang merupakan lapisan pelindung paru-paru.

Gambar 1.11 Paru-Paru

2.4 Rongga dan membrane plueral

Gambar 6 Letak rongga Pleura pada paruparu manusia


1. Definisi Pleura

Dalam tubuh manusia, rongga pleura adalah rongga tipis yang

berisi cairan di antara dua pleura (viseral dan parietal) dari paru-paru kiri maupun
kanan. Pleura adalah sebuah membran serosa yang terlipat dan membentuk dua
lapis membran. Pleura bagian luar (parietal) menempel pada dinding rongga dada,
tetapi terpisah oleh fasia endotoraks. Pleura bagian dalam (viseral) menutupi paruparu dan menggabungkan struktur-struktur, seperti pembuluh darah, bronkus, dan
saraf-saraf. Rongga pleura dipandang sebagai rongga potensial karena dua pleura
bergabung satu sama lain (melalui lapisan tipis cairan serosa) dalam keadaan
normal
2. Struktur Pleura

Dalam tubuh manusia, tidak ada hubungan anatomi antara rongga

kiri dan kanan pleura. Lebih jauh lagi, dalam kasus pneumotoraks, paru-paru yang
lain akan masih berfungsi normal bila tidak ada pneumotoraks penekan atau
pneumotoraks

bilateral

gabungan,

yang

bisa

menghancurkan

parenkim

kontralateral, pembuluh darah dan bronkus.

Pleura viseral menerima suplai darah dari peredaran bronkus, yang

juga mengirim darah ke paru-paru. Pleura parietal menerima suplai darah dari
arteri interkostal, yang juga mengirim darah ke dinding tubuh.

Bagian kostal

dan servikal dan bagian perifer dari diafragma dalam pleura parietal dirangsang
oleh saraf interkostal. Bagian mediastinal dan tengah pleura diafragma dirangsang

oleh sarf frenik. Pleura viseral menutupi paru-paru menerima rangsangan dari
saraf otonom dan tidak memiliki rangsangan sensorik. Hanya pleura parietal yang
sensitif terhadap rasa sakit
3. Fungsi Pleura

Rongga

pleura,

dengan

gabungan

pleuranya,

membantu

mengoptimalkan fungsi paru-paru saat pernapasan. Rongga pleura juga


mengandung cairan pleura, yang membuat pleura bisa bergerak tanpa usaha satu
sama lain saat pernapasan. Tegangan permukaan dari cairan pleura mampu
mendekatkan permukaan paru-paru dengan dinding rongga dada. Hubungan ini
mengizinkan inflasi yang lebih besar dari alveolus saat pernapasan. Rongga pleura
menyambungkan gerakan otot rusuk ke paru-paru, terutama saat pernapasan berat.
Saat menarik napas, interkostal eksternal berkontraksi, bersama dengan
diafragma. Ini menyebabkan pemekaran rongga dada, yang memperbesar volume
paru-paru. Tekanan paru-paru menjadi rendah dan udara masuk ke paru-paru.
4. Cairan Pleura

Cairan pleura adalah sebuah cairan serosa yang dibuat oleh

membran serosa yang menutupi pleura normal. Kebanyakan dibuat oleh sirkulasi
parietal (arteri interkostal) melalui aliran besar dan diserap oleh sistem getah
bening. Selain itu, cairan pleura dibuat dan diserap secara berkelanjutan. Dalam
tubuh manusia berbobot 70 kg, beberapa mililiter cairan pleura selalu ada di
antara rongga interpleura.]Sejumlah cairan yang lebih besar dikumpulkan dalam
rongga pleura hanya ketika jumlah produksi melebihi kemampuan serapnya.
Secara normal, kemampuan penyerapan membesar seturut respons fisiologis dari
cairan yang terkumpul, dengan kemampuan penyerapan hingga 40 kali dari
normal sebelum sejumlah cairan yang signifikan terkumpul diantara rongga
pleura. Selain itu, peningkatan produksi cairan pleura dan hambatan penyerapan
sistem getah bening memicu peningkatan cairan di rongga pleura.

II.5

Fisiologi Pernapasan

A. Ventilasi Pulmonalis

Ventilasi merupakan proses pertukaran udara antara atmosfer

dengan alveoli. Proses ini terdiri dari inspirasi (masuknya udara ke paru-paru) dan
ekspirasi (keluarnya udara dari paru-paru). Ventilasi terjadi karena adanya
perubahan tekanan intra pulmonal, pada saat inspirasi tekanan intra pulmonal
lebih rendah dari tekanan atmosfer sehingga udara dari atmosfer akan terhisap ke
dalam paru-paru. Sebaliknya pada saat ekspirasi tekanan intrapulmonal menjadi
lebih tinggi dari atmosfer sehingga udara akan tertiup keluar dari paru-paru.

Perubahan tekanan intrapulmonal tersebut disebabkan karena

perubahan volume thorax akibat kerja dari otot-otot pernafasan dan diafragma.
Pada saat inspirasi terjadi kontraksi dari otot-otot insiprasi (muskulus interkostalis
eksternus dan diafragma)sehingga terjadi elevasi dari tulang-tulang kostae dan
menyebabkan peningkatan volume cavum thorax (rongga dada), secara bersamaan
paru-paru juga akan ikut mengembang sehingga tekanan intra pulmonal menurun
dan udara terhirup ke dalam paru-paru.

Setelah inspirasi normal biasanya kita masih bisa menghirup udara

dalam-dalam (menarik nafas dalam), hal ini dimungkinkan karena kerja dari otototot tambahan isnpirasi yaitu muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus
skalenus.

Ekspirasi merupakan proses yang pasif dimana setelah terjadi

pengembangan cavum thorax akibat kerja otot-otot inspirasi maka setelah otototot tersebut relaksasi maka terjadilah ekspirasi. Tetapi setelah ekspirasi normal,
kitapun masih bisa menghembuskan nafas dalam-dalam karena adanya kerja dari
otot-otot ekspirasi yaitu muskulus interkostalis internus dan muskulus abdominis.

Kerja dari otot-otot pernafasan disebabkan karena adanya perintah

dari pusat pernafasan (medula oblongata) pada otak. Medula oblongata terdiri dari
sekelompok neuron inspirasi dan ekspirasi. Eksitasi neuron-neuron inspirasi akan
dilanjutkan dengan eksitasi pada neuron-neuron ekspirasi serta inhibisi terhadap
neuron-neuron inspirasi sehingga terjadilah peristiwa inspirasi yang diikuti
dengan peristiwa ekspirasi. Area inspirasi dan area ekspirasi ini terdapat pada
daerah berirama medula (medulla rithmicity) yang menyebabkan irama

pernafasan berjalan teratur dengan perbandingan 2 : 3 (inspirasi : ekspirasi).


Ventilasi dipengaruhi oleh :
1.
2.
3.
4.

Kadar oksigen pada atmosfer


Kebersihan jalan nafas
Daya recoil & complience (kembang kempis) dari paru-paru
Pusat pernafasan

Fleksibilitas

paru

sangat

penting

dalam

proses

ventilasi.

Fleksibilitas paru dijaga oleh surfaktan. Surfaktan merupakan campuran


lipoprotein yang dikeluarkan sel sekretori alveoli pada bagian epitel alveolus dan
berfungsi menurunkan tegangan permukaan alveolus yang disebabkan karena
daya tarik menarik molekul air & mencegah kolaps alveoli dengan cara
membentuk lapisan monomolekuler antara lapisan cairan dan udara

. Energi yang diperlukan untuk ventilasi adalah 2 3% energi total

yang dibentuk oleh tubuh. Kebutuhan energi ini akan meningkat saat olah raga
berat, bisa mencapai 25 kali lipat.

Volume tidal adalah volume udara yang diinspirasi dan diekspirasi

dalam pernafasan normal. IRV (volume cadangan inspirasi) adalah volume udara
yang masih bisa dihirup paru-paru setelah inspirasi normal. ERV (volume
cadangan ekspirasi) adalah volume udara yang masih bisa diekshalasi setelah
ekspirasi normal. Sedangkan RV (volume sisa) adalah volume udara yang masih
tersisa dalam paru-paru setelah ekspirasi kuat.
B. Difusi

Difusi dalam respirasi merupakan proses pertukaran gas antara

alveoli dengan darah pada kapiler paru. Proses difusi terjadi karena perbedaan
tekanan, gas berdifusi dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Salah satu ukuran
difusi adalah tekanan parsial.

Difusi terjadi melalui membran respirasi yang merupakan dinding

alveolus yang sangat tipis dengan ketebalan rata-rata 0,5 mikron. Di dalamnya
terdapat jalinan kapiler yang sangat banyak dengan diameter 8 angstrom. Dalam
paru2 terdapat sekitar 300 juta alveoli dan bila dibentangkan dindingnya maka
luasnya mencapai 70 m2 pada orang dewasa normal. Saat difusi terjadi
pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida secara simultan. Saat inspirasi

maka oksigen akan masuk ke dalam kapiler paru dan saat ekspirasi
karbondioksida akan dilepaskan kapiler paru ke alveoli untuk dibuang ke
atmosfer. Proses pertukaran gas tersebut terjadi karena perbedaan tekanan parsial
oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru.

Volume gas yang berdifusi melalui membran respirasi per menit

untuk setiap perbedaan tekanan sebesar 1 mmHg disebut dengan kapasitas difusi.
Kapasitas difusi oksigen dalam keadaan istirahat sekitar 230 ml/menit. Saat
aktivitas meningkat maka kapasitas difusi ini juga meningkat karena jumlah
kapiler aktif meningkat disertai dDilatasi kapiler yang menyebabkan luas
permukaan membran difusi meningkat. Kapasitas difusi karbondioksida saat
istirahat adalah 400-450 ml/menit. Saat bekerja meningkat menjadi 1200-1500
ml/menit. Difusi dipengaruhi oleh :
1. Ketebalan membran respirasi
2. Koefisien difusi
3. Luas permukaan membran respirasi
4. Perbedaan tekanan parsial.

C. Transportasi

Setelah difusi maka selanjutnya terjadi proses transportasi oksigen

ke sel-sel yang membutuhkan melalui darah dan pengangkutan karbondioksida


sebagai sisa metabolisme ke kapiler paru. Sekitar 97 - 98,5% Oksigen
ditransportasikan dengan cara berikatan dengan Hb (HbO2/oksihaemoglobin,)
sisanya larut dalam plasma. Sekitar 5- 7 % karbondioksida larut dalam plasma, 23

30% berikatan dengan Hb(HbCO2/karbaminahaemoglobin) dan 65 70%


dalam bentuk HCO3 (ion bikarbonat).
Saat istirahat, 5 ml oksigen ditransportasikan oleh 100 ml darah setiap
menit. Jika curah jantung 5000 ml/menit maka jumlah oksigen yang
diberikan ke jaringan sekitar 250 ml/menit. Saat olah raga berat dapat
meningkat 15 20 kali lipat. Transportasi gas dipengaruhi oleh :
1.
2.
3.
4.

Cardiac Output
Jumlah eritrosit
Aktivitas
Hematokrit darah

Setelah transportasi maka terjadilah difusi gas pada sel/jaringan.

Difusi gas pada sel/jaringan terjadi karena tekanan parsial oksigen (PO2) intrasel
selalu lebih rendah dari PO2 kapiler karena O2 dalam sel selalu digunakan oleh
sel. Sebaliknya tekanan parsial karbondioksida (PCO2) intrasel selalu lebih tinggi
karena CO2 selalu diproduksi oleh sel sebagai sisa metabolisme.
D. Regulasi

Kebutuhan

oksigen

tubuh

bersifat

dinamis,

berubah-ubah

dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah aktivitas. Saat aktivitas


meningkat maka kebutuhan oksigen akan meningkat sehingga kerja sistem
respirasi juga meningkat. Mekanisme adaptasi sistem respirasi terhadap perubahan

kebutuhan oksigen tubuh sangat penting untuk menjaga homeostastis dengan


mekanisme sebagai berikut :

Sistem respirasi diatur oleh pusat pernafasan pada otak yaitu

medula oblongata. Pusat nafas terdiri dari daerah berirama medulla (medulla
rithmicity) dan pons. Daerah berirama medula terdiri dari area inspirasi dan
ekspirasi. Sedangkan pons terdiri dari pneumotaxic area dan apneustic area.
Pneumotaxic area menginhibisi sirkuit inspirasi dan meningkatkan irama
respirasi. Sedangkan apneustic area mengeksitasi sirkuit inspirasi.

Daerah berirama medula mempertahankan irama nafas I : E = 2 :

3. Stimulasi neuron inspirasi menyebabkan osilasi pada sirkuit inspirasi selama


2 dan inhibisi pada neuron ekspirasi kemudian terjadi kelelahan sehingga
berhenti. Setelah inhibisi hilang kemudian sirkuit ekspirasi berosilasi selama 3
dan terjadi inhibisi pada sirkuit inspirasi. Setelah itu terjadi kelelahan dan berhenti
dan

terus

menerus

terjadi

sehingga

tercipta

pernafasan

yang

ritmis.

Pengaturan respirasi dipengaruhi oleh :


1. Korteks serebri yang dapat mempengaruhi pola respirasi.
2. Zat-zat kimiawi : dalam tubuh terdapat kemoresptor yang sensitif terhadap
perubahan konsentrasi O2, CO2 dan H+ di aorta, arkus aorta dan arteri
karotis.
3. Gerakan : perubahan gerakan diterima oleh proprioseptor.
4. Refleks Heuring Breur : menjaga pengembangan dan pengempisan paru agar
optimal.
5. Faktor lain : tekanan darah, emosi, suhu, nyeri, aktivitas spinkter ani dan
iritasi saluran nafas.

2.6 Penuaan pada Sistem Pernapasan

Menua adalah proses menghilangnya secara perlahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan


fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan dari jejas (termasuk infeksi) serta
memperbaiki kerusakan yang diderita. Berdasarkan pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami kemunduran struktur dan
fungsi organ seiring dengan bertambahnya usia.

Perubahan fungsi paru yang terjadi pada orang tua sangat

berhubungan dengan perubahan anatomi dan fisiologi paru akibat penuaan.


Seiring dengan bertambahnya usia seseorang akan menyebabkan dinding dada
berubah menjadi lebih kaku dan sulit bergerak, otot-otot pernapasan menjadi lebih
lemah, dan elastic recoil paru berkurang. Hal ini menyebabkan kapasitas
fungsional paru pada orang tua secara bertahap berkurang.

Arus Puncak Ekspirasi (APE) merupakan kecepatan aliran udara

dalam suatu tabung pernapasan yang terjadi saat seseorang melakukan ekspirasi
paksa dengan kecepatan dan kekuatan maksimal yang dimulai dari posisi inspirasi
maksimal sampai dia tidak dapat mengeluarkan udara lagi. Manfaat dari
pemeriksaan ini adalah untuk menilai parameter fungsi paru dan untuk
mengetahui kenaikan tahanan atau resistensi saluran pernapasan yang memberi
gambaran tentang obstruksi saluran napas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai APE :

a. Usia

Faal paru sejak masa kanak-kanak bertambah atau meningkat

volumenya dan mencapai maksimal pada umur 19-25 tahun. Setelah itu nilai faal
paru terus menurun seiring dengan bertambahnya usia, karena dengan
meningkatnya usia seseorang maka kerentanan terhadap penyakit akan bertambah,
khususnya gangguan saluran pernapasan.
b. Jenis kelamin

Tidak terdapat perbedaan yang mencolok sampai masa pubertas.

Setelah masa pubertas, laki-laki memiliki nilai APE yang lebih tinggi. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara lain volume dan kapasitas paru lakilaki sekitar 20-25% di atas perempuan, perbedaaan biologis, dan faktor sosial
budaya di mana sesudah pubertas anak perempuan cenderung menghindari
aktivitas fisik.
c. Berat badan

Pada orang gemuk kerja sistem pernapasannya cenderung lebih

berat dan kapasitas parunya relatif lebih kecil dibanding dengan orang yang kurus.
Hal ini terjadi karena penimbunan lemak pada dindingdada dan perut yang akan
mengganggu gerak pernapasan, sehingga berpengaruh pada nilai APE.
d. Tinggi badan

Tinggi badan mempunyai korelasi positif dengan APE, artinya dengan


bertambah tinggi seseorang, maka nilai APE akan bertambah besar.
e. Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok pada seseorang merupakan faktor utama yang dapat
mempercepat penurunan faal paru dimana terjadi perubahan struktur jalan
napas maupun parenkim paru.
f. .Infeksi saluran napas
Riwayat infeksi saluran napas berat sewaktu anak-anakmenyebabkan
penurunan faal paru dan menjadi keluhan respirasi sewaktu dewasa.
g. Ukuran lebar saluran pernapasan ekstratoraks dan intratoraks yang
dipengaruhi oleh fungsi tekanan transbronkial, volume, dan elastisitas
jaringan paru, dan compliance saluran pernapasan.
h. Kecepatan di mana tekanan alveolar maksimum dapat dicapai, yang
tergantung pada usaha dan kecepatan dari otot ekspirasi.
i. .Kekuatan otot-otot pernapasan.
2.7 Gangguan pada Sistem Pernapasan
1. Asma

Asma

adalah

gangguan

pada

organ

pernapasan

berupa

penyempitan saluran pernapasan akibat reaksi terhadap suatu rangsangan tertentu.


Hal-hal yang dapat memicu timbulnya serangan asma diantaranya seperti serbuk
sari bunga, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.

Pengobatan yang tepat dan teratur dapat membantu penderita.

Serangan asma juga dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa
dihindari. Serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum
obat sebelum melakukan olah raga.

2. Bronkhitis

Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke

paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh
sempurna, tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya
penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa
bersifat serius. Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan
penderita penyakit paru-paru dan saluran pernafasan menahun. Infeksi berulang
bisa juga merupakan akibat dari:
3. Influenza

Influenza atau flu adalah penyakit menular yang disebabkan

oleh virus influenza. Penyakit ini ditularkan melalui udara melalui bersin dari si
penderita. Penyakit ini tidak hanya menyerang manusia, burung, dan binatang
mamalia seperti babi dan orang utan juga dapat terserang flu.

Pada manusia,

gejala umum yang terjadi adalah demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung
tersumbat dan mengeluarkan cairan, batuk, lesu serta rasa tidak enak badan.
Dalam kasus yang lebih buruk, influensa juga dapat menyebabkan terjadinya
pneumonia, yang dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak-anak dan
orang berusia lanjut. Masa penularan hingga terserang penyakit ini biasanya
adalah 1 sampai 3 hari sejak kontak dengan hewan atau orang yang influensa.
Penderita dianjurkan agar mengasingkan diri atau dikarantina agar tidak
menularkan penyakit hingga mereka merasa lebih sehat.
4. Asbestosis

Asbestosis adalah suatu penyakit saluran pernapasan yang terjadi

akibat menghirup serat-serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan


parut yang luas. Asbestos terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi
kimiawi yang berbeda. Jika terhisap, serat asbes mengendap di dalam dalam paruparu, menyebabkan parut. Menghirup asbes juga dapat menyebabkan penebalan
pleura (selaput yang melapisi paru-paru).
Menghirup serat asbes bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut
(fibrosis) di dalam paru-paru. Jaringan paru-paru yang membentuk fibrosis tidak

dapat mengembang dan mengempis sebagaimana mestinya. Beratnya penyakit


tergantung kepada lamanya pemaparan dan jumlah serat yang terhirup. Gejala
asbestosis muncul secara bertahap dan baru muncul hanya setelah terbentuknya
jaringan parut dalam jumlah banyak dan paru-paru kehilangan elastisitasnya.

5. Faringitis

Faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang

tenggorokkan atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorokan.


Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau kuman, pada saat daya tahan tubuh
lemah. Pengobatan dengan antibiotika hanya efektif apabila karena terkena
kuman. Kadangkala makan makanan yang sehat dengan buah-buahan yang
banyak, disertai dengan vitamin bisa menolong.
6. TBC

Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki,

perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia
bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian
terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara
ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Penyakit TBC adalah suatu
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa.
Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga
sebagai Batang Tahan Asam (BTA).

Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh

Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya
bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru
kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Penyakit TBC biasanya menular
melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang
dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi
umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan
terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama
pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui
pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat

menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ
tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
7. Emfisema

Emfisema disebabkan karena hilangnya elastisitas alveolus.

Alveolus adalah gelembung-gelembung yang terdapat dalam paru-paru. Pada


penderita emfisema, volume paru-paru lebih besar dibandingkan dengan orang
yang sehat karena karbondioksida yang seharusnya dikeluarkan dari paru-paru
terperangkap didalamnya. Asap rokok dan kekurangan enzim alfa-1-antitripsin
adalah penyebab kehilangan elastisitas pada paru-paru ini. Gejala emfisema:
Sesak napas dalam waktu lama dan tidak dapat disembuhkan dengan obat pelega
yang biasa digunakan penderita sesak napas. Nafsu makan yang menurun dan
berat badan yang menurun juga biasa dialami penderita emfisema. Pencegahan
dan solusi: Menghindari asap rokok adalah langkah terbaik untuk mencegah
penyakit ini. Berhenti merokok juga sangat penting.
8. Kanker Paru-Paru

Kanker paru-parumerupakan pembunuh pertama dibandingkan

kanker lainnya. Kanker dapat tumbuh di jaringan ini dan dapat menyebar ke
bagian lain. Penyebab utamanya adalah asap rokok yang mengandung banyak zat
beracun dan dihisap masuk ke paru-paru dan telah terakumulasi selama puluhan
tahun menyebabkan mutasi pada sel saluran napas dan menyebabkan terjadinya
sel kanker. Penyebab lain adalah radiasi radio aktif, bahan kimia beracun, stres
atau faktor keturunan.
Gejala: Batuk, sakit pada dada, sesak napas, batuk berdarah, mudah lelah
dan berat badan menurun. Tetapi seperti pada jenis kanker lainnya, gejala
umumnya baru terlihat apabila kanker ini sudah tumbuh besar atau telah
menyebar.

Pencegahan dan solusi: Menghindari rokok dan asap rokok juga

banyak mengkonsumsi makanan bergizi yang banyak mengandung antioksidan


untuk mencegah timbulnya sel kanker.
9. Pneumonia

Penyebab: Pneumonia merupakan infeksi yang terjadi pada jaringan paru


(parenkim) yang disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur. Umumnya
disebabkan oleh bakteri streptokokus (Streptococcus) dan bakteri
Mycoplasma pneumoniae.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu :

Pernafasan merupakan peristiwa menghirup udara dari luar yang

mengandung O2 dan mengeluarkan Co2 sebagai sisa dari oksidasi dari tubuh.
Penghisapan udara ke dalam tubuh disebut proses inspirasi dan menghembuskan
udara keluar tubuh disebut proses ekspirasi. Saluran pernafasan dari atas kebawah
dapat dirinci sebagai berikut : Rongga hidung, faring, laring, trakea, percabangan
bronkus, paru-paru (bronkiolus, alveolus). Saluran nafas bagian atas adalah
rongga hidung, faring dan laring dan saluran nafas bagian bawah adalah trachea,
bronchi, bronchioli dan percabangannya sampai alveoli.

Menua adalah proses menghilangnya secara perlahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan


fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan dari jejas (termasuk infeksi) serta
memperbaiki kerusakan yang diderita. Berdasarkan pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami kemunduran struktur dan
fungsi organ seiring dengan bertambahnya usia.

Ganguang pada system pernapasan antara lain : Asma, Bronkhitis,

Influenza, Asbestosis, Faringitis, TBC, Emfisema, Kanker Paru-Paru, Pneumonia


DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.undip.ac.id/46788/3/Lenny_Widyawati_Intan_Sari_2201011

1120052_Lap.KTI_Bab2.pdf. DI AKSES TANGGAL 4 DESEMBER 2016

http://eprints.undip.ac.id/44432/3/Akmal_Niam_Firdausi_M_2201011012
0139_Bab2KTI.pdf DI AKSES TANGGAL 4 DESEMBER 2016

file:///C:/Users/lenovo/Desktop/KielPino_G2A009138_Bab2KTI.pdf.

DI

AKSES TANGGAL 4 DESEMBER 2016

http://fisologi.blogspot.co.id/p/transport-gas-pernafasan.html. DI AKSES
TANGGAL 4 DESEMBER 2016

Anda mungkin juga menyukai