Disusu Oleh :
1. MUHAMAD KUKUH HANDOKO
2. NINUK ARDIANINGRUM
3. RYANDRA BIMA JATRA
: 140384205007
: 140384205011
: 140384205038
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Swt, karena atas karunia dan hidayah-Nya
lah, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini sebagai tugas kelompok
pada mata kuliahAnatomi Fisiologi Manusia. Sesungguhnya makalah ini
membahas tentang Sistem pernapasan pada manusia.
Terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Pembimbing atas dorongan
dan ilmu yang telah diberikan kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya dan insya Allah sesuai dengan yang diharapkan.
Dan tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada rekan-rekan dan semua pihak
yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami susun dengan semaksimal dan sebaik
mungkin. Namun masih begitu banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang
terdapat pada makalah ini. Oleh karena itu kami berharap kepada pembaca agar
memberikan saran dan kritiknya untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Pengertian Sistem Pernapasan.......................................................................3
2.2 Susunan Sistem Pernapasan Manusia............................................................3
2.3 sistem pernapasan pada manusia....................................................................4
2.4 Rongga dan membrane plueral....................................................................22
2.5 Fisiologi Pernapasan....................................................................................24
2.6 Penuaan pada Sistem Pernapasan................................................................29
2.7 Gangguan pada Sistem Pernapasan..............................................................31
BAB III PENUTUP...............................................................................................36
3.1 Kesimpulan..................................................................................................36
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu organisme atau mahluk hidup memiliki bermacam-macam sistem
jaringan atau organ dalam tubuhnya, dimana sistem tersebut memiliki fungsi dan
peranan serta manfaat tertentu bagi mahluk hidup. Salah satu sistem yang ada
pada suatu organisme yaitu sistem pernapasan. Sistem pernapasan ini sendiri
memiliki fungsi dan peranan yang sangat struktural dan terkoordinir.
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis, istilah
pernapasan yang lazim digunakan mencakup dua proses yaitu pernapasan luar
(eksterna) merupakan penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secarah
keseluruhan serta dalam pernapasan dalam (interna) merupakan
penggunaan
O2dan pembentukan CO2oleh sel sel serta pertukaran gas (paru) dan sebuah
pompa ventilasi paru. Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukan
udara (inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan
dibedakan atas dua macam yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.
Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan. Semua sel hidup
membutuhkan suplai oksigen yang konstan supaya dapat mempertahankan
metabolism. Oksigen yang terdapat di udara akan masuk kedalam system aspirasi.
Selanjutnya di gunakan metabolism oleh jaringan dan pada saat yang sama
karbondioksida dan uap air akan dikeluarkan Dalam ilmu histologi, sistem
pernapasan akan dibahas secara detail bahkan sampai anatominya, sehingga kita
bisa mengetahui organ dan saluran apa saja yang ikut berperanan dalam
menyalurkan oksigen (O2) yang kita hirup
1.2 Rumusan Masalah
a.
b.
c.
d.
e.
f.
1.3 Tujuan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Pernapasan
Pernafasan merupakan peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 dan mengeluarkan Co2 sebagai sisa dari oksidasi dari tubuh.
Penghisapan udara ke dalam tubuh disebut proses inspirasi dan menghembuskan
udara keluar tubuh disebut proses ekspirasi. Manusia membutuhkan suplay
oksigen secara terus-menerus untuk proses respirasi sel, dan membuang kelebihan
karbondioksida sebagai limbah beracun produk dari proses tersebut. Pertukaran
gas antara oksigen dengan karbondioksida dilakukan agar proses respirasi sel
terus berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan untuk proses respirasi sel ini berasal
dari atmosfer, yang menyediakan kandungan gas oksigen sebanyak 21% dari
seluruh gas yang ada. Oksigen masuk kedalam tubuh melalui perantaraan alat
pernapasan dan pada manusia disebut alveolus yang terdapat di paruparu berfungsi sebagai permukaan untuk tempat pertukaran gas.
Ada dua bagian yang mungkin dapat digambarkan dalam pernafasan yaitu :
O2 hidung trachea alveoli pembuluh kapiler alveolus ikatan O2
dengan Hb jantung seluruh tubuh sampai ke setiap sel.
Co2 membran alveoli kapiler alveoli bronchroli bronchus
trakea hidung.
2.2 Susunan Sistem Pernapasan Manusia
Saluran pernafasan dari atas kebawah dapat dirinci sebagai berikut : Rongga
hidung, faring, laring, trakea, percabangan bronkus, paru-paru (bronkiolus,
alveolus). Saluran nafas bagian atas adalah rongga hidung, faring dan laring dan
saluran
nafas
bagian
bawah
adalah
trachea,
bronchi,
bronchioli
dan
superior (Corbrigde,1998). Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai ala nasi,
tepat dibelakang nares anterior, disebut sebagai vestibulum. Vestibulum ini
dilapisi oleh kulit yang memiliki banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut
yang disebut dengan vibrise. Septum Nasi Dinding medial rongga hidung adalah
septum nasi. Septum dibentuk oleh tulang rawan, dilapisi oleh perikondrium pada
bagian tulang rawan dan periostium pada bagian tulang sedangkan diluarnya
dilapisi juga oleh mukosa hidung.
Pada proses pernafasan secara khusus rongga hidung berfungsi antara lain :
Bekerja sebagai saluran udara pernafasan.
Sebagai penyaring udara pernafasan
yang
dilakukan
oleh bulu-
bulu hidung.
Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara pernafasan
oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir atau hidung.
Pada bagian belakang rongga hidung terdapat ruangan yang disebut
nasopharing dengan rongga hidung berhubungan dengan :
a. Sinus
paranasalis,
tulang
kranial,
yang
B. Tekak (Faring)
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong,
yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah serta terletak pada bagian
anterior kolum vertebra. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esophagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring
berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan
rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring di bawah
berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan dengan esophagus.
Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian
ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk
oleh (dari dalam keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan
sebagian fasia bukofaringeal.
1. Nasofaring
Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah
adalah palatum mole, ke depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang
adalah vertebra servikal. Nasofaring yang relatif kecil, mengandung serta
berhubungan erat dengan beberapa struktur penting, seperti adenoid, jaringan
limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus faring yang disebut fosa
Rosenmuller, kantong Rathke, yang merupakan invaginasi struktur embrional
hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan
kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh n.
glosofaring, n. vagus dan n.asesorius spinal saraf cranial dan v.jugularis interna,
2. Orofaring
Orofaring disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum
mole, batas bawah adalah tepi atas epiglottis, ke depan adalah rongga mulut,
sedangkan ke belakang adalah vertebra sevikal. Struktur yang terdapat di rongga
orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatine, fosa tonsil serta arkus
faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum
(Rusmarjono dan Bambang Hermani, 2007; Rospa Hetharia, 2011).
3. Laringofaring (Hipofaring)
Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas
anterior ialah laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior ialah
vertebra servikal. Struktur pertama yang tampak di bawah lidah ialah valekula.
Bagian ini merupakan dua cengkungan yang dibentuk oleh ligamentum
glosoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral pada tiap sisi.
Valekula disebut juga kantong pil (pill pockets) sebab pada beberapa orang,
kadang kadang bila menelan pil akan tersangkut di situ. Di bawah valekula
terdapat epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berbentuk omega dan pada
perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang kadang bentuk
infantile (bentuk omega) ini tetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya,
epiglotis ini dapat menjadi demikian lebar dan tipisnya. Epiglotis berfungsi juga
untuk melindungi glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat
bolus tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esophagus.
Faring memiliki fungsi yang sangat penting beberapa fungsi faring antara
lain :
a. Saluran nafas dan makanan, faring adalah organ yang terlibat dalam sistem
pencernaan dan pernapasan: udara masuk melalui bagian nasal dan oral,
sedangkan makanan melalui bagian oral dan laring.
b. Penghangat dan pelembab, dengan cara yang sama seperti hidung, udara
dihangatkan dan dilembapkan saat masuk ke faring.
c. .Fungsi bahasa, fungsi faring dalam bahasa adalah dengan bekerja sebagai
bilik resonansi untuk suara yang naik dari laring, faring (bersama sinus)
membantu memberikan suara yang khas pada tiap individu
d. Fungsi Pengecap, terdapat ujung saraf olfaktorius dari indra pengecap di
epitelium oral dan bagian faringeal.
e. Fungsi Pendengaran, saluran auditori (pendengaran), memanjang dari
nasofaring pada tiap telinga tengah, memungkinkan udara masuk ke telinga
tengah. Pendengaran yang jelas bergantung pada adanya udara di tekanan
atmosfer pada tiap sisi membran timpani.
f. Fungsi Perlindungan, Jaringan limfatik faring dan tonsil laring menghasilkan
antibodi dalam berespon terhadap antigen, misal mikroba. Tonsil berukuran
lebih besar pada anak dan cenderung mengalami atrofi pada orang dewasa.
C. Laring
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian. Bentuk laring
menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih terpancung dan
bagian atas lebih besar dari bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring
sedangkan batas kaudal kartilago krikoid (Hermani; Abdurahman, 2003)
8
Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang (os hioid) dan beberapa
tulang rawan, baik yang berpasangan ataupun tidak. Komponen utama pada
struktur laring adalah kartilago tiroid yang berbentuk seperti perisai dan kartilago
krikoid. Os hioid terletak disebelah superior dengan bentuk huruf U dan dapat
dipalpasi pada leher depan serta lewat mulut pada dinding faring lateral. Dibagian
bawah os hioid ini bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap /
alae kartilago tiroid. Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit
yang melekat pada kartilago tiroidea lewat kartilago krikotiroid yang berbentuk
bulat penuh. Pada permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago aritinoid
ini mempunyai dua buah prosesus yakni prosesus vokalis anterior dan prosesus
muskularis lateralis (Boies, 1997)
Pada prosesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari korda
vokalis sedangkan ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau
bagian pita suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior korda
vokalis suara membentuk glotis. Kartilago epiglotika merupakan struktur garis
tengah tunggal yang berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi mendorong
makanan yang ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga terdapat dua
pasang kartilago kecil didalam laring yang mana tidak mempunyai fungsi yakni
kartilago kornikulata dan kuneiformis (Boies, 1997)
1) Kartilago
Kartilago laring terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu :
I.
a. Kartilago Tiroidea
Kartilago Tiroidea merupakan suatu kartilago hyalin yang membentuk
dinding anterior dan lateral laring, dan merupakankartilago yang terbesar. Terdiri
dari 2sayap (alae tiroidea)berbentuk seperti perisai yang terbuka dibelakangnya
tetapi bersatu di bagian depan dan membentuk sudut sehingga menonjol ke depan
disebut Adams Apple. Sudut ini pada pria dewasa kira-kira 90 derajat dan pada
wanita 120 derajat. Diatasnya terdapat lekukan yang disebut thyroid notch atau
ineiseura tiroidea, dimana di belakang atas membentuk kornu superior yang
dihubungkan dengan os hyoid oleh ligamentum tiroidea, sedangkan di bagian
bawah membentuk kornu inferior yang berhubungan dengan permukaan
posterolateral
dari
kartilago
krikoidea
dan
membentuk
artikulasio
10
merupakantempat
perlekatan
muskulus
sternokleidomastoideus,
muskulus
11
Kartilago aritenoidea dapat bergerak ke arah dalam dan luar dengan sumbu
sentralnya tetap, karena ujung posterior pita suara melekat pada prosesus vokalis
dari aritenoid maka gerakan kartilago ini dapat menyebabkan terbuka dan
tertutupnya glotis. Kalsifikasi terjadi pada dekade ke 3 kehidupan (Ballenger,
1993).
d. Kartilago Epiglotis
Bentuk kartilago epiglotis seperti bet pingpong dan membentuk dinding
anterior aditus laringeus tangkainya disebut petiolus dan dihubungkan oleh
ligamentum tiroepiglotika ke kartilago tiroidea di sebelah atas pita suara.
Sedangkan bagian atas menjulur di belakang korpus hyoid ke dalam lumen faring
sehingga membatasi basis lidah dan laring. Kartilago epiglotis mempunyai fungsi
sebagai pembatas yang mendorong makanan ke sebelah laring (Ballenger, 1993;
Graney, 1993).
e. Kartilago Kornikulata
Kartilago
ini
merupakan
kartilago
fibroelastis,
disebut
juga
kartilago
Santorini dan merupakan kartilago kecil di atas aritenoid serta di dalam plika
ariepiglotika (Ballenger, 1993).
f. Kartilago Kuneiforme
Merupakan kartilago fibroelastis dari Wrisberg dan merupakan kartilago kecil
yang terletak di dalam plika ariepiglotika (Ballenger, 1993).
12
II.
3) Otot laring
Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot / muskulus ekstrinsik dan
intrinsik. Otot ekstrinsik bekerja pada laring secara keseluruhan yang terdiri dari
otot ekstrinsik suprahioid yang berfungsi menarik laring ke atas dan otot
ekstrinsik infrahioid. Otot intrinsik laring menyebabkan gerakan antara berbagai
struktur laring sendiri, seperti otot vokalis dan tiroaritenoid yang membentuk
13
tonjolan pada korda vokalis dan berperan dalam membentuk tegangan korda
vokalis, otot krikotiroid berfungsi menarik kartilago tiroid kedepan, meregang dan
menegangkan korda vokalis dan memiliki fungsi membentuk suara dan
bernafas(Ballenger, 1993).
1. Otot / muskulus ekstrinsik
Terbagi atas :
1.Otot suprahioid / otot elevator laring, yaitu :
Stilohioideus
Geniohioideus
Genioglosus
Milohioideus
Digastrikus
Hioglosus
14
Gambar 1.7 Otot suprahioid / otot elevator laring
2.Otot abduktor :
Krikoaritenoideus posterior (Ballenger, 1993).
3.Otot tensor :
Tensor Internus : Tiroaritenoideus dan Muskulus Vokalis
Tensor Eksternus : Krikotiroideus (Ballenger, 1993)
D. Trakea
sampai 20 cincin kartilago yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang terbentuk
seperti C. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitilium bersilia
dan sel cangkir. Trakea hanya merupakan suatu pipa penghubung ke bronkus.
Dimana bentuknya seperti sebuah pohon oleh karena itu disebut pohon
trakeobronkial. tempat trakea bercabang menjadi bronkus di sebut karina. di
karina menjadi bronkus primer kiri dan kanan, di mana tiap bronkus menuju ke
tiap paru (kiri dan kanan), Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan
bronkospasme dan batuk berat jika dirangsang.
a. Lapisan luar terdiri atas jaringan elastik dan fibrosa yang membungkus
kartilago.
b. Lapisan tengah terdiri atas kartilago dan pita otot polos yang membungkus
trakea dalam susunan helik. Ada sebagian jaringan ikat, mengandung
pembuluh darah dan limfe, serta saraf otonom.
c. .Lapisan dalam terdiri atas epitelium kolumnar penyekresi mukus
saat tekanan internal kurang dari tekanan intratoraksik, yaitu saat akhir
ekspirasi dengan upaya.
b. Eskalator mukosiliaris, Eskalator mukosiliaris adalah keselarasan frekuensi
gerakan silia membran mukosa yang teratur yang membawa mukus dengan
partikel yang melekat padanya ke atas laring di mana partikel ini akan
ditelan atau dibatukkan
c. Refleks batuk, Ujung saraf di laring, trakea, dan bronkus peka terhadap
iritasi sehingga membangkitkan impuls saraf yang dihantarkan oleh saraf
vagus ke pusat pernapasan di batang otak. Respons refleks motorik terjadi
saat inspirasi dalam yang diikuti oleh penutupan glotis, yakni penutupan
pita suara. Otot napas abdomen kemudian berkontraksi dan dengan tibatiba udara dilepaskan di bawah tekanan, serta mengeluarkan mukus
dan/atau benda asing dari mulut
d. Penghangat, pelembap, dan penyaring, Fungsi ini merupakan kelanjutan
dari hidung, walaupun normalnya, udara sudah jernih saat mencapai trakea
E. Percabangan Bronkus
bercabang menjadi dua, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Bronkus kanan
mempunyai diameter lumen lebih lebar, ukuran lebih pendek dan posisi lebih
vertikal. Letak sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis serta mengeluarkan
sebuah cabang utama yang melintas di bawah arteri, yang disebut bronkus kanan
lobus bawah. Sedangkan bronkus kiri memiliki ukuran lebih panjang, diameter
lumennya lebih sempit dibandingkan bronkus kanan dan melintas di bawah arteri
pulmonalis sebelum di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas
dan bawah.
trakea, kecuali susunan tulang rawan dan otot polosnya. Lapisan mukosa terdiri
dari lapisan sel-sel epitel silindris berlapis semu bersilia dengan lamina propria
yang tipis (dengan banyak serabut elastin). Sedangkan tulang rawan bronkus
berbentuk lebih tidak teratur daripada tulang rawan trakea. Pada bagian bronkus
yang lebih besar, cincin tulang rawan mengelilingi seluruh lumen. Dengan
mengecilnya garis tengah bronkus, cincin tulang rawan digantikan oleh lempenglempeng ataupulau-pulau tulang rawan hialin. Dibawah epitel, dalam lamina
propria bronkus tampak adanya lapisan otot polos(SM) yang terdiri dari anyaman
berkas otot polos yang tersusun menyilang.
bagian respirasi. Pengerutan otot yang terjadi setelah kematian adalah hal yang
menyebabkan penampilan mukosa bronkus menjadi berlipat-lipatpada sediaan
histologi. Lamina propria banyak mengandung serat elastin dan memiliki banyak
kelenjar serosa dan mukosa, dengan saluran yang bermuara ke dalam lumen
bronkus.
antarasel-sel epitel. Selain itu terdapat kelenjar getah bening dan terutama banyak
dijumpai di tempat percabangan bronkus.
F. Paru-paru (Pulmo)
memasok oksigen yang berguna untuk proses metabolisme. Manusia memiliki dua
paru-paru: paru-paru kiri dan paru-paru kanan. Udara masuk ke paru-paru melalui
bronkus kemudian di dalam paru-paru bronkus bercabang-cabang seperti akar
yang disebut bronkiolus, bronkiolus bermuara di alveolus yang merupakan tempat
terjadinya pertukaran gas dengan pembuluh darah.
dapat terapung di dalam air. Wujud paru-paru seperti spons berwarna merah muda
dan berjumlah sepasang.
dada. Paru-paru kiri lebih kecil dibandingkan paru-paru kanan. Hal ini
dikarenakan paru-paru kiri memiliki lekukan untuk memberi ruang kepada
jantung. Kedua paru-paru dihubungkan oleh bronkus dan trakea.
Paru-paru
kanan terbagi menjadi tiga lobus (lobus superior, lobus medialis, dan lobus
inferior), sedangkan paru-paru kiri terbagi menjadi dua lobus (lobus superior dan
lobus inferior). Lobus-lobus tersebut dipisahkan oleh fisura. Paru-paru kanan
memiliki dua fisura yaitu fisura oblique (interlobularis primer) dan fisura
transversal (interlobularis sekunder). Sedangkan paru-paru kiri terdapat satu fisura
yaitu fisura obliges. Tiap-tiap lobus terdiri atas bagian yang lebih kecil yang
disebut segmen.
permukaan sekitar 90 m2. Selaput ini berfungsi untuk mengurangi gesekan saat
melakukan inspirasi (menghirup napas) maupun ekspirasi (menghembuskan
napas). Pleura terdiri dari dua lapisan yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis.
kiri memiliki 5 segmen pada lobus superior dan 5 buah segmen pada lobus
inferior. Paru-paru kanan memiliki 5 segmen pada lobus superior, 2 segmen pada
lobus medialis, dan 3 segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen terbagi
menjadi beberapa lobulus. Masing-masing lobulus dibatasi oleh jaringan ikat yang
berisi pembuluh darah, getah bening, dan jaringan saraf. Tiap-tiap lobulus terdapat
bronkiolus yang memiliki banyak cabang. Cabang tersebut disebut duktus
alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus dengan diameter antara
0,2 hingga 0,3 mm. Di dalam paru-paru terdapat ribuan bronkiolus dan jutaan
alveolus. Alveoli merupakan gelembung udara tempat terjadinya pertukaran gas
dengan pembuluh darah. Dinding alveolus terdiri dari jaringan epitel dan endotel.
Jumlah total alveolus di kedua paru-paru sekitar 700 juta atau masing-masing 350
juta. Alveolus dan bronkiolus dapat diisi 3,5 liter udara.
dilindungi oleh tulang selangka. Rongga dada dan rongga perut dibatasi oleh suatu
sekat yang disebut diafragma. Paru-paru terletak di atas jantung dan hati (liver).
Paru-paru berada di dalam pleura yang merupakan lapisan pelindung paru-paru.
berisi cairan di antara dua pleura (viseral dan parietal) dari paru-paru kiri maupun
kanan. Pleura adalah sebuah membran serosa yang terlipat dan membentuk dua
lapis membran. Pleura bagian luar (parietal) menempel pada dinding rongga dada,
tetapi terpisah oleh fasia endotoraks. Pleura bagian dalam (viseral) menutupi paruparu dan menggabungkan struktur-struktur, seperti pembuluh darah, bronkus, dan
saraf-saraf. Rongga pleura dipandang sebagai rongga potensial karena dua pleura
bergabung satu sama lain (melalui lapisan tipis cairan serosa) dalam keadaan
normal
2. Struktur Pleura
kiri dan kanan pleura. Lebih jauh lagi, dalam kasus pneumotoraks, paru-paru yang
lain akan masih berfungsi normal bila tidak ada pneumotoraks penekan atau
pneumotoraks
bilateral
gabungan,
yang
bisa
menghancurkan
parenkim
juga mengirim darah ke paru-paru. Pleura parietal menerima suplai darah dari
arteri interkostal, yang juga mengirim darah ke dinding tubuh.
Bagian kostal
dan servikal dan bagian perifer dari diafragma dalam pleura parietal dirangsang
oleh saraf interkostal. Bagian mediastinal dan tengah pleura diafragma dirangsang
oleh sarf frenik. Pleura viseral menutupi paru-paru menerima rangsangan dari
saraf otonom dan tidak memiliki rangsangan sensorik. Hanya pleura parietal yang
sensitif terhadap rasa sakit
3. Fungsi Pleura
Rongga
pleura,
dengan
gabungan
pleuranya,
membantu
membran serosa yang menutupi pleura normal. Kebanyakan dibuat oleh sirkulasi
parietal (arteri interkostal) melalui aliran besar dan diserap oleh sistem getah
bening. Selain itu, cairan pleura dibuat dan diserap secara berkelanjutan. Dalam
tubuh manusia berbobot 70 kg, beberapa mililiter cairan pleura selalu ada di
antara rongga interpleura.]Sejumlah cairan yang lebih besar dikumpulkan dalam
rongga pleura hanya ketika jumlah produksi melebihi kemampuan serapnya.
Secara normal, kemampuan penyerapan membesar seturut respons fisiologis dari
cairan yang terkumpul, dengan kemampuan penyerapan hingga 40 kali dari
normal sebelum sejumlah cairan yang signifikan terkumpul diantara rongga
pleura. Selain itu, peningkatan produksi cairan pleura dan hambatan penyerapan
sistem getah bening memicu peningkatan cairan di rongga pleura.
II.5
Fisiologi Pernapasan
A. Ventilasi Pulmonalis
dengan alveoli. Proses ini terdiri dari inspirasi (masuknya udara ke paru-paru) dan
ekspirasi (keluarnya udara dari paru-paru). Ventilasi terjadi karena adanya
perubahan tekanan intra pulmonal, pada saat inspirasi tekanan intra pulmonal
lebih rendah dari tekanan atmosfer sehingga udara dari atmosfer akan terhisap ke
dalam paru-paru. Sebaliknya pada saat ekspirasi tekanan intrapulmonal menjadi
lebih tinggi dari atmosfer sehingga udara akan tertiup keluar dari paru-paru.
perubahan volume thorax akibat kerja dari otot-otot pernafasan dan diafragma.
Pada saat inspirasi terjadi kontraksi dari otot-otot insiprasi (muskulus interkostalis
eksternus dan diafragma)sehingga terjadi elevasi dari tulang-tulang kostae dan
menyebabkan peningkatan volume cavum thorax (rongga dada), secara bersamaan
paru-paru juga akan ikut mengembang sehingga tekanan intra pulmonal menurun
dan udara terhirup ke dalam paru-paru.
dalam-dalam (menarik nafas dalam), hal ini dimungkinkan karena kerja dari otototot tambahan isnpirasi yaitu muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus
skalenus.
pengembangan cavum thorax akibat kerja otot-otot inspirasi maka setelah otototot tersebut relaksasi maka terjadilah ekspirasi. Tetapi setelah ekspirasi normal,
kitapun masih bisa menghembuskan nafas dalam-dalam karena adanya kerja dari
otot-otot ekspirasi yaitu muskulus interkostalis internus dan muskulus abdominis.
dari pusat pernafasan (medula oblongata) pada otak. Medula oblongata terdiri dari
sekelompok neuron inspirasi dan ekspirasi. Eksitasi neuron-neuron inspirasi akan
dilanjutkan dengan eksitasi pada neuron-neuron ekspirasi serta inhibisi terhadap
neuron-neuron inspirasi sehingga terjadilah peristiwa inspirasi yang diikuti
dengan peristiwa ekspirasi. Area inspirasi dan area ekspirasi ini terdapat pada
daerah berirama medula (medulla rithmicity) yang menyebabkan irama
Fleksibilitas
paru
sangat
penting
dalam
proses
ventilasi.
yang dibentuk oleh tubuh. Kebutuhan energi ini akan meningkat saat olah raga
berat, bisa mencapai 25 kali lipat.
dalam pernafasan normal. IRV (volume cadangan inspirasi) adalah volume udara
yang masih bisa dihirup paru-paru setelah inspirasi normal. ERV (volume
cadangan ekspirasi) adalah volume udara yang masih bisa diekshalasi setelah
ekspirasi normal. Sedangkan RV (volume sisa) adalah volume udara yang masih
tersisa dalam paru-paru setelah ekspirasi kuat.
B. Difusi
alveoli dengan darah pada kapiler paru. Proses difusi terjadi karena perbedaan
tekanan, gas berdifusi dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Salah satu ukuran
difusi adalah tekanan parsial.
alveolus yang sangat tipis dengan ketebalan rata-rata 0,5 mikron. Di dalamnya
terdapat jalinan kapiler yang sangat banyak dengan diameter 8 angstrom. Dalam
paru2 terdapat sekitar 300 juta alveoli dan bila dibentangkan dindingnya maka
luasnya mencapai 70 m2 pada orang dewasa normal. Saat difusi terjadi
pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida secara simultan. Saat inspirasi
maka oksigen akan masuk ke dalam kapiler paru dan saat ekspirasi
karbondioksida akan dilepaskan kapiler paru ke alveoli untuk dibuang ke
atmosfer. Proses pertukaran gas tersebut terjadi karena perbedaan tekanan parsial
oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru.
untuk setiap perbedaan tekanan sebesar 1 mmHg disebut dengan kapasitas difusi.
Kapasitas difusi oksigen dalam keadaan istirahat sekitar 230 ml/menit. Saat
aktivitas meningkat maka kapasitas difusi ini juga meningkat karena jumlah
kapiler aktif meningkat disertai dDilatasi kapiler yang menyebabkan luas
permukaan membran difusi meningkat. Kapasitas difusi karbondioksida saat
istirahat adalah 400-450 ml/menit. Saat bekerja meningkat menjadi 1200-1500
ml/menit. Difusi dipengaruhi oleh :
1. Ketebalan membran respirasi
2. Koefisien difusi
3. Luas permukaan membran respirasi
4. Perbedaan tekanan parsial.
C. Transportasi
Cardiac Output
Jumlah eritrosit
Aktivitas
Hematokrit darah
Difusi gas pada sel/jaringan terjadi karena tekanan parsial oksigen (PO2) intrasel
selalu lebih rendah dari PO2 kapiler karena O2 dalam sel selalu digunakan oleh
sel. Sebaliknya tekanan parsial karbondioksida (PCO2) intrasel selalu lebih tinggi
karena CO2 selalu diproduksi oleh sel sebagai sisa metabolisme.
D. Regulasi
Kebutuhan
oksigen
tubuh
bersifat
dinamis,
berubah-ubah
medula oblongata. Pusat nafas terdiri dari daerah berirama medulla (medulla
rithmicity) dan pons. Daerah berirama medula terdiri dari area inspirasi dan
ekspirasi. Sedangkan pons terdiri dari pneumotaxic area dan apneustic area.
Pneumotaxic area menginhibisi sirkuit inspirasi dan meningkatkan irama
respirasi. Sedangkan apneustic area mengeksitasi sirkuit inspirasi.
terus
menerus
terjadi
sehingga
tercipta
pernafasan
yang
ritmis.
dalam suatu tabung pernapasan yang terjadi saat seseorang melakukan ekspirasi
paksa dengan kecepatan dan kekuatan maksimal yang dimulai dari posisi inspirasi
maksimal sampai dia tidak dapat mengeluarkan udara lagi. Manfaat dari
pemeriksaan ini adalah untuk menilai parameter fungsi paru dan untuk
mengetahui kenaikan tahanan atau resistensi saluran pernapasan yang memberi
gambaran tentang obstruksi saluran napas.
a. Usia
volumenya dan mencapai maksimal pada umur 19-25 tahun. Setelah itu nilai faal
paru terus menurun seiring dengan bertambahnya usia, karena dengan
meningkatnya usia seseorang maka kerentanan terhadap penyakit akan bertambah,
khususnya gangguan saluran pernapasan.
b. Jenis kelamin
Setelah masa pubertas, laki-laki memiliki nilai APE yang lebih tinggi. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara lain volume dan kapasitas paru lakilaki sekitar 20-25% di atas perempuan, perbedaaan biologis, dan faktor sosial
budaya di mana sesudah pubertas anak perempuan cenderung menghindari
aktivitas fisik.
c. Berat badan
berat dan kapasitas parunya relatif lebih kecil dibanding dengan orang yang kurus.
Hal ini terjadi karena penimbunan lemak pada dindingdada dan perut yang akan
mengganggu gerak pernapasan, sehingga berpengaruh pada nilai APE.
d. Tinggi badan
Asma
adalah
gangguan
pada
organ
pernapasan
berupa
Serangan asma juga dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa
dihindari. Serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum
obat sebelum melakukan olah raga.
2. Bronkhitis
paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh
sempurna, tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya
penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa
bersifat serius. Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan
penderita penyakit paru-paru dan saluran pernafasan menahun. Infeksi berulang
bisa juga merupakan akibat dari:
3. Influenza
oleh virus influenza. Penyakit ini ditularkan melalui udara melalui bersin dari si
penderita. Penyakit ini tidak hanya menyerang manusia, burung, dan binatang
mamalia seperti babi dan orang utan juga dapat terserang flu.
Pada manusia,
gejala umum yang terjadi adalah demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung
tersumbat dan mengeluarkan cairan, batuk, lesu serta rasa tidak enak badan.
Dalam kasus yang lebih buruk, influensa juga dapat menyebabkan terjadinya
pneumonia, yang dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak-anak dan
orang berusia lanjut. Masa penularan hingga terserang penyakit ini biasanya
adalah 1 sampai 3 hari sejak kontak dengan hewan atau orang yang influensa.
Penderita dianjurkan agar mengasingkan diri atau dikarantina agar tidak
menularkan penyakit hingga mereka merasa lebih sehat.
4. Asbestosis
5. Faringitis
perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia
bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian
terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara
ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Penyakit TBC adalah suatu
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa.
Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga
sebagai Batang Tahan Asam (BTA).
Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya
bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru
kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Penyakit TBC biasanya menular
melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang
dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi
umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan
terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama
pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui
pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat
menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ
tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
7. Emfisema
kanker lainnya. Kanker dapat tumbuh di jaringan ini dan dapat menyebar ke
bagian lain. Penyebab utamanya adalah asap rokok yang mengandung banyak zat
beracun dan dihisap masuk ke paru-paru dan telah terakumulasi selama puluhan
tahun menyebabkan mutasi pada sel saluran napas dan menyebabkan terjadinya
sel kanker. Penyebab lain adalah radiasi radio aktif, bahan kimia beracun, stres
atau faktor keturunan.
Gejala: Batuk, sakit pada dada, sesak napas, batuk berdarah, mudah lelah
dan berat badan menurun. Tetapi seperti pada jenis kanker lainnya, gejala
umumnya baru terlihat apabila kanker ini sudah tumbuh besar atau telah
menyebar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu :
mengandung O2 dan mengeluarkan Co2 sebagai sisa dari oksidasi dari tubuh.
Penghisapan udara ke dalam tubuh disebut proses inspirasi dan menghembuskan
udara keluar tubuh disebut proses ekspirasi. Saluran pernafasan dari atas kebawah
dapat dirinci sebagai berikut : Rongga hidung, faring, laring, trakea, percabangan
bronkus, paru-paru (bronkiolus, alveolus). Saluran nafas bagian atas adalah
rongga hidung, faring dan laring dan saluran nafas bagian bawah adalah trachea,
bronchi, bronchioli dan percabangannya sampai alveoli.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id/46788/3/Lenny_Widyawati_Intan_Sari_2201011
http://eprints.undip.ac.id/44432/3/Akmal_Niam_Firdausi_M_2201011012
0139_Bab2KTI.pdf DI AKSES TANGGAL 4 DESEMBER 2016
file:///C:/Users/lenovo/Desktop/KielPino_G2A009138_Bab2KTI.pdf.
DI
http://fisologi.blogspot.co.id/p/transport-gas-pernafasan.html. DI AKSES
TANGGAL 4 DESEMBER 2016