Disusun Oleh :
KELOMPOK III
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
2022
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanatkan pui syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-NYA kepada saya sehingga dapat membuat makalah Keperawatan
Gerontik.
Pada kesempatan yang baik ini, kami menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan
dorongan kepada kami dalam pembuatan makalah ini terutama kepada :
1. Bapak Anggie Stiexs, Skep, Ners, M.Kep. selaku dosen pada mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah l.
2. Orang tua kami yang telah memberikan semangat, dukungan serta doa untuk
menyelesaikan makalah ini.
3. Rekan satu kelas tutorial yang telah mendukung dan menyelesaikan makalah ini.
Tim
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
BAB I........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
III.3. Tujuan.............................................................................................................. 1
BAB II.......................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN............................................................................................................ 2
PENUTUP................................................................................................................. 23
III.1 SIMPULAN...................................................................................................... 23
III.2 SARAN............................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….........24
Ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan
oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Menusia
dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang
karbondioksida ke lingkungan.
Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan
paru- paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di
dalam rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan
dengan rongga perut oleh diafragma.
2.2 Fisiologi Pernapasan
Fungsi paru – paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.Pada
pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut melalui
hidung dan mulut pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa
bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler
pulmonaris. Hanya satu lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler, yang
memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh
hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri
ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru – paru pada tekanan oksigen 100
mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen.
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan
eksterna :
1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli
dengan udara luar.
2. Arus darah melalui paru – paru
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah tepat
dapat mencapai semua bagian tubuh
4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2 lebih
mudah berdifusi drpd oksigen.
2
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru
menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah
datang di paru – paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah
CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah.
Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak unutk memperbesar kecepatan dan
dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi ini mngeluarkan CO2 dan memungut
lebih banyak O2.
Perubahan – perubahan berikut terjadi pada komposisi udara dalam alveoli,
yang disebabkan pernapasan eksterna dan pernapasan interna atau pernapasan
jarigan.
Udara (atmosfer) yang di hirup:
Nitrogen ..................................................................... 79 %
Oksigen ...................................................................... 20 %
Karbon dioksida ........................................................ 0-0,4 %
3
2.3 Mekanisme Pernapasan
4
2.4 Kecepatan Pernapasan
Pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Kalau bernapas secara normal,
ekspirasi akan menyusul inspirasi, dan kemudian ada istirahat sebentar. Inspirasi-
ekspirasi-istirahat. Pada bayi yang sakit urutan ini ada kalanya terbalik dan urutannya
menjadi : inspirasi-istirahat-ekspirasi. Hal ini disebut pernapasan terbalik.
Kecepatan normal setiap menit:
Bayi baru ............................................................ 30-40
Dua belas bulan .................................................. 30
Dari dua sampai lima tahun .............................. 24
Orang dewasa..................................................... 10-20
Beberapa kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia antara lain
sebagai berikut:
1. Asma
Asma ditandai dengan kontraksi yang kaku dari bronkiolus yang
menyebabkan kesukaran bernapas. Asma biasanya disebabkan oleh
hipersensitivas bronkiolus (disebut asma bronkiale) terhadap benda-benda
asing di udara. penyebab penyakit ini juga dapat terjadi dikarenakan faktor
psikis dan penyakit menurun.
2. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis merupakan penyakit spesifik yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosae. Bakteri ini dapat menyerang semua organ tubuh,
tetapi yang paling sering adalah paru-paru dan tulang. Penyakit ini
menyebabkan proses difusi oksigen yang terganggu karena adanya bintik-bintik
kecil pada dinding alveolus.
Keadaan ini menyebabkan :
1) Peningkatan kerja sebagian otot pernapasan yang berfungsi untuk
pertukaran udara paru-paru
2) Mengurangi kapasitas vital dan kapasitas pernapasan
3) Mengurangi luas permukaan membran pernapasan, yang akan
meningkatkan ketebalan membran pernapasan sehingga menimbulkan
penurunan kapasitas difusi paru-paru
3. Faringitis
6
Faringitis merupakan peradangan pada faring sehingga timbul rasa nyeri
pada waktu menelan makanan ataupun kerongkongan terasa kering. Gangguan
ini disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus dan dapat juga disebabkan terlalu
banyak merokok. Bakteri yang biasa menyerang penyakit ini adalah
Streptococcus pharyngitis.
4. Bronkitis
Penyakit bronkitis karena peradangan pada bronkus (saluran yang
membawa udara menuju paru-paru). Penyebabnya bisa karena infeksi kuman,
bakteri atau virus. Penyebab lainnya adalah asap rokok, debu, atau polutan
udara.
5. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan paru-paru dimana alveolus biasanya
terinfeksi oleh cairan dan eritrosit berlebihan. Infeksi disebarkan oleh bakteri dari
satu alveolus ke alveolus lain hingga dapat meluas ke seluruh lobus bahkan
seluruh paru-paru. Umumnya disebabkan oleh bakteri streptokokus
(Streptococcus), Diplococcus pneumoniae, dan bakteri Mycoplasma
pneumoniae.
Cavum Nasi
Rongga hidung terdiri atas 2 struktur yang berbeda :
Vestibulum adalah bagian rongga hidung paling anterior yang melebar, kira-
kira 1,5 cm dari lubang hidung. Bagian ini dilapisi oleh epitel berlapis pipih yang
mengalami keratinisasi, terdapat rambut-rambut pendek dan tebal atau vibrissae dan
terdapat banyak kelenjar minyak (sebasea) dan kelenjar keringat.
Fossa nasalis dibagi menjadi 2 ruang oleh tulang septum nasalis. Dari masing-
masing dinding lateral terdapat 3 penonjolan tulang yang dikenal sebagai concha,
yaitu concha superior, concha tengah dan concha inferior.
7
Dinding fossa nasalis terdiri dari sel epitel silindris berlapis semu bersilia, sel-
sel goblet yang menghasilkan mucus. Pada lamina propria terdapat jaringan ikat dan
kelenjar serous dan mukus yang mendukung sekresi sel goblet, dan juga terdapat
vena yang membentuk dinding tipis yang disebut cavernous bodies.
Pharynx
Pharynx dibatasi oleh epitel respirasi. Pharynx terdiri dari nasopharynx dan
oropharynx. Nasopharynx dilapisi oleh epitel respirasi sedang oropharynx dilapisi
oleh epitel berlapis pipih. Limfosit banyak dijumpai di bawah epitel dari pharynx.
Jaringan ikat adalah fibroelastik yang dikelilingi oleh otot lurik.
Larynx
Pita suara terdiri dari epitel berlapis pipih yang tidak kornifikasi, lamina propria
dengan jaringan ikat padat yang tipis, jaringan limfatik dan pembuluh darah.
Trakea
Trakea adalah saluran pendek (10-12 cm panjangnya) dengan diameter sekir
2 cm. Trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Sejumlah sel-sel goblet terdapat di antara
sel-sel epitelnya, dan jumlah tergantung ada tidaknya iritasi kimia atau fisika dari
epitelium ( yang dapat meningkatkan jumlah sel goblet). Iritasi yang berlangsung
dalam waktu yang lama dapat mengubah tipe sel dari tipe sel epitel berlapis pipih
menjadi metaplasia. Pada lapisan epitel terdapat sel brush, sel endokrin (sel granul
kecil ), sel klara (sel penghasil surfaktan) dan sel serous.
Tulang rawan pada trakea berbentuk huruf C yang terdiri dari tulang rawan hialin.
Ujung-ujung dorsal dari huruf C dihubungkan oleh otot polos dan ligamentum
fibroelastin. Ligamentum mencegah peregangan lumen berlebihan, dan kontraksi
otot polos menyebabkan tulang rawan saling berdekatan. Hal ini digunakan untuk
respon batuk. Tulang rawan trakea dapat mengalami osifikasi dengan bertambahnya
umur.
Bronkus primer kiri dan kanan bercabang membentuk 3 bronkus pada paru-
paru kanan dan 2 bronkus pada paru-paru kiri. Bronkus-bronkus ini bercabang
berulang-ulang membentuk bronkus-bronkus yang lebih kecil, dan cabang-cabang
terminalnya dinamakan bronkiolus. Masing-masing bronkiolus bercabang-cabang
lagi membentuk 5 – 7 bronkiolus terminalis. Tiap-tiap bronkiolus terminalis
bercabang menjadi 2 bronkiolus respiratorius atau lebih.
9
Lapisan otot pada bronkiolus lebih berkembang dibandingkan pada bronkus. Pada
orang asma diduga resistensi jalan udara karena kontraksi otot bronkiolus.
Alveolus
Saluran alveolaris dibatasi oleh lapisan epitel gepeng yang sangat tipis. Dalam
lamina propria terdapat jala-jala sel-sel otot polos yang saling menjalin. Jaringan
ikatnya berupa serabut elastin dan kolagen. Serabut elastin memungkinkan alveoli
mengembang waktu inspirasi dan sebut kolagen berperan sebagai penyokong yang
mencegah peregangan berlebihan dan kerusakan kapiler-kapiler halus dan septa
alveoli yang tipis. Saluran alveolaris bermuara pada atria (suatu ruang yang terdiri
dari dua atau lebih sakus alveolaris).
Alveolus merupakan suatu kantung kecil yang terbuka pada salah satu sisinya
pada sakus alveolaris. Pada kantung kecil ini O2 dan CO2 mengadakan pertukaran
antara udara dan darah. Alveolus dibatasi oleh sel epitel gepeng yang tipis dengan
lamina propria yang berisi kapiler dan jaringan ikat elastin.
1) Sistem Respirasi
a. Fisiologi ventilasi paru
Masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru. Pergerakan
udara ke dalam dan keluar paru disebabkan oleh:
(1) Tekanan pleura : tekanan cairan dalam ruang sempit antara pleura paru
dan pleura dinding dada. Tekanan pleura normal sekitar -5 cm H 2O, yang
merupakan nilai isap yang dibutuhkan untuk mempertahankan paru agar
tetap terbuka sampai nilai istirahatnya. Kemudian selama inspirasi normal,
pengembangan rangka dada akan menarik paru ke arah luar dengan
kekuatan yang lebih besar dan menyebabkan tekanan menjadi lebih
negatif (sekitar -7,5 cm H2O).
(2) Tekanan alveolus : tekanan udara di bagian dalam alveoli paru. Ketika
glotis terbuka dan tidak ada udara yang mengalir ke dalam atau keluar
paru, maka tekanan pada semua jalan nafas sampai alveoli, semuanya
sama dengan tekanan atmosfer (tekanan acuan 0 dalam jalan nafas) yaitu
10
tekanan 0 cm H2O. Agar udara masuk, tekanan alveoli harus sedikit di
bawah tekanan atmosfer. Tekanan sedikit ini (-1 cm H2O) dapat menarik
sekitar 0,5 liter udara ke dalam paru selama 2 detik. Selama ekspirasi,
terjadi tekanan yang berlawanan.
(3) Tekanan transpulmonal : perbedaan antara tekanan alveoli dan tekanan
pada permukaan luar paru, dan ini adalah nilai daya elastis dalam paru
yang cenderung mengempiskan paru pada setiap pernafasan, yang
disebut tekanan daya lenting paru.3
11
nampaknya adalah untuk meredam daya rekoil elastik jaringan paru dan
menghasilkan pernafasan yang halus (smooth). 4
13
lemah bila dibandingkan dengan HbO2, sehingga PO2 darah arteri
berkurang dan hemoglobin kurang tersaturasi dengan O 2, terjadi sedikit
penurunan konsentrasi H+ dalam darah arteri. Penurunan konsentrasi H+
cenderung menghambat pernafasan. Di samping itu, setiap peningkatan
ventilasi yang terjadi, akan menurunkan PCO 2 alveoli, dan hal inipun
cenderung menghambat pernafasan. Dengan demikian, manifestasi efek
perangsangan hipoksia pada pernafasan tidaklah nyata sebelum rangsang
hipoksia cukup kuat untuk melawan efek inhibisi yang disebabkan
penurunan konsentrasi H+ dan PCO2 darah arteri. 4
Pengaruh H+ pada respons CO2
Pengaruh perangsangan H+ dan CO2 pada pernafasan tampaknya bersifat
aditif dan saling berkaitan dengan kompleks, serta berceda halnya dari CO 2
dan O2. Sekitar 40% respons ventilasi terhadap CO2 dihilangkan apabila
peningkatan H+ darah arteri yang dihasilkan oleh CO2 dicegah. 60% sisa
respons kemungkinan terjadi oleh pengaruh CO2 pada konsentrasi H+
cairan spinal atau cairan interstitial otak. 4
e. Pengangkutan oksigen ke jaringan
Sistem pengangkut oksigen di dalam tubuh terdiri atas paru dan sistem
kardiovaskuler. Pengangkutan oksigen menuju jaringan tertentu bergantung
pada: jumlah oksigen yang masuk ke dalam paru, adanya pertukaran gas
dalam paru yang adekuat, aliran darah menuju jaringan dan kapasitas darah
untuk mengangkut oksigen. Aliran darah bergantung pada derajat konstriksi
jalinan vaskular di dalam jaringan serta curah jantung. Jumlah oksigen di
dalam darah ditentukan oleh jumlah oksigen yang larut, jumlah hemoglobin
dalam darah dan afinitas hemoglobin terhadap oksigen. 4
Kita menghisap udara atmosfer dengan tekanan 760 mmHg. Udara atmosfer ini
memiliki komposisi gas-gas utama dengan tekanannya masing-masing sebagai
berikut:
14
N2 : 79% → P N2 : 79% X 760 = 600 mmHg
O2 : 21% → P O2 : 21% X 760 = 159 mmHg
CO2 : 0,04% → P CO2 : 0,04% X 760 = 0,3 mmHg
Dengan adanya uap air (H2O) yang relatif konstan di dalam alveoli paru yaitu dengan
tekanan 47 mmHg, maka komposisi gas oksigen dan karbondioksida berbeda, yaitu:
Dari analisa gas darah diketahui pula komposisi gas-gas dalam darah arterial, venous
maupun jaringan, dengan komposisi sebagai berikut:
Kita menghisap udara atmosfer dengan tekanan 760 mmHg. Udara atmosfer ini
memiliki komposisi gas-gas dengan tekanannya masing-masing sebagai berikut:
Perbedaan tekanan parsial dari gas-gas akan mendorong gas-gas tersebut dari
tempat satu ke tempat lainnya di dalam tubuh kita.
15
Difusi gas oksigen dan karbondioksida akibat perbedaan tekanan parsial gas
Transport O2 dari alveoli paru ke sel, diangkut dalam dua bentuk, yaitu:
16
Oksigen yang terikat oleh Hb kira-kira 98,5%. Hb mampu mengikat O2 secara
reversibel. Ikatan antara Hb dengan O2 merupakan ikatan yang longgar.
Hb + O2 → Hb-O2
Pada P O2 95 mmHg, setiap gram Hb mampu mengikat 1,34 ml O 2. Jadi bila kadar
Hb 14,5 g%, maka O2 yang diangkut dalam bentuk ini adalah
Dari dua macam pengangkutan di atas, dapat dihitung bahwa O 2 yang diangkut oleh
darah arteridari alveoli paru ke jaringan tubuh adalah 0,29 ml + 19,43 ml atau kira-kira
19,72 ml/100ml darah.
Adapun transport CO2 dari sel/jaringan menuju alveoli paru melalui 3 cara yaitu:
17
Transportasi CO2
Pengeluaran CO2 melalui paru yang sangat besar merupakan sumber asam yang luar
biasa, yang mampu mengubah pH cairan tubuh menjadi sangat rendah. Namun tubuh
kita mampu mengendalikan keadaan tersebut.
18
Pada keadaan normal, rasio bikarbonat (HCO 3-) dengan asam karbonat H2CO3 adalah
20:1.
HCO3-
------- = 20
H2CO3
Jika rasio bikarbonat dan asam karbonat bisa dipertahankan 20, maka pH akan tetap
7,4, tidak memandang berapapun kadar bikarbonat dan asam karbonat tersebut.
Selain CO2 masih banyak hasil sampingan yang bersifat asam misalnya laktat, piruvat,
benda keton, sulfat, fosfat dan sebagainya. Bila dibiarkan, bahan-bahan ini dapat
mengganggu keseimbangan asam-basa cairan tubuh, sehingga perlu dibuang melalui
paru dan ginjal. Agar selama perjalanan menuju organ pembuangan tidak
mengganggu pH cairan tubuh, maka asam-asam tadi harus diikat dulu oleh bahan
yang disebut larutan penyangga (buffer).
Pada dasarnya buffer adalah campuran antara asam lemah dan garamnya atau
campuran antara basa lemah dan garamnya. Di dalam tubuh buffer merupakan
campuran asam lemah dan garamnya, misalnya garam bikarbonat dengan asam
karbonat, garam protein dengan protein, garam fosfat dengan asam fosfat, garam
organik dengan asam organik, garam Hb dengan H-Hb
Selama rasio garam HCO3 : H2CO3 tetap 20, maka pH tetap 7,35-7,45. Jika ada
sesuatu hal menyebabkan perubahan rasio tersebut, maka pH cairan akan berubah.
Jika garam HCO3 : H2CO3 > 20, maka pH > 7,45 (disebut alkalosis)
Jika garam HCO3 : H2CO3 < 20, maka pH < 7,35 (disebut asidosis)
Penyebab dari perubahan tersebut bisa berasal dari kadar garam HCO 3, kadar H2CO3
atau keduanya.
19
Penurunan pH akibat peningkatan kadar H2CO3 dinamakan asidosis respiratorik.
Peningkatan pH akibat penurunan kadar H2CO3 dinamakan alkalosis respiratorik
ASIDOSIS RESPIRATORIK
Penyebab:
Penanggulangan:
Yang penting mengembalikan rasio garam HCO3 : H2CO3 = 20. Karena P CO2
meningkat, maka garam HCO3 juga harus ditingkatkan, dengan cara meningkatkan
resorpsi HCO3 di tubulus ginjal sampai rasio 20 tercapai (asidosis respiratorik
terkompensasi). Tahap berikutnya adalah secara pelan-pelan kadar garam HCO3 dan
H2CO3 dikembalikan ke keadaan normal.
ALKALOSIS RESPIRATORIK
Penyebab:
Penanggulangan:
Yang penting mengembalikan rasio garam HCO3 : H2CO3 = 20. Karena P CO2
menurun, maka garam HCO3 juga harus diturunkan, dengan cara mengurangi resorpsi
HCO3 di tubulus ginjal sampai rasio 20 tercapai (alkalosis respiratorik terkompensasi).
20
Tahap berikutnya adalah secara pelan-pelan kadar garam HCO 3 dan H2CO3
dikembalikan ke keadaan normal.
ASIDOSIS METABOLIK
Penyebab:
Penurunan kadar garam HCO3 tanpa diimbangi penurunan kadar H2CO3, umumnya
terjadi akibat pengeluaran HCO3 yang berlebihan, misalnya pada kasus:
- Terlalu banyak pembuangan asam melalui ginjal sehingga garam HCO 3 ikut
terbuang, misalnya pada diabetes mellitus, keracunan asam salisilat dll.
- Fungsi resorpsi ginjal terganggu (nefritis, hidronefrosis, pielonefritis, TBC ginjal
dll.)
- Terbuangnya HCO3 melalui usus misalnya diare
Penanggulangan:
Yang penting mengembalikan rasio garam HCO3 : H2CO3 = 20. Karena kadar basa
berkurang, maka H2CO3 harus diturunkan pula dengan cara menurunkan CO 2 melalui
pernafasan sampai rasio 20 tercapai (asidosis metaboli terkompensasi). Akibatnya
terjadilah pernafasan yang cepat dan dalam (kusmault)
ALKALOSIS METABOLIK
Penyebab:
Peningkatan kadar garam HCO3 tanpa diimbangi peningkatan kadar H2CO3, misalnya
pada kasus:
21
- Terbuangnya HCO3 melalui usus misalnya diare
Penanggulangan:
Yang penting mengembalikan rasio garam HCO3 : H2CO3 = 20. Karena kadar basa
meningkat, maka H2CO3 harus ditingkatkan pula dengan cara meningkatkan CO2
melalui pernafasan sampai rasio 20 tercapai (alkalosis metabolik terkompensasi)
Akibatnya terjadilah pernafasan yang lambat dan dangkal
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Saluran pernapasan pada manusia diantaranya hidung, saluran pernapasan
(farink, larink, trakea, bronkus) dan paru-paru.
Gerakan pernapasan ada 2 yaitu inspirasi dan ekspirasi. Saat Inspirasi atau
menarik napas adalah proses aktif yang diselengarakan kerja otot. Kontraksi
diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu vertikel.
Penaikan iga-iga dan sternum, yang ditimbulkan kontraksi otot interkostalis ,
meluaskan rongga dada kedua sisi dan dari belakang ke depan. Paru-paru yang
bersifat elastis mengembang untuk mengisi ruang yang membesar itu dan udara
ditarik masuk ke dalam saluran udara. Otot interkostal eksterna diberi peran
sebagai otot tambahan, hanya bila inspirasi menjadi gerak sadar.
Sedangkan saat Ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengenduran otot dan
karena paru-paru kempis kembali yang disebabkan sifat elastis paru-paru itu.
Gerakan ini adalah proses pasif.
Gangguan pada sistem pernapasan diantaranya : Asma, Tubeculosa,
Bronkitis, Dieptri, Asfiksia, Enfisema paru, Pneumonia dan kanker paru-paru.
3.2 Saran
Dari penyusunan makalah ini diharapkan penulisa dan pembaca dan memahami
sistema pernafasan manusia, oran pernafasan, kelainan pada sistema pernafan dan
penangannya,
23
DAFTAR PUSTAKA
Bloom & Fawcett. 2002. Buku Ajar Histologi Edisi 12. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran. Hal. 629-637
http://biologigonz.blogspot.com/2009/12/gangguan-sistem-respirasi.html
(Diakses tanggal : 31 Maret 2012)
http://kamaruddinkhimenkbima.blogspot.com/2011/02/makalah-sistem-
pernapasan.html (diakses tanggal : 1 April 2012)
Pearce, Evelyn C.2009.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Leeson, C Roland., Leeson, Thomas S., Paparo, Anthony A. 1996. Buku Ajar Histologi
Ed. 5. Jakarta : EGC.
24